Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 87907 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indra Syahputra Roes Lie
"Wanita pada umumnya menginginkan bulu mata yang panjang, tebal dan lebat. Rambut kepala dan bulu mata pada umumnya adalah sama dimana sel papilla dermal yang berperan dalam pertumbuhannya. Tujuan dari penelitian ini adalah memformulasikan ekstrak daun teh hijau yang sudah sering digunakan dalam produk penumbuh rambut, yang memiliki stabilitas yang baik, aman, dan efektif dalam menumbuhkan bulu mata. Ekstrak daun teh hijau diformulasikan dalam sediaan gel. Uji stabilitas dilakukan dengan penyimpanan pada suhu tinggi, kamar, rendah, cycling, dan uji sentrifugasi. Uji in vitro hen rsquo;s egg test-chorioallantoic membrane HET-CAM dilakukan untuk mengevaluasi potensial terjadinya iritasi mata. Uji tempel dilakukan pada lengan atas semua relawan sebelum memulai memakai gel bulu mata. Pengujian pertumbuhan bulu mata dilakukan dengan pengukuran panjang bulu mata relawan sebelum dan sesudah 2 bulan pemakaian yang diukur setiap 2 minggu dengan memakai penggaris bulu mata. Gel yang dibuat stabil dalam penyimpanan pada suhu tinggi 40 2 C , kamar 25 2 C , rendah 4 2 C , cycling, uji sentrifugasi, dan tidak menyebabkan iritasi pada kulit dan mata. Pertumbuhan bulu mata terlihat hasil yang berarti pada grup uji dibandingkan dengan grup plasebo setelah 2 bulan pemakaian.

Women often consider longer, thicker, fuller eyelashes. As eyelash hair and scalp hair is nearly the same which is the dermal papilla cell as the main role of the hair growth. The aim of this study was to formulate a green tea extract GTE , which is often used as a hair growth product, to produce an eyelash gel with good stability, effectiveness, and safety for growing eyelashes. GTE was formulated into a gel. A stability test was performed at a high temperature 40 2 C , room temperature 25 2 C , low temperature 4 2 C , a cycling temperature, and sentrifuge test. An in vitro hen rsquo s egg test chorioallantoic membrane HET CAM assay was performed to evaluate potential eye irritation. Pacth test on upper arm was conducted to all the volunteers before they began using the eyelash gel. An eyelash growth test was conducted by length measurement using an eyelash ruler before and after 2 mo of application in human volunteers. The GTE gel was stable in storage at high, room, and low temperatures, at cycling temperatures, sentrifuge test and did not cause skin and eye irritation. Eyelashes grew significantly more in the test group than in the placebo group after 2 mo of application P 0.05 . GTE gel provides a new, safe, and effective option for growing natural eyelashes.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
T48890
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Didit Darmawan
"Ekstrak daun teh hijau memiliki kandungan polifenol aktif berupa epigalokatekin galat (EGCG). EGCG memiliki absorpsi dan penetrasi yang buruk karena ukuran molekul flavonoid yang besar, koefisien partisi yang kecil serta zat yang bersifat hidrofilik. Pada penelitian ini, Ekstrak daun teh hijau dimodifikasi dalam bentuk nanovesikel fitosom yang diformulasikan dalam sediaan gel untuk mengatasi permasalahan absorpsi dan penetrasi. Tujuan dari penelitian ini ialah memformulasikan gel fitosom dan gel ekstrak tanpa fitosom serta membandingkan penetrasi diantara keduanya. Fitosom di formulasi kedalam tiga formula yaitu F1, F2 dan F3 dengan konsentrasi ekstrak daun teh hijau yang setara dengan EGCG 1%; 1,5 % dan 2 %.
Pembutan fitosom dilakukan dengan metode hidrasi lapis tipis. Setelah formulasi, dilakukan karakterisasi untuk mengidentifikasi formula terbaik yang akan diformulasikan kedalam gel. Hasil menunjukan bahwa F1 merupakan formula terbaik yang memiliki bentuk partikel sferis dengan ukuran Dmean volume 179,83 ± 4,86 nm , PDI sebesar 0,235 ± 0,11 dan potensial zeta sebesar -61 ± 1,72 serta presentase efisiensi penjerapan sebesar 53,68 ± 2,14 %. Uji penetrasi sel difusi Franz dilakukan pada kedua gel menggunakan membran abdomen tikus galur betina Sprague-Dawley. Jumlah kumulatif EGCG terpenetrasi dari sediaan gel fitosom dan gel non fitosom sebesar 930,39 ± 7,77 μg/cm2 dan 365,26 ± 0,75 μg/cm2 .
