Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94656 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fachri Latif
"Tingkat kepatuhan pengobatan antiretroviral di Indonesia sangat rendah,
yaitu 40 - 70%, yang masih di bawah target nasional dengan tingkat
kepatuhan 95%. Berbeda dengan rata-rata nasional, Puskesmas
Jumpandang Baru justru memiliki tingkat kepatuhan pengobatan antiretroviral
pasien HIV/AIDS di atas 95%. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
faktor yang paling berpengaruh terhadap kepatuhan pengobatan
antiretroviral orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Jenis penelitian bersifat observasional
analitik dengan pendekatan potong lintang. Populasi penelitian
adalah 121 ODHA yang aktif menjalani pengobatan antiretroviral di
Puskesmas Jumpandang Baru yang dipilih dengan menggunakan teknik
exhaustive sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah 121 sampel.
Penelitian dilakukan pada 22 April hingga 28 Juni 2014 di klinik Voluntary
Counseling and Test Puskesmas Jumpandang Baru Makassar. Analisis data
menggunakan uji kai kuadrat dan regresi logistik. Hasil uji kai kuadrat menunjukkan
ada hubungan antara pengetahuan, persepsi, riwayat efek
samping obat, dukungan keluarga dan teman, serta interaksi antara pasien
dengan petugas layanan antiretroviral terhadap kepatuhan pengobatan antiretroviral
ODHA. Analisis regresi logistik menunjukan bahwa pengetahuan
yang baik, persepsi positif terhadap pengobatan, serta efek samping obat
yang tidak dirasakan adalah faktor yang berhubungan dengan kepatuhan
pengobatan antiretroviral. Penelitian ini menunjukkan ODHA yang tidak
merasakan efek samping obat memiliki kecenderungan terbesar untuk
patuh terhadap pengobatan antiretroviral dengan OR sebesar 13,452.
The rate of adherence to antiretroviral treatment in Indonesia is very low, at
40 - 70%, which is still below our national target (95%). Different phenomena
happens at Jumpandang Baru Primary Health Care, whose level of antiretroviral
treatment adherence above 95%. This study aimed to analyze
factors that influence the adherence to antiretroviral treatment of people li-
Efek Samping Obat terhadap Kepatuhan Pengobatan
Antiretroviral Orang dengan HIV/AIDS
Drug Side Effects on Adherence to Antiretroviral Treatment among People
Living with HIV/AIDS
Fachri Latif, Ida Leida Maria, Muhammad Syafar
ving with HIV/AIDS (PLWH). This study used observational analytic with
cross-sectional approach. The population, 121 PLWH are people who actively
undergoing antiretroviral treatment in Jumpandang Baru Primary
Health Care. By exhaustive sampling technique, the sample size of the
study was counted 121 people. The research was conducted on April 22 until
June 28 2014 at Voluntary Counseling and Test Clinic of Jumpandang
Baru Primary Health Care, Makassar. Data was analyzed using chi square
and logistic regression test. Chi square test showed the relationship between
knowledge, perception, drug side effects, family and friends support,
and well interaction between PLWH with antiretroviral providers to antiretroviral
treatment adherence among PLWH. The logistic regression analysis
indicated that high level of knowledge, positive perceived to treatment,
and no drug?s side effects were the related factors influenced antiretroviral
adherence. This result showed that PLWH who do not feel the drug side effects
has the greatest propensity to adherence to antiretroviral treatment
with an OR of 13.452."
2015
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nurvika Widyaningrum
"Terapi antiretroviral mampu menekan replikasi HIV, mencegah morbilitas dan mortalitas. Kepatuhan pengobatan dibutuhkan untuk mencapai kesuksesan terapi, mencegah resistensi obat antiretroviral dan risiko penularan HIVDR ditengah masyarakat. Efek samping obat antiretroviral umumnya terjadi pada 3 bulan pertama setelah inisiasi yang dapat mempengaruhi kepatuhan pengobatan pasien di tahun pertama pengobatan antiretroviral. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh efek samping obat antiretroviral lini pertama terhadap kepatuhan pengobatan pasien HIV/AIDS di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso tahun 2010-2015.
Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif berbasis rumah sakit dimana sebanyak 376 naïve-patient HIV/AIDS dipilih sebagai sampel dan diamati selama 12 bulan setelah inisiasi ART. Kepatuhan pengobatan diukur dengan dua metode yaitu berdasarkan self report dan ketepatan waktu ambil obat. Data dianalisa dengan menggunakan cox proportional hazard regression dengan perangkat lunak STATA12. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efek samping obat ARV lini pertama berpengaruh terhadap kepatuhan minum obat (RR12=1,45, 95% CI 1,009?2,021 dan RR34=0,85, 95% CI 0,564-1,273) namun tidak berpengaruh terhadap kepatuhan ambil obat (RR12=1,23, 95% CI 0,851-1,839 dan RR34=0,70, 95% CI 0,437-1,108).

Antiretroviral therapy suppresses HIV replication, preventing morbidity and mortality. Adherence to antiretroviral therapy is needed to achieve successful treatment, prevent resistance to antiretroviral drugs and the risk of transmission of HIVDR in the community. The side effects of antiretroviral drugs generally occur in the first 3 months after initiation that could affect adherence in the first year of antiretroviral treatment. The aim of this study analyzed the effect of first-line antiretroviral side effect and adherence of HIV/AIDS patients in RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso period 2010 until 2015.
This study is hospital based retrospective cohort. A total of 376 HIV/AIDS naïve-patient had been selected as samples. Adherence was measured by two methods, based on self report and drug pick-up. Data was analyzed using cox proportional hazard regression with STATA12 software. Based on self report, HIV/AIDS patients who experience first-line ARV drugs side effect significantly associated with non-adherent (RR12=1.45, 95% CI 1.009 to 2.021 and RR34=0.85, 95% CI 0.564 to 1.273). Based on drug pick up, patients who experience first-line ARV drugs side effect not significantly associated with non-adherent (RR12=1.25, 95% CI 0.851 to 1.839 and RR34=0.70, 95% CI 0.437 to 1.108).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T45807
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Wanto Juli
"Pendahuluan : Tidur adalah proses fisiologis yang terjadi secara alami yang ditandai dengan terlepasnya persepsi dan realitas sehingga seseorang menjadi tidak sadar akan segala sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Kualitas tidur yang buruk dapat mempengaruhi kepatuhan minum obat pada pasien yang memakai ARV. Salah satu cara untuk meningkatkan tingkat kepatuhan minum obat adalah dukungan sebaya (peer support) dimana ODHA (Orang dengan HIV) dapat lebih terbuka untuk menceritakan permasalahannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur korelasi antara
Metode: Desain cross-sectional dengan metode purposive sampling yang melibatkan 120 responden berusia 18 - 40 tahun. Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), Peer Group Caring International Scale, dan Medical Adherence Scale (MARS-5) merupakan kuesioner yang digunakan sebagai instrumen pengumpulan data. SPSS 20.0 digunakan untuk analisis data.
Hasilnya menunjukkan adanya korelasi antara variabel-variabel tersebut di atas. Sebagian besar responden ditemukan memiliki kualitas tidur yang buruk (17,5) disertai dengan tingkat kepatuhan minum obat yang tinggi (81,7). Hasil analisis korelasi menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara dukungan teman sebaya dengan kepatuhan minum obat (p=0,021). Hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa dukungan teman sebayalah yang paling mempengaruhi tingkat kepatuhan pengobatan; nilai p 0,004 ≥ α = 0,05, OR 95% CL = 0,253 (0,098-0,650).
Kesimpulan: Kualitas tidur dan dukungan sebaya merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan metode intervensi yang dapat berkontribusi lebih positif dalam meningkatkan kepatuhan minum obat pada Odha. Kualitas tidur dan dukungan sebaya diketahui berpengaruh nyata terhadap peningkatan kepatuhan minum obat ODHA yang memakai ARV. Namun, penelitian yang lebih terkontrol dengan pengambilan sampel acak yang melibatkan ukuran sampel yang lebih besar dan kontrol yang lebih ketat diperlukan untuk penelitian selanjutnya.

Latar belakang: Tidur adalah proses fisiologis alami, yang ditandai dengan persepsi persepsi dan ketidaktanggapan terhadap apa pun yang terjadi. Kualitas tidur yang buruk dapat mempengaruhi kepatuhan pasien untuk minum ARV. Salah satu untuk meningkatkan kepatuhan minum ARV adalah dukungan sebaya, di mana ODHA akan lebih terbuka untuk menceritakan masalahnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas hubungan kualitas tidur dan dukungan sebaya terhadap kepatuhan minum antiretroviral pada pasien HIV/AIDS.
Metode: Digunakan desain cross sectional dengan metode purposive sampling, sebanyak 120 responden. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI ), Peer Group Caring Internasional Scale dan Medication Adherence Rating Scale (MARS-5) dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juni 2023. Kisaran usia responden antara 18-40 tahun. Data dianalisis dengan SPSS 20.0.
Hasil: penelitian menunjukkan adanya hubungan antara kualitas tidur dan dukungan sebaya dengan kepatuhan minum antiretroviral pada pasien HIV/AIDS. Sebagian besar responden mengalami kualitas tidur yang buruk 17,5 namun masih memiliki kepatuhan tinggi 81,7. Analisis korelasi hubungan dukungan sebaya dan dengan kepatuhan p=0.021. Hasil uji regresi logistik adalah dukungan sebaya yang mempengaruhi kepatuhan minum obat ARV nilai p 0,004 ≥ α = 0,05 dengan OR 95% CL = 0,253 (0,098-0,650).
Pembahasan : kualitas tidur dan dukungan sebaya sangat penting untuk diperhatikan sebagai intervensi pengembangan yang berkontribusi lebih positif dalam meningkatkan kepatuahan minum antiretroviral pada pasien HIV/AIDS. Kualitas tidur dan dukungan sebaya berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kepatuhan minum antiretroviral pada pasien HIV/AIDS . Uji coba perdamaian acak tambahan dengan desain yang ketat dan ukuran sampel yang lebih besar diperlukan di masa mendatang.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Rizky Isnaini
"ABSTRAK
Efek samping yang ditimbulkan oleh pengobatan antiretroviral menjadi salah satu penyebab berkurangnya kepatuhan pasien terhadap pengobatan dan menjadi alasan utama kegagalan terapi. Kejadian efek samping obat sebenarnya dapat dicegah apabila diiringi pemantauan dari tenaga kesehatan. Kegiatan monitoring efek samping obat antiretroviral sangat penting untuk dilakukan guna mencegah kemungkinan terjadi efek samping obat yang serius dan jarang terjadi, baik yang sudah diketahui hubungan kausalnya maupun yang belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan monitoring efek samping pada pasien yang mendapatkan antiretroviral di Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat tahun 2017. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik. Pengambilan data dilakukan secara prospektif pada pasien yang memenuhi kriteria inklusi secara total sampling. Data didapatkan dari data primer yaitu data yang berasal dari hasil wawancara dan data sekunder berupa rekam medis dan resep. Analisis klasifikasi efek samping menggunakan algoritma naranjo. Efek samping yang ditemukan pada pasien HIV/AIDS yang menjadi subjek penelitian terdiri dari dua kategori yaitu mungkin probable dengan presentase 45,45 dan cukup mungkin possible dengan presentase 36,36 . Usia p=0,379 , jenis kelamin p=1 , dan lama waktu penggunaan obat p=0,07 tidak terbukti memberikan pengaruh yang bermakna terhadap terjadinya efek samping.

ABSTRAK
The side effect occurred by antiretroviral medication is one of many causes in decreasing of obedient patients and the main reason of the therapy failure. The occurrence of side effect could be prevented if monitored by the medical labors. Monitoring the side effect of antiretroviral medicine is necessary, as it allows to prevent the probability of serious and rare occasions of side effect occurrence, whether with known causal relation or not. This study aimed to monitor the side effect on patient who received antiretroviral medication at Puskesmas Kecamatan Kembangan West Jakarta in 2017. This study is an analysis descriptive research. The data retrieved in prospective method from patient who met the inclusion criteria of total sampling. The data acquired from primary data which was originated from interviews and secondary data originated from medical records and prescription. Naranjo algorithm was used to analyze the classification of side effects. The side effect found from HIV AIDS patient as subjects for this study consisted of two categories, which are probable with 45,45 and possible with 36,36 in percentage. Age p 0,379 , gender p 1 , and usage time p 0,07 were proven, that they dd not have significant effect on side effect."
