Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159444 dokumen yang sesuai dengan query
cover
M. Taufiq Rochman; Sudarmadi
"ABSTRAK
Deregulasi dibidang usaha jasa angkutan udara InternasiOflal
yang dimUlai di Amerika Serikat, ditandai dengan diperbolehkannya
setiap Airline yang ada untuk menentukan tarif, jumlah frekuensi
penerbangan dan menetapkan rute penerbangan sendiri. Hal ini
mengakibatkan banyak perusahaan penerbangan melakukan strategi
perang tarif untuk memperoleh panysa pasar didalam pasar yang
ada. Sebagal Flag Carrier, maka Garuda Indonesia juga harus rnampu
mengantisiPasi kondisi di pasar Internasional demikiari itu dengan
menerapkan strategi yang tepat untuk dapat mempertahankan ataU
bahkan meningkatkan keberadaannya.
Sebagai akibat adanya perang tarif di pasar Internasional,
maka munculah bermacam-macam jenis tarif untuk kelas kompartemen
yang sama, terutarna kelas ekonorni. Hal ini mengakibatkan kemung
kinan terjadinya dilusi, yaltu pendapatan yang rendah pada jumlah
penumpang yang tiriggi karena terlalu banyak penumpang yang mmnba
yar tiket dengan potongan harga, atau penumpang yang naik kelas
karena hadiah. Untuk mengatasi hal tersebut maka Airline perlu
menerapkan suatu Yield Management agar tetap rnendapatkan profit
yang maksimal walaupun harus menerapkan jenis tarif yang berbeda
dalam kelas yang sama.
Sudah saatnya PT. Garuda Indonesia menerapkan Yield Manage
ment agar mampu bersaing dipasar Internasional, disamping saat
ini Garuda Indoneala telah banyak memiliki staff yang mengerti
tentang konsep Yield Management, juga memiliki sistem pencatatan
harga tiket yang dibayarkan penurnpang yang akan mendukung penera
pan konsep tersebut. Dengan menggunakan Yield Management kita
dapat meramalkan Jumlah penumpang untuk tiap kelas tarif dalam
suatu penerbangan dengan menggunakan data historia, juga kemudian
dapat dihitung alokasi kursi (seat allocation) dan otorisasi
pesanan berlebih (authorized capacity) untuk tiap kelas tarif
tersebut, agar tetap mendapatkan profit yang maksimal dalam suatu
penerbangan.
Jika kita ingin menerapkan Yield Management pada jalur?jalur
penerbangan yang tersebar dan dalam jumlah yang besar, dimana
akan melibatkan penggunaan data yang juga cukup besar, maka
pengolahannya perlu menggunakan bantuan perangkat komputer. Kami
rnengusulkan suatu Model Sistem Pendukung Keputusan (SPK) atau
Decision Support Systems (DSS) berbasis komputer untuk mengatasi
perrnasalahan penerapari Yield Management diatas. Untuk mengembang
kan SPK tersebut, maka perlu rnemodif?ikasi sistem reservasi yang
telah dimiliki dengan menambahkan kemampuan pencatatan kelas
tarif untuk kelas kompartemen ekonomi. Disamping itu agar terca
pai hasil yang lebih optimal dalam penerapan SPK tersebut, maka
perlu dilakukan riset pasar? untuk memperoleh hasil yang lebih
baik teritang perkiraan kebutuhan kelas tarif dan peramalan jum?Iah
penumpangnya.
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudy Setyopurnomo
"ABSTRAK
Kecenderungan jangka panjang dari jasa angkutan udara selalu dipengaruhi dan konsisten terhadap pertumbuhan ekonomi. Meskipun dunia penerbangan secara keseluruhan menunjukkan angka yang menggembirakan, pada dasarnya profitability perusahaan penerbangan adalah marginal. Perusahaan penerbangan mempunyai keterbatasan dalam gerakannya, antara lain karena peraturan pemerintah. Demikian pula persaingan antar perusahaan penerbangan sangat ketat dan keras karena sifat dari business tersebut.
Perencanaan armada dengan metoda kuantitatif memerlukan data yang baik, relevan dan konsisten. Aspek yang penting dalam pembentukan model adalah pemilihan spesifikasi yang berdasarkan pada teori, empiris dan pertimbangan kepentingan pemakai.
Metoda kualitatif dapat juga dipakai untuk merencanakan armada tetapi harus dilakukan dengan metoda yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan.
Garuda Indonesia sebagai perusahaan penerbangan yang mempunyai armada . yang besar sudah seyogyanya memiliki Biro Perencanaan dan Pengembangan yang berfungsi dengan aktif dalam merencanakan armadanya.
Dalam tiap divisi perlu dikembangkan bidang Reseach & Development untuk dapat mengantisipasi perubahan lingkungan dengan cepat, dan terkoordinasi dengan Pusat Perencanaan & Pengembangan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Udin Sumantri
"ABSTRAK
Era globalisasl memberi dampak positlp atas pertumbuhan peranan transportasi
udara dewasa ini rnaupun dimasa mendatang, dimana tingk.at pertumbuhan
mencapai 6,6% per tahun. Pertumbuhan transportasl udara ini akan berdampak
langsung pada pertumbuhan perawatan pesawat udara itu sendiri.
PT. Garuda Indonesia merupakan perusahaan penerbangan nasional Indonesia
dengan fokus jalur penerbangan luar negri. Dalam mendukung kelancaraan
operasional penerbangan pesawat udara Garuda Indonesia, Garuda Maintenance
Facility (GMF) merupakan pusat perawatan pesawat udara Garuda Indonesia.
Dalam mengantlsipasi persaingan penerbangan yang semakin ketat, Garuda
Miantenance Facility selalu berusaha untuk mengembangkan kapabilitas dan
kapasitasnya. Hal ini telah dilaksanakan melalui perluasan hanggar dan
fasilitasnya, serta peningkatan kemampuan dari para personelnya.
Jumlah personel Garuda Maintenance Facility telah mencapai 2981 pegawai
dengan aneka ragam profesi. Jurnlah personel yang demikian besar rnerupakan
asset perusahaan yang sangat vital yangakan menentukan masadepan perusahaan.
Sumber Daya Manusia di Garuda maintenance Facility merupakan critical succes
factor, yang harus dikelola, dibina dan dik.embangkan demi mas a de pan perusahaan.
Garuda Maintenance Facility harus mampu untuk membina para personelnya
untuk menjadi pegawai-pegawai yang profesional, yang memiliki kemampuan
tinggi dalam perawatan pesawat udara dan komponennya. Tantangan untuk
Gruuda Maintenance Facility tidak h~ya untuk perawatan pesawat udara yang
dimiliki Garuda Indonesia, tapi juga pesawat-pesawat luar dalam rangka sebagai
profit centre
Dalam upaya pembinaan para personelnya tersebut, Garuda Maintenance Facility
harus mengadakan pembenahan yang serius khususnya pada hal-hal yang sangat
rawan dibidang SDM. Hal-hal yang saat ini merupakan permasalahan utama
dibidang SDM Garuda Maintenance Facility adalah tentang tidakadanyajenjang
pegawai fungsional, Pola pendidikan dan latihan, sistim Production Planning &
Control/PPC dan budaya kerja.
Fokus penekanan pada tulisan ini adalah tentang penyusunan jenjang karir
fungsional, dimana melalui pengaturan pola ini maka akan termasuk pengaturan
Pola pendidikan dan latihan, peningkatan produktifitas kerja yang (selanjutnya
harus dikaitkan pada sistim PPC) dan budaya perusahaan serta sebagai sarana
dalrun pembinaan dan motivasi pegawai yang efektif.
Jenjang karir jabatan fungsional di Garuda Maintenance Facility mencakup
jabatan Teknisi, Inspector, Planner dan Engineer, yang secara organisatoris
dibawahkan oleh pejabat struktural tapi sistim k.epangkatan berdasarkan profesinya
dan tidak dibatasi oleh pejabat struktural yang membawahkannya.
Sistim jenjang karir ini bersifat terbuka, dalam arti memungkinkan teljadinya
perubahan profesi antara jabatan fungsional itu sendiri atau antara jabatan
fungsional dan struktural.
Pembinaan jenjang karir fungsional ini merupakan upayastrateglsdibidangbisnis
penerbangan. Tampaknya tidak akan pen1ah te:tjadi suatu perusahaan penerbangan
akan memiliki keunggulan dari para pesaingnya dengan mengabaikan pembinaan
sumber daya manusia."
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maramis, Eddy; Syahnun
"ABSTRAK
Salah satu elemen dalam bauran pemasaran yang mendatangkan pendapatan adalah
harga. Tidaklah tnudah untuk menetapkan suatu strategi penentuan barga. Kesalahan umum
yang sering teiadi adalah: penetapan harga yang terlalu berorientasi kepada biaya sehingga
untuk beberapa produk tertentu, misalnya jasa angkutan penumpang udara untuk kelas
ekonomi, dapat mengakibatkan harganya diluar jangkauan segmen pasar kelas ekonomi
sehingga kurang laku di pasar. Atau harga yang terlalu rendah jauh dibawah titik pulang
pokok bahkan tidak clapat menutup biaya marjinal yang timbul karena terlalu berorientasi
kepada pasar akan mengakibatkan kerugian yang dialami paling tidak untuk jangka pendek.
Kebijakan barga juga dapat merupakan saLah satu senjata yang tersedia bagi manajer
untuk bersaing, misalnya: strategi harga promosi untuk produk baru, dan strategi harga untuk
bauran produk berdasarkan produk uni, diferensiasi, dan lain-lain.
Penentuan harga dalam jasa angkutan penumpang udara selain dipengaruhi oleh faktor
internal perusahaan, juga sangat dipengaruhi oleh fakior eksternal yaitu IATA (International
Air Transport Association) sebagai badan dunia yang diberikan wewenang mengkoordinasikan
penetapan tarip internasional, pemerintah dengan wewenang persetujuannya (approval) yang
dimilikinya agar suatu tarip dapat dinyatakan berlaku, dan kondisi pasar serta persaingan yang
ada.
Didalam perulisan karya akhir ini, dibahas mengenai strategi penetapan harga jasa
angkutan penumpang udara pada pasar regional. Dan pasar regional yang dipilih adalab rute
Jakarta - Singapura pulang-pergi dengan mengambil studi kasus di PT Garuda Indonesia.
Garuda Indonesia sebagai national carrier Indonesia, dipilib disini karena sumber
permintaan pasar Jakarta - Singapura adalab berasal clad Indonesia dan Garuda Indonesia
menguasal pangsa pasar yang terbesar, yaitu mencapai 36%. Disamping itu, yang menarik
adalah Garuda Indonesia sebagai BUMN (Badan Usaha Milik Negara) juga mempunyai misi
yang agak berbeda dengan penerbangan internasional lainnya pada sektor tersebut, yaitu
melaksanakan dan menunjang kebijakan dan program pemerintab di bidang pembangunan dan
ekonomi nasional pada umumnya, khususnya di bidang jasa perigangkutan udara dan bidang
Lainnya yang terkait. Sehingga nampaknya tidak terlalu berorientasi pada bisnis karena misi
yang diembannya tersebut.
Lingkup strategi penetapan barga yang dibahas dalam karya akhir ini dibatasi hanya
pada: identifikasi peluang dan hambatan yang ada dan mungkin terjadi; kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki seperti penguasaan pangsa pasar, kualitas produk; analisis atas misi,
tujuan, strategi barga yang tepat; seda ramalan pasar, seperti open sky policy dan pemerintab
yang akan meningkatkan persaingan; dan kemungkinan kenaikan dan penurunan harga pasar.
Telab dilakukan analisa korelasi dan regresi terhadap data sejarab operasional Garuda
Indonesia dan STA pada tahun 1993 dan 1994 untuk rute Jakarta - Singapura pulang pergi
dengan memperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan Garuda Indonesia
seperti: strategi penetapan barga, pangsa pasar GA dan STA, dan nilai kurs dollar Singapura.
Ditemukan bahwa ada dua cara strategi barga, yaitu pertama dengan memberikan reduksi, dan
kedua dengan strategi menaikan harga, yang masing-masing berbeda untuk rute pergi dan
pulang.
Pada sektor Jakarta - Singapura, strategi barga dengan pemberian reduksi akan
menurunkan pendapatan Ganada sebesar 11,7%, tetapi pangsa pasar naik sebesar 11,5%.
Sedangkan bila dilakukan strategi inenaikan barga, maka pendapatan Garucla akan tunan lebih
sedikit yaitu 7,9% tetapi pangsa pasar Garuda akan turun drastis 28%.
Pacla sektor Singapura - Jakarta, strategi barga dengan pemberian reduksi akan
menurunkan pendapatan Garuda sebesar 20,2% , tetapi pangsa pasar Garuda akan naik 8,3%.
Sedangkan dengan strategi menaikkan barga akan meningkatkan pendapatan sebesar 33,2%,
dan pangsa pasar juga akan naik sebesar 7,5%.
Dari temuan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa permintaan pada pasar Jakarta -
Singapura sangat sensitif terhadap reduksi dan kenaikan barga. fiai ini cukup logis kareria
sebagian besar penumpang melakukan peijalanan pada rute tersebut untuk tujuan wisata.
Sedangkan pada pasar Singapura - Jakarta, tidak sensitif terhadap kenaikan barga, tetapi
sensitif terhadap penurunan harga.
Dengan mengetahui hat ini, maka strategi barga dapat dipilih berdasarkan obyektifitas
strategi bisnis Ganada dalam melakukan aictivitas usahanya. Jika obyektif strategi barga adalah
untuk tneningkatkan pendapatan maka pasar Jakarta- Singapura atau sebaliknya, dapat
dilakukan strategi kenaikan barga. Jika obyckiif dan strategi barga adalah untuk memperbesar
pangsa pasar, maka sebaiknya Garuda metakukan strategi reduksi barga untuk kedua pasar
tersebut.
Dengan memiliki pangsa pasar yang besar Ganada akan memiliki citra yang balk bagi
penumparig. Tingkat loyalitas pelanggan semakin tinggi dan usaba berkelanjutan untuk jangka
panjang akan tercapal. Jadi keuntungan yang akan diperoleb Garuda adalah keuntungan untuk
jangka panjang bukan pada saat sekarang. Tetapi strategi harga reduksi oleh pesaing dan
mudahnya strategi ini ditiru oleh pesaing merupakan ancaman bagi Garuda. Oleh karena itu,
maka sebaiknya Garuda Indonesia dalam strategi bisnisnya melakukan strategi harga yang
terkait erat dengan differensiasi produknya. Dengan differensiasi produk dan tingkatan harga
yang ditawarkan kepada konsumen maka dapat diharapkan Garuda akan mendapatkan
pendapatan yang lebih tinggi.
Salah satu strategi harga yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan strategi harga
bundel (paket), yaitu harga gabungan tiket pesawat dengan jasa hotel dan kunjungan wisata
untuk memberikan kemudahan bagi kebutuhan konsumen, karena sebahagian besar konsumen
Jakarta-Singapura bertujuan untuk wisata termasuk dengan penerbangan lanjutan dan sebagian
dikombinasikari dengan bisnis.
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henny Nurcahyani
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prijastono Purwanto
"ABSTRAK
Saat ini PT Garuda Indonesia menghadapi persaingan yang semakin ketat, baik di
pasar domestik maupun regional/internasional. Dari segi manajemen transportasi udara,
Garuda memiliki beberapa alternatif alat yang strategis (strategic tools). Alternatif tadi
dapat digunakan untuk membangun strategi bersaing yang dapat memberikan hasil pangsa
pasar yang baik. Di antara alternatif alat strategis tersebut, yang paling dekat dengan
bisnis ini (core business) Garuda adalah struktur rute dan armada pesawat terbang.
Suatu perusahaan penerbangan hams selalu menyesuaikan kapasitas angkutnya
dengan perkembangan yang teijadi di pasar. Penlngkatan kapasitas angkut itu sendiri
dapat dilakukan melalui cita cara, yaitu frekuensi penerbangan, baik pada rute yang sudah
ada, atau dengan pembukaan rute barn untuk inemperhias wilayah pelayanannya. Agar
operasi penerbangan pada suatu jaringan rute dapat mendatangkan keuntungan, maka
perusahaan penerbangan perk memilili jenis pesawat yang paling sesuai untuk
menerbangi rute yang mempunyth karakteristik tertentu.
Sampai tahun 1997, Garuda melakukan kerjasama dengan Merpati untuk
menerbangkan penumpang Garuda ke tujuan-tuluan domestik yang tidak dilayani Garuda.
Namun dewasa ini proses pemisahan operasi Merpati dan Ganada telah mencapai tahap
akhir. Hal ini menjadikan Garuda perlu mengembangkan jaringan rute domestiknya sendiri
untuk mendukung rute regional Asia dan Internasionalnya. Selain itu, Garuda juga perlu
mengambil alih kendali atas kualitas dan daya tarik produknya di pasar domestlk. Untuk
itu, Garuda harus menerbangi kembali domestiknya yang pada tahun 1988
pernah diserahkan ke Merpati.
Sebagai bahan pembahasan, studi ini memilih empat pasar penumpang sekunder,
yaitu pasangan kota dengan tingkat permintaan di bawah 100.000 tempat duduk per
tahun. Keempat pasar tersebut adalah pasangan kota Jakarta-Palu dan Jakarta-Kendari
dltambah dengan pasangan kota Ujungpandang-Palu dan Ujungpandang Kendari. Struktur
rute yang dibangun menghubungkan Jakarta dengan Palu dan Kendari dengan
Ujungpandang sebagai kota persinggahan.
Untuk segmen rute Ujungpandang-Palu dan ujungpandang-Kendari, dari segi
kapasitas dan waktu tempuh, jenis pesawat regional ternyata efektif untuk melayani
tuntutan pasar. Dari segi kapasitas, penggunaan pesawat regional dapat menjamin ringkat
load factor paling tidak 58.5%. Dari segi waktu tempuh, penerbangan dengan pesawat
regional, walaupun bermesin turboprop namun dapat menghasilkan waktu tempuh yang
kompetitif. Atas dasar hasil analisis tersebut, maka armada Garuda sebaiknya dilengkapi
dengan sejumlah pesawat regional berkapasitas di bawah 100 seats untuk keperluan
penetrasi ke pasar sekunder.
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulianto Poerwodihardjo
"ABSTRAK
Tantangan bagi Garuda Indonesia di dalam menghadapi persaingan bisnis di dalam
industri airline baik di pasar domestik maupun internasional pada tahun-tahun mendatang
akan semakin berat. Hal tersebut dipengaruhi oleh cepatnya perubahan dan perkembangan
yang terjadi pada industri airline dewasa ini, terutama disebabkan karena industri airline di
hadapkan pada issue-issue penting seperti deregulasi, liberalisasi, privatisasi, multirateral
agreement dan strategi aliansi yang telah mendorong munculnya mega carrier yang
berskala global.
Bagi Garuda Indonesia, prospek usaha pada dunia bisnis penerbangan yang
dihadapai saat ini dan di masa yang akan datang, mempunyai potensi yang besar untuk
berkembang. Pasar yang ada di berbagai kawasan masih dapat ditumbuh kembangkan lebih
lanjut, diperkirakan pasar Garuda Indonesia tumbuh sebesar +/- 5.7% pertahun. Hal tersebut
sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat baik di dalam negeri maupun di kawasan
Asia Pasifik. Namun demikian, tanpa persiapan yang matang serta penetapan strategi
korporasi yang terpadu secara menyeluruh, maka Garuda Indonesia bisa tenggelam justru
ditengah maraknya industri penerbangan dalam masa recovery setelah masa perang teluk
dewasa ini.
Meskipun kemungkinannya masih akan ada proteksi pemerintah yang dilakukan
untuk melindungi airline domestik termasuk Garuda Indonesia, akan tetapi di masa yang
akan datang tampaknya hal tersebut akan segera dilepaskan, mengingat adanya desakan
?open sky? baik melalui multilateral agrrement seperti GATT maupun bilateral agreement
yang semakin kuat, serta pertimbangan ekonomi bahwa sumbangan dunia bisnis
penerbangan kurang lebih hanya sebesar 7% dan perekonomian secara keseluruhan. Sebagai
contoh pembebasan proteksi tersebut adalah dengan dikeluarkannya PP-20 baru-baru ini,
yang memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi swasta asing (PMA) untuk mendirikan
perusahaan airline di Indonesia, serta adanya kerjasama antara Pemerinlah Indonesia dengan
Pemerintah Singapura di bidang pariwisata, yang telah membuka jalur penerbangan langsung
di beberapa kota di Indonesia dengan Singapura, baik oleh Singapore Airline maupun carrier
di Indonesia dan pemberian fifth freedom kepada Singapore Airline untuk penerbangan ke
Australia.
Oleh karena itu jalan satu-satunya bagi Garuda Indonesia adalah mempersiapkan diri
melalaui penetapan strategi secara menyeluruh dan terpadu termasuk penetapan strategi di
bidang keuangan seperti ?Cost Leadership? misalnya. Salah satu cara untuk unggul di bidang
cost leadership adalah dengan menekan alternatif investasi yang tepat dan berbiaya rendah.
Untuk itu dipenlukan satu strategi keuangan yang menyeluruh dan terkait dengan strategi
korporasi, disamping diperlukan juga cara perhitungan keuangan yang matang untuk setiap
investasi yang akan di lakukan dengan menggunakan model analisis dan proyeksi keuangan
atas dasar ?Fleet Plan? yang telah disepakati. Kendala utama yang di hadapi adalah justru
dalam pembuatan ?Fleet Plan? ¡tu sendiri yang masih banyak terpenganik path faktor-faktor
eksternal. Namun dernikian, path akhirnya kembali kepada komitmen top manajemen
Garuda yang alcan memutuskan bagaimanakah bentuk ?Fleet Plan? yang tepat.