Presentase jumlah EGCG yang terpenetrasi dari sediaan gel fitosom dan non fitosom sebesar 41,49 ± 0,35 % dan 16,28 ± 0,03 %. Fluks dari sediaan gel fitosom dan non fitosom sebesar 45,54 ± 0,23 dan 39,35 ± 0,26. Gel fitosom ekstrak daun teh hijau memiliki daya penetrasi lebih baik dibandingkan gel ekstrak daun teh hijau tanpa fitosom. Selain itu, uji stabilitas fisik dilakukan pada kedua sediaan untuk menilai stabilitas dari formula. Sediaan gel fitosom dan gel non fitosom menunjukan stabilitas secara fisik melalui hasil analisa pengamatan organoleptis, homogenitas dan viskositas yang dilakukan selama 2 bulan pada berbagai suhu.

Green tea leaves extract contains active polyphenolic content in form of epigallocatechin-3-gallate (EGCG). The absorption and penetration properties of EGCG are poor due to its large flavonoid molecule, small partition coefficient, and its hydrophilic properties. In order to overcome these obstacles, a modification of green tea leaf extract is made by formulating a gel containing phytosome nanovesicles in this research. This research aim is to formulate phytosome gels and non-phytosome gels with the extract, also comparing the penetration properties between them. Optimization of phytosome formula which consists of F1, F2, and F3 with green tea leaf extract concentrations equal to 1%, 1.5%, and 2% EGCG were conducted during the experiment.
The phytosomes were made by thin layer hydration method. After the formulation was formed, characterization was done to identify the best phytosome formula, which would be formulated into the gel. Results showed that F1 was the best formulation that contains spherical particles that measures Dmean 179,83 ± 4,86 nm in volume, and a PDI value of 0,235 ± 0,11, also a Zeta potential of -61 ± 1,72. The F1 formulation possesses the largest entrapment efficiency percentage, valued at 53,68 ± 2,14. Franz diffusion cell penetration test was done to both gels using abdominal membranes of Sprague-Dawley rats. The cumulative amount of EGCG penetrated from the phytosome anda non phytosome gel amounts 930,39 ± 7,77 μg/cm2 and 365,26 ± 0,75 μg/cm2.
Percentage of EGCG which penetrated from the phytosome and non phytosome gel reaches 41,49 ± 0,35 % dan 16,28 ± 0,03 %. Flux from the phytosome and non phytosome gel amounts 45,54 ± 0,23 and 39,35 ± 0,26. Based on these results, it can be concluded that the extract of green tea leaves in phytosomal gel holds a better penetration property compared to the extract not formulated with phytosomes. Both phytosomal and non-phytosomal gel are showing good physical stability through organoleptic, homogenicity, and viscosity observations which are done throughout two month at various temperatures.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S65387
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tahmida Diazputri Utami
"Transfersom telah banyak digunakan untuk meningkatkan penetrasi obat yang berasal dari bahan alam. Salah satu bahan alam yang berkhasiat bagi kesehatan dan kosmetik adalah ekstrak daun teh hijau (Camellia sinensis L. Kuntze) yang mengandung katekin sebagai senyawa antioksidan yang kuat. Epigalokatekin galat (EGCG) sebagai salah satu senyawa katekin paling dominan digunakan sebagai penanda analisis. Namun, EGCG memiliki berat molekul yang besar dan bersifat hidrofilik sehingga sulit untuk berpenetrasi melewati kulit.
Tujuan dari penelitian ini adalah memformulasikan dan menghasilkan transfersom dengan karakteristik yang baik sehingga dapat meningkatkan penetrasi melalui kulit. Pada penelitian ini transfersom diformulasikan dengan konsentrasi yang berbeda setara dengan 1% (F1); 1,5% (F2); dan 2% (F3) EGCG dan menggunakan metode hidrasi lapis tipis. Transfersom diformulasikan ke dalam sediaan gel dan gel kontrol dibuat tanpa transfersom. Kedua sediaan dievaluasi dan dilakukan uji penetrasi secara in vitro menggunakan sel difusi Franz pada kulit tikus galur Spargue Dawley.
