Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 100132 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dian Anggraini
"ABSTRAK
Deformitas kaki dapat menyebabkan perubahan mobilitas sendi, luas kontak kaki ke permukaan, kemampuan neuromuskular untuk menstabilkan kaki serta mempertahankan posisi berdiri tegak. Perubahan ini akan berdampak pada penurunan fungsi ekstremitas bawah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengatahui hubungan deformitas kaki dengan fungsi ekstremitas bawah pada pasien neuropati diabetik. Desain penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan studi cross-sectional dengan jumlah sampel 105 orang responden yang mengalami neuropati diabetik dengan deformitas kaki. Analisis data menggunakan Chi Square, Anova, dan regresi logistik etiologik. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara deformitas kaki dengan fungsi ekstremitas bawah p = 0,000, OR = 10,857 . Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi perawat dalam melakukan pengkajian keperawatan untuk memprediksi penurunan fungsi ekstremitas bawah pada pasien neuropati diabetik dengan deformitas kaki sehingga bisa mencegah terjadinya resiko cedera atau jatuh pada pasien.

ABSTRACT
Foot deformity can cause various of changes in joint mobility, extent of foot contact to the surface, neuromuscular ability to stabilize the legs and maintain an upright standing position. These changes will have an impact on lower limb function. The purpose of this study was to determine the correlation of foot deformities with the lower extremity functions in diabetic neuropathy patients. The design of this study was a quantitative research with a cross sectional study approach with sample size of 105 respondents who has foot deformity with diabetic neuropathy. Data were analysed using a Chi Square, Anova, and etiologic logistic regression. The results showed a significant correlation between foot deformities with lower extremity function p 0,000, OR 10,857 . This study is expected to be used as a reference for nurses in conducting nursing assessments to predict lower extremity function in diabetic neuropathy patients with foot deformities in order to prevent the risk of injuries or falls in patients."
2017
T48515
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Desnita
"Perubahan bentuk kaki pada pasien neuropati diabetik mempengaruhi fungsi kaki sebagai landasan penopang dalam mempertahankan keseimbangan tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan bentuk kaki dengan keseimbangan fungsional pada pasien neuropati diabetik. Desain penelitian ini adalah analitik cross sectional dengan jumlah sampel 132 pasien neuropati diabetik. Analisis data menggunakan Chi Square, Pooled T-test, dan regresi logistik berganda. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara bentuk kaki dengan keseimbangan fungsional pada pasien neuropati diabetik, dengan kekuatan hubungan sedang dan arah hubungan positif (p= 0,001; α= 0,05; r= 0,352). Penelitian ini merekomendasikan perawat untuk melakukan deteksi dini dan mencegah resiko jatuh pada pasien neuropati diabetik terkait perubahan bentuk kaki dan keseimbangan fungsional.

Changes in foot posture in diabetic neuropathy patients affects the function of the legs as the base of support in maintaining body balance. The study aimed to determine the correlation of foot posture with functional balance in diabetic neuropathy patients. This study design was analytic cross sectional, recruited 132 diabetic neuropathy patients. Statistical analysis used Chi Square, Pooled T-test, and multiple logistic regression. The results showed a significant correlation between foot posture and functional balance in diabetic neuropathy patients the power of correlation is moderate and positive direction (p= 0.001; α= 0.05; r= 0.352). This study suggests the nurse to perform early detection and prevention of the risk of falls in diabetic neuropathy patients related to changes in foot posture and functional balance.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
T46400
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Febriana
"ABSTRAK
