Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 176123 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eka Tlaga Herawati
"Angkatan kerja semakin meningkat dari tahun ke tahun di Indonesia. Meningkatnya angkatan kerja berbanding lurus dengan meningkatnya prevalensi penyakit akibat kerja yaitu stres kerja yang memiliki banyak dampak negatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan beban kerja dengan stres kerja pada pekerja komputer di Kementerian X Jakarta Pusat. Metode penelitian menggunakan deskriptif analitik dan desain penelitian menggunakan cross sectional pada 63 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner NASA-TLX dan life event scale. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan beban kerja dengan stres kerja pada pekerja komputer di Kementerian X Jakarta Pusat dengan nilai p value yaitu 0,000 p value

The work force has increased from year to year in Indonesia. The increasing labor force is directly proportional to the increasing prevalence of diseases caused by work that is work stress has many negative effects. This research aims to know the relationship of the workload with work stress on computer workers in X Ministry, Central Jakarta. Research method use descriptive analytics and research design use cross sectional at 63 respondents. Data collection is done using questionnaires NASA TLX and life event scale. The results of this research show there is a relationship of the workload with work stress on computer workers in X Ministry, Central Jakarta with p value i.e. 0.000 p value 0.05 . The role of the nurse in the form of stress management such as relaxation techniques and adaptive koping needed in X ministry. Accordingly, the results of this study recommend the necessary prevention and treatment of stress on workers to minimize the occurrence of work stress in X Ministry. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S67098
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Permatasari
"Skripsi ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara dukungan sosial rekan kerja dengan stres kerja. Pekerja rentan terhadap kondisi stres kerja akibat tuntutan tugas, tuntutan waktu, dan keterbatasan waktu luang karena sebagian besar waktunya dihabiskan untuk menyelesaikan pekerjaan. Stres kerja mengakibatkan gangguan psikologis berupa kecemasan, rasa takut, dan rasa bersalah terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan. Dalam konteks ilmu kesejahteraan sosial, stres kerja berdampak pada kondisi kesejahteraan sehingga mengganggu keberfungsian sosial pekerja khususnya di tempat kerja. Salah satu faktor yang mempengaruhi stres kerja adalah dukungan sosial rekan kerja karena dukungan yang diberikan oleh rekan kerja penting untuk menciptakan kesejahteraan di dalam organisasi dan berfungsi untuk membantu pekerja dalam meningkatkan keterikatan kerja, mengatasi kelelahan, dan stres yang dialami pekerja. Responden dalam penelitian ini adalah pekerja di PT X sebanyak 90 orang dengan menggunakan metode kuantitatif dan accidental sampