Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132842 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rochyadi
"ABSTRAK
Investasi adalah penanaman modal pada satu atau lebih aktiva selama beberapa
waktu dengan harapan akan memperoleh keuntungan di masa yang akan datang Di
antara berbagai jenis aktiva, sahain merupakan aktiva frnansial yang paling menarik
karena disamping sangat likuid saham juga dapat memberikan keuntungan yang sangat
besar.
Dalam melakukan investasi pada saham, investor harus menyadari bahwa di samping
akan memperoleh keuntungan yang besar juga dimungkinkan mengalami kerugian yang
besar. Keuntungan dan kerugian tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan investor
dalam memilih saham. Oleh karena itu pemilihan saham merupakan sesuatu hal yang
sangat penting dalam melakukan investasi di pasar modal. Karya tulis ini akan membahas
cara pemilihan saham yang didasari oleh analisis fundamental perusahaan, yaitu melalui
analisis Price Earning Ratio (PER) dengan Dunia Efek Jakarta sebagai objek penelitian.
Strategi yang digunakan adalah dengan membeli saham-saham yang berdasarkan
analisis PER dinyatakan undervalued atau oleh pasar clihargai lebih rendah dan yang
semestinya, saham yang dinyatakan undervalued tersebut diperkirakan akan mengalami
koreksi harga path masa yang alcan datang. Untuk menilai suahi saham termasuk
kelompok undervalued, fairvalued atau overvalued, dilakukan dua pendekatan analisis
PER sekaligus, yaitu pendekatan Persamaan Regresi dan pendekatan PER aktual.
Pendekatan Persamaan Regresi mengacu pada formula Dividend Discount Model dengan
PER sebagai variabel terikat dan tingkat biaya modal (k), tingkat pertumbuhan (g),
flowback ratio (b) sebagai ROE sebagai variabel bebasnya. Sedangkan pendekatan PER
aktual hanya melihat nilai PER aktual suatu saham relatif terhadap industrinya dan pasar.
Kedua metode tersebut diterapkan selama enam penode penelitian yaitu bulan Januari,
Februari, Maret, Apri, Mei dan Juni 1997 atas 148 saham terpilih, selanjutnya dilakukan
pengujian masing-masing untuk selama satu bulan, dua bulan dan tiga bukan masa
holding period.
Hasil pengujian atas Metode Regresi baik untuk setiap periode penelitian maupun
untuk setiap masa holding period, menunjukan bahwa kelompok saham yang dinyatakan
undervalued memperoleh return jauh lebih besar dan kelompok saham overvalued.
fairvalued dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), sebaliknya kelompok saham yang
dinyatakan overvalued rnemperoleh return jauh lebih kecil dari kelompok saham
fairvalued dan undervalued.
Hasil pegujian atas Metode PER aktual baik untuk setiap periode penelitian maupun
untuk setiap masa holding period pada setiap kelompok saharn menunjukan adanya
kesamaan pola return dengan yang dihasilkan melalui mctode regresi.
Perpaduan antara kedua metode di atas terhadap kelompok saham undervalued
?yang diperoleh melalui Metode Regresi- dan kelompok saham PER aktual rendah ?yang
diperoleh melalui Metode PER Aktual- menunjukan konsistensi keterkaitan sebesar
64,86 % artinya 64,86% saham yang memiliki nilai PER aktual rendah adalah
undervalued. Perpaduan kedua metode ini di samping dapat memperkecil portofolio
jumlah saham juga ternyata dapat menghasilkan return yang Iebih besar dan kedua
metode asalnya.
Walaupun analisis PER telah memberikan hasil yang memuaskan, namun perlu
diketahui bahwa rnetode regresi memberikan analisa statistik yang mengecewakan di
mana pola hubungan variabel yang dihasilkan tìdak sesuai dengan teori dan nilai
coefficient of determination (R2) yang dihasilkan sangat kecil. Untuk itu dalam penelitian
selanjutnya perlu dipertimbangkan untuk menambah variabel-varaibel lain yang spesifik
terkait dengan masing-maSing perusahaan dan industri.
"
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmat Bahagio
"ABSTRAK
Seperti investasi yang dilakukan pada jenis asset yang lain, tujuan dan investasi saham adalah untuk memperoleh keuntungan. Keuntungan yang diharapkan diperoleh dari investasi saham yaitu dalam bentak kenaikan harga saham yang sering disebut sebagai capital gain dan dalam bentuk pembayaran deviden yang diperoleh dari perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut. Dalam usahanya untuk memperoleh keuntungan dan investasi saham tersebut, seorang investor harus melakukan pemilihan pada saham-saham yang diperkirakan akan memberikan deviden dan capital gain yang besar selama periode investasi tertentu. Dalam proses pemilihan saham tersebut diperlukan adanya suatu alat yang dapat digunakan sebagai acuan dalam penilaian saham. Terdapat beberapa alat analisis yang dapat digunakan sebagal acuan dalam peniililian saham tersebut. Dalam karya tulis ini akan dilakukan pengujian terhadap penggunaan analisis Price Earning Ratio (FER) sebagai alat untuk melakukan pemilihan saham tersebut.
Strategi yang digunakan dalam investasi saham adalah dengan melakulcan pembelian pada saham-saham yang harga pasarnya lebih rendah dari harga wajar menurut persepsi investor. Saham-saham yang dikategorikan undervalued tersebut diperkirakan akan mengalami koreksi kenaikan harga dimasa mendatang sehingga dengan melakukan investasi pada saham-saham yang undervalued tersebut, diharapkan akan menghasilkan tingkat keuntungan (return) yang abnormal.
Model yang digunakan dalam analisis P/E ratio ini diderivasikan dan dividend discount model yang dinyatakan sebagai berikut:
P/Eratio = 1-b/ k-ROExb,
dimana:
b = Plow back ratio, yaitu besarnya bagian dan laba yang direinvestasikan untuk tambahan modal perusahaan
k = Tmgkat biaya modal (cost of equity),
ROE = Besarnya prosentase laba yang dihasilkan terhadap modal perusahaan.
Berdasarkan model tersebut dilakukan analisa regresi dengan menggunakan data historis tahunan untuk saham-saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1993 dan 1994. Analisa regresi dilakukan dengan menjadikan variabel PER sebagai variabel terikat dan variabel plowback ratio, tingkat biaya modal dan ROE sebagai vaniabel bebas. Hasil dan analisa regresi yang diperoleh menunjukkan hasil yang tidak seperti yang diharapkan yaitu terdapat adanya korelasi negatif yang kuat antara variabel PER dengan ROE, sedangkan untuk variabel-variabel yang lain menunjukkan korelasi yang lemah.
Dari hasil persamaan regresi tersebut, dilakukan penilaian saham yaitu menentukan dari saham-saham yang diniai apakah termasuk kategori undervalued, fair atau overvalued. Untuk memastikan keakuratan hasil penilaian saham tersebut, dilakukan pengujian atas besarnya return yang dihasilkan pada periode 1 tahun berikutnya dan masing-masing kelompok yaitu kelompok saham undervalued dan overvalued. Hasil pengujian menunjukkan bahwa penggunaan model tersebut dalani analisis P/E ratio yang digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan strategi investasi saham di Bursa Efek Jakarta ternyata kurang akurat, karena ternyata besarnya return dan kelompok saham overvalued tidak lebih rendah dan return yang dihasilkan oleh kelompok undervalued.
Sebagai perbandingan dalam analisis ini juga digunakan alat analisis lain yaitu rasio PER/ROE yang ternyata memberikan hasil yang lebih akurat sebagai acuan dalam pelaksanaan strategi investasi saham. Kegagalan model regresi tersebut kemungkinan disebabkan oleh ketidaktepatan model dalam menjelaskan hubungan antara variabel PER dengan ROE. Dalam model tersebut ditunjukkan bahwa hubungan antara dua variabel tersebut adalah negatif padahal yang seharusnya adalah bersifat positif.
Bertolak dali basil pengiijian tersebut, maka disarankan bahwa dalam melakukan analisis P/E ratio perlu dipertimbangkan hal-hal berikut agar basil yang diperoleh lebih akurat, yaitu:
- Agar suatu model dapat menggambarkan kondisi fundamental yang sifatnya spesifik dimiliki oleh penrusahaan secara individual, maka disarankan untak melakukan analisa regresi berdasarkan data time series secara individual dañ masing-masing saham yang akan di observasi.
- Agar dapat dihasilkan suatu hasil regresi yang meimiliki nilai R2 yang lebih tinggi, disarankan untuk mempertimbangkan beberapa faktor faktor lain ke dalam model yang diperkirakan memiliki korelasi yang kuat terhadap besarnya nilai P/E ratio yaitu seperti: stabilitas (standar deviasi) dan earning yang diperoleh perusahaan, tingkat pertumbuhan dari earning selama beberapa tahun terakhir dan lain sebagainya.
- Perlu dilakukan penyesuaian terhadap besarnya current earning sebagai prediksi besarnya future earning, antara lain dengan mempertimbangkan tingkat persaingan usaha, prospek industrL kondisi ekonorni secara makro dimasa yang akan datang, siklus usaha untuk perusahaan yang bersifat musiman dan Iain lain. Dengan dilakukan penyesuaian, prediksi future earning diharapkan dapat meuggambarkan keadaan sebenarnya.
- Untuk menghindari kemungkinan kesalahan yang ditimbuikan dari penggunaan data harga saham per akhir tahun, sebaiknya digunakan data harga saham pada tanggal setelah diumumkannya laporan keuangan perusahaan emiten."
Depok: 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emil Hardy Ridwan
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T6140
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gatot Arya Putra
"ABSTRAK
Pasar modal di Indonesia telah mengalami perkembangan pesat
sebagaimana tercermin antara lain dan kinerja Bursa Efek Jakarta
(BEJ). Tahun 1988, BEJ hanya memiliki 24 perusahaan yang go
public dengan kapitalisasi pasar yang hanya sebesar US$290 juta.
Perubahan yang luar biasa telah terjadi jika kita bandingkan
dengan kinerja BEJ pada tahun 1996. Data bulan Agustus 1996
memperlihatkan kapitalisasi pasar BEJ sebesar US$76 miliar,
Mexico dan Korea Selatan masing-masing memiliki kapitalisasi
pasar sebesar US$86 miliar dan US$181 miliar pada tahun 1995.
Dan gambaran ini tampaknya masih cukup besar ?ruang bagi BEJ
untuk tumbuh lebih pesat lagi.
Pertumbuhan BEJ yang pesat sejak tahun 1988 tidak dapat
dipisahkan dan deregulasi, khususnya di sektor keuangan. Di
antaranya adalah dengan diperbolehkarinya investor asing untuk
memiliki hingga 49 persen saham di bursa. Dampaknya adalah 80
persen perdagangan saham merupakan kontribusi investor asing)
dibandingkan dengan 60 persen di Peru dan 50 persen di Malaysia,
Filipina dan Pakistan. Terakhír pada tahun 1995 pemerintah menge
iuarkan Undang-Undang Pasar Modal 1995 agar pembangunan pasar
modal di Indonesia dapat lebih pesat lagi.
Namun pengembangan pasar modal di Indonesia tampaknya dilak
ukan secara terpisah dengan upaya peningkatan daya saing perusa
haan-perusahaan di dalam negeni. Misalnya dengan tidak terlihat
nya kontribusi pasar modal dalam membenikan insentif terhadap
usaha-usaha yang berorientasi ekspor.
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah Capital
Asset Pricing Model (CAPM), sedangkan teknik estimasi yang digu
nakannya adalah Ordinary Least Square (OLS) dan Autoregressive
Conditional Heteroscedastic (ARCH). Dengan demikian dapat dies
tiniasi besarnya nilai beta, proporsi resiko sistematis dan non
sistematis dan saham-saham yang beredar di Bursa Efek Jakarta.
Penelitian ini memperlihatkan bahwa proporsi risiko nonsis
tematis jauh lebih besar dan proporsi risiko sistematis pada
perusahaan-perusahaan yang go public di BEJ. Artinya risiko yang
ditimbulkan oleh masalah internal perusahaan sangat dominan
ketimbang risiko yang ditimbulkan oleh permasalahan eksternal.
Proporsi risiko nonsistematis yang sangat besar dan penitsa
haan?perusalìaan yang sudah go public sangat mungkin disebabkan
oleh visi rnikro dan perusahaan yang sangat buruk. Visi mikronya
lebih mengacu kepada pencarian rente ekonoini melalui upaya-upaya
yang bersifat patron?kiien. Akhirnya rente ekonomi itu dapat
diperoleh melalui peraturan pemenintah dalanì bentuk monopoli
pasar atau penlindungan melalui berbagai kebijakan pemerintah.
Teori mikroekonomi menyatakan bahwa pasar monopoli merupakan
pasar yang paling tidak efisien, sedangkan pemberian proteksi
yang berlebihan akan membuat pengusaha kurang tanggap terhadap
dinamika pasar.
Untuk memperbaiki daya saing perusahaan?perusahaan domestik
inaka upaya untuk memperbaiki perusahaan harus difokuskan pada
perbaikari kondisi ,nikro masing-inasíng perusahaan seperti rendah
nya kualitas manajemen dan sumber dya manusia. Dalam konteks
yang lebih luas dalan rangka menghadapi menghadapi perdagangan
Negara berkembang bebas maka aspek aspek pembangunan dan fasilitas (Facilitation
and Development Cooperation Aspects) yang didengungkan oleh APEC
(Asia Pacific Economic Cooperation), semisal dalam kerja sama
teknis antara dengan negara maju, menjadi sangat penting.
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Chadijah Oktoviana
"Krisis ekonomi yang berlangsung sejak pertengahan tahun 1997 membawa dampak serius terhadap perkembangan pasar modal kita. Kinerja pasar modal terus memburuk sebagaimana tercermin pada IHSG dan nilai kapitalisasi pasar yang mengalami penurunan, Banyak faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham ini, baik dari aspek internal yang mencakup kondísi fundamental emiten yang sahamnya tercatat dibursa, yaitu adanya penurunan kinerja emiten itu sendiri yang kian memburuk, maupun dari aspek eksternal meliputi krisis nilai tukar, kenaikan suku bunga, krisís perbankan, krisis kepercayaan dan kondisi gejolak sosial politik yang kian marak.
Melihat kondisi yang memprihatinkan, menimbulkan pertanyaan apakah harga saham di bursa efek pada kondisi krisis ekonomi tersebut masih mencerminkan kondisi fundamentalnya, yaitu bahwa saham yang mengalami penurunan nilai tersebut adalah saham-saham dimana emitennya mengalami penurunan kinerja atau merupakan hasil sentimen pasar belaka, atau perdagangan yang dilakukan hanya mengikuti arus yang terjadi di bursa dan tergantung pada informasi yang diidentifikasi sebagai rumor.
Sehubungan dengan fakta diatas, maka studi ini bertujuan untuk mengetahui apakah tingkat pengembalian harga saham di Bursa Efek Jakarta pada kondisi ksisis ekonomi (periode Desember 1997-Desember 1998) masih mencerminkan faktor fundamental emitennya.
Penelitian pada karya akhir ini dilakukan dengan metode analisa regresi berganda, dengan tingkat pengembalian harga saham sebagai variabel terikat dan faktor fundamental yang diperkirakan terexposure pada kondisi krisis ekonomi sebagai vanabel bebas. Berdasarkan volatilitas financial price risk (resiko suku bunga, resiko perubahan nilai tukar, resiko harga komoditi) yang terjadi pada kondisi krìsis ekonomi, ada lo falctor fundamental yang diperkirakan terexposure yaitu: lokasi penjualan produk, sensitivitas industri terhadap sikius bisnis, keberadaan bahan baku import. kondisi kewajiban perusahaan, proporsi kewajiban dalam mata uang asing, proporsi hutang dalam floating rate, kondisi biaya bunga, kondisi hedging, proporsi piutang dalam mata uang asing, kondisi likuiditas perusahaan.
