Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 195065 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arsa Kartika Putri
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi sistem pengelolaan sampah berbasis zero waste yang telah dilakukan di Kantor Kementerian PUPR. Hal yang membedakan sistem ini dengan sistem pengelolaan lainnya yaitu tidak adanya pengangkutan sampah sama sekali ke TPA. Oleh karena itu, penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah penerapan sistem tersebut berjalan dengan baik dilapangan. Sistem yang diterapkan yaitu pemilahan terpusat di TPS, komposting dengan abu, unit thermal berupa miniheater, serta daur ulang. Hal yang masih kurang diperhatikan dalam pengelolaan ini yaitu limbah B3 yang ditumpuk saja. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh komposisi sampah gedung Kantor Kementerian PUPR yaitu 22,2% organik sisa makanan, 1,04 % limbah B3 serta 42,2% material berpotensi untuk daur ulang dan sisanya sebesar 34,4% tidak memiliki nilai jual dan harus dimusnahkan didalam miniheater. Timbulan yang dihasilkan yaitu 0,12 kg/orang/hari. Hasil uji lab terkait kualitas kompos kurang memenuhi standard kualitas kompos pada parameter C-Organik yakni 8,43 dan Fe yaitu 2,09. Hasil uji emisi miniheater menunjukkan bahwa semua parameter berada dibawah baku mutu.

ABSTRACT
This research was conducted to evaluate the waste management system based on zero waste that has been done in the Office of the Ministry of PUPR. What distinguishes this system from other management systems is that there is no garbage transport at all to the landfill. Therefore, this research needs to be done to find out whether the application of the system is running well in the field. The system applied is centralized sorting in TPS, composting with ash, thermal unit of miniheater, and recycling. Management of hazardous waste still need to be improved beacuse in this management, the hazardous waste is only stored. Based on the result of the research, the composition of PUPR Office building waste is 22.2% organic food waste, 1.04% of hazardous waste and 42.2% of the material is potential for recycling and the remaining 34.4% has no selling value and must be destroyed Inside the miniheater. The waste generation is 0.12 kg/person/day. The results of laboratory tests related to the quality of compost does not meet the standard in C-Organic which is 8.43 and Fe which is 2.09. The result of emission test for miniheater shows that all parameters are below the quality standard.
"
2017
S67357
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hikmah Kurniaputri
"Jakarta sebagai ibu kota Republik Indonesia adalah pusat pertumbuhan aktivitas ekonomi. Akibat pertumbuhan ekonomi, terdapat beberapa isu terkait seperti peningkatan pendapata dan konsumsi perkotaan serta produksi limbah yang dihasilkan. Guna menghadapi tantangan peningkatan jumlah produksi sampah padat kota, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berusaha untuk menstimulasi reduksi sampah di level rumah tangga melalui kebijakan/ program Bank Sampah. Dengan menggunakan data panel dari lima Kota Adminisrasi di Jakarta dengan rentang tahun 2000-2014, tesis ini akan menganalisa kontribusi dari kebijakan Bank Sampah dan menentukan faktor-faktor dalam model yang mempengaruhi reduksi sampah yang dihasilkan. Berdasarkan hasil yang diperoleh, baik fixed maupun random effect, kebijakan Bank Sampah yang telah dilaksanakan dari mulai tahun 2012-2014 secara signifikan mengurangi produksi sampah yang dihasilkan hingga 36.7 . Walaupun kebijakan Bank Sampah ini terlihat efektif, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta masih perlu untuk membuat reformasi atas kebijakan Bank Sampah sehingga jumlah sampah yang dihasilkan semakin berkurang.