Model analisis dan proyeksi keuangan yang di terapkan dalam karya akhir (thesis) ini
menggunakan analisis makro, yang di namakan ?Macro Spreadsheet Methodology
Diagram?. Model dimaksud merupakan penjabaran danipada model umum analisis pada
airline yang kompleks dan komprehensif kedalam bentuk diagram spreadsheet dengan
menggunakan bantuan software komputer Lotus for Window 4.01. Tehnik-tehnik yang
digunakan di dalam analisis tersebut, juga menggunakan tehnik ?capital budgeting? dan
metode easiblliçy study? yang sesuai dengan kriteria umum seperti ?Net Present Value?,
?Rate of Return? dan sebagainya khususnya yang cocok untuk airline.
Dari hasil perhitungan dengan model analisis dan proyeksi keuangan Garuda
Indonesia atas ?Fleet PIan? tahun 1994 - 2004, yang meliputi investasi pembeian 2 (dua)
pesawat 1.3747-400 dan 7 (tujuh) pesawat B737-400, 3er14 pcnycwaaan pcsawat (leasing)
yang dilakukan cperti pesawat Airbus300-600 dan MD-il, diperoleh hasil proyeksi
keuangan yang menyeluruh, baik berupa proyekai anis kas, proyeksi rugi laba, proyeksi
neraca dan proyeksi rasio keuangan. Di dalam proyeksi keuangan tersebut bila di ukur dati
evaluasi proyck dengan mcnggunakan Net Present Value, diperoich angka yang positif
sebesar USS 2472,749.OOE sehingga dapat dikatakan bahwa ?Fleet Plan? Garuda Indonesia
tahun 1994 - 2004 cukup byak dan feasible
Akan tetapi bila diukur dengan menggunakan analisis tasio, posisi keuangan Garuda
Indonesia pada tahun-tahun awal sarnpai dengan tahun 1999 dalam tingkat yang kurang
menguntungkan, hal tersebut disebabkan karena beban bunga dan depresiasi yang cukup
tinggi. Tingginya beban bunga dan depresiasi tersebut disebabkan karena tingginya biaya
investasi untuk pembeian sembilan buah pesawat baru yang mencapal USS 650 juta
Meskipun demikian, Dan segi financial exposure peneiimaan Garuda Indonesia yang multi
currency cukup membantu memperkuat posisi keuangan perusahaan, terutama didalam
rangka memenuhi kewajiban keungan kepada pihak-pihak lender di luar negeri.
Keuntungan lain dengan penerapan model analisis dan proyeksi keuangan ini adalah,
dapat diketahui pula mengenai proyeksi statistik produksi dan operasi Garuda Indonesia,
yang dapat di gunakan sebagal pedoman dalam penyusunan budgetlanggaran tahunan selama
periode proyeksi tersebut. Disamping itu dengan penerapan model analisis dan proyeksi
keuangan seperti ini, akan dapat di adakan simulasi terlebih dahulu sebingga diperoich alasan
yang kual untuk memilih ?Fleet Plan? dengan kondisi yang paling baik dengan komposisi fleet
yang menguntungkan.
"
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Adi Putra S.
"PT.Garuda Indonesia adalah perusahaan penerbangan nasional dan merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bawah Departemen Perhubungan yang saat ini memberikan jasa pelayanan penerbangan ke beberapa kota di dalam negeri maupun penerbangan internasional. Dengan semakin gencarnya dorongan globalisasi khususnya di Indonesia, maka pemerintah sudah mengantisipasi dampak makro yang berhubungan dengan pertumbuhan perekonomian di dalam negeri sehingga timbul kebijakan penghapusan monopoli bagi Garuda Indonesia serta kebijakan Open Sky Policy yang membuka kesempatan bagi perusahaan asing urituk ekspansi memasuki wlayah Indonesia dan merubah struktur industri ke dalam pasar yang bersaing.
Dalam bidang jasa perhubungan udara, dampak yang paling nyata adalah semakin kuatnya kompetisi persaingan dengan perusahaan-perusahaan penerbangan swasta baik yang berasal dan dalam negeri maupurt yang berasal dan luar negeri dalam melayani jalur-jalur penerbangan domestik maupun internasional. Kondisi ini merupakan pemicu bagi Garuda Indonesia untuk meningkatkan kualitas produk dan pelayanan dalam mempertahankan bahkan meningkatkan pasarnya, serta agar mampu bersaing dengan para kompetitor. Strategi bisnis dan strategi pemasaran yang dibentuk merupakan hash analisa Iingkungan eksternal untuk mencari peluang dan menghadapi ancaman serta analisa lingkungan internal untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaa relatif terhadap pesaing utamaflya, yang ditujukan kepada strateg fokus dan strategi bauran pemasaran (marketing mix) jasa angkutan udara.