Latar Belakang. Kaki diabetik terinfeksi masih menjadi permasalahan serius bagi penderitanya dan kerapkali berujung pada amputasi ekstremitas bawah. Penentuan agresifitas tindakan diperlukan untuk mencegah perburukan kondisi pasien. Prokalsitonin sebagai salah satu penanda infeksi sensitif diharapkan dapat membantu untuk mendiagnosis lebih awal sehingga manajemen yang diterapkan lebih tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan prokalsitonin terhadap risiko terjadinya amputasi ekstremitas bawah. Metode. Dilakukan studi analitik komparatif dengan desain cross-sectional yang dilakukan di Divisi Bedah Vaskular dan Endovaskular Departemen Ilmu Bedah FKUI-RSCM periode Januari 2013-Juni 2016 pada semua pasien kaki diabetik terinfeksi yang datang ke IGD RSCM yang tidak disertai infeksi pneumonia, malaria, trauma berat, luka bakar, autoimun, dan karsinoma tiroid medula. Subjek dikelompokkan menjadi amputasi dan tidak, kemudian dilakukan analisis untuk melihat hubungan nilai prokalsitonin terhadap terjadinya amputasi ekstremitas bawah. Sumber data diambil dari rekam medik data sekunder . Dilakukan uji statistik dengan kemaknaan p ABSTRACT
Background. Diabetic foot infection remains a serious problem for the patient and often lead to lower limb amputation. Determination of aggressive action is needed to prevent the worsening of the patient 39 s condition. Procalcitonin as a sensitive marker of infection is expected to help to diagnose early so that management implemented more precise. This study aims to determine the relationship of procalcitonin on the risk of lower limb amputation. Method. Comparative analytic study with cross sectional design conducted at the Vascular and Endovascular Divison Department of Surgery Faculty of Medicine Universitas Indonesia Cipto Mangunkusumo Hospital from January 2013 to June 2016 in all patients with diabetic foot infection who come to the ER RSCM without pneumonia, malaria, severe trauma, burns, autoimmune, and medullary thyroid carcinoma. Subject are grouped into amputation and not amputation, then do analysis to find correlation values of procalcitonin on the occurence of the lower limb amputation. Data are extracted from medical records secondary data and performed statistical tests with significance p "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Suyanto
"[ABSTRAK
Penderita neuropati perifer diabetik yang mengalami penurunan sensasi kaki dapat
berakibat terjadinya luka diabetik. Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas
kombinasi senam kaki diabetik dan terapi SPA terhadap peningkatan sensasi kaki
pada pasien dengan neuropati perifer diabetik. Penelitian ini menggunakan kuasi
experimental pretest-posttest design with control group dengan jumlah sample 35
orang yang didapat dengan tehnik purposive sampling. Pengukuran sensasi kaki
dilakukan pada hari pertama minggu ke-1 dan hari terakhir minggu ke-4 perlakuan.
Sampel penelitian yaitu pasien neuropati perifer diabetik dengan skor sensasi kaki
maksimal 8. Hasil uji mann whitney menunjukkan ada perbedaan rerata
peningkatan sensasi kaki yang diberikan kombinasi senam kaki diabetik dan terapi
SPA dibandingkan hanya diberikan tindakan senam kaki diabetik (p value < 0.05).
Tindakan kombinasi senam kaki diabetik dan terapi SPA lebih efektif dalam
meningkatkan sensasi kaki yang akan berpengaruh terhadap menurunnya resiko
luka pada pasien DM.

ABSTRACT
Diabetic peripheral neuropathy patients with decreasing in foot sensation will
impact on diabetic ulcers. This study aims to explore the effect of combination
between diabetic legs exercise and SPA therapy on foot sensitivity escalation
among patients with diabetic peripheral neuropathy. This study used quasiexperimental
pretest-posttest design with control group with 35 respondents and
recruited by purposive sampling methode. Data were collected from patients with
peripheral diabetic neuropathy and had 8 maximum score of foot sensitivity.. Foot
sensitivity was measured on the 1st day of intervention and end day of intervention.
Mann whitney test analysis showed significant differences on foot sensitivity with
combination of diabetic legs exercise and SPA therapy compare to diabetic legs
exercise only (p value < 0.05). It can be inferred that combination of diabetic legs
exercise and SPA therapy are more effective to increase legs sensitivity. Therefore,
combined effect of those therapies may eventually decrease diabetic ulcers risk., Diabetic peripheral neuropathy patients with decreasing in foot sensation will
impact on diabetic ulcers. This study aims to explore the effect of combination
between diabetic legs exercise and SPA therapy on foot sensitivity escalation
among patients with diabetic peripheral neuropathy. This study used quasiexperimental
pretest-posttest design with control group with 35 respondents and
recruited by purposive sampling methode. Data were collected from patients with
peripheral diabetic neuropathy and had 8 maximum score of foot sensitivity.. Foot
sensitivity was measured on the 1st day of intervention and end day of intervention.
Mann whitney test analysis showed significant differences on foot sensitivity with
combination of diabetic legs exercise and SPA therapy compare to diabetic legs
exercise only (p value < 0.05). It can be inferred that combination of diabetic legs
exercise and SPA therapy are more effective to increase legs sensitivity. Therefore,
combined effect of those therapies may eventually decrease diabetic ulcers risk.]"
2015
T43551
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yonathan Adi Purnomo
"Infeksi kaki diabetik adalah faktor predisposisi utama amputasi ekstremitas bawah pada penyebab non trauma. Namun baru sedikit studi yang menyelidiki faktor - faktor risiko spesifik. Metode penelitian studi kohort retrospektif sampel besar dengan melakukan observasi data rekam medik 201 pasien dengan diagnosis infeksi kaki diabetic di RS Dr. Cipto Mangunkusumo antara tahun 2008 hingga tahun 2010. Faktor - faktor risiko kami lakukan analisis univariat, bivariat serta multivariat kemudian dilakukan model regresi logistik dan mengkonversi koefisien model ke risk score numerik. Pada hasil sebanyak 25.7% menjalani amputasi ekstremitas bawah diperoleh persamaan dengan kalibrasi Hosmer and Lemeshow Test yang baik dan nilai AUC adalah sebesar 82%. Penelitian pendahuluan ini menghasilkan sistem skoring yang sederhana dan mudah digunakan untuk mengetahui risiko amputasi ekstremitas bawah pada pasien yang menderita infeksi kaki diabetik.

Diabetic foot infection is the primary predisposition for lower extremity amputation in non-trauma etiology. There were only few studies that has determined specific risk factors. This pilot study methods used large sample retrospective cohort study by observing 201 medical records of patients with diabetic foot infection diagnosis in Cipto Mangunkusumo Hospital for 2008 to 2010. We did univariate, bivariate, multivariate analysis continue with logistic regression model and converting coefficient model to numeric risk score. Result, there were 27.7% had lower extremity amputation, logistic regression with good equation result on Hosmer and Lemeshow test and AUC score were 82%. This pilot study produce a simple scoring system and easy to use to identify lower extremity amputation risks on diabetic foot infection patient.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Savitri Koeswardhani
"ABSTRACT
LATAR BELAKANG: Neuropati diabetes adalah komplikasi diabetes melitus tipe dua DMT2 yang paling sering terjadi. Polineuropati sensori motor distal simetris merupakan tipe yang paling banyak, dimana terdapat gangguan sensoris yang menyebabkan sensori ataxia dan gangguan motorik yang menyebabkan penurunan massa dan kekuatan otot tungkai. Gangguan tersebut menyebabkan gangguan fungsional berupa gangguan keseimbangan yang dapat ditatalaksana dengan pemberian latihan keseimbangan dengan atau tanpa disertai latihan penguatan otot tungkai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemberian latihan keseimbangan yang disertai latihan penguatan otot tungkai pada penderita neuropati diabetes terhadap fungsi keseimbangan dibandingkan dengan pemberian latihan keseimbangan saja. METODE: Desain penelitian ini adalah quasi experimental. Populasi terjangkau adalah perempuan dan laki-laki usia 45-65 tahun dengan neuropati diabetes yang datang berobat ke poliklinik endokrin dan saraf rumah sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta yang memenuhi kriteria penelitian. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling dan dibagi menjadi dua kelompok secara randomisasi. Kelompok perlakuan diberi latihan keseimbangan disertai latihan penguatan otot tungkai dan kelompok kontrol diberi latihan keseimbangan saja. Intervensi dilakukan selama 8 minggu. Penilaian fungsi keseimbangan dilakukan dengan pemeriksaan Berg Balance Scale BBS dan posturografi statik. Penilaian kekuatan empat kelompok otot tungkai menggunakan hand held dynamometer. HASIL: Sebanyak 12 responden mengikuti program latihan sampai selesai, kelompok perlakuan 8 orang dengan rerata skor BBS 49,13 2,90 dan kelompok kontrol 4 orang dengan rerata skor BBS 49,75 1,26. Setelah 8 minggu didapatkan perbaikan skor BBS pada kedua kelompok, yaitu 4,00 1,2 pada kelompok perlakuan dan 2,25 0,9 pada kelompok kontrol dengan perbedaan signifikan p = 0,030 . Pada pemeriksaan posturografi, terdapat kecenderungan perbaikan parameter posturografi. Pada penilaian kekuatan otot didapatkan perbaikan kekuatan otot pada keempat kelompok otot tungkai kedua kelompok. Perbedaan signifikan didapatkan pada kelompok otot hip abduktor dekstra, sebesar 5,53 1,94 pada kelompok perlakuan dan 1,80 2,38 pada kelompok kontrol p = 0,006 dan pada kelompok otot hip abduktor sinistra, sebesar 6,26 2,82 pada kelompok perlakuan dan 2,03 3,24 pada kelompok kontrol p = 0,042 . KESIMPULAN: Pemberian latihan keseimbangan disertai latihan penguatan otot tungkai lebih efektif dalam meningkatkan fungsi keseimbangan dibandingkan dengan pemberian latihan keseimbangan saja pada pasien neuropati diabetes.
"
"
"ABSTRACT
"
BACKGROUND. Diabetic neuropathy is the most common complication of type two diabetes melitus. Distal symmetrical sensorimotor polyneuropathy is the most common type, where sensory deficit will cause sensory ataxia and motor deficit will cause decrease muscle mass and strength. These will cause balance problems in patients. One of treatments for balance problems is balance exercise with or without lower extremity strengthening exercise. The aim of this study is to determine the efficacy of balance and lower extremity strengthening exercise on balance functions compare to balance exercise alone in patient with diabetic neuropathy. METHODS. Design of the study is quasi experimental. The population was male and female patient with diabetic neuropathy aged 45 65 years old who came to endocrine and neurology Outpatient Department Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta who fit the criteria. Sampling was done by consecutive sampling, and were divided into two groups by randomizations. The intervention group was given balance and lower extremity strengthening exercise, and the control group was given balance exercise alone. Balance function measurement was done by using Berg Balance Scale BBS and static posturography. Measurement of muscle strength on four lower extremity muscle group was done by using hand held dynamometer. RESULTS. Twelve respondents were completed the exercise program, the intervention group 8 people with mean BBS score 49,13 2,90 and control group 4 people with mean BBS score 49,75 1,26. After 8 weeks of exercise, there are improvements in BBS score in both groups, 4,00 1,2 on intervention group and 2,25 0,9 on control group with significant difference p 0,030 . On static posturography examination there were tendency of improvements in posturography parameters. On muscle power measurements, there are improvements in muscle power in all four muscle groups in both groups. Significant difference was found in right hip abductor muscle group 5,53 1,94 on intervention group and 1,80 2,38 on control group p 0,006 and on left hip abductor muscle group 6,26 2,82 on intervention group and 2,03 3,24 on control group p 0,042 . CONCLUSIONS. Balance and lower extrimity strengthening exercise is more effective in improving balance function compare to balance exercise alone in patient with diabetic neuropathy."
2016
T55625
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Fiolenty B. Marulianna
"Neuropati diabetik merupakan salah satu komplikasi yang sering muncul pada pasien DM, terutama mereka yang selalu dalam tingkat gula darah yang tinggi dan lama menderita DM lebih dari 10 tahun. Neuropati diabetes ini juga diperberat dengan buruknya perawatan kaki dan aktifitas fisik yang rendah.. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan dengan kepatuhan pasien neuropati diabetes melakukan perawatan kaki dalam pencegahan ulkus diabetikum. Rancangan penelitian ini adalah analitik kuantitatif dengan pendekatan cross sectional . Pemilihan sampel dengan cara purposive sampling dan diteliti pada 100 responden. Uji statistik dengan menggunakan uji T-test dan Chi square. Hasilnya terdapat hubungan yang signifikan nilai dukungan keluarga terhadap kepatuhan perawatan kaki diabetes dengan p-value 0,0005, tidak terdapat hubungan yang signifikan nilai kejelasan informasi terhadap kepatuhan perawatan kaki diabetes dengan p-value 0,160, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara lama menderita DM dengan nilai kepatuhan dengan p-value 0,292. Rekomendasi dari penelitian ini adalah melakukan penelitian yang berhubungan dengan kepatuhan perawatan kaki diabetes dengan jumlah sampel yang lebih besar dan meneliti aspek predictor yang lebih bervariasi.

Diabetic neuropathy is a frequent complication in patients with diabetes, especially in patients whose blood sugar level are always high, and have had diabetes for more than 10 years. Diabetic neuropathy can also be exacerbated by poor foot care and low physical activity. The purpose of this study was to determine the factors associated with patient compliance with diabetic neuropathy. The design of this study is a quantitative analytical cross-sectional approach. The selections of samples were done in purposive sampling method and were studied in 100 respondents. Statistical tests using T-test and Chi square test. The results are: a significant correlation value of family support for compliance with p-value 0.0005, no significant correlation values clarity of information on diabetic foot care compliance with pvalue 0.160, no significant correlation value of long-suffering DM with diabetic foot care compliance with p-value of 0.292. Recommendation of this study is to conduct research on diabetic foot care compliance with a larger sample size and examine the predictors with more varied aspects related to the compliance of diabetic foot care."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T35784
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismayadi
"Latar belakang. Berbagai studi telah berhasil menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka khususnya terkait fungsi ginjal dan albumin. Akan tetapi, belum terdapat studi yang mengevaluasi hubungan fungsi ginjal dan albumin terkhusus pada penyembuhan luka pasca amputasi pasien luka diabetik.
Metode. Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif, yang dilakukan pada bulan Oktober–Desember 2022. Pasien ulkus kaki diabetik yang telah mendapatkan tindakan amputasi di RSUPN Cipto Mangunkusumo, yang mana keputusan amputasinya diambil berdasarkan skor WIfI [berada pada zona merah (risiko amputasi tinggi) skor WIfI yang dipetakan berdasarkan derajat luka, iskemia, dan infeksi] diinklusi ke dalam penelitian. Variabel yang diteliti meliputi kadar albumin, ureum, kreatinin, laju filtrasi glomerulus (LFG), kesembuhan luka, usia, status gizi, terapi insulin, merokok, hipertensi, durasi penyakit DM, dan onset luka.
Hasil. Peneliti mengikutsertakan 61 pasien luka kaki diabetik yang menjalani tindakan amputasi di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, yang terdiri dari 23 (37,7%) pasien laki-laki dan 39 (63,9%) pasien dengan status gizi berlebih. 65,6% pasien mengalami reepitelisasi sempurna dalam 28 hari pasca tindakan amputasi. Kadar albumin, ureum, dan kreatinin pasien ditemukan sebesar 2,56 (1,11–4,98) g/dL, 71,00 (0,56–210) U/L, dan 1,40 (0,50– 11,50) U/L. LFG ditemukan sebesar 52,60 (4,10–117,30) mL/menit. Kadar albumin yang lebih tinggi (≥ 2,605 g/dL) dan kadar ureum yang lebih rendah (< 71,6 U/L) ditemukan berhubungan dengan probabilitas penyembuhan luka yang lebih tinggi (p < 0,050).
Simpulan. Kadar albumin ditemukan lebih tinggi, sementara kadar ureum ditemukan lebih rendah pada kelompok luka sembuh pasien luka kaki diabetik 28 hari pasca amputasi.

Background. Various studies have succeeded in finding factors that affect wound healing, especially related to kidney function and albumin. However, there have been no studies evaluating the relationship between kidney function and albumin, especially in post-amputation wound healing in diabetic wound patients.
Methods. This is a retrospective cohort study, conducted in October–December 2022. Diabetic foot ulcer patients who have received an amputation procedure at Cipto Mangunkusumo Hospital, where the decision to amputation is made based on the WIfI score [is in the red zone (high risk of amputation) WIfI scores charted according to degree of injury, ischemia, and infection] were included in the study. The variables studied included albumin, urea, creatinine, glomerular filtration rate (GFR), wound healing, age, nutritional status, insulin therapy, smoking, hypertension, duration of diabetes mellitus, and onset of injury.