Hasil menunjukkan bahwa F1 merupakan formula terbaik karena memiliki bentuk yang sferis, nilai Dmean volume 107,82 ± 0,44 nm, indeks polidispersitas 0,07 ± 0,01, zeta potensial -40,3 ± 0,10 mV, dan efisiensi penjerapan 63,16 ± 0,65%. Hasil uji penetrasi in vitro menunjukkan jumlah kumulatif EGCG yang terpenetrasi dari gel transfersom yaitu 1316,60  8.05 μg/cm2 dengan fluks 57,594  0,91 μg.cm-2.jam-1 sedangkan jumlah kumulatif pada gel non transfersom sebesar 414,86  4,40 μg/cm2 dengan fluks 36,144 1,22 μg.cm-2.jam-1. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan gel transfersom ekstrak daun teh hijau dapat meningkatkan penetrasi.

Transfersome has been widely used to increase the penetration of drugs derived from natural ingredients. One of the natural ingredient for health and cosmetics is green tea leaves extract (Camellia sinesis L Kuntze) containing catechin has potent antioxidant activity. Epigallocatechin gallate (EGCG) as one of the most dominant catechin compounds used as a marker analysis. However, EGCG has a large molecular weight and hydrophilic so that it?s difficult to penetrate through the skin.
The aims of this study were to formulated and produced transfersome with good characteristics that increase penetrated through the skin. In this research, transfersome were formulated with different concentrations, equal to 1% (F1), 1.5% (F2), and 2% (F3) of EGCG and using thin layer hydration method. Transfersome then formulated into a gel and control gel prepared without transfersome. Both gels were evaluated and in vitro penetration tested using Franz diffusion cell with the skin of female Sprague Dawley rats.
The result showed that F1 had the best formula with spherical shape, Dmean volume 107.82 ± 0.44, polidispersity index 0.07 ± 0.01, zeta potential -40.3 ± 0.10 mV, and entrapment efficiency 63.16±0.65%, Total cumulative amount of penetrated EGCG from transfersom gel was 1302.63  20.67 μg/cm2 and the flux was 57.594  0.91 μg.cm-2.hour-1. Total cumulative amount of penetrated EGCG from non-transfersom gel was 414,86  4.40 μg/cm2 and the flux was 36.144  1.22 μg.cm-2.hour-1. Based on these result it can be concluded that gel transfersome green tea leaves extract can increase penetration.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S63790
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Seshiana Sebti Pramesti
"Transetosom merupakan vesikel yang dapat meningkatkan penetrasi obat ke dalam kulit, contohnya adalah ekstrak bahan alam. Teh hijau (Camellia sinensis L. Kuntze) merupakan bahan alam yang mengandung katekin sebagai senyawa antioksidan. Transetosom dapat menjerap dan membantu penetrasi senyawa ekstrak daun teh hijau ke dalam kulit. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan formula gel transetosom yang dapat meningkatkan penetrasi ekstrak daun teh hijau ke dalam kulit. Gel yang hanya mengandung ekstrak daun teh hijau juga dibuat sebagai kontrol. Uji penetrasi sediaan secara in vitro dilakukan menggunakan sel difusi Franz dengan kulit tikus betina galur Sprague Dawley. Epigalokatekin galat (EGCG) digunakan sebagai penanda analisis.
Transetosom dibuat dengan metode hidrasi lapis tipis dalam tiga formula yaitu dengan konsentrasi ekstrak daun teh hijau setara dengan EGCG 1% (F1), 1,5% (F2), dan 2% (F3). Hasil menunjukkan transetosom F1 memiliki karakteristik terbaik yaitu berbentuk sferis, Dmean volume 112,14 ± 2,19 nm, indeks polidispersitas 0,163 ± 0,03, potensial zeta -52,05 ± 1,34 mV, dan efisiensi penjerapan 58,06 ± 0,08%. Gel transetosom dan gel kontrol secara berturut-turut memiliki fluks sebesar 61,468 ± 1,66 μg.cm-2.jam-1 dan 31,694 ± 1,02 μg.cm-2.jam-1. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa transetosom dapat meningkatkan penetrasi ekstrak daun teh hijau ke dalam kulit.