Disamping berusaha meningkatkan kualitas produk dan pelayanan, sebaiknya Garuda Indonesia juga meningkatkan kemampuan manajemennya dengan tujuan agar strategi pemasaran yang dibentuk dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan. Beberapa kiat agar strategi tersebut berjalan dapat dicapai melalul : pemanfaatan sumber daya yang tepat untuk setiap jaririgan rute sehingga menghasilkan kontribusi yang maksimum yang berorientasi kepada pelanggan, peningkatan daya tank produk dan jasa untuk dapat meningkatkan pangsa pasar, konsistensi di dalam menjaga kualitas produk dan pelayanan, peningkatan efisiensi pada penyampalan produk dan jasa dengan fleet plan yang ramping, melakukan perubahan paradigma sumber daya manusia di segala bidang dan di segala lapisan agar tercipta manajemen yang efektif dan etisien, perwakilan setempat proaktif untuk mempertahankan dan menggali peluang bisnis di wilayahnya, dan sedikit investasi berupa advertising dan promosi untuk mempertahankan I meningkatkan pangsa pasar, serta pemantauan untuk mendapat umpan balik agar dapat clievaluasi dan digunakan untuk studi lanjutan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Prasetya
"ABSTRAK
Genderang perang harga yang dimulai oleh sejumlah maskapai penerbangan baru
telah menyulut kegerahan maskapai-maskapai lainnya yang sudah sejak lama bermain di
industri penerbangan nasionaL Kegerahan tersebut timbul karena adanya kekhawatiran
dan maskapai-maskapaj penerbangan lama yang merasa takut kehilangan konsumennya
oleh ulah masakapal-maskapal baru yang menetapkan harga yang sangat murah bahkan
hingga mencapai batasan harga minimum INACA. Agar tidak tersisih dan persaingan,
mau tidak mau maskapai-maskapaj penerbangan yang lama pun akhirnya ikut-ikutan
menetapkan harga yang semurah-murahnya bagi konsumen. Akibatnya hampir seluruh
maskapai penerbangan nasional saat ini ikut dalam perlombaan saling memperebutkan
konsumeri dengan cara-cara yang dapat dikatakan sudah tidak sehat lagi. Fenomena
seperti inilah yang menggambarkan persaingan di industri penerbangan nasional saat ini.
Untuk tetap bertahan di dalam persaingan seperti itu tidaklah mudah. Beban biaya
operasional yang tinggi, ditambah dengan beban kurs mata uang rupiah terhadap dollar
yang belum membaik, akan memberatkan kelangsungan hidup suatu maskapai. Star Air
sebagai salah satu dan sekian banyak pemain baru sudah merasakan dampaknya.
Beberapa rute penerbangannva sudah nilai tidak dioperasikan karena besamya beban
biaya operasional yang tidak dapat ditutupi lagi dengan harga tiket yang diberlakukannya
saat ini. Beratnya beban biaya operasional yang tinggi ini juga mulai dirasakan efeknya
oleh Merpati dan Garuda. Kedua maskapal tersebut terpaksa harus menaikkan harga
tiketnya akibat kenaikan harga premi asuransi pasca pemboman WTC. Padahal
persaingan saat ini menuntut mereka untuk mengefisienkan segala bentuk biaya agar dapat memberlakukan harga yang kompetitif untuk beraing dengan maskapai lainnya.
Terlepas dari fenomena perang harga yang terjadi saat ini, langkah berani Pelita, Mandala, Bouraq, dan DAS dalam membentuk strategi aliansi untuk meminimalisir dampak persaingan harga tersebut, nampaknya perlu diacungi jempoL. Berbagai manfaat
seperti efisiensi biaya dan peningkatan jumlah konsumen yang diperoleh keempat
maskapai semakin mempertegas prospek yang menguntungkan dan strategi aliansi ini.
Melihat aksi rnaskapai-maskapai penerbangan nasional saat ini dengan berbagai
macam strateginya mulai dari strategi perang harga sampai dengan strategi aliansi, maka
pada karya akhir ini akan dibuat suatu usulan strategi aliansi yang melibatkan kerjasama
dua maskapai penerbangan nasional, yaitu Merpati dan Garuda. Adapun maksud dari
usulan ini adalah untuk menciptakan maskapai penerbangan nasional yang mempunyai
daya saing di rute domestik dan internasional dalam rangka menghadapi persaingan
yang semakin ketat di industri penerbangan nasional.