Temuan studi menunjukan bahwa di Bursa Efek Jakarta terdapat keterkaitan yang signifikan antara tingkat pengembalian harga saham dengan faktor fundamental emiten pada kondisi krisis ekonomi periode Desember 1997 - Desember 1998. Walaupun pada saat tertentu arah tingkat pengembaliari barga saham tidak selalu mencerminkan fak?tor fundamental emiten. Hanya 32,3 % variasì tingkat pengembalian harga saham pada kondisi krisìs ekonomi yang dapat dijelaskan oieh faktor fundamental perusahaan dimana 67,8 % lebih cenderung disebabkan oleb faktor ekstemaj seperti kondisj ekonomi makro, suasana politik, kebijakan pemerintab ataupun faktor interna! lain yang tidak tercakup di dalam 10 faktor fundamental yang diteliti.
Penelitian ini menunjukan juga bahwa dari 10 faktor fundamental emiten yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap tingkat pengembaIian harga saham pada kondisi krisis ekonomi (periode Desember 1997 - Desember 1998), terdapat 5 faktor yang secara signifikan mampu menjelaskan variasi perubahan tingkat pengembalian harga saham pada periode tersebut yaitu faktor lokasi penjualan produk (proporsi ekspor), sensitivitas industri terhadap sikius bisnis, proporsi kewajiban dalam mata uang asing, proposi hutang dalam floating rate dan kondisi likuiditas. Sedangkan keberadaan bahan baku import, kondisi kewajiban perusahaan, kondisi biaya bunga, keberadaan hedging dan proporsi piutang dalam mata uang asing tidak signifikan.
Ketidaksigniflkanan beberapa faktor fundamental tersebut dapat disebabkan tidak adanya keterkaitan faktor itu sendiri terhadap tingkat pengembalian harga saham, atau dapat pula dìsebabkan kondisi pasar modal dimana transaksi saham di BES tidak banyak dipengaruhi Gleh analisa fundamental emiten, maupun dan sumber data, dimana laporan keuangan sebagai sumber data tidak menunjukan nilai yang sesungguhnya (adanya window dressing)1 dan juga dalani pengolahan data; adanya our/yer, multikolinieritas pada variabel bebas, adanya keterbatasan dalam pengukuran variabel, contohnya pada variabel import dan hedging dimana sebagian besar perusahaan tidak menunjukkan nilai secara jelas sehingga harus direpresentasikan dalam bentuk dunrny variabel.
Untuk penelitian dimasa datang ada beberapa hal yang dapat menjadi pertirnbangan yaltu bahwa penelitian ini terbatas pada informasi yang tersedia di publik dan adanya ketidakseragaman iformasi yang diperoleh dari laporan keuangan sehingga terdapat beberapa penyederhanaan data yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Maka akan lebih baik apabila dalam penelitian selanjutnya informasi dapat diperoleh langsung dari masing-masing emiten. Selain itu untuk menggambarkan Bursa Efek Jakarta dalam kondisi bearish pada krisis ekonomi akan lebih baik apabila jumlah periode pengamatan ditambah dan adanya perbandingan pada periode sebelum krisis dengan faktor yang sama.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan input yang bermanfaat bagi para investor dalam meramalkan tingkat pengembalian harga saham berdasar faktor fundamental perusahaan pada kondisi bearish, dan bagi para peneliti yang akan mengadakan penelitian lebih lanjut pada masa datang tentang keterkaitan faktor fundamental emiten dan tingkat pengembalian harga saham di Bursa Efek Jakarta pada kondisi bearish. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T5305
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wening Kusharjani
"Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1995 tentang Pasar Modal telah menetapkan adanya suatu lembaga yang wajib menjamin penyelesaian transaksi bursa yaitu Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP) yang saat ini dilaksanakan oleh PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI). Proses penjaminan penyelesaian transaksi bursa mengandung risiko yang besar baik bagi keberhasilan proses penyelesaian transaksi bursa maupun bagi keberlangsungan KPEI. Studi ini inencoba melakukan analisis dan evaluasi atas sistem proteksi yang telah dilaksanakan maupun yang direncanakan oleh KPEI.
