Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 57358 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Grace Natasya
"Aroma merupakan salah satu substansi ruang yang selalu dirasakan oleh manusia, namun kehadirannya dalam ruang yang dirancang tidak selalu dimanfaatkan dengan baik. Skripsi ini membahas peran dan pengaruh aroma di dalam ruang, khususnya ruang ritel. Aroma diyakini memiliki peran dalam memberikan karakter terhadap sebuah ruang, dan dapat dijadikan sebagai alat penentu ambang dan dimensi ruang, serta mampu menjadi sensasi yang memicu perilaku dan gerak tertentu manusia. Dalam ruang ritel, hadirnya aroma dapat memberikan identitas terhadap merek tertentu, membuat merek tersebut lebih mudah dikenali. Aroma juga mengekspansi ruang secara tidak kasat mata dan mampu menggugah perasaan manusia terhadap ruang yang dialaminya. Perasaan-perasaan yang timbul lalu memicu gerak dan perilaku beli yang bersifat reflek dan impulsif.

Scent is one of many space substances that is always experienced by humans, but its presence in a designed space is not always put to a good use. This thesis discussed how far the presence of scents can enrich someone rsquo s experience in retail spaces. Scent is believed to have a role in providing character to a space. It can be used as a determinant of threshold and dimension of a space, and capable to triggers certain human behavior and motion. In retail spaces, the presence of fragrance can provide identity to a particular brand, making it easier to remembered. It has the ability to expand spaces in intangible way and able to arouse human certain feelings to the space experienced. Later these feelings that arise through experiencing spaces can trigger movements and buying behavior that is impulsive.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68529
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzia Evanindya
"Indera penciuman manusia dapat turut serta memperkaya pengalaman ruang seseorang khususnya secara emosional. Skripsi ini memaparkan perwujudan ruang arsitektur oleh aroma serta sejauh mana aroma mempengaruhi pengalaman ruang manusia. Hubungan aroma dengan manusia tergantung pada persepsi setiap individu, durasi kontak dengan aroma dan konsentrasi aroma dalam udara. Hubungan tersebut menentukan posisi aroma sebagai pull-in factor atau push-out factor bagi pengguna ruang.
Hasil analisis dari studi pustaka dan studi kasus menunjukkan bahwa aroma memiliki peran dan pengaruh yang berbeda-beda pada jenis-jenis ruang yang berbeda pula. Aroma yang hadir secara alami maupun yang dihadirkan secara sengaja akan memunculkan spatial awareness yang memberikan karakter dan rasa pada ruang masing-masing. Maka dari itu, aroma merupakan salah satu bentuk bahasa ruang yang dapat mengatur pengguna ruang serta mampu membangun sebuah identitas ruang yang mudah diingat. Aroma juga memiliki kemampuan untuk menciptakan dimensi-dimensi yang mendefinisikan batas-batas pembentuk ruang yang tidak kasat mata dapat mempengaruhi gerak dan perilaku manusia sebagai pengguna ruang.

The sense of smell enriches one?s experience of space emotionally eventhough the presence of scent in our everyday space has not been much noted and taken into consideration of architectural design. This paper tries to reveal scent?s ability of creating architectural space and to see scents capacity on influencing one?s experience of space. Human?s relationship with scent arise from the dependence on individual perception, duration of contact with scent and the scent?s concentration within the air, which determine the role of scent whether as a pull-in or a push-out factor.
The result of literature and case studies shows that scent has different roles and influences due to the diverse types of space. Scents naturally and artificially raise spatial awareness on different levels which brings character and mood into each space. Therefore, scent can be considered as a language of space that is capable of telling the user to act in certain ways and building easy-to-remember identities to certain places. As scent defines invisible space boundaries, it forms architectural space which would influence the movement and behavior of users.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S729
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andin Puspitasari
"Pengalaman ruang merupakan salah satu aspek di dalam ritel yang dapat menciptakan consuming experience. Konsumen bukan lagi hanya mengkonsumsi suatu komoditi, tetapi juga mencari pengalaman multi-sensori. Fenomena cross-shopping kemudian membuat adanya multifungsi ruang pada ritel marak ditemukan. Skripsi ini akan mengkaji lebih lanjut bagaimana consuming experience dapat hadir melalui variabel stimuli ruang dan menghasilkan pengalaman baru kepada konsumen. Melalui kajian teori terkait dan studi kasus terhadap dua jenis ritel berbeda, ditemukan bahwa pengolahan variabel stimuli ruang yang berbeda, baik dengan penambahan fungsi atau tidak, tetap dapat menghadirkan consuming experience dan mempengaruhi perilaku dengan cara tersendiri.