Transethosome is a vesicle that can enhance drug?s penetration into the skin, for example are extracts of natural ingredient. Green tea (Camellia sinensis L. Kuntze) is a natural ingredient that contains catechins as an antioxidant. Transethosome is used to entrap the chemical compounds of green tea leaves extract and help their penetration into the skin. The aims of this study are to produce transethosome gel formula that can increase the penetration of green tea leaves extract into the skin. Gel containing only green tea leaves extract was also made as a control. Penetration test of gels performed using in vitro Franz diffusion cell with the skin of female Sprague Dawley rats. Epigallocatechin gallate (EGCG) is used as a marker analysis.
Transethosome were made by using thin layer hydration method in three formulas with different concentration of green tea leaves extract which were equivalent to 1% (F1), 1.5% (F2), and 2% (F3) EGCG. The results showed transethosome F1 had the best characteristics, which had a spherical shape, Dmean volume 112,14 ± 2,19 nm, polydispersity index 0,166 ± 0,03, zeta potential -52,05 ± 1,34 mV, and entrapment efficiency 58,06 ± 0,08%. Transethosome gel and control gel had a flux of 61,468 ± 1,66 μg.cm-2.hour-1 and 31,694 ± 1,02 μg.cm-2.hour-1. It can be concluded that transethosome can increase green tea leaves extract penetration into the skin.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S64791
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adeline Clarissa
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek obat kumur mengandung ekstrak daun teh hijau terhadap penyembuhan keradangan gingiva secara klinis. 60 penderita gingivitis dibagi menjadi dua kelompok, kelompok eksperimen dan kontrol. Berkumur dilakukan dua kali sehari selama empat hari. Pengukuran Indeks Plak (PlI) dan Indeks Papilla-Bleeding (PBI) dilakukan pada hari nol dan hari lima. Data dianalisis menggunakan uji Paired dan Independent T-Test. Terdapat penurunan PlI dan PBI yang bermakna (p<0,05) setelah berkumur pada kedua kelompok dan terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) antara kelompok pada penurunan PlI dan PBI. Dengan demikian, obat kumur mengandung ekstrak daun teh hijau mampu menurunkan keradangan gingiva.

The purpose of this research is to know the effect of mouthwash containing green tea leaves extract towards gingivitis healing clinically. 60 subjects suffering gingivitis were divided into two groups, the experimental group and control group. Rinsing was done twice a day for four days. Plaque Index (PlI) and Papilla-Bleeding Index (PBI) were measured on day zero and day fifth. Data were analyzed using Paired and Independent T-Test. There was a significant reduction (p<0,05) of PlI and PBI post-rinsing within both group and there was significant difference (p<0,05) between the groups on PlI and PBI reduction. Mouthwash containing green tea leaves extract is able to decrease gingival inflammation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
S44832
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Permatasari Isnan
"ABSTRAK
Teh hijau dikenal sebagai sumber antioksidan. (-)-epigalokatekingalat (EGCG)
merupakan antioksidan terbanyak yang terkandung dalam teh hijau yang telah
terbukti memodulasi jalur biokimia kulit. Niosom merupakan sistem pembawa
alternatif pengganti liposom yang memiliki kekurangan dari segi biaya dan
stabilitas. Formulasi niosom dilakukan untuk menstabilkan zat aktif yang tidak
stabil. Formulasi niosom yang dibuat terdiri dari empat formulasi dengan
perbandingan molar surfaktan-kolesterol berbeda-beda, yaitu 3:1, 2:1, 1:1, dan
0,5:1. Formulasi niosom dilakukan menggunakan metode hidrasi lapis tipis.
Suspensi niosom yang dihasilkan kemudian dilakukan sejumlah karakterisasi
meliputi ukuran dan distribusi partikel, lamelaritas, efisiensi enkapsulasi, dan
potensial zeta. Niosom yang telah diuji kemudian dibuat sediaan gel menggunakan
HPMC sebagai gelling agent. Gel niosom yang dihasilkan kemudian dilakukan
sejumlah evaluasi meliputi uji organoleptis, uji pH, uji viskositas, uji stabilitas, dan
uji aktivitas antioksidan dengan DPPH. Karakterisasi niosom menunjukkan
perbandingan molar surfaktan-kolesterol 3:1 memiliki efisiensi enkapsulasi yang
terbaik namun mengalami pemisahan setelah 7 hari. Evaluasi sediaan gel niosom
menggunakan formula F3 menunjukkan gel stabil, tidak menunjukkan perubahan fisik

ABSTRACT
Green tea has been known as a source of antioxidant. (-)-epigallocatechin gallate
(EGCG), which is the most abundant antioxidant contained in green tea, has been
shown to modulate biochemical pathways of skin. Niosom is an alternative to
liposome drug vehicle systems which has disadvantages including cost and
stability. Niosome was prepared for enhance stability of drug. Niosomal
formulations were prepared in four different molar ratios of surfactant-cholesterol,
i.e. 3:1 (F1), 2:1 (F2), 1:1 (F3), and 0.5:1 (F4). Niosomal formulations were
prepared using thin layer method. Niosomal suspensions were evaluated including
particle size and distribution, lamellarity, encapsulation efficiency, and zeta
potential. Niosomal suspension, which had been evaluated, then incorporated into
gel using HPMC as gelling agent. Niosomal gel was evaluated including
organoleptic, pH, viscosity, stability, and antioxidant activity using DPPH.