Jakarta, the capital city of Indonesia, is a growing urban center of economic activity. Due to economic development, there are issues of rising income and consumption in the city and the production of waste. To tackle the challenge of Municipal Solid Waste MSW production, the provincial government of Jakarta has been trying to stimulate waste reduction at the household level through the ldquo bank sampah rdquo waste bank policy. By using the annual data of five municipalities in Jakarta spanning from 2000 to 2014, this paper seeks to measure the contribution of the waste bank policy to waste reduction in Jakarta and to determine which other factors in the model affect the waste reduction. The results show, based on both fixed and random effects, that the waste bank policy is significant and negatively related to waste generation and could reduce waste generation in Jakarta city by up to 36.7 . Although this policy seems effective, the provincial government of Jakarta still needs to devise new reformations to the waste bank policy so that the total amount of waste generation could be further decreased."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T49134
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hikmah Kurniaputri
"ABSTRAK
Jakarta sebagai ibu kota Republik Indonesia adalah pusat pertumbuhan aktivitas ekonomi. Akibat pertumbuhan ekonomi, terdapat beberapa isu terkait seperti peningkatan pendapata dan konsumsi perkotaan serta produksi limbah yang dihasilkan. Guna menghadapi tantangan peningkatan jumlah produksi sampah padat kota, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berusaha untuk menstimulasi reduksi sampah di level rumah tangga melalui kebijakan/ program Bank Sampah. Dengan menggunakan data panel dari lima Kota Adminisrasi di Jakarta dengan rentang tahun 2000-2014, tesis ini akan menganalisa kontribusi dari kebijakan Bank Sampah dan menentukan faktor-faktor dalam model yang mempengaruhi reduksi sampah yang dihasilkan. Berdasarkan hasil yang diperoleh, baik fixed maupun random effect, kebijakan Bank Sampah yang telah dilaksanakan dari mulai tahun 2012-2014 secara signifikan mengurangi produksi sampah yang dihasilkan hingga 36.7 . Walaupun kebijakan Bank Sampah ini terlihat efektif, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta masih perlu untuk membuat reformasi atas kebijakan Bank Sampah sehingga jumlah sampah yang dihasilkan semakin berkurang.

ABSTRACT
Jakarta, the capital city of Indonesia, is a growing urban center of economic activity. Due to economic development, there are issues of rising income and consumption in the city and the production of waste. To tackle the challenge of Municipal Solid Waste MSW production, the provincial government of Jakarta has been trying to stimulate waste reduction at the household level through the ldquo bank sampah rdquo waste bank policy. By using the annual data of five municipalities in Jakarta spanning from 2000 to 2014, this paper seeks to measure the contribution of the waste bank policy to waste reduction in Jakarta and to determine which other factors in the model affect the waste reduction. The results show, based on both fixed and random effects, that the waste bank policy is significant and negatively related to waste generation and could reduce waste generation in Jakarta city by up to 36.7 . Although this policy seems effective, the provincial government of Jakarta still needs to devise new reformations to the waste bank policy so that the total amount of waste generation could be further decreased."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sabrina Nurul Hidayah
"ABSTRACT
As of 2015, an average person in Indonesia produces 0.7 kilograms of waste per day, with 250 million people, 175.000 tons of waste is produced each day, and it will be 64 million tons per year where most of it dumped into landfill. Reuse, Reduce, and Recycle, generally known as 3R rsquo s, is one of the methods to achieve sustainable waste management. Germany has already recycled 62 of their municipal solid waste in 2010. Therefore, Indonesia can learn from Germany, in the aspect of their waste infrastructure to promote recycling. This research aims to investigate the waste management infrastructure in Germany and Indonesia referring to knowledge sharing process and to develop the feasible inputs for waste infrastructure in Indonesia. Structured questionnaire is employed for data collection and were given to university students as research object. Descriptive statistics, non parametric test and measures of correlation are used to analyze the data. The result indicates that students in Germany have separate their waste compared to students in Indonesia due to an adequate recycling facilities. Students in Indonesia were found to frequently achieve waste separation knowledge compared to Germany. Correlation analysis indicated that there is no association between knowledge shared and waste separation practices in Indonesia, while a moderate correlation was found in case of Germany.

