Ditemukan 166346 dokumen yang sesuai dengan query
Everd Nandya Prasetya
"Dari berbagai penelitian yang meneliti hubungan antara work passion, hubungan antara Harmonious Work Passion HWP dan Obsessive Work Passion OWP dengan kinerja masih terlihat kurang konsisten. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur efek moderasi Job Resources pada hubungan antara dua jenis work passion terhadap kinerja dengan menggunakan data sebanyak 321 karyawan dari berbagai perusahaan di Indonesia. Sesuai dengan hipotesis, hasil menunjukkan bahwa HWP, OWP, dan interaksi OWP dengan Job Resources JR berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja; sebaliknya, bertolak belakang dengan hipotesis, hasil menunjukkan interaksi HWP dengan JR berpengaruh signifikan dan negatif terhadap kinerja. Implikasi terhadap penelitian passion-performance dan praktik manajemen terdapat di bagian diskusi.
Despite many studies that examines work passion, the relationship between Harmonious Work Passion HWP and Obsessive Work Passion OWP and job performance are still inconsistent. Using samples from 321 employees from multiple companies in Indonesia, this study aims to examine the moderating effect of Job Resources on work passion performance relationship. As we predict, results show that HWP, OWP, and interaction between OWP and Job Resources JR significantly and positively affect job performance and contrary to our prediction, interaction between HWP and JR significantly and negatively affect job performance. Implication for passion performance and management practices are discussed."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T48219
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Devi Triani
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran mediasi afek pada hubungan antara work passion dan kinerja karyawan. Self-determination theory digunakan sebagai landasan model penelitian ini. Data diperoleh dari 319 karyawan yang bekerja di berbagai perusahaan dengan berbagai jabatan di Indonesia. Dengan menggunakan macro PROCESS Hayes pada IBM Statistics SPSS, ditemukan bahwa terdapat hubungan tidak langsung antara harmonious work passion dan kinerja melalui afek positif. Selain itu, ditemukan pula bahwa afek positif memediasi secara penuh hubungan antara obsessive work passion dengan kinerja.
This study aims to investigate the mediating role of affect on the relationship between work passion and job performance. This research is based on Self determination theory to explain the relationship among study variables. The data was obtained from 319 employees working in various companies in Indonesia. Using the Hayes rsquo PROCESS macro on IBM Statistics SPSS, it was found that there was an indirect relationship between harmonious work passion and performance through positive affect. In addition, it was also found that positive affect also fully mediate the relationship between obsessive work passion and job performance. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S69440
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Erviana Ghifanti
"Penelitian ini bertujuan untuk meneliti peran harmonious passion sebagai mediator antara job resource dan OCB. Pengambilan data pada penelitian ini mengikutsertakan 240 responden yang bekerja di Bank Pembangunan Daerah BPD . Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah OCB Scale 2002 untuk mengukur OCB; Questionnaire on The Experience and Evaluation of the Work QEEW Scale 2017 untuk mengukur otonomi, umpan balik performa kerja, dan technology resource; dan Passion Scale 2003 untuk mengukur harmonious passion.
Teknik analisis yang digunakan untuk menguji peran mediator adalah dengan menggunakan Process Macro for SPSS and SAS 3.0. Konsisten dengan teori job demand-resource, penelitian ini mendapatkan hasil bahwa ketersediaan job resource di lingkungan kerja memberi motivasi dan dapat membantu karyawan mengembangkan OCB dan asosiasi ini di mediasi secara parsial oleh harmonious passion. Penelitian ini memberikan pemahaman lebih lanjut tentang pentingnya perilaku extra-role di organisasi dan bagaimana menghasilkan perilaku tersebut.
The purpose of this research is to examine the role of harmonious passion as a mediator on the relationship between job resource and OCB. The data collection in this study included 240 employee respondents who work in Bank Pembangunan Daerah BPD . The measurements used in this study are OCB Scale 2002 to measure OCB Questionnaire on The Experience and Evaluation of the Work QEEW Scale 2017 to measure job autonomy, performance feedback, and technology resource and Passion Scale 2003 to measure harmonious passion. The analysis statistic method of Process Macro for SPSS and SAS 3.0 were used to examined the mediational hypotheses. Consistent with job demand resource theory, result shows that when job resource exist in working environment, it can motivates and encourages employee to develop OCB and this association is partially mediated by harmonious passion. This study provides a deeper understanding about the importance of extra role behavior in organization and how to generate this behavior in future."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T51425
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Satara Samia Jufri
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran work meaningfulness sebagai mediator dalam hubungan antara job autonomy dan harmonious passion. Partisipan penelitian ini adalah 163 karyawan pada perusahaan yang bergerak di bidang industri kreatif dan memiliki masa kerja minimal satu tahun. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah subskala harmonious passion dari The Passion Scale, Meaningfulness Scale, dan dimensi autonomy dari Job Diagnostic Survey. Berdasarkan hasil analisis mediasi, diketahui terdapat indirect effect yang signifikan antara job autonomy dan harmonious passion melalui work meaningfulness (r = .2168, p < .05), dan direct effect yang tidak signifikan antara job autonomy dan harmonious passion (r = .0699, p > .05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa work meaningfulness memediasi secara penuh hubungan antara job autonomy dan harmonious passion.
This study aims to investigate the mediating effect of work meaningfulness on the relationship between job autonomy and harmonious passion. The participants of this study were 163 employees in creative industry companies and has worked for at least a year. The instrument used in this study is the harmonious passion subscale of The Passion Scale, Meaningfulness Scale, and autonomy dimension of the Job Diagnostic Survey. The result of this study proves that there is a significant indirect effect between job autonomy and harmonious passion through work meaningfulness (r = .2168, p < .05), and found no significant direct effect between job autonomy and harmonious passion (r = .0699, p > .05). These results indicate that work meaningfulness fully mediates the relationship between job autonomy and harmonious passion."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Lisa Adziani Hapsari
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran mediator dari harmonious work passion HWP dan obsessive work passion OWP dalam hubungan antara work engagement dan kinerja pada organisasi pemerintahan. Penelitian menggunakan responden PNS sebanyak 415 orang. Analisis pengujian hipotesis menggunakan macro PROCESS pada SPSS yang dikembangkan oleh Hayes. Hasil penelitian membuktikan bahwa work engagement berpengaruh positif dan signifikan pada HWP. HWP juga berpengaruh positif dan signifikan pada kinerja. Namun OWP tidak berhubungan secara signifikan baik dengan work engagement maupun kinerja. Selanjutnya, HWP berperan sebagai mediator dalam hubungan antara work engagement dan kinerja. Akan tetapi peran mediator pada OWP tidak terbukti. Penelitian ini memberikan kontribusi secara empiris dan menambah literature mengenai hubungan work engagement, harmonious work passion, obsessive work passion dan kinerja.
This research aims to examine the role of harmonious work passion and obsessive work passion as mediators in the relationship between work engagement and job performance at government organizations. Data are taken from 415 governmental employees. Data are analysed using Hayes rsquo PROCESS macro on SPSS. Results showed that work engagement was positively related to harmonious work passion but was not related to obsessive work passion. Job performance was predicted by harmonious work passion but not obsessive work passion. Harmonious work passion mediated the effect of work engagement on job performance. This study contributes to the work engagement and job performance literatures by empirically addressing the complex relationship between work engagement, work passion and job performance. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T48550
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Arif Hanafi
"Pekerja generasi Y lebih sering mengalami kebosanan kerja dibandingkan generasi-generasi sebelumnya. Salah satu penyebab kebosanan kerja adalah kebermaknaan kerja yang rendah. Namun, mereka juga aktif melakukan coping dari kondisi tersebut dengan melakukan job crafting. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat peran moderasi job crafting dalam hubungan antara kebermaknaan kerja dan kebosanan kerja. Pengambilan sampel aksidental dilakukan kepada 327 pekerja generasi Y (usia 23-40 tahun) di seluruh Indonesia. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner alat ukur kebosanan kerja, kebermaknaan kerja, dan job crafting. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda moderasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa salah satu dimensi job crafting, yaitu meningkatkan tuntutan pekerjaan yang menantang memoderasi hubungan antara kebermaknaan kerja dan kebosanan kerja. Sementara itu, tidak ada peran moderasi dari meningkatkan sumber daya struktural pekerjaan dan meningkatkan sumber daya sosial pekerjaan. Implikasi dari penelitian ini adalah untuk mengurangi kebosanan kerja yang dikarenakan pekerjaan tidak bermakna, pekerja generasi Y dapat secara proaktif untuk terlibat pada tugas-tugas yang lebih menantang; para manajer juga dapat memberikan tugas yang menantang kepada mereka; dan perusahaan dapat memberikan pelatihan job crafting terkait cara-cara pekerja generasi Y meningkatkan tuntutan pekerjaan yang menantang, sehingga mereka dapat menemukan kebermaknaaan kerja dan mengurangi kebosanan kerja.
Generation Y workers are more likely to experience job boredom than previous generations. One of the causes of job boredom is low meaningful work. However, they are also actively coping with these conditions by doing job crafting. This research aimed to see the moderating role of job crafting in the relationship between meaningful work and job boredom. Accidental sampling was conducted on 327 generation Y workers (23-40 years old) throughout Indonesia. Method of data collection used a questionnaire measuring job boredom, meaningful work, and job crafting. The data analysis technique used was a moderated multiple regression analysis. The results of this study showed that one dimension of job crafting which is increasing challenging job demands moderated the relationship between meaningful work and job boredom. Meanwhile, there was no moderating role from increasing structural job resources and increasing social job resources. The implication of this research is to decrease job boredom due to meaningless work, generation Y workers could be proactively involved in more challenging tasks; managers could also assign them challenging assignments; and companies could provide job crafting training on ways for generation Y workers to increase challenging job demands, so they can find meaningful work and decrease job boredom."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Pardede, Monica Margaretha
"Berdasarkan pada perspektif self-determination theory, penelitian ini hendak melihat peran mediasi harmonious work passion HWP pada hubungan antara perceived organizational support POS dan kinerja. POS dapat mendorong terpenuhinya tiga kebutuhan dasar psikologis manusia, yaitu need for autonomy, need for competence, dan need for relatedness, mendorong terbentuknya motivasi internal dan juga dapat mendorong terjadinya proses internalisasi pekerjaan ke dalam identitas karyawan secara otonom. Dengan demikian, harmonious work passion akan terbentuk dan hal ini kemudian akan mendukung kinerja karyawan. Pengumpulan data diperoleh pada karyawan dengan berbagai jabatan dari berbagai perusahaan di Jakarta dan sekitarnya N=305 . Melalui analisis data menggunakan macro Hayes PROCESS pada IBM Statistics SPSS 22, ditemukan bahwa HWP memediasi secara parsial hubungan antara POS dengan kinerja. Implikasi teoretis dan praktis juga akan dibahas dalam penelitian ini.
Based on self determination theory perspective, this study aims to examine the mediating effect of harmonious work passion HWP on the relationship between perceived organizational support POS and in role performance. The existence of POS can encourage the fulfillment of three basic human psychological needs, namely need for autonomy, need for competence, and need for relatedness, can encourage the forming of intrinsic motivation, and also can encourage the autonomous internalization process of employee rsquo s job into identity. This will lead to harmonious work passion and in turn will enhance employees rsquo in role performance. The data were obtained from employees with various positions from various companies in Jakarta and surrounding areas N 305 . Through data analysis using the Hayes PROCESS macro on IBM Statistics SPSS 22, it was found that HWP mediates partially the relationship between POS and in role performance. The theoretical and practical implications were discussed in this study."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S68887
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Puspita Puji Rahayu
"Penelitian ini ingin melihat peran obsessive passion sebagai mediator hubungan antara tuntutan pekerjaan dan kesejahteraan psikologis di tempat kerja pada karyawan. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner self-report. Partisipan penelitian berjumlah 217 karyawan bank BUMN dengan karakteristik minimal bekerja 1 tahun. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling. Dalam penelitian menggunakan instrumen penelitian diantaranya Kesejahteraan Psikologis di Tempat Kerja 2012 untuk mengukur kesejahteraan psikologis di tempat kerja, Questionnaire on The Experience and Evaluation of the Work Scale dan Technology Acceptance Model 2017 untuk mengukur tuntutan pekerjaan, selain itu digunakan instrumen Passion Scale 2003 untuk mengukur obsessive passion.
Untuk menguji hipotesis menggunakan teknik analisis Process Macro for SPSS yang dikembangkan oleh Hayes. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tuntutan pekerjaan tidak secara signifikan memiliki hubungan dengan kesejahteraan psikologis di tempat kerja b = - .044, p> .05 , dan tuntutan pekerjaan berpengaruh secara negatif pada obsessive passion b= - 1.96, p< .05 . Selain itu, obsessive passion berpengaruh secara negatif dengan kesejahteraan psikologis di tempat kerja b= - .192, p< .01 . Penelitian ini juga menemukan peran obsessive passion memediasi hubungan antara tuntutan pekerjaan dan kesejahteraan psikologis di tempat kerja b= - .082, p> .05.
This research was conducted to find the role of obsessive passion as a mediator in the relationship between job demands and psychological well being at work. Data collection was done by using self report questionnaires. Research participants were 217 state owned enterprises bank employees with a minimum requirement of a year working experience in that respective workplace. The method of data collection was accidental sampling. Research instruments, namely Psychological Well Being at Work 2012 was used to measure psychological well being at work, Questionnaire on The Experience and Evaluation of the Work and Technology Acceptance Model 2017 to measure job demands, as well as Passion Scale 2003 to measure obsessive passion. Hypothesis was tested and analyzed using Process Macro for SPSS which was developed by Hayes. The result shows that job demands are not significantly related to psychological well being at wok b .044, p 0.05 , and job demands negatively affect the obsessive passion b 1.96, p .05."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T51429
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Lubis, Shafa Ashrina
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada efek moderasi dari grit dalam hubungan antara kepuasan kerja dan kinerja pada karyawan milenial. Sebanyak 300 karyawan, berusia 20-39 tahun, berpartisipasi dalam penelitian ini. Alat pengukur Skala Kepuasan Kerja Umum, Skala Kinerja Peran dan Skala Grit-S digunakan untuk mengukur kepuasan kerja, kinerja dan ketabahan.
