Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 101725 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sahida Urdun Farizal
"Penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa terdapat pengaruh penggunaan teknik netralisasi terhadap perilaku ketidakjujuran akademik, dimana semakin digunakannya teknik netralisasi, semakin banyak dilakukan ketidakjujuran akademik oleh mahasiswa. Penelitian ini lebih memfokuskan pada perilaku ketidakjujuran akademik yang lebih spesifik yaitu plagiarisme dan mencoba untuk mengaitkannya dengan teknik netralisasi milik Sykes dan Matza 1957 yang terdiri dari denial of responsibility, denial of injury, denial of victim, condemnation of condemner, dan appeal to higher loyalties. Tidak hanya menggunakan 5 teknik asal, namun juga menambahkan 4 teknik baru yaitu: metaphor of ledgers, claim of normality, denial of negative intent, dan claim of relative acceptability. Penelitian ini berusaha untuk menguji 9 teknik netralisasi untuk menjelaskan perilaku plagiarisme di kalangan mahasiswa sarjana Fakultas Y Universitas X. Melalui temuan penelitian didapatkan bahwa semakin tinggi penggunaan teknik netralisasi maka semakin tinggi pula perilaku plagiarisme mahasiswa sarjana Fakultas Y Universitas X. Kesembilan teknik juga terbukti memiliki pengaruh terhadap perilaku plagiarisme.

Previous research have proved that there is an influence of the use of neutralization techniques to academic dishonesty behavior, the more the students use techniques of neutralization, the more academic dishonesty has been done. This study focuses more on the specific academic dishonesty behavior that is plagiarism and tries to relate it to the of neutralization from Sykes and Matza 1957 that consist of denial of responsibility, denial of injury, denial of victim, condemnation of condemner, and appeal to higher loyalties. Not only using the 5 original techniques, but we also added 4 new techniques that is metaphor of ledgers, claim of normality, denial of negative intent, and claim of relative acceptability. The study also attempted to use 9 neutralization techniques to explain plagiarism behavior. Through the research, it found that the higher the use of neutralization techniques, the higher the plagiarism behavior of undergraduate students of Faculty Y University X. All 9 techniques also proven to have influence on plagiarism behavior. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S68118
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khadijah Akita Naomi
"Latarbelakang: Jumlah kasus kecurangan akademik seperti plagiarisme di bidang pendidikian kian meningkat secara signifikan. Hal ini dapat dicegah dengan meningkatkan pengetahuan mengenai plagiarisme dan bagaimana cara menyikapi masalah kecurangan akademik tersebut. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi tingkat pengetahuan dan sikap terhadap plagiarisme beserta korelasinya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya tingkat pengetahuan dan sikap terhadap plagiarisme juga di analisa dalam penelitian ini.
Metoda: Penelitian ini dilakukan diantara mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Universitas Indonesia yang sedang belajar di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Sebanyak 105 dari 1996 mahasiswa PPDS dipilih secara purposive sampling untuk menjadi responden. Responden mengisi sendiri kuesioner yang sudah diuji validitas dan realibilitasnya dan didistribusikan.
Hasil: Sebanyak 50% dan 91.4% mahasiswa PPDS mempunyai tingkat pengetahuan baik terhadap plagiarisme dan kecurangan akademik non-plagiarisme. Sedangkan, 54.8% mahasiswa PPDS mempunyai sikap buruk terhadap plagiarisme dan 73.3% mempunyai sikap baik terhadap kecurangan akademik non-plagiarisme. Terdapat korelasi yang signifikan antara tingkat pengetahuan dan sikap (p<0.05) dan juga hubungan yang bermakna antara tenggat waktu untuk menyelesaikan tugas dan sikap terhadap plagiarisme (p<0,05).
Kesimpulan: pengetahuan mahasiswa PPDS baik namun sikap terhadap plagiarisme masih tidak baik dan dipengaruhi oleh tenggat waktu penyelesaian tugas.