ABSTRACT
Pada 2015, rata-rata orang di Indonesia menghasilkan 0,7 kilogram sampah per hari, dengan 250 juta orang, 175.000 ton sampah dihasilkan setiap hari, dan itu akan menjadi 64 juta ton per tahun di mana sebagian besar dibuang ke tempat pembuangan sampah. Reuse, Reduce, dan Recycle, umumnya dikenal sebagai rsquo 3R, adalah salah satu metode untuk mencapai pengelolaan limbah berkelanjutan. Jerman telah mendaur ulang 62 dari limbah padat kotanya pada tahun 2010. Oleh karena itu, Indonesia dapat belajar dari Jerman, dalam aspek infrastruktur limbah mereka untuk mempromosikan daur ulang. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki infrastruktur pengelolaan limbah di Jerman dan Indonesia dengan merujuk pada proses berbagi pengetahuan dan mengembangkan input yang layak untuk infrastruktur limbah di Indonesia. Kuesioner terstruktur digunakan untuk pengumpulan data dan diberikan kepada mahasiswa sebagai objek penelitian. Statistik deskriptif, uji non-parametrik dan ukuran korelasi digunakan untuk menganalisis data. Hasilnya menunjukkan bahwa siswa di Jerman telah memisahkan limbah mereka dibandingkan dengan siswa di Indonesia karena fasilitas daur ulang yang memadai. Siswa di Indonesia diketahui sering mencapai pengetahuan pemisahan sampah dibandingkan dengan Jerman. Analisis korelasi menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara berbagi pengetahuan dan praktik pemisahan limbah di Indonesia, sementara korelasi moderat ditemukan dalam kasus Jerman."
2017
S68837
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Sharfan
"ABSTRAK
Industri batik merupakan industri tekstil rakyat terbesar di Asia Tenggara, terutama di Indonesia. Merupakan fakta umum bahwa industri batik mengonsumsi air yang sangat banyak dalam proses pewarnaannya serta membentuk limbah berbahaya yang mengandung pewarna, senyawa organik dan logam berat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kondisi optimum kombinasi metode elektrokoagulasi dan fotokatalisis dalam mengolah limbah jamak batik secara simultan. Penggunaan plat alumunium sebagai anoda dan plat stainless steel 316 sebagai katoda pada metode elektrokoagulasi telah berhasil mendekolorisasi zat warna Remazol Red. Pelapisan TiO2 ke plat alumunium sebagai media penyangga untuk metode fotokatalisis juga telah berhasil dalam mendegradasi 2,4,6-triklorofenol serta mereduksi Cr VI secara simultan. Berdasarkan uji yang dilakukan, didapatkan jarak antara anoda dengan katoda sebesar 1 cm, tegangan sebesar 15 volt dan penggunaan 2 anoda sebagai kondisi optimum elektrokoagulasi. Sementara untuk fotokatalisis, didapatkan kondisi optimum dengan penggunaan pH 7 serta aerasi sebesar 39,06 mL/detik. Dalam waktu proses selama 4 jam, kombinasi kondisi optimum tersebut telah mendegradasi 5 ppm 2,4,6-triklorofenol sebanyak 58,33 , mereduksi 3 ppm Cr VI sebesar 100 dan mendekolorisasi 390 PtCo zat warna Remazol Red sebesar 96,93 .

ABSTRACT
Batik industry is the biggest cottage textile industry in the South East of Asia, especially in Indonesia. It is a well known fact that batik industry consume a large amount of water in coloring process and also generating harmful wastewater contain of dyes, organic compound and heavy metal. The objective of this research is to determine the optimum condition of combination methods of electrocoagulation and photocatalysis for batik industry waste treatment. The use of alumunium as anode and stainless steel 316 as cathode in electrocoagulation method has succeed in decolorization of Remazol Red dyes. The coating of TiO2 on alumunium as suspension media in photocatalysis method also has succeed in degradation of 2,4,6 trichlorophenol and reduction of Cr VI simultaneously. From the research, the optimum conditions for electrocoagulation are the distance between anode and cathode is 1 cm, 15 volt as voltage and the use of 2 anodes. For photocatalysis, the optimum conditions are the the use of initial pH 7 and 39,06 mL second as aeration. In 4 hours, the optimum conditions om combination methods could degradated 58,33 of 5 ppm 2,4,6 trichlorophenol, reducted 100 of 3 ppm Cr VI and decolorisated 96,93 of 390 PtCo Remazol Red dyes. "
2017
S67868
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edwin Rinaldo
"Penanganan sampah merupakan salah satu wujud pelayanan publik dari pemerintah, disisi lain masyarakat juga harus berpartisipasi serta berkolaborasi dengan pemerintah didalam penyelenggaraan, pengambilan keputusan, dan pengawasan penanganan sampah. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, penelitian ini menjawab bagaimana proses tata kelola kolaboratif dalam penanganan sampah antara swadaya masyarakat dengan PPSU tingkat Kelurahan serta faktor- faktor yang mempengaruhinya . Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses penanganan sampah secara kolaboratif telah terbangun dengan adanya keterlibatan aktor pemerintah dan non pemerintah, terdapat pembagian kewenangan, kerjasama antara Partisipasi swadaya masyarakat, Organisasi Bank Sampah Masyarakat, PPSU Tingkat Kelurahan dan Suku Dinas Lingkungan Hidup Kota Administrasi Jakarta Barat yang bekerja sama dengan pihak swasta. Telah terbangun dialog, kepercayaan, pemahaman, komitmen hingga mencapai hasil antara. Keterlibatan swasta dalam proses tata kelola kolaboratif masih terbatas pada tahapan kegiatan pemilahan sampah. Penelitian juga menemukan bahwa proses kolaboratif ini belum sempurna faktor- faktor yang turut mempengaruhi antara lain masih rendahnya pemahaman masyarakat akan pemilahan sampah, pola pikir masyarakat yang masih tradisional dalam penanganan sampah, kurangnya motivasi petugas sampah RT dan RW serta prasarana dan manajemen pengangkutan yang kurang optimal. Untuk itu diperlukan sosialisasi, penyuluhan yang lebih intensif, pendampingan untuk mengubah perilaku masyarakat serta inovasi didalam merangsang partisipasi aktif dari masyarakat.

Waste management is one form of public service from the government. On the other hand the community must also participate and collaborate with the government in the implementation, decision making, and supervision of waste handling. By using a descriptive qualitative approach, this study answers how collaborative governance processes in handling waste between community self-help and Public Facility Maintenance Officers (PPSU) and the factors that influence it. The results of the study show that collaborative waste management processes have been built with the involvement of government and non-government actors, there are a division of authority, collaboration between community self-help, community waste bank organization, public facility maintenance (PPSU) and the jakarta barat Environtment agency in collaboration with the private sector. Dialogue, trust, understanding, commitment have been established to achieve temporary result. Private involvement in collaborative governance processes is still limited to the stages of waste sorting activities. Research also found that this collaborative process was not perfect. factors that influence, among others are the low understanding of the community about sorting waste, the people's mindset that is still traditional in handling waste, lack of motivation from garbage officers, and less optimal infrastructure and management of garbage truck transportation. For this reason, socialization, more intensive counseling, assistance to change community behavior and innovation in stimulating active participation from the community are needed."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Yogara Fernandez Pangihutan
"Kebutuhan akan pengelolaan sampah di perkotaan tidak lepas dari semakin meningkatnya komposisi penduduk di kawasan perkotaan.Pengelolaan sampah merupakan salah satu layanan publik, terutama setelah diimplementasikannya Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah. Penelitian ini bertujuan untuk menganaslisis implementasi kebijakan pengelolaan sampah di wilayah Kelurahan Papanggo, sebagai salah satu unit terkecil dari wilayah Provinsi DKI Jakarta dan bentuk partisipasi masyarakat menurut latar belakang sosial ekonomi yang berbeda-beda. Dengan menggunakan metode kualitatif, hasil penelitian diperoleh bahwa kegiatan pengelolaan sampah di Kelurahan Papanggo yang meliputi pengurangan sampah dan penanganan sampah belum menemui sasaran kebijakan yang diharapkan. Hal ini terlihat dari masih belum berjalannya kegiatan pemilahan sampah belum terkelola dengan baik. Sementara Partisipasi masyarakat masih terbatas terlibat dalam pembayaran iuran untuk swadaya pengangkutan sampah dari pemukiman ke TPS.