Space experience is one of aspect in retail space that can create consuming experience. Consumers are no longer come to only consume the products, but also look for the multisensory experience. The cross-shopping phenomenon makes the multifunctional retail space has been considerably found. This thesis is aimed to know how the consuming experience can emerge among environmental stimuli variables and create a new experience to consumers. Through relevant theories and case studies regarding to two types of retail, the researcher found that with different way of stimuli variables development, whether it is multifunction or not, these retail still can create the consuming experience and influence behavior by their own.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63708
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aryo Herwibowo
"Perkembangan hukum merek saat ini tidak terbatas hanya pada tanda yang dapat dilihat secara visual. Saat ini tanda yang tidak dapat dilihat secara visual seperti aroma bisa didaftarkan menjadi sebuah merek dalam hukum merek di beberapa negara. Aroma belum diatur dalam hukum merek Indonesia. Permasalahan yang dianalisis dalam skripsi ini adalah mengenai kendala pendaftaran aroma sebagai merek dan pengaturan dari aroma sebagai merek dalam hukum merek di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode studi kepustakaan. Hasil penelitian terhadap permasalahan tersebut adalah terdapat kendala dalam pendaftaran aroma sebagai merek dan hukum merek di Indonesia belum mengatur mengenai aroma sebagai merek. Dengan demikian, hukum merek di Indonesia harus diubah agar dapat mengakomodir perkembangan dari hukum merek saat ini.

The development of the current trademark law is not limited to signs that can be seen visually. Today marks that cannot be seen visually as scent can be registered as a mark within the trademark law in some countries. Scent as a trademark is not set in Indonesia?s trademark law. The problems analyzed in this thesis is the registration constraints as a mark and regulation of scent as a trademark in Indonesia. The research method used in this research is a method of literary study. The study of the problem is that there are obstacles in the registration of scent as a mark and trademark law in Indonesia has not been set up on the scent of a mark. Thus, the trademark law in Indonesia must be changed in order to accommodate the development of the law of the trademark today."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2013
S45329
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maharani Audrey Devantari Putri
"Aroma mempengaruhi manusia pada berbagai tingkatan yang memiliki fungsi vital dan kritis. Saat ini, indra penciuman lebih sering terpapar parfum daripada yang disadari kebanyakan orang, membuat penggunaan parfum menjadi keseharian. Sebagai industri yang berkembang pesat, industri parfum menghasilkan puluhan miliar dolar setiap tahun, menetapkan kepentingan sosial ekonominya dalam skala global. Perusahaan parfum juga berinvestasi dua kali lipat dalam kegiatan penelitian dan pengembangan dibandingkan perusahaan multinasional besar lainnya di Eropa, menjadikan pengetahuan tentang formula aroma atau teknik manufaktur penting untuk keberlanjutan industri tersebut. Namun, seiring kemajuannya teknologi, aset informasi perusahaan parfum mungkin lebih mudah dimanipulasi dengan tanpa adanya perlindungan yang memadai. Dengan menggunakan penelitian normatif, penelitian ini akan mengkaji mengapa aroma parfum harus dilindungi secara memadai, rezim kekayaan intelektual mana yang mampu melindungi aroma parfum berdasarkan perjanjian internasional sebagai ambang batas minimum, dan hak kekayaan intelektual mana yang pantas untuk menjaga aroma parfum berdasarkan Hukum Kekayaan Intelektual Indonesia. Penelitian ini kemudian menyimpulkan bahwa aroma parfum mempertahankan keunikannya karena merupakan hasi dari inovasi, sehingga perlindungan yang tepat harus ditegakkan agar perusahaan parfum mendapat manfaat penuh dari penemuan dan, sebagai hasilnya, memulihkan biaya investasi tersebut. Perjanjian internasional juga mengizinkan perlindungan aroma parfum di bawah rahasia dagang dan merek dagang. Sebaliknya, di Indonesia, di mana perlindungan yang lebih luas diperlukan, aroma parfum hanya dapat dilindungi sebagai rahasia dagang. Oleh karenanya, untuk menjaga kerahasiaan kombinasi bahan kimia, perusahaan parfum di Indonesia harus membuat perjanjian kerahasiaan dengan karyawan dan/atau pihak ketiga.