Background: The number of academic fraud cases such as plagiarism has been significant increasing recently. Plagiarism can be prevented by increasing the knowledge and how to address it. The purpose of this study was to identify the correlation between knowledge and attitudes toward plagiarism, and factors that can influence it, as well as identify the prevalence of plagiarism had done.
Method: The study was conducted among students of Residents of University of Indonesia at Cipto Mangunkusumo Hospital. Out of 1996 residents, 105 was chosen using purposive sampling method. Self-administered of prepared valid & realiable tested questionnaires had done.
Results: 50% and 91.4% of respondents have good knowledge towards plagiarism and non-plagiarism academic dishonesty respectively. There were 54.8% of respondents had bad attitude towards plagiarism and 73.3% of them had good attitude towards non-plagiarism academic dishonesty. There was significant correlation between the level of knowledge and attitude (p <0.05) and also a significant correlation between the deadline for assignment submission and attitudes toward plagiarism (p <0.05).
Conclusion: residents had good knowledge but bad attitudes toward plagiarism, which influenced by time constrain on assignment submissio.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maxel, Okoche John Michael
Saarbrücken : LAP Lamber Academic Publishing , 2015
808.042 MAX p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bernadia Dwiyani
"Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi sumbangan metakognisi moral, emosi malu, dan emosi bersalah dalam ketidakjujuran akademis pada mahasiswa Universitas Indonesia. Pengukuran penelitian menggunakan Academic Integrity Survey, dan Moral Metacognition Scale, dan (TOSCA-3). Penelitian dilakukan pada 959 mahasiswa program sarjana dan vokasi Universitas Indonesia yang berusia 18-25 tahun.
Hasil pengolahan data menggunakan metode multiple regression menghasilkan, sumbangan ketiga variabel (metakognisi moral, emosi malu, dan emosi bersalah) signifikan R² sebesar 0,045 dalam memprediksi tingkah laku ketidakjujuran akademis. Hasil nilai beta (ß) menununjukkan besar kekuatan masing-masing prediktor yakni pada metakognisi moral (ß = -0,076), emosi malu (ß = -0,005), dan emosi bersalah (ß = -0,171) dalam memprediksi ketidakjujuran akademis.

his research aims to predict contribution of moral metacognition, shame, and guilt emotion to predict academic dishonesty among college students. The research measurement using Academic Integrity Survey, Moral Metacognition Scale, and TOSCA-3. The study was conducted on 959 undergraduates and vocational program from University of Indonesia aged 18 to 25.
Result from multiple regression analysis show contribution from three variables (moral metacognition, shame, and guilt emotion) significance R² = 0,045 to predict academic dishonesty. The beta coefficient (ß) shows the magnitude of each predictors, moral metacognition (ß = -0,076), shame emotion (ß = -0,005), guilt emotion (ß = -0,171) in predicting academic dishonesty.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S65265
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yardinil Firda Nadhirah
"Perilaku menyontek merupakan salah satu masalah yang dihadapi lembaga pendidikan untuk beberapa dasawarsa ini dan akan terus menjadi perhatian dalam dunia pendidikan. Mahasiswa pada masa sekarang lebih banyak melakukan tindakan menyontek dibandingkan dengan mahasiswa pada 10 tahun yang lalu. Murdock dkk. (2004) dalam penelitiannya menemukan sekitar 70% mahasiswa mengaku menyontek pada saat ujian dan Shepherd (dalam Klausmeier, 1985) melaporkan bahwa 96% mahasiswa mengaku menyontek beberapa kali pada saat ujian.
Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku menyontek, Nusolahardo (1988) menemukan adanya hubungan antara konsep-diri dengan sikap terhadap tingkah lake menyontek. Sedangkan Cizek, 1999; Evans dkk.(dalam Finn & Frone, 2004) dalam penelitiannya mendapatkan siswa yang memiliki efficacy yang tinggi akan kemampuan akademiknya menunjukkan perilaku menyontek yang rendah bila dibandingkan dengan siswa yang memiliki tingkat efficacy yang rendah. Sementara Newstead dkk.(1996) menemukan bahwa perilaku menyontek terjadi karena ada tekanan dari kelompoknya, untuk membantu teman, dan karena semua orang melakukannya. Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut lah tujuan penelitian ini mengungkap faktor self-efficacy dan konsep-diri sebagai faktor internal, dan konformitas terhadap kelompok sebaya sebagai faktor eksternal, sebagai variabel-vriabel yang mempengaruhi perilaku menyontek.
Sampel penelitian ini adalah 150 mahasiswa IA1N "SMH" Banten semester dua di Fakultas Tarbiyah dan Adab, diperoleh berdasar accidental sampling. Mat ukur self-efficacy menggunakan dimensi-dimensi yang digunakan oleh Wood dan Locke (dalam Maurer & Pierce, 1998), konsep-diri menggunakan modifikasi dan adaptasi TSCS (Tennessee Self Concept Scale), konformitas kelompok sebaya menggunakan kuesioner yang berdasarkan dimensi-dimensi dari Sears dkk. (1991), dan perilaku menyontek menggunakan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Finn dan Frone (2004) dan Abramovitz (2000).
Dan 4 hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu: 1) Ada hubungan yang negatif dan signifikan antara self-efficacy dengan perilaku menyontek pada mahasiswa; 2) Ada hubungan yang negatif dan signifikan antara konsep-diri dengan perilaku menyontek pada mahasiswa; 3) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara konformitas terhadap kelompok sebaya dengan perilaku menyontek pada mahasiswa; 4) Secara bersama-sama ada kontribusi yang signifikan antara self-efficacy, konsep-diri dan konformitas terhadap kelompok sebaya dengan perilaku menyontek pada mahasiswa, hasil analisis parsial dan regresi ganda, hasilnya hanya konformitas terhadap kelompok sebaya yang memiliki hubungan signifikan dengan perilaku menyontek mahasiswa.
Berdasarkan keterbatasan penelitian ini, penelitian lanjutan perlu dilakukan, antara lain dengan melibatkan faktor performa akademik yaitu, persistensi dalam variabel self-efficacy dan melibatkan variabel karakteristik kelas (seperti ukuran kelas, pengaturan tempat duduk, pengawasan ujian yang lemah, dan sangsi yang kurang diberlakukan) sehingga dapat memperkaya dan menjelaskan kecenderungan perilaku menyontek pada mahasiswa."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18615
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Adisty Yunissa
"Dalam penelitian ini menggunakan alat ukur Life Orientation Test-Revised (LOTR) dari Scheier, Carver, dan Bridges (1994) untuk mengukur optimisme dan menggunakan alat ukur Pattern of Adaptive Learning Scales (PALS) dari Midgley (2000) untuk mengukur perilaku menyontek. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran optimisme dan menyontek, serta hubungan kedua variabel tersebut pada mahasiswa. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif.
Hasil penelitian pada 150 mahasiswa menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara optimisme dan menyontek, dengan kekuatan korelasi yang tergolong lemah. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh pihak perguruan tinggi untuk merancang program intervensi untuk meminimalisir menyontek pada mahasiswa.
This research is using Life Orientation Test-Revised (LOT-R) from Scheier, Carver, and Bridges (1994) for measuring optimism, and using PALS from Midgley (2000) for measuring cheating behavior. This research is conducted to describe a level of optimism, level of cheating, and correlation between both of variable in college students. This study is a correlational study with quantitative approach. A sample of 150 college students was used to investigate the relationship between optimism and cheating behavior.