Waste management is one of the public services, especially after the implementation of Law No. 18 of 2008 on waste management. The main goal of waste management is creating health and environmental quality better. The need for waste management in urban areas can not be separated from the increasing composition of the population in urban areas Policies in the trash is not only regulated at the national level, but also regulated by local governments, both provincial and district / city. Waste management included in the category of services, which the government carry out a part of waste management and the whole society are expected to participate in creating a good waste management. It is also applied in Jakarta as the capital of the Republic of Indonesia. This study aims to clarify the implementation of waste management policy in kelurahan Papanggo region, as one of the smallest area of Jakarta as a forms of form of community participation in different socio-economic backgrounds. Using a qualitative approach, the study illustrates that when the quality of public participation is felt not encouraging, it is most problem is inherent in the procedure that already established in the relevant policy."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T43893
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulina Anindita
"Sampah merupakan permasalahan yang perlu ditangani dengan baik terkait dengan dampak yang ditimbulkannya. Upaya Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta dalam rangka kegiatan pengelolaan sampah kota secara terpadu menuju zero waste dengan pendekatan 3R Reuse, Reduce, Recycle di skala kawasan yakni dengan dibentuknya Tempat Pengolahan Sampah Terpadu TPST . Salah satu TPST yang telah beroperasi di DKI Jakarta diantaranya TPST di Rawasari, Jakarta Pusat. Metode penelitian dilakukan dengan survey lapangan dan wawancara. Untuk pengukuran timbulan dan komposisi sampah dilakukan berdasarkan SNI 19-3964-1994. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kesesuaian aspek teknis penyediaan TPS dibandingkan dengan peraturan yang berlaku. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh komposisi sampah di TPST Rawasari yaitu 60,02 sampah organik, 36,64 sampah anorganik dan 3,34 sampah B3. Timbulan yang dihasilkan yaitu 0,792 kg/orang/hari atau 3,805 L/orang/hari. Nilai recycling rate eksisting dan nilai recovery rate eksisting sebesar 12,756 dan 67,297 kemudian potensi recycling rate didapatkan sebesar 21,181 dan potensi recovery rate sebesar 81,202.

Waste is a problem that needs to be handled properly associated with the impact it produces. Efforts of DKI Jakarta Provincial Government in the framework of integrated city waste management activities towards zero waste with 3R approach Reuse, Reduce, Recycle at the regional scale with the establishment of Material Recovery facility. One of the MRF that has been operating in DKI Jakarta are TPST in Rawasari, Central Jakarta. The research method is done by field survey and interview. The evaluation was conducted to determine the conformity of the technical aspects of the provision of MRF compared to the prevailing regulations. For the measurement of waste generation and composition in accordance with SNI 19 3964 1994. Based on the results of the research, the composition of garbage in MRF Rawasari is 60,02 organic waste, 36.64 of inorganic waste and 3,34 of B3 waste. The resulting generation is 0.78 kg person day or 3,805 L person day. Value of existing recycling rate and recovery rate is 12,756 and 67,297 .with potential of recycling rate is 21,181 and potential of recovey rate is 81,202."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Y.M. Daru Mulyono
"ABSTRAK
Masalah pencemaran lingkungan khususnya yang disebabkan oleh adanya sampah di DKI Jakarta pada saat ini menunjukkan kecenderungan yang semakin serius. Kondisi ini diperberat lagi dengan adanya pertambahan jumlah penduduk yang relatif pesat melalui arus urbanisasi. Diperkirakan sampai pada akhir abad ini jumlah penduduk yang bermukim di Jakarta akan mencapai sekitar 16 juta jiwa. Hal inilah yang akan memacu munculnya pemukiman kumuh di DKI Jakarta, terjadinya pencemaran lingkungan, dan timbulnya berbagai penyakit.