Evaluation of niosomal suspensions showed that F1 has best encapsulation
efficiency but experienced separation after 7 days. Evaluation of niosomal gel
(using F3) showed stable formulation without changes"
2016
S65106
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Intansari Rozmiramadhani Putri
"Ekstrak daun teh hijau (Camellia sinensis L. Kuntze) mengandung epigalokatekin galat (EGCG) yang memiliki aktivitas antioksidan sangat poten. EGCG bersifat hidrofilik dan memiliki massa molekul yang besar sehingga sulit berpenetrasi ke dalam kulit. Untuk meningkatkan penetrasi EGCG, digunakan solid lipid nanopartikel sebagai sistem pembawa. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh karakteristik SLN yang dapat meningkatkan penetrasi ekstrak daun teh hijau ke dalam kulit dengan diformulasikan ke dalam sediaan gel. Gel ekstrak daun teh hijau tanpa SLN dibuat sebagai kontrol. Pada kedua sediaan gel tersebut dilakukan uji penetrasi secara in vitro menggunakan sel difusi Franz dengan kulit tikus betina galur Sprague Dawley. SLN dibuat menggunakan metode emulsifikasi pelarut.
Hasil menunjukkan formula F3 merupakan formulasi dengan karakterisasi terbaik yaitu Dmean volume 150,24±12,71 nm, nilai indeks polidispersitas 0,184±0,017; zeta potensial -41,0±0,35 mV; efisiensi penjerapan tertinggi (57,18±0,61 %) dan berbentuk sferis sehingga digunakan pada formulasi gel. Hasil uji penetrasi in vitro menunjukan jumlah kumulatif EGCG terpenetrasi dari gel SLN dan gel kontrol berturut-turut adalah 1327,69±29,58 μg/cm2 dan 438,70±22,82 μg/cm2, persentase total EGCG terpenetrasi 56,32±1,26 % dan 18,61±0,97 %, serta nilai fluks 58,35±0,94 µg/cm2jam dan 55,59±2.92 µg/cm2jam. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan gel SLN dapat meningkatkan penetrasi EGCG melalui kulit.

Green tea (Camellia sinensis L. Kuntze) leaves extract contain epigallocatechin gallate (EGCG) with potent antioxidant activity. EGCG is hydrophilic with high molecular mass, making it difficult to penetrate through the skin. To increase its penetration, solid lipid nanoparticles (SLN) carrier system was used. This research aimed to determine characteristics of SLN that can increase skin penetration of green tea leaves extract which then formulated to gel formulation. Green tea extract gel without SLN was used as control. Both gels underwent in vitro penetration test employing Franz diffusion cells to the skin of Sprague Dawley female rats. SLN was prepared by emulsion-solvent evaporation method.