Analisis dan evaluasi atas sistem proteksi dilakukan pada kegiatan penanggulangan kegagalan penyelesaian transaksi bursa pada era perdagangan dengan warkat (DW) yang berlangsung saat ini dan pada rencana penjaminan pada era perdagangan tanpa warkat (TW) atau scripless trading yang saat ini sedang lahap persiapan. Sistem proteksi terlihat pada peraturan, pelaksanaan peraturan dan spesifikasi bisnis yang telah ditetapkan. Elemen sistem proteksi yang dijadikan dasar bagi evaluasi berjumlah 5 elemen yaitu risk exposure/evaluation risk control/credit control, risk finance, debt collection dan administration.
Berdasarkan hasil evaluasi atas sistem proteksi pada era perdagangan DW, KPEI dan atau pembuat kebijakan di Pasar Modal lainnya perlu mempertegas ruang lingkup penjaminan KPEI yang diberikan pada era perdagangan DW dalam suatu perangkat hukum yang jelas. Di samping itu, beberapa perangkat operasionalisasi atas peraturan yang telah ada perlu diadakan, mendapat pengesahan secara hukum dan bersifat mengikat para pihak serta dilaksanakan. Hal ini diperlukan agar peraturan yang0 merupakan suatu sistem proteksi dapat berfungsi sebagal sistem proteksi yang efektif.
Berdasarkan hasil evaluasi atas sistem proteksi pada era perdagangan TW, terdapat tiga hal penting yang dapat dijadikan catatan. Pertama, sistem yang sungguh sungguh terintegrasi yang dimulai dan pemantauan risiko sebelum perdagangan, perdangangan dilaksanakan, penyelesaian hingga penyimpanan di kustodian sentral merupakan hal yang mutlak. Koordinasi yang kuat dalam penetapan kebijakan juga mutlak diperlukan. Kedua, alternatif penghindaran ?gagal serah saham? menjadi "serah uang" masih menimbuikan masalah terkait dengan ketidakpastian memperoleh saham di Bursa. Ketiga, perangkat operasionalisasi peraturan yang belum lengkap perlu disiapkan dan mendapat pengesahan pemberlakuannya."
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T3543
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gunawan Rahardjo
"Fenomena Post-earning Announcement Drift (PAD) pertalna kali dikenali keberadannya di NYSE dan AMEX pada tahun 1968 oleh Ball dan Brown. Penelitian yang dilakukan oleh Ball dan Brown tersebut merupakan penelitian terhadap pergerakan return saharn disekitar pengumuman laba (laporan keuangan). Ball and Brown menemukan bahwa return saham ? saham perusahaan yang telah mengumumkan earning yang lebih besar dan perkiraan, returnnya cenderung untuk meningkat terus menerus selama beberapa waktu setelah pengumuman tersebut. Dan hal sebaliknya juga terjadi, yaitu return saham akan turun terus menerus selama beberapa waktu setelah pengumuman laporan keuangan yang mengumumkan laba lebih rendah dan perkiraan.
Studi ini meneliti tentang keberadaan fenomena PAD di Indonesia khususnya di BET. Penelitian yang dilakukan meliputi saham ? saham perusahaan yang telah tercatat di BEJ sejak tahun 1992 dan pengafliatan dilakukan atas sembilan puluh saham yang dipiih secara acak. Pengamatan terhadap return saham - saham dalam pengamatan dilakukan disekitar pengumUnlan laporan keuangan pertengahan dan akhir tahun dalam peniode tahun 1995 sampai dengan tahun 1997.
Unexpected earnings dihitung berdasarkan perkiraan dan time series of earning perusahaan - perusahaan tiap semesternya. Pengumuman laporan keuangan tersebut dikelompokkan menjadi 5 kelompok berdasarkan pada besarnya standardized unexpected earnings (unexpected earnings per standard error of unexpected earnings), dari kelompok 1 (very bad news) hingga kelompok 5 (very good news). Abnormal return di sekitar pengumuman laporan keuangan dihitung berdasarkan return saham dikurangi dengan return portfolio yang terdiri dari saham - saham perusahaan dengan kelompok nilai kapitalisasi yang sama.
Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa bertambahnya abnormal return secara terus menerus untuk perusahaan yang mengumumkan "good news" laporan keuangan dan berkurangnya abnormal return bagi yang mengumumkan "bad news" terjadi di BEJ, tetapi tidak berarti secara statistik. Selain itu juga ditemukan bahwa perbedaan pergeseran antara kelompok "very good news" dan "very bad news", yaitu selisih CAR antara kedua kelompok tersebut semakin membesar secara berarti untuk beberapa periode pengamatan (terus bergeser pada arah yang berlawanan).