Adanya sampah yang tidak terangkut ini khususnya untuk wilayah Kota Jakarta Pusat, diperkirakan mencapai 508,3 m3 atau 100,9 ton per hari, atau kurang lebih 17 % dari seluruh produksi sampah (Dinas Kebersthan DKI Jakarta, 1993). Hal ini tentu akan menimbulkan permasalahan tersendiri, terutama pencemaran lingkungan yang dapat mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit di masyarakat.
Untuk itu upaya perbaikan sistem pengelolaan sampah khususnya di daerah-daerah kumuh merupakan hal yang mutlak untuk menciptakan lingkungan kesehatan yang lebih baik. Hal ini merupakan tindakan preventif untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang lebih sehat.
Dalam penelitian ini ditarik hipotesis sebagai berikut :
1. Sistem pengelolaan sampah rumah tangga di daerah pemukiman kumuh masih belum efektif dan efisien, sehingga akan lebih banyak sampah yang tidak terkelola / terangkut sampai ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
2. Penduduk yang bermukim di daerah kumuh memiliki risiko yang lebih besar terhadap kemungkinan timbulnya prevalensi penyakit.
Adapun penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengembangkan kumuh wilayah Kota Jakarta Pusat. Melalui sistem pengelolaan sampah yang lebih baik diliarapkan akan mampu menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui secara nyata keterkaitan antara sistem pengelolaan sampah khususnya di daerah kumuh dengan kondisi kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di daerah kumuh tersebut
2. Memberikan masukan masukan (inputs) bagi para penentu kebijakan (decision makers) untuk menetapkan alternatif-alternatif pemecahan masalah dalam pengelolaan sampah di daerah kumuh yang paling efektif dan efsien untuk mengurangi timbulnya prevalensi penyakit.
Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Jakarta Pusat dengan alasan karena daerah ini merupakan daerah terpadat penduduknya, dengan tingkat kepadatan 232 jiwa per hektar pada tahun 1994 (Kantor Statistik Kodya Jakarta Pusat, 1995) dan paling banyak pemukiman kumuhnya dibandingkan dengan empat wilayah kota lainnya di DKI Jakarta.. Tingkat kepadatan penduduk yang demikian itu akan menimbulkan suatu masalah sendiri, khususnya terhadap kondisi kesehatan masyarakat, akibat adanya produksi sampah padat.
Berdasarkan analisis data diperoleh hasil-hasil penelitian sebagai berikut :
1. Sebagian responden menyatakan bahwa ada timbunan sampah yang tidak terambil oleh petugas kebersihan yang jumlalmya paling banyak mencapai 25 % dari jumlah produksi sampah. Timbunan sampah yang tidak terambil tersebut dirasakan mengganggu kehidupan warga di sekitarnya, terutama karena bau yang tidak sedap dan khawatir dapat menimbulkan penyakit. Di daerah kumuh Kebon Kacang, jumlah sampah yang tidak terangkut, tidak ada kaitannya dengan jumlah penderita penyakit. Sedang di daerah kumuh Kampung Rawa jumlah sampah yang tidak terangkut ini ada hubungan nyata dengan jumlah penderita penyakit.
2. Di daerah kumuh Kebon Kacang, persentase anggota keluarga yang menderita penyakit dalam satu bulan terakhir mencapai 30,21 %. Dari jumlah penderita ini, 60 % berjenis kelamin pria, dan sisanya berjenis kelamin wanita. Jenis penyakit yang paling banyak diderita adalah penyakit batuk / pilek, mencapai 62,07 %. Umur para penderita penyakit paling banyak terjadi pada kelompok umur dibawah 10 tahun.
3. Di daerah kumuh Kampung Rawa, persentase anggota keluarga yang menderita penyakit dalam satu bulan terakhir mencapai 34,26 %.