Result showed F3 formulation was the best with Dmean volume 150.24±12.71 nm, polydispersity index 0.184±0.017, zeta potential -41.0±0.35 mV, with the highest entrapment efficiency (57.18±0.61%) and in spherical shape, enabling gel formulation. The in vitro penetration test showed the cumulative amount of EGCG penetrated from SLN gel and control gel respectively were 1327.69±29.58 μg/cm2 and 438.70±22.82 μg/cm2, total percentage of EGCG penetrated 56.32±1.26 % and 18.61±0.97 %, with flux 58.35±0.94 µg/cm2.hour and 55.59±2.92 µg/cm2.hour. In conclusion, SLN can increase the skin penetration of EGCG."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S63815
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Goldie Aisha Wirarti
"ABSTRAK
Sediaan nanovesikel transdermal telah banyak digunakan untuk penghantaran obat
dari bahan alam. Salah satu bahan alam yang memiliki banyak manfaat adalah
daun teh hijau. Manfaat daun teh hijau dapat digunakan untuk menjaga kesehatan
dan kosmetik. Epigalokatekin galat (EGCG) yang merupakan kandungan terbesar
daun teh hijau bersifat hidrofilik. Oleh sebab itu, perlu ditingkatkan penetrasinya
menggunakan nanovesikel lipid, yaitu etosom. Selain itu, etosom juga dapat
meningkatkan stabilitas dari EGCG. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
formula etosom dengan karakteristik terbaik. Etosom diformulasikan dengan
konsentrasi zat aktif yang berbeda; yaitu setara dengan EGCG 1% (F1), 1,5%
(F2), dan 2% (F3). Berdasarkan hasil karakterisasi dipilih F1 yang memiliki hasil
karakterisasi terbaik dengan morfologi yang sferis, nilai Dmean volume 90,53 ±
0,32 nm, indeks polidispersitas 0,05 ± 0,00, potensial zeta -62,6 ± 5,05 mV, dan
persentase obat terjerap paling tinggi (54,39 ± 0,03 %). Kemudian F1 tersebut
dibuat menjadi gel etosom dan gel ekstrak tanpa dibuat etosom sebagai kontrol
untuk dilakukan uji penetrasi menggunakan sel difusi Franz. Jumlah kumulatif
EGCG yang terpenetrasi dari sediaan gel etosom dan gel ekstrak adalah 1364,28 ±
56,32 μg/ cm2 dan 490,17 ± 2,60 μg/ cm2. Dengan nilai fluks dari gel etosom dan
gel ekstrak adalah 61,68 ± 2,13 μg.cm-2.jam-1 dan 55,18 ± 0,50 μg.cm-2.jam-1.
Waktu tunggu yang dibutuhkan sediaan gel etosom dan gel ekstrak untuk
berpenetrasi adalah 1,71± 0,05 dan 14,25 ± 0,03 jam. Berdasarkan hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa gel etosom yang dibuat dari F1 dapat meningkatkan
jumlah EGCG yang terpenetrasi.

ABSTRACT
Transdermal nanovesicles dosage forms have been widely used for natural
products delivery. One of the natural products that has many benefits is green tea
leaves. Benefits of green tea leaves can be used to maintain health and cosmetics.
Epigallocatechin gallat (EGCG) which is the largest content of green tea leaves is
hydrophilic. Therefore, the need to improve its penetration using lipid
nanovesicle, namely ethosome is needed. In addition, ethosome can also improve
the stability of EGCG. This study aims to get the formula of etosom with the best
characteristic. Etosom were formulated with different concentrations, equal to 1%
(F1), 1.5% (F2), and 2% (F3) of EGCG. Based on the results, F1 has the best
characterization results with spherical morphology, Dmean volume value at 90,53 ±
0,32 nm, 0,05 ± 0,00 of polydispersity index, zeta potential at -62.6 ± 5, 05 mV,
and the highest percentage of drug entrapped (54.39 ± 0.03 %). Then the F1 is
made into a gel etosom and extract gel that is made without etosom as control to
do a penetration test using Franz diffusion cells. The cumulative amount of EGCG
penetrated for ethosomal gel and and extract gel were 1364,28 ± 56,32 μg/ cm2
and 490,17 ± 2,60 μg/ cm2, respectively. With a flux value of ethosomal gel and
extract gel were 61,68 ± 2,13 μg.cm-2.hour-1 and 55,18 ± 0,50 μg.cm-2.hour-1,
respectively. The lag time required for etosom gel preparation and gel extracts to
penetrate was 1.71 ± 0.05 and 14.25 ± 0.03 hours. Based on these results it can be
concluded that the ethosomal gel made from F1 can increase the amount of EGCG
that was penetrated."
2016
S65740
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Redjeki Endang Setionowaty
"Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa
daun teh hijau (Camellia sinensis) berpotensi memiliki aktivitas anti bakteri,
Staphylococcus aureus dan staphylococcus epidermidis sedangkan pada
Propionibacterium acne tidak ada potensi. Penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh sediaan gel yang mengandung ekstrak etanol 70% teh hijau
(Camellia sinensis) yang mempunyai aktivitas antibakteri stabil dan aman.