Pengelompokican saham - saham berdasarkan nilai kapitalisasinya menunjukkan bahwa untuk "very good news" laporan keuangan, harga saham bereaksi secara berarti tepat pada saat pengumuman laporan keuangan untuk perusahaan - perusahaan dengan nilai kapitalisasi pasar besar. Sedangkan untuk perusahaan - perusahaan dengan nilaial kapitalisasi pasar kecil, abnormal return justru bergerak negatif dimulal sebelum laporan keuangan tersebut diumumkan.
Untuk pengumuinan "very bad news" laporan keuangan, pergeseran abnormal return untuk saham perusahaan - perusahaan dengan kapitalisasi pasar kecil terjadi pada periode 1 hingga 10 hari setelah pengumuman. Sedangkan perusahaan - perusahaan dengan kapitalisasi pasar besar, cumulative abnormal return saham ? saham tersebut bergerak secara berarti dan 40 han sebeluni hingga 20 han setelahnya.
Fenomena PAD teijadi di BE! secara lemah, yang berarti bertambahnya abnormal return disekitar pengumuman laporan kcuangan secara tenus menerus sangat kecil. Tetapi dari hal tersebut tidak dapat ditarik kesimpulan logis bahwa BEJ telah efisien dalam bentuk setengah kuat. Hal ini dapat dililiat dari arah dan besarnya respon dan pasar tepat pada saat tanggal pengumuman laporan keuangan, yang mana BEJ hanya memberikan respon dengan arah yang sesuai dan berarti secara statistik pada pengumuinan "very good news". Dua kemungkinan penyebab hal tersebut adalah laporan keuangan yang tidak dianggap sebagai informasi yang berarti bagi publik atau kelemahan dalam metodology penelitian PAD ini."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feber Suhendra
"Penelitian ini akan melakukan analisis pengaruh perbedaan kebijakan. makro yang terdiri atas kebijakan moneter, inflasi dan pertumbuhan ekonomi dengan aspek-aspek fundamental antara lain Deviden Payout (DPO), Debt to Equity Ratio (DER) dan Deviden Per Share (DPS) pada Price Earning Ratio (PER). Periode Penelitian yang digunakan adalah 1993 - 1996 sebagai periode sebelum krisis sedangkan 1998 - 200i sebagai periode selama krisis. Sampel yang digunakan adalah perusahaan manufaktur sebesar 88 emiten, Pada tahap awal pengujian dilakukan secara regresi dengan metode cross section untuk setiap tahun pengamatan, selanjutnya untuk melihat konsistensi nilai variabel tersebut dilakukan pengujian secara pooled section dengan metode data panel untuk periode sebelum dan selama krisis. Sebelum melakukan pengujian diatas terlebih dahulu melakukan pengujian casewisediagnostic, multikolinearitas, while heteroskedastis dan autokorelasi.
Untuk menguji pengaruh perbedaan efek kebijakan makro menggunakan uji Mann-Whitney U dan regresi linear secara dummy variabel. Adapun asumsi dummy yang diajukan Kebijakan Moneter (KM) sama dengan 1 jika Bank Indonesia menurunkan tingkat diskon mulai sebelum awal tahun hingga sesudah akhir tahun pendapatan. KM sama dengan 0 jika BI menaikkan tingkat diskon mulai sebelum awal tahun hingga sesudah akhir tahun pendapatan; Inflasi tinggi sama dengan 1 jika tingkat inflasi dalam satu tahun lebih dari 10 %, dan rendah jika kurang dari 10 %; Pertuinbuhan ekonomi yang meningkat diberi kode 1 dan menurun sama dengan 0.
Pada pengujian regresi yang konsisten signifikan mempengaruhi PER adalah DPO, sedangkan DER tidak signifikan pada tahun 1995, 1999, 2000 dan 2001 karena adanya pengaruh stock split. Pengujian secara pooled section baik sebelum maupun selama krisis menghasilkan DPO, DER, dan LnDPS secara bersama-sama signifikan berpengaruh terhadap PER. Hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh DPO dan DER terhadap PER adalah positif, sebaliknya pengaruh DPS terhadap PER adalah negatif.