4. Dari jumlah penderita ini, 54 % berjenis kelamin pria, dan sisanya berjenis kelamin wanita. Jenis penyakit yang paling banyak diderita adalah penyakit kulit / gatal-gatal, mencapai 28,57 %. Umur Para penderita penyakit paling banyak terjadi pada kelompok umur antara 30 - 40 tahun dan 40 - 50 tahun.
5. Untuk daerah kumuh Kebon Kacang terungkap bahwa jumlah penderita penyakit sangat lemah kaitannya dengan variabel-variabel, seperti jumlah sampah tidak terangkut, produksi sampah, luas bangunan rumah, tingkat penghasilan, jumlah anggota keluarga, frekuensi pengambilan sampah, maupun tingkat pendidikan. Di antara variabel-variabel tersebut, hanya variabel-variabel sampah tidak terangkut, produksi sampah, dan tingkat pendidikan yang memiliki kaitan paling dekat dengan jumlah penderita penyakit, mencapai 18,5 % saja.
Untuk daerah kumuh Kampung Rawa terungkap bahwa jumlah penderita penyakit sangat lemah kaitannya dengan variabel-variabel, seperti jumlah sampah tidak terangkut, produksi sampah, has bangunan rumah, tingkat penghasilan, jumlah anggota kehnnga, frekuensi pengambilan sampah, maupun tingkat pendiddtan.. Di antara variabel-variabel tersebut, hanya variabel tingkat penghasilan yang memiliki kaitan paling dekat dengan jumlah penderita penyakit, mencapai 17,64 % saja.
Secara umum sistem pengelolaan sampah ini kecil peranannya dalam mengakibatkan terjadinya kasus penyakit. Sistem pengelolaan sampah yang dilakukan pada saat ini khususnya di daerah kumuh Jakarta Pusat belum dapat digolongkan efektif dan efisien.
Upaya untuk memperbaiki sistem pengelolaan sampah ini dapat dilakukan dengan penyuluhan kepada warga masyarakat untuk mengupayakan minimisasi limbah. Adanya kesadaran untuk usaha minimalisasi ini perlu ditumbuhkembangkan. Perlu pula upaya dari Pemerintah Daerah untuk menambah sarana pembuangan sampah dengan penutup yang rapat untuk menghindari kontak dengan binatang-binatang sebagai vektor penyakit.

ABSTRACT
The Relationship Between Solid Waste Management and the Public Health Condition in Slum Area (Case Study of Kebon Kacang and Kampung Rawa, Central Jakarta)The problem of environmental pollution especially caused by solid waste in Jakarta tend more serious. This condition is exaggerated by the fast population growth through urbanization. Until the end of this century the total population of Jakarta was predicted reach to a high of 16 million people. This condition will cause the broader of slum area, environmental pollution, and trigger several diseases.
The untransported solid waste in Central Jakarta is calculated to a high of 508,3 m3 or 100,9 ton per day, or more less 17 % of the total solid waste
1. To know the relationship between solid waste management system especially in slum area and the society health condition who live in that area.
2. To give inputs to the decision makers to decide the best alternatives problem solving within the solid waste management in slum area in order to alleviate the prevalence of diseases.
The research was conducted in Central Jakarta with the reasons that this area is including the densest populated with the level of dense reach to a high of 232 people per hectare in 1994 (Kantor Statistik Kodya Jakarta Pusat, 1995), and the greatest slum houses compared to the fourth other municipality in Jakarta, With the level of population density & the solid waste production will cause environmental problems, especially to the society health.
Base on the data analysis, the results of research is described in the following
1. There are several respondent acknowledge that not all of solid waste production were managed or transported to Ultimate Waste Disposal The highest amount of untransported solid waste reach 25 % from the total solid waste production. The untransported solid waste were disturbed the people who lived in the surroundings, especially of the smelt and afraid of the transmitted diseases. In the slum area of Kebon Kacang, the total of untransparted solid waste have no relationship to the total of people who suffer disease. Whereas, in slum area of Kampung Rawa, the total of =transported solid waste have a significance relationship to the total of people who suffer disease.