Usulan strategi aliansi Merpati ? Garuda ini díbuat berdasarkan tiga tahapan
analisis, yaitu analisis manajemen strategik, analisis pembentukan sinergi, dan analisis
kesiapan internal perusahaan Pada analisis manajemen strategik dilakukan analisis untuk
mengetahui competitive positions dan Lingkungan ekstemal perusahaan dalam rangka
menyusun strategi aliansi yang sesuai dengan kemampuan dan kompetensi masing
masing perusahaan. Kemudian, pada analisis pembentukan sinergi dibahas mengenai
cakupan penghematan biaya dan peningkatan pendapatan yang dapat diperoleh,
khususnya pada hal-hal yang berhubungan dengan pensinergian masing-masing rute
penerbangan dan pemanfaatan secara bersama-sama fasilitas operasional dan resources
yang dimiliki kedua maskapai. Terakhir, pada analisis kesiapan internal perusahaan
dibahas tiga hal penting yang perlu dipersiapkan dalam menjalankan proses pembentukan
aliansi tersebut, yaitu budaya dan struktur perusahaan, sistem administrasi dan informasi,
dan kualitas jasa pelayanan penerbangan.
Dari hasil ketiga analisis yang telah dilakukan, dapat ditarik suatu kesimpulan
yang menyatakan bahwa aliansi Merpati ? Garuda akan memberikan dampak positif bagi
kedua maskapai. Adapun dampak positif yang dimaksud adalah tercapainya penghematan
biaya operasional dan meningkatnya pendapatan perusahaan dan kegiatan usahanya. Dan
kedua dampak positif tersebut, balk Merpati maupun Garuda, kini dapat bersama-sama
meningkatkan kual itas dan kuantitas pelayanannya untuk kemudian memantapkan
posisinya dalam persaingan di industri penerbangan nasional.
Untuk melengkapi usulan strategi aliansi yang telah dibuat tersebut, maka pada
bagian akhir dan karya akhir inI diberikan beberapa saran untuk mendukung keberhasilan
strategi aliansi Merpati ? Garuda. Adapun saran-saran tersebut dimaksudkan agar usulan
strategi ini nantinya dapat benar-benar diaplikasikan ke dalam strategi perusahaan dan
memberikan benefit jangka panjang yang sesuai dengan tujuan semula dan pembentukan
strategi aliansi, yaitu untuk meningkatkan daya saing maskapai penerbangan nasional
baik pada rute domestik maupun intemasional."
2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harry Novijanto; Bambang Eko Priyanto
"ABSTRAK
industri penerbangan adalah suatu iridustri yang sangat
padat modal, terutama untuk pengadaan armada (pesawat) yang
harganya setiap tahun meningkat dengan tajam. Kenaikan harga
tersebut disebabkan karena adanya tambahan tehnologi baru pada
pesawat sehingga baik segi kenyamanan, keselamatan dan efi
siensi pengoperasiannya.
Seiring dengan kenaikan harga yang sangat pesat tersebut
maka kebutuhan dana yang diperlukan untuk pengadaan armada
menjadi beban yang makin berat bagi perusahaan. Disisi lain
keuntungan yang diperoleh industri penerbangan secara keseluruhan
makin berkurang mengingat persaingan yang sangat tajam di
industri penerbangan memaksa perusahaan untuk bersaing dalam
harga sehingga marjin yang diperoleh makin tipis.
Dengan kondisi-kondisi tersebut di atas menjadikan
hitungan untuk pengadaan armada menjadi makin komplek
mengingat dana yang dipertaruhkan sangat besar dan jika terjadi
kesalahan dampaknya bagi perusahaan sangat fatal karena
seperti diketahui pada umumnya sebagian besar dana yang dimiliki
perusahaan terserap di pesawat.
Dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan pesawat baik
karena adanya penggantian pesawat-pesawat yang telah tua
maupun karena adanya kebutuhan untuk memenuhi pasar yang terus
berkembang ada beberapa alternatif yang bisa dipilih oleh
perusahaan antara lain : dengan pembelian yang dibiayai oleh
hutang, dengan projek
finance, atau dengan menggunakan leasing baik operating lease
ataupun financial lease.
Karya akhir ini berusaha untuk membandingkan alternatif
antara membeli pesawat dengan leasing dengan tujuan untuk
mencari biaya yang paling efisien bagi perusahaan.
Dari hasil analisa kami diketahui bahwa alternatif
leasing secara finansial lebih menguntungkan dibanding dengan
jika perusahaan harus membeli sendiri. Disamping keuntungan
secara finansial, leasing juga memberikan keuntungan antara
lain : off balance sheet (operating lease), menghindari loan
covenant, tidak mengikat batas kredit dan masih ada beberapa
keuntungan lainnya."
1995
T5224
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>