Results. We included 61 patients with diabetic foot injuries who underwent amputation at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, which consisted of 23 (37.7%) male patients and 39 (63.9%) patients with excess nutritional status. 65.6% of patients experienced complete re-epithelialization within 28 days after the amputation. The patient's albumin, urea, and creatinine levels were found to be 2.56 (1.11–4.98) g/dL, 71.00 (0.56–210) U/L, and 1.40 (0.50–11 ,50) U/L. GFR was found to be 52.60 (4.10–117.30) mL/minute. Higher albumin levels (≥ 2.605 g/dL) and lower urea levels (< 71.6 U/L) were found to be associated with a higher probability of wound healing (p < 0.050).
Conclusion. Albumin levels were higher, while urea levels were lower in the group of healed wounds of patients with diabetic foot ulcer in 28 days following the amputation surgery.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Khotimah Jannah
"ABSTRAK
Ulkus kaki diabetikum merupakan salah satu komplikasi kronis Diabetes Melitus yang biasanya muncul 10 tahun setelah onset Diabetes Melitus. Ulkus kaki diabetikum dapat menimbulkan sensasi nyeri dan ketidaknyamanan yang dapat mempengaruhi kualitas tidur pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara tingkat keparahan ulkus dengan kualitas tidur pada pasien ulkus kaki diabetikum di Rumah Perawatan Luka RUMAT Wilayah Bekasi dan Jakarta. Desain penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif dengan pendekatan potong lintang Cross-Sectional . Sebanyak 73 pasien ulkus kaki diabetikum dilibatkan dan diwawancarai melalui teknik purposed random sampling. Kuesioner yang digunakan adalah PSQI Pittsburgh Sleep Quality Index untuk menilai kualitas tidur pasien dan format pengkajian luka Wagner untuk menilai derajat keparahan ulkus pasien. Hasil penelitian dianalisis menggunakan uji chi square dan menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat keparahan ulkus dengan kualitas tidur pada pasien ulkus kaki diabetikum p=0,004; ? ? =0,05. Pasien dengan luka yang lebih parah berisiko 5,2 kali lebih tinggi memiliki kualitas tidur buruk dibandingkan dengan pasien dengan derajat luka yang lebih ringan 95 CI: 1,783;15,475. Melalui hasil penelitian ini direkomendasikan peningkatan perawatan luka untuk proses penyembuhan yang lebih berkualitas. Hal tersebut untuk mewujudkan kualitas tidur yang lebih baik.

ABSTRACT
Diabetic foot ulcer is one of Diabetes Mellitus chronic complications that occur around 10 years after Diabetes Mellituss onset. Ulcers made sense of pain and discomfort that affecting patient 39s sleep quality. This study identified the relation between ulcers severity with sleep quality among diabetic foot ulcer patients in Clinic of Wound Care RUMAT Bekasi and Jakarta. Design of this study is analytical with cross sectional approach. That are 73 patients with diabetic foot ulcer who participated and interviewed by a purposed random sampling technique. Two kinds or questionnaire are used, namely Pittsburgh Sleep Quality Index PSQI to assess patient 39 s sleep quality and Wagner 39s Wound Assessment Format to assess patients ulcer severity. The result are analyzed using Chi square test and showed a significant relationship between ulcer severity and sleep quality among diabetic foot ulcer patient rsquo s p 0,004 0,05. Patients with more ulcer severity had 5,2 time more risk to have poor sleep quality than patients with low severity ulcer 95 CI 1.783 15.475. From the results, it is recommended to improve wound care quality. It should be considered for better sleep quality among diabetic patients. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Rahardja
"Latar Belakang: Penyakit ginjal kronik (PGK) dilaporkan berhubungan dengan peningkatan risiko kejadian ulkus pedis dan amputasi pada diabetes melitus (DM). Namun, data mengenai hal tersebut masih terbatas termasuk di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh PGK terhadap kejadian ulkus pedis dan amputasi ekstremitas bawah dalam 3 tahun.