2. In the slum area of Kebon Kacang, the percentage of household member who suffer disease within recent one month reach to a high of 30,21 %. From this total of people, 60 % were gents and the rest were ladies. The most disease incidence was cough or cold, reach 62,07 %. The most of people who suffer disease was aged under group of 10 year.
3. In the slum area of Kampung Rawa, the percentage of household member who suffer disease within recent one month reach to a high of 34,26 %. From this total of people, 54 % were gents and the rest were ladies. The most disease incidence was skin disease or itchy, reach 28,57 %. The most of people who suffer disease was aged under group between 30 - 40 year and 40 - 50 year.
4. In the slum area of Kebon Kacang, the total of people who suffer disease have slight relationship with the variables : =transported solid waste, solid waste production, area of house, level of income, member of family, solid waste taking frequency, and education level. Among that variables, only variables : untransported solid waste, solid waste production, and education level have greatest relationship to the total of people who suffer disease, reach 18,5 %.
5. In the slum area of Kampung Rawa, the total of people who suffer disease have slight relationship to the variables : untransported solid waste, solid waste production, area of house, level of income, member of family, solid waste taking frequency, and education level. Among that variables, only variables income level have greatest relationship with the total of people who suffer disease, reach 17,64 %.
In general the solid waste management system have little role within causing the disease. The solid waste management system especially in slum area of Central Jakarta can not be classified effective and efficient.
The efforts to improve the solid waste management can be done by doing extension to the society to do waste minimalization. It is needed that the Local Government increase the facilities of solid waste bin complete with cap in order to avoid contact of animals as disease vector.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anantya Novega Santoso
"Peningkatan populasi dan kapasitas ekonomi masyarakat secara tidak langsung mempengaruhi jumlah limbah rumah tangga yang dihasilkan oleh masyarakat. Sayangnya, ini tidak disertai dengan pengelolaan limbah yang baik dari tingkat masyarakat. Pengelolaan limbah rumah tangga di tingkat masyarakat dapat dilakukan dengan memilah sampah. Kebiasaan orang untuk membuang sampah tanpa disortir dapat menjadi masalah dalam mengimplementasikan kegiatan 3R (Daur Ulang, Kurangi, Penggunaan Kembali). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi masyarakat dalam memilah sampah rumah tangga. Penelitian ini didasarkan pada Teori Perilaku Berencana (TPB) yang mempertimbangkan beberapa faktor seperti sikap, norma subyektif, dan kontrol perilaku untuk memengaruhi seseorang untuk membuat niat dalam perilaku dan memperluas model konseptual TPB untuk mengatasi kesenjangan. Hasil penelitian ini berasal dari survei dengan 301 responden di dua lokasi yaitu DKI Jakarta dan Depok. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa faktor sikap memberikan pengaruh yang paling signifikan terhadap niat dan perilaku memilah sampah. Sedangkan faktor lainnya seperti demografi, norma subjektif dan persepsi kontrol perilaku tidak memberikan pengaruh yang signifikan.

Increased population and economic capacity of the community indirectly affects the amount of household waste produced by the community. Unfortunately, this is not accompanied by good waste management from the community level. Management of household waste at the community level can be done by sorting waste. The habit of people to dispose of garbage without sorting can be a problem in implementing 3R activities (Recycling, Reducing, Reusing). The purpose of this study is to find out what factors influence the community in sorting household waste. This research is based on the Theory of Planned Behavior (TPB) which considers several factors such as attitudes, subjective norms, and behavioral controls to influence someone to make intentions in behavior and expand the TPB conceptual model to overcome gaps. The results of this study came from a survey with 301 respondents in two locations namely DKI Jakarta and Depok. The results of this study indicate that attitudinal factors have the most significant influence on the intention and behavior of sorting garbage. While other factors such as demographics, subjective norms and perceptions of behavioral control do not have a significant effect."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T54246
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>