Hasil analisis statistik uji moderasi menggunakan PROCESS HAYES versi 3.3 model 1 menunjukkan bahwa grit tidak memoderasi hubungan antara kepuasan kerja dan kinerja. Ini diduga disebabkan Kepuasan kerja milenial lebih banyak ditentukan oleh faktor lingkungan dan pengawasan yang bagus.
Pemenuhan ini akan mengarah pada kepuasan kerja berhubungan langsung dengan tingkat kinerja, terlepas dari apakah gritnya dimiliki oleh individu yang tinggi atau tidak yang artinya variabel grit belum berperan dalam memperkuat hubungan antara kepuasan kerja dan kinerja karyawan.
This study aims to see whether there is a moderating effect of grit in the relationship between job satisfaction and performance in millennial employees. A total of 300 employees, aged 20-39 years, participated in this study. Measuring tools for General Job Satisfaction Scale, Role Performance Scale and Grit-S Scale are used to measure job satisfaction, performance and grit. The results of the statistical analysis of the moderation test using PROCESS HAYES version 3.3 model 1 shows that grit does not moderate the relationship between job satisfaction and performance. This is thought to be due to millennial job satisfaction determined more by environmental factors and good supervision. This fulfillment will lead to job satisfaction which is directly related to the level of performance, regardless of whether the grit is owned by high individuals or not, which means that the grit variable has not played a role in strengthening the relationship between job satisfaction and employee performance."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Kholisah Safria
"Pandemi COVID-19 berdampak besar pada meningkatnya jumlah PHK pada karyawan dan kebijakan rasionalisasi lainnya, hal tersebut mungkin dapat memengaruhi tingkat ketidakaman kerja (job insecurity), kegigihan (grit), dan keterikatan kerja pada karyawan (work engagement). Karyawan milenial menjadi generasi yang paling terdampak dari adanya situasi tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat peran dari grit dalam memoderasi hubungan antara job insecurity dan work engagement pada karyawan milenial di Indonesia. Grit dinilai dapat menjadi kunci kesuksesan seseorang dan merupakan faktor internal yang memengaruhi job insecurity dan work engagement karyawan. Partisipan direkrut secara daring dan melibatkan 222 karyawan yang memenuhi karakteristik penelitian, yaitu; karyawan milenial berusia 20-38 tahun, memiliki pengalaman bekerja minimal 1 tahun di tempat kerjanya saat ini, dan sedang mengalami kebijakan rasionalisasi. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur ketiga variabel ini adalah Utrecht Work Engagement Scale 9 Item (Schaufeli, dkk, 2006), Job Insecurity Scale (Pienaar, 2013), dan Short Grit Scale (Duckworth & Quinn, 2009). Hasil utama penelitian ini menunjukkan bahwa grit tidak memoderasi hubungan antara job insecurity dan work engagement. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor lain selain grit. Kemudian, mayoritas partisipan ini memiliki nilai job insecurity yang rendah, work engagement yang tinggi, dan grit yang tinggi. Penelitian ini juga menunjukkan job insecurity berkorelasi secara negatif dan signifikan dengan work engagement, dan grit berkorelasi secara positif dan signifikan dengan work engagement. Sementara job insecurity tidak berkorelasi secara signifikan dengan grit.
The COVID-19 pandemic has a major impact on increasing the number of employee layoffs and other rationalization policies, this may affect the level of job insecurity, grit, and work engagement on employees. Millennial employees are the most affected generation that affected by this situation. This research was conducted to find out whether there is a role of grit in moderating the relationship between job insecurity and work engagement among millennial employees in Indonesia. Grit is considered to be the key to a person's success and is an internal factor that affects job insecurity and employee work engagement. Participants were recruited online and involved 222 employees who met the research characteristics, that is; millennial employees at aged 20-38 years, having at least 1 year of work experience at their current job, and undergoing a rationalization policy. The measuring instrument that are used to measure these variables are Utrecht Work Engagement Scale 9 Item (Schaufeli, et al, 2006), Job Insecurity Scale (Pienaar, 2013), and Short Grit Scale (Duckworth & Quinn, 2009). The main results of this research showed that grit did not moderate the relationship between job insecurity and work engagement. This could be due to other factors besides of grit. Furthermore, the majority of these participants had low job insecurity, high work engagement, and high grit of scores. This study also showed that job insecurity was significantly negatively correlated with work engagement, and grit was significantly positively correlated with work engagement. Meanwhile, job insecurity was not significantly correlated with grit."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library