Metode yang digunakan adalah Metode difusi cakram (Kirby-Bauer) ditentukan
oleh diameter zona hambat yang terbentuk. Semakin besar diameternya maka
semakin terhambat pertumbuhannya. Uji stabilitas fisik terhadap sediaan gel
dilakukan selama 12 minggu pada suhu yang berbeda dan uji keamanan kepada
sukarelawan digunakan metode single aplication closed patch epicutaneus test
under occlusion. Hasil uji aktivitas anti bakteri menunjukkan adanya zona hambat
pada Staphylococcus aureus dengan ketiga konsentrasi 2,5%, 5%, 10%, hasilnya
(11mm,16mm,13mm), dan Stapylococcus epidermidis (2,5%, 5%, 10%) hasilnya
(7mm,11mm,12 mm) sedangkan pada P.acne tidak ada. Hasil uji stabilitas fisik
12 minggu menunjukkan ketiga konsentrasi sediaan gel adalah stabil dan hasil uji
keamanan memperlihatkan tidak ada iritasi yang diamati selama uji keamanan
pada penggunaan secara topikal.

Previous studies reported that green tea leaf (Camellia sinensis) was a
potential anti bacteria againts Propionibacterium acne, Staphylococcus aureus
dan Staphylococcus epidermidis. The aim of the study was to formulate gel
containing 70% ethanol extract of green tea leaf (Camellia sinensis) that have anti
bacteria activity which physically stable and safe. The method we used is disk
diffusion (Kirby-Bauer) determined by diameter of inhibition zone. The bigger
diameter shows the more growth inhibition. Physical stability test was done
against gel formulation during 12 weeks at different temperatures and safety test
against volunteer was done using method of single aplication closed patch
epicutaneus test under occlusion. Result of bacteria activity test showed that there
were inhibition zone on Staphylococcus aureus. Three concentrations of 2,5%,
5%, 10% resulting inhibition diameter of 11 mm,16 mm and 13 mm respectively,
and Staphylococcus epidermidis resulting 2,5%, 5% and 10% inhibition diameter
of 7 mm,11 mm and 12 mm. On P.acne did not show any activity. Results of the
physical stability tests during 12 weeks showed that the three concentration of gel
formulations were stable and no iritation showed during safety test on topical use.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T35187
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriana Dewi
"Daun teh hijau segar kaya akan polifenol yang merupakan komponen bioaktif pada tanaman dan baik untuk kesehatan manusia. Komponen polifenol dalam daun teh hijau segar diidentifikasi sebagai katekin dan derivatnya yang tergolong dalam sub-kelas flavonoid.
Dalam penelitian ini, daun teh hijau segar dimaserasi dengan dua jenis pelarut, yaitu air-metanol dan air-etil asetat untuk mengekstrak komponen katekin, kemudian diidentifikasi dengan KLT. Isolat daun teh hijau yang dimaserasi dengan air-etanol menghasilkan empat komponen katekin, sedangkan yang dimaserasi dengan air-etil asetat menghasilkan dua komponen katekin. Fe- MMT disintesis dari bentonit Jambi yang difraksinasi, kemudian fraksi yang memiliki kandungan MMT tertinggi digunakan untuk sintesis berikutnya. Pertama-tama, MMT disintesis menjadi Na-MMT, kemudian disintesis menjadi Fe-MMT dengan proses impregnasi menggunakan larutan NaCl 1M dan larutan FeCl3 0,3M. Katalis Fe-MMT dikarakterisasi menggunakan metode XRD, FTIR untuk mengiidentifikasi struktur MMT. Metode AAS mengidentifikasi Na+ dan Fe3+ yang terkandung dalam katalis. Reaksi kopling oksidatif katekin dikondisikan pada suhu 115oC dan waktu 24 jam, identifikasi produk menggunakan metode KLT dan LC-MS/MS. Hasil analisis produk menunjukkan dimer katekin yang terdiri dari epikatekin, epigalokatekin, epikatekin galat dan epigalokatekin galat dengan nilai m/z 580, 612, 884 and 912. Aktivitas peredaman radikal produk dimer katekin menggunakan radikal bebas 2,2-difenil-1- pikrilhidrazil (DPPH), menunjukkan dimer katekin memiliki nilai IC50 57,583 μg/mL lebih tinggi dibanding monomernya dengan nilai IC50 65,899 μg/mL."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S45048
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>