Metode: Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif pada DM berusia >18 tahun dengan menggunakan data sekunder di RSUP Fatmawati pada periode Januari – Desember 2016. Kesintasan terhadap ulkus pedis dan amputasi ekstremitas bawah berdasarkan LFG dihitung dan dianalisis melalui kurva Kaplan Meier. Adjusted hazard ratio (aHR) dinilai dengan menggunakan analisis multivariate Cox proportional hazards.
Hasil: Dari 204 subjek penelitian, 108 orang (52,9%) memiliki LFG > 60, 54 orang (26,5%) memiliki LFG 30-59, dan 42 orang (20,6%) memiliki LFG <30 ml/menit/1,73 m2. Kesintasan ulkus pedis dalam 3 tahun adalah 75,7% untuk LFG <30; 86,4% untuk LFG 30-59; dan 94,1% untuk LFG > 60 ml/menit/1,73 m2. Laju insidens ulkus pedis per 1000 orang per bulan adalah 7,98 untuk LFG <30; 4,08 untuk LFG 30-59; dan 1,61 untuk LFG >60 ml/menit/1,73m2. Pasien dengan LFG 30-59 dan LFG <30 ml/menit/1,73 m2 memiliki adjusted HR 1,36 (IK 95% 0,39-4,66) dan 4,39 (IK 95% 1,18-16,4) terhadap ulkus pedis dibandingkan dengan LFG > 60 ml/menit/1,73 m2. Tidak dilakukan analisis lebih lanjut pada luaran amputasi ekstremitas bawah karena tidak ada pasien yang mengalami luaran pada kelompok LFG >60 ml/menit/1,73 m2
Kesimpulan: PGK mempengaruhi kejadian ulkus pedis dalam 3 tahun pada pasien DM dan risiko ulkus pedis dalam 3 tahun semakin meningkat seiring dengan semakin berat derajat PGK. Pengaruh PGK terhadap kejadian amputasi ekstremitas bawah masih belum dapat disimpulkan pada penelitian ini.

Background: Chronic kidney disease (CKD) has been reported associated with poor prognoses in foot ulcers and lower extremity amputation (LEA) in patients with diabetes melitus (DM). However, the study is still limited and never been done in Indonesia. The objective of this study is to evaluate the impact of CKD on foot ulcers and LEA in patients with diabetes.
Methods: This was a retrospective cohort study in Internal Medicine out-patient clinic in Fatmawati General Hospital. All subjects were enrolled between January-December 2016 who had history of DM, age >18 years old and had a history of DM. Foot ulcer-free and amputation-free survival for estimated glomerular filtration rate (eGFR) >60, 30-59, and <30 ml/min/1,73 m2 were calculated and analyzed by Kaplan-Meier curves. Adjusted hazard ratio (HR) was analalyzed using multivariate Cox proportional hazards. multivariate model.
Results: A total of 204 individuals were included: 108 (52,9%) in eGFR >60, 54 in eGFR 30-59, and 42 in eGFR <30 ml/min/1,73 m2. Foot ulcer free survival for patient with eGFR <30, 30-59, >60 ml/min/1.73 m2 were 75,7%; 86,4%; and 94,1% respectively. Unadjusted foot ulcer incidence rates per 1000 patients per month were 7,98 for eGFR <30; 4,08 for eGFR 30-59; and 1,61 for eGFR >60 ml/menit/1.73m2. For the development of foot ulcer compared with eGFR > 60 ml/min/ 1.73 m2, adjusted HR for patient with eGFR 30-59 ml/min/1.73 m2 was 1,36 (CI 95% 0,39-4,66) and for eGFR < 30 ml/min/1.73 m2 was 4,39 (CI 95% 1,18-16,4). HR for LEA could not be analyzed because there were no patient who had been amputated after 3 years follow up in group eGFR >60 ml/min/1.73 m2.
Conclusion: CKD increased the risk of foot ulcer in 3 years among DM patients. The risk was increased concomitant with the severity of CKD. The impact of CKD on LEA could not be concluded in this study.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>