Scent affects humans on a variety of levels, performing a variety of vital and critical functions. Nowadays, the olfactory sense is more frequently exposed to perfumes than most people realize, making perfume usage a daily occurrence. As a rapidly growing industry, the perfume industry generates tens of billions of dollars annually, establishing its socioeconomic importance on a global scale. Perfumers also invest twice as much in R&D as other major multinational firms in the EU, making knowledge of scent formulas or manufacturing techniques vital for industry preservation. However, as technology advances, information assets of perfume companies may be more easily manipulated, with no adequate protection. Using normative research, this study will examine why perfume scents should be adequately protected, which intellectual property regime is capable of protecting perfume scent based on the international covenant as a minimum threshold, and which intellectual property rights are appropriate to safeguard perfume scent based on Indonesian intellectual property legislation. The thesis concludes that perfume aroma retained its uniqueness as a result of innovation, implying that appropriate protection should be enforced so that the fragrance company fully benefits from the invention and, as a result, recovers the costs of investment in innovation. The international agreement also permits the protection of perfume scents under trade secret and trademark. In contrast, perfume fragrances can only be protected as trade secrets in Indonesia, where more extensive protection is required. To keep the chemical ingredient combination secret, perfume companies in Indonesia should sign non-disclosure agreements with their employees and/or third parties."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadita Amalia
"Budaya masyarakat tontonan yang berkembang di masyarakat perkotaan mengakibatkan terjadinya fenomena komodifikasi tontonan. Hal ini turut berdampak pada salah satu kegiatan konsumsi yaitu berbelanja. Kebutuhan akan ruang ritel, sebagai satu jenis space of consumption, tidak lagi sekadar menjadi ruang untuk menampilkan komoditas berupa barang, tetapi juga perlu memenuhi fungsi sebagai ruang yang menyajikan tontonan demi meningkatkan kualitas pengalaman berbelanja. Jika terjadi pergeseran pada strategi desain ruang ritel, lantas bagaimana kecenderungan pergeseran strategi desain ritel tersebut mengacu pada teori ritel klasik? Penelitian ini mencoba menguak strategi desain ruang ritel menggunakan analogi pertunjukan teater untuk menghadirkan alternatif desain yang merespon komodifikasi tontonan. Retail Theater adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan analogi tersebut. Adanya pergeseran strategi desain ruang ritel klasik ke retail theater terbukti melalui analisis berdasarkan studi literatur dan observasi partisipatif terhadap strategi desain ruang yang diterapkan peritel pada toko ritel The Goods Dept Pacific Place.

The culture of society of spectacle which develops in urban communities led to the phenomenon of commodification of spectacle. It also brings impact on consumption as one kind of shopping activity. The function of retail space, as a kind of space of consumption, no longer present just to be a space to display the commodity in the form of goods, but also need to fulfill the function to provide spectacles in order to improve the quality of shopping experience. If there are some changes in the strategy of retail space design, then how is the tendency of the shifting strategy of retail space design refers to the classical theory of retail design? This research attempts to uncover retail space design strategy by using theatrical analogy to present alternative design which responds the phenomenon of commodification of the spectacle. Retail Theater is a term used to explain the analogy. The shift in retail space design strategy from the classic theory to retail theater proved through analysis based on literature study and partisipative observation of the design space strategy applied in The Goods Dept at Pacific Place.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57194
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Maulidia Rahmatia Meudi
"Elemen desain dan visual, sebagai stimulan, memegang peran penting dalam memengaruhi perilaku membeli konsumen. Namun, bukan hanya area ritel fesyen keseluruhan yang dapat bertindak sebagai penunjang aktivitas berbelanja, area kasir juga memegang peranan penting dalam menstimulasi perilaku membeli. Di dalam skripsi ini guna untuk mengetahui hubungan antara elemen desain visual, perilaku konsumen dan indera konsumen dalam kegiatan membeli di area kasir The Goods Dept Lippo Kemang Mall. Elemen desain dan visual yang berpengaruh dalam menstimulasi konsumen adalah visual merchandise, display, warna dan pencahayaan yang terbentuk dalam zonasi ruang ritel yang diaplikasikan ke area kasir untuk memunculkan persepsi dan kesan visual yang akan memberikan respons ke indera lainnya.

Design and visual elements, as stimulants, play an important role in influencing consumer buying activities. However, not just the whole fashion retail area that can act as a supporter of shopping activities, the cashier area also plays an important role in stimulating consumer buying activities. In order to acknowledge the consumer senses in buying activities in the cashier area of The Goods Dept Lippo Kemang Mall. The influence of visual and design elements in stimulating consumers are the visual merchandise, display, colors, and lighting formed in the zoning of retail space applied to the cashier area to elicit perceptions and visual impressions that will respond to other senses.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67167
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shania Asril Anwar
"

Manusia dianugerahi indra penciuman oleh Tuhan untuk merasakan suatu bau dan aroma yang dengan cara menghirupnya. Aroma merupakan substansi pengisi suatu ruang yang kehadirannya dampat mempengaruhi manusia dalam mengalami ruang itu sendiri. Aroma yang terekspansi pada ruang dapat membentuk suatu batasan yang invisible. Aroma yang menyebar menjauhi sumbernya memiliki tingkat kepekatan yang berbeda-beda karena adanya interaksi dengan aroma lain di udara. Dengan kondisi demikian, aroma menyebabkan adanya suatu intangible boundary. Batasan tak kasat mata yang menjadi bagian dari atmofer ruang ini mengakibatkan manusia dapat mengidentifikasi serta, memahami bahasa dan karakter suatu ruang sehingga membentuk persepsinya terhadap ruang itu sendiri.