Pada pengujian Mann Whitney U, variabel PER secara konsisten selalu signifikan. Untuk pengujian regresi secara dummy variabel diperoleh apabila bank sentral menurunkan tingkat suku bunga pada periode sebelum dan selama krisis maka diperkirakan PER akan bertambah; dan apabila terjadi efek inflasi yang tinggi periode sebelum dan selama krisis maka diperkirakan PER akan turun; serta apabila terjadi efek pertumbuhan ekonomi yang meningkat pada periode sebelum dan selama krisis maka diperkirakan PER akan meningkat."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T18812
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewiyanti Krisdjoko
"ABSTRAK
Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan Laba dipengaruhi oleh faktor-faktor
yang bersifat systematic dan unsystematic, sedangkan fluktuasi harga saham dalam batas-
batas tertentu juga dipenganruhi oleh faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor yang bersifat
systematic merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi semua perusahaan atau industri,
sedangkan faktor-faktor yang bersifat unsystematic adalah spesifik dan hanya
mempengaruhi perusahaan atau industri tertentu saja
Risiko sistematis ditentukan oleh besar kecilnya koefisien beta yang menunjukkan
tingkat kepekaan harga suatu saham terhadap harga saham secara keseluruhan di pasar.
Risiko ini berkaitan dengan risiko ekonomi secara keseluruhan. Semua perusahaan di
Indonesia pasti dipengaruhi oleh situasi ekonomi nasional, walaupun pada tingkat yang
berbeda-beda. Faktor- faktor tersebut adalah pertumbuhan ekonomi, tingkat suku bunga,
tingkat inflasi, nilai tukar valuta asing dan kebijaksanaan pemerintah di bidang ekonomi.
Selanjutnya risiko tidak sistematis merupakan risiko yang timbul karena faktor-faktor milcro
yang dijumpai pada perusahaan atau industri tertentu. Faktor-faktor tersebut antara lain
struktur modal, struktur alctiva, dan tingkat likuiditas perusahaan.
Setiap perusahaan mempunyai daya tahan yang berbeda terhadap pengaruh yang
bersifat ekstemal. Artinya tingkat sensitivitas setiap perusahaan (saham) terhadap pengaruh
pasar/ekonomi sangat berbeda. Bagi suatu perusahaan yang sangat sensitif terhadap
pengaruh pasar/ekonomi mempunyai risiko pasar yang sangat tinggi dan sebaliknya.
Dalam karya akhir ini, fokus penelitian adalah pada analisis fundamental khususnya
berkenaan dengan dampak dan kondisi makroekonomi sebagai pengaruh eksternaI yang
mempengaruhi risiko sistematis terhadap fiuktuasi return saham di pasar modal. Pengujian
dilakukan pada saham-saham yang berada pada faktor yang berbasis sumberdaya alam.
Hasil penelitian dengan menggunakan APT theory menunjukkan bahwa faktor
makroekonomi kurang mampu mejelaskan return saham dengan baik. Excess faktor
makroekonomi bukanlah faktor yang secara signifìkan mempengaruhi return saham
perusahan terutama pada sektor dengan basis sumberdaya alam di bursa Indonesia.
Berdasarkan 15 model APT yang diestimasi dapat disimpulkan bahwa excess faktor
makroekonomi yang berpengaruh terhadap seluruh model saham adalah excess faktor kurs,
dan pengaruh signifikan berikutnya terhadap model adalah faktor tingkat sukubunga.
Sebagai saran adalah bahwa data excess faktor makroekonomi dapat dimanfaatkan
sebagai data pendukung dalam analisis pemilihan saham karena kondisi pasar modal
Indonesia yang belum efisien. Perlu dicoba mencari faktor lain selain excess makroekonomi
berupa kurs, Jibor rate, inflasi, GDP yang telah digunakan dalam variabel penelitian, untuk
membangun model APT yang lebih baik. Faktor tambahan yang disarankan untuk dipakai
adalah Market Index (indeks pasar BEl).
"
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T3542
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roikhan Ma
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>