The result indicates that there is a relationship between optimism and cheating, with a weak correlation. Implication of this study is, the result can be considered in designing an intervention program, in order to decrease student's cheating.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Martha Emma Fredrika
"Kecurangan akademik adalah perilaku yang menggunakan cara-cara tidak sah untuk mencapai hasil yang sah, haitu mendapatkan keberhasilan akademik atau menghindari kegagalan akademik (Bowers, 1966). Sejak penelitian Bowers, penelitian-penelitian tentang kecurangan akademik memberikan konfirmasi bahwa kecurangan akademik terus terjadi di negara-negara di seluruh dunia dan berada pada tingkat yang membahayakan (McCabe, 2005; Lin & Wen, 2007; Lambert, Ellen, & Taylor, 2006; Diekhoff, Labeff, Shinorhara, & Yasukawa, 1999; McCabe, Feghali, & Abdallah, 2008). Selama ini penelitian tentang kecurangan akademik banyak dilakukan di tingkat universitas dan sekolah menengah. Belum ada penelitian kecurangan akademik pada siswa Sekolah Dasar.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran kecurangan akademik pada siswa kelas 6 Sekolah Dasar di Indonesia. Penelitian melibatkan 60 siswa kelas 6 SD yang terdiri atas 26 siswa SD swasta dan 34 siswa SD negri. Penelitian menemukan bahwa kecurangan akademik sudah terjadi pada siswa kelas 6 SD dan berada pada level moderat. Secara umum partisipan penelitian mendapat skor yang sedang untuk kecurangan akademik (Mean = 23,81) dari skor minimum 16 dan skor maksimum 38.

Cheating is a manifestation of using illegitimate means to achieve a legitimate end, in this case academic success or at least the avoidance of academic failure (Bowers, 1966). Studies about academic dishonesty conducted since Bowers' confirmed that academic dishonesty persists at an alarming rate in countries all over the world (McCabe, 2005; Lin & Wen, 2007; Lambert, Ellen, & Taylor, 2006; Diekhoff, Labeff, Shinorhara, & Yasukawa, 1999; McCabe, Feghali, & abdallah, 2008). There are many research on academic dishonesty among university or high school students. None has conduct study of academic dishonesty among elementary school 6th grader until now.
The objective of this research is to give a description of academic dishonesty among the elementary school 6th grader in Indonesia. The research involved 60 elementary school 6th grader, 26 from private school and 34 from public school. The finding is: Academic dishonesty has occured among the 6th grader at the moderate level. Overall participants got medium score for academic dishonesty (M = 23,81) from minimum score of 16 to maximum score of 38.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45037
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Matitaputty, Eunike Karina Nadine
"Dari fenomena kecurangan akademik yang terjadi di Indonesia, peneliti kemudian meneliti hubungan antara ketidakjujuran akademik dan orientasi tujuan akademik yang dimoderasi oleh keterlibatan siswa. Penelitian sebelumnya telah menemukan hubungan antara ketidakjujuran akademik dan orientasi tujuan akademik. Partisipan penelitian ini terdiri dari 220 siswa dari seluruh Indonesia. Hasil penelitian ini menemukan tidak ada hubungan yang signifikan antara ketidakjujuran akademik dengan masing-masing dimensi orientasi tujuan akademik yang dimoderasi oleh keterlibatan siswa.

Based on academic cheating phenomenon in Indonesia, researcher wants to investigate correlation between academic dishonesty and academic goal orientation which moderated by student engagement. Previous researches has found correlation between academic dishonesty and academic goal orientation. Total patricipants in this research are 220 students from all over Indonesia. This research discover there is no correlation between academic dishonesty and each dimensions of academic goal orientation which moderated by student engagement.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S62851
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Yani
"Perbuatan curang telah dimulai sejak jaman Cina kuno (Brickam dalam Klausmeier, 1985), dan perbuatan tersebut telah mengalami peningkatan selama 30 tahun terakhir (Schab dalam Anderman, Griesinger, & Westerfield, 1998). Peneliti sendiri pernah berdiskusi dengan beberapa orang teman bahwa perbuatan curang yang dilakukan oleh banyak mahasiswa dengan tanpa malu-malu. Para mahasiswa membentuk kolusi antara dua orang atau lebih untuk saling bekerja sama dalam ujian. Perbuatan curang yang dilakukan tanpa malu-malu tersebut, juga terkait dengan kondisi Indonesia saat ini yang sepertinya mengalami krisis dalam budaya malu. Banyak orang yang melakukan perbuatan yang menyimpang dari ketentuan umum yang berlaku tanpa disertai perasaan malu. Dalam perbuatan curang ini, masalahnya adalah perbuatan tersebut dilakukan oleh mahasiswa. Mahasiswa adalah orang-orang yang sebentar lagi akan terjun di masyarakat dalam berbagai bidang ilmu. Berkaitan dengan kondisi di atas, maka penelitian ini ingin mengetahui adakah rasa malu dan apakah makna rasa malu pada mahasiswa fakultas psikologi Universitas Indonesia yang melakukan perbuatan curang dalam ujian.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian studi kasus. Menurut Schramm (dalam Yin, 1989), metode penelitian studi kasus adalah usaha untuk menjelaskan bagaimana sebuah keputusan atau sehimpun keputusan diambil dan diterapkan serta apa yang menjadi hasil dari keputusan tersebut. Menurut Yin (1989), metode studi kasus merupakan strategi penelitian yang digunakan untuk mengeksplorasi suatu situasi. Data yang akan terkumpul melalui metode penelitian studi kasus ini nantinya akan berupa deskripsi tentang kejadian-kejadian (Raulin & Graziano, 1989). Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara. Wawancara adalah sebuah komunikasi antara dua orang atau dua pihak, dimana salah satu pihaknya mempunyai maksud dan tujuan tertentu yang melibatkan pemberian pertanyaan dan jawaban (Stewart & Cash, 1982). Metode pengumpulan data tersebut sesuai dengan penelitian ini yang ingin menitikberatkan pada dinamika internal individu, dalam hal ini adalah dinamika internal mengenai rasa malu pada mahasiswa yang melakukan perbuatan curang dalam ujian.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada rasa malu pada mahasiswa fakultas psikologi Universitas Indonesia yang melakukan perbuatan curang dalam ujian. Perbuatan curang dalam ujian akan membuat mahasiswa merasa malu dan menyesal, serta mengalami tuntutan untuk menghasilkan pencapaian yang positif. Rasa menyesal yang muncul setelah melakukan perbuatan curang dalam ujian akan membuat mahasiswa berkeinginan untuk belajar lebih giat lagi pada ujian berikutnya.' Namun, rasa menyesal, rasa malu, serta tuntutan untuk belajar lebih giat lagi tersebut hanya sesaat sifatnya. Keinginan mahasiswa untuk mendapatkan hasil ujian yang baik, membuat mahasiswa melakukan kembali perbuatan curang dalam ujian tersebut. Meskipun ada satu orang sampel (satu dari empat sampel yang digunakan dalam penelitian ini) yang benar-benar merasa menyesal dan bersalah.
Makna malu pada mahasiswa fakultas psikologi Universitas Indonesia yang melakukan perbuatan curang dalam ujian mengacu kepada harga diri dan peristiwa yang tidak menyenangkan. Dalam penelitian ini, sampel merasa malu ketika semua orang di kelasnya mengetahui perbuatan curang yang dilakukan oleh sampel. Namun, hasil dari penelitian ini tidak bisa digeneralisasikan, karena penelitian ini hanya menggunakan empat sampel yang tidak mewakili kelompok mahasiswa secara umum. Untuk itu, melalui penelitian ini peneliti menyarankan untuk penelitian lanjutan, yaitu dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan jumlah sampel yang lebifv besar, agar dapat dilakukan generalisasi terhadap data yang terkumpul."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3185
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>