Observasi ini akan membahas mengenai eksistensi aroma kopi yang berperan dan berpengaruh pada manusia dalam mengalami ruang serta menciptakan intangible boundary bagi manusia. Sebagai salah satu material yang menghasilkan suatu aroma, penulis memilih kopi sebagai sumber aroma itu sendiri dan biasanya terdapat pada kedai kopi. Coffeeshop yang dibahas pada studi kasus Penelusuran ini merupakan kedai Kopi Kenangan cabang Cilandak Town Square (Citos), Jakarta. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui respon manusia serta dampak adanya aroma kopi yang hadir berupa intangible boundary pada ruang kedai kopi dan area sekitarnya tersebut dengan melalui wawancara, observasi langsung, dan analisis ulasan pengunjung.

 


Humans are given the sense of smell from God to feel the smell and aroma by inhaling-exhaling process. The aroma is a substance that fills a space that is able to affect humans experience in said space. Aroma expanded in space can form an invisible boundary. The aroma that spreads away from the source has a different level of density caused by interactions with other scents in the air. Based on this conditions, the aroma causes the existence of intangible boundaries. The invisible boundaries as part of the spaces atmosphere contributes in how humans are able to identify and understand the language and character of a space, resulting in a perception formed on those spaces.

This thesis will discuss the existence of the aroma of coffee which contributes to how human experience and understand space as well as forming intangible boundaries for humans. As one of the ingredients that produce aroma, the author chooses coffee as the source of the aroma  usually present in coffee shops. The coffee shop used as the thesis case study is Kopi Kenangan Coffee Shop at Cilandak Town Square (Citos), Jakarta. This writing aims to find out human responses and the aroma of the presence of coffee that is present is an intangible boundary in the coffee shop room and the surrounding area with interviews, direct observation, and analysis of visitor reviews.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ven, Cornelis van de
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991
R 723 VEN r
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Auliya Adhiprakoso Riadi
"Window display adalah sebuah tempat untuk memamerkan produk. Tampilan sebuah window-display dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Hal yang paling mendasar bagi sebuah window-display adalah tipenya, yang dibagi berdasarkan ada atau tidaknya dinding pada bagian belakang jendela. Open-back window display adalah tipe window display yang tidak memiliki dinding pada bagian belakang jendela. Pada tipe ini, elemen-elemen desain berupa tema dan skema, alat peraga, komposisi, penggunaan warna, pencahayaan, dan grafis, tetaplah sama dengan tipe window display lain. Perbedaannya terletak pada berpengaruhnya komposisi ruang interior pada window display. Keterhubungan ini terjadi di toko Celine Plaza Indonesia, dimana toko tersebut memiliki window display bertipe open-back. Kedua ruang akhirnya saling bergantung satu sama lain dan perbedaan serta perubahan pada salah satu ruang akan memengaruhi keduanya. Ruang toko dengan open-back window display menjadi lebih efektif dan efisien memamerkan produk karena ruang toko dan ruang window display memamerkan lebih banyak produk serta menciptakan kesan yang lebih kuat. Walaupun terjadi secara halus-bahwa pemisahan ruang toko dan window display tidak ketara-pengunjung serta pembelanja mudah mendapatkan kesan kuat yang lebih mudah diingat.

Window display refers to a place to showcase a product. The look of a window display can be influenced by many factors. The most fundamental thing for a window display is the type, which is classified based on the presence or absence of a wall on the back of the window. Open-back window display is a type that does not have a wall on the back of the window. Design elements of this type in the form of themes and schemes, props, compositions, color usage, lighting, and graphics, are the same as the other window display types. The difference lies in the influence of the composition of the interior space on the window display. This case is shown at Celine store Plaza Indonesia, where the store utilizes an open-back window display. Both spaces are interdependent on each other, where differences and changes on one of the spaces will eventually affect both. A store space with an open-back window display is more effective and efficient in showcasing products because both the store and the window display space are able to showcase more products while also creating a stronger impression. Although it happens in a subtler way-that the separation of the store space and the window display is not too obvious-it is easier for visitors and customers to get a memorable, strong impressions."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>