2017
S69140
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahajeng Dewantari
"Ketaatan minum obat dalam penanganan HIV/AIDS dengan pengobatan ARV merupakan faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan terapi. Di Indonesia belum ada data yang menyebutkan angka pasti ketaatan minum obat ARV pada ODHA. Ketaatan minum obat ARV dipengaruhi oleh adanya faktorfaktor psikologis (stigma diri dan fungsi kognitif) dan non psikologis yang terdiri dari faktor demografi (umur, waktu tempuh tempat tinggal ke rumah sakit, akses berobat, tingkat pendidikan, pekerjaan, tinggal sendiri atau bersama orang lain, pembiayaan berobat, penggunaan NAPZA) dan faktor obat dan penyakit (kompleksitas regimen obat, adanya infeksi oportunistik, sumber transmisi HIV).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi ketaatan minum obat ARV pada ODHA yang berobat di UPT HIV RSUPN Cipto Mangunkusumo adalah 67,7%, stigma diri memiliki hubungan yang bermakna dengan ketaatan minum obat ARV, sedangkan faktor non psikologis yang diteliti dan fungsi kognitif tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan ketaatan minum obat ARV.

Adherence to ARV is an important factor in determining the success of HIV/AIDS treatment. There has been no data about adherence to ARV in plwh in indonesia. Adherence to ARV is influenced by psychological factors (self-stigma and cognitive function) and non-psychological factors consisting of demographic (age, travel time between living place and hospital, access to treatment, level of education, occupation, living alone or with others, treatment payment, illicit drugs use), disease and treatment factor (treatment regimen complexity, opportunistic infections, source of HIV transmission).
The result of this study showed that prevalence of adherence to ARV in plwh coming to HIV integrated service unit Cipto Mangunkusumo hospital is 67,7%, that self-stigma had significant relation with adherence to ARV, while psychological factors and cognitive function had no significant relation with adherence to ARV.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvina Widhani
"Latar Belakang: Pada ODHA didapatkan peningkatan inflamasi dan stres oksidatif. Puasa Ramadan dapat memperbaiki inflamasi dan stres oksidatif, namun penelitian pada ODHA yang mendapat antiretroviral belum pernah dilakukan.
Tujuan: Mengetahui pengaruh puasa Ramadan terhadap high sensitivity Creactive protein (hs-CRP) dan status antioksidan total (SAT) pada ODHA yang mengonsumsi antiretroviral.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian prospektif pada 29 orang ODHA dengan ARV yang berpuasa dan 29 yang tidak berpuasa. Kriteria inklusi yaitu pria, 20-40 tahun, mendapat ARV lini 1 minimal 6 bulan, serta tidak dalam fase inisiasi pengobatan untuk infeksi oportunistik. Pasien yang mendapat steroid atau imunosupresan lain atau pasien dengan adherens minum ARV kurang dari 95% dieksklusi. Pemeriksaan kadar hs-CRP dan SAT dilakukan sebelum dan saat puasa Ramadan (setelah 14 hari puasa).
Hasil: Karakteristik baseline usia, hitung CD4, HIV-RNA, kombinasi ARV, status hepatitis B dan C, serta kadar hs-CRP tidak berbeda antara kelompok berpuasa dengan kontrol. Setelah dua minggu, terdapat penurunan signifikan hs-CRP pada kelompok yang berpuasa dibandingkan kontrol (p=0,004). Median perubahan hs-CRP pada kelompok puasa adalah -0,41 (IQR -1; 0,1) mg/L, sedangkan pada kelompok kontrol adalah 0,2 (IQR -0,3; 1,5) mg/L. Konsumsi polyunsaturated fatty acid, berat badan, jumlah rokok, dan jumlah jam tidur per hari menurun selama puasa Ramadan (berturut-turut p=0,029; p<0,001; p<0,001; dan p<0,001). Tidak ditemukan perbedaan bermakna perubahan SAT antara kelompok yang berpuasa dengan kontrol (p=0,405). Median perubahan SAT pada kelompok puasa adalah 0,05 (IQR -0,03; 0,12) mmol/L, sedangkan pada kelompok kontrol adalah 0,04 (IQR -0,13; 0,36) mmol/L.
Simpulan: Puasa Ramadan menurunkan kadar hs-CRP pada ODHA yang mengosumsi antiretroviral. Puasa Ramadan belum meningkatkan kadar SAT pada ODHA yang mengonsumsi antiretroviral.

Background: Inflamation and oxidative stress were increased among HIV patients. Studies had showed Ramadan fasting could improve inflammation and oxidative stress, but not one of them had been conducted in HIV patients receiving antiretroviral therapy.
Aim: to know the effect of Ramadan fasting on hs-CRP level and total antioxidant status among HIV patients on highly active antiretroviral therapy.
Methods: A prospective cohort study comparing 29 HIV-infected patients on stable ART doing Ramadan fasting versus 29 non-fasting patients. Inclusion criteria were male, 20-40 years old, receiving first line ART for at least six months, and not on initial phase of opportunistic infection?s treatment. Patients who consumed steroid or other immunosuppressant or patients with poor ART adherence were excluded. Level of hs-CRP was obtained before and during Ramadan after at least 14 days fasting.
Results: Baseline age, CD4 cell count, HIV-RNA, ART combination, hepatitis B and hepatitis C status, and hs-CRP level were similar for both fasting and control groups. After 2 weeks, a significant hs-CRP decrease was found in fasting group compared to non-fasting one (p=0.004). Median difference of hs-CRP in fasting group was -0.41 (IQR -1 and 0.1) mg/L, while in control group the median difference was 0.2 (IQR -0.3 and 1.5) mg/L. Polyunsaturated fatty acid consumption, body weight, amount of cigarette smoking, and total sleep hours per day were decreased significantly during Ramadan fasting (p=0.029; p<0.001, p<0.001, p<0.001 respectively). There was no statistically significant changes in total antioxidant status between the two groups (p=0.405). Median total antioxidant status changes in fasting group was 0.05 (IQR -0.03;0.12) mmol/L. Median total antioxidant status changes in control group was 0.04 (IQR -0.13; 0.36) mmol/L.
Conclusion: Ramadan fasting decreased hs-CRP level among HIV patients on antiretroviral therapy. Ramadan fasting had not increased total antioxidant status among HIV patients on antiretroviral therapy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yasmin Zafira
"Untuk menanggulangi masalah penyakit HIV & AIDS, upaya yang sering dilakukan adalah upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Pemerintah, institusi kesehatan, maupun masyarakat kurang memperhatikan dampak sosial yang ditimbulkan dari HIV & AIDS. Salah satunya adalah stigma terhadap ODHA. Ditambah lagi dengan minimnya pengetahuan masyarakatmengenai HIV & AIDS.
Penelitian ini akan menjelaskan bagaimana hubungan antara pengetahuan mengenai HIV & AIDS dengan tingkat stigma terhadap ODHA. Metode yang digunakan adalah kuantitatif dengan teknik survey 80 orang ibu di Jakarta Timur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu dengan tingkat stigma terhadap ODHA yang tinggi, cenderung memiliki pengetahuan yang rendah mengenai HIV & AIDS. Stigma terhadap ODHA terangkum dalam empat dimensi stigma yang terukur secara empiris.

Coping with HIV & AIDS disease, people often use some promotive, preventive, curative, and rehabilitative approaches. Goverment, health institutions, and society usually ignore about social effects of HIV & AIDS. One major problem is PLWHA stigma. In many cases, people usually lack of proper knowledge about HIV & AIDS.
This study describes the relationship between HIV & AIDS knowledge and PLWHA stigma. Using quantitative approach, this study conduct a survey of 80 woman in East Jakarta.
The result found that woman with higher PLWHA stigma tends to have a lower knowledge of HIV & AIDS. The emerging of PLWHA stigma is constructed by a well measured four stigma domain.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S56428
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Armidawati
"Penelitian ini membahas hubungan antara kepatuhan klien HIV/AIDS dalam pengobatan ARV dengan peningkatan daya tahan tubuh di RSUD Kota Bekasi. Penelitian ini menggunakan desain korelasional yang diambil secara cross sectional, dengan responden berjumlah 37 orang, menggunakan uji chi square, dan instrumen berupa kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 45,8% responden yang patuh namun tidak mengalami peningkatan daya tahan tubuh, tidak terdapat hubungan antara kepatuhan menjalankan pengobatan ARV dengan peningkatan daya tahan tubuh (p=1.000) hasil penelitian menyarankan bahwa perlunya memperhatikan faktor lain seperti nutrisi, pola hidup dan psikologis dalam usaha meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi oportunistik.

This study discusses the relationship between adherence to clients with HIV / AIDS treatment in ARV with increased resistance in the body of Bekasi City hospitals. Research using this design korelasional captured in a cross sectional, with the respondents amounted to 37 people, using the chi square test, the form of questionnaires and instruments.
Results of research shows that 45.8% of the respondents, but not abiding increased body resistance, there is no relationship between adherence to run treatment arv with increasing body endurance (p — 1,000) results of research suggest that the need to consider other factors such as nutrition, patterns of life and psychological resources in an effort to increase body resistance against infection oportunistik ARV with increased body resistance.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5819
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ranandha Prananditya Dhanendra
"HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menginfeksi limfosit CD4+T yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh dalam individu menjadi menurun. Di lain pihak, AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah gejala-gejala yang muncul dikarenakan menurunnya sistem kekebalan tubuh disebabkan oleh infeksi HIV. Penyebab terbesar penyebaran HIV melalui hubungan seksual bebas, artinya hubungan seksual melalui anal maupun vagina dengan individu yang berbeda-beda. Hubungan seksual anal biasanya dilakukan oleh pasangan homoseksual dan hubungan seksual melalui vagina selalu dilakukan oleh pasangan heteroseksual. Melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan kondom menjadi faktor besar dalam penyebaran HIV. Penyakit HIV/AIDS dapat terjadi akibat jumlah sel CD4+T pada tubuh yang menurun. Hal ini menyebabkan sistem kekebalan tubuh menurun, atau sampai tidak berfungsi lagi. Sel CD4+T adalah adalah jenis sel darah putih yang biasa disebut limfosit. Tersedia pengobatan terapi antiretroviral yang merupakan pengobatan untuk mengurangi risiko penularan HIV dan menambah jumlah sel CD4+T dalam tubuh. Terapi antiretroviral ini tidak dapat menghancurkan HIV, tetapi obat ini dapat menahan perkembangbiakan HIV dengan menambahkan jumlah sel CD4+T dalam tubuh. Pada proposal ini, akan diusulkan penelitian untuk mengonstruksi model matematika penyebaran penyakit HIV/AIDS melalui hubungan seksual bebas berdasarkan klasifikasi jumlah sel CD4+T dalam tubuh dengan intervensi pengobatan terapi antiretroviral . Berdasarkan model yang dikonstruksi, akan dilakukan kajian analitik berupa analisis eksistensi, analisis kestabilan titik-titik kesembangan, serta analisis nilai basic reproduction number. Selanjutnya, akan dilakukan simulasi numerik berupa analisis elastisitas dan sensitivitas, beserta simulasi autonomous dari model yang dikonstruksi. Berdasarkan interpretasi dari hasil kajian analitik dan simulasi numerik, diharapkan dapat dipahami bagaimana efek dari pengobatan terapi antiretroviral dalam penyebaran penyakit HIV/AIDS melalui hubungan seksual bebas berdasarkan klasifikasi jumlah sel CD4+T dalam tubuh.

HIV, or Human Immunodeficiency Virus is a virus that infects CD4+T lymphocytes which causes the immune system in individuals to decrease. On the other hand, AIDS, or Acquired Immune Deficiency Syndrome is the final stage of HIV infection. The biggest cause of the spread of HIV is through casual sexual intercourse, meaning anal or vaginal intercourse with different individuals. Anal sex is usually performed by homosexual partners and vaginal intercourse is always performed by heterosexual couples. Having sex without using a condom is a big factor in the spread of HIV. HIV/AIDS can occur due to a decrease in the number of CD4+ T cells in the body. This causes the immune system to decrease, or until it no longer functions. CD4+ T cells are a type of white blood cell commonly called lymphocytes. Antiretroviral therapy is available, which is a treatment to reduce the risk of HIV transmission and increase the number of CD4+ T cells in the body. Antiretroviral therapy cannot destroy HIV, but it can stop HIV from multiplying by increasing the number of CD4+ T cells in the body. In this journal, research will be proposed to construct a mathematical distribution model for HIV/AIDS through promiscuous sexual intercourse based on the classification of the number of CD4+T cells in the body with antiretroviral therapy treatment interventions. Based on the constructed model, an analytical study will be carried out in the form of existence analysis, stability analysis of equilibrium points, and analysis of fill in the basic reproduction number. Next, numerical simulations will be carried out in the form of elasticity and sensitivity analysis, along with autonomous simulations of the constructed models. Based on the interpretation of the results of analytical studies and numerical simulations, it is hoped that the effects can be understood of antiretroviral therapy treatment in the spread of HIV/AIDS through free sexual intercourse based on the classification of the number of CD4+ T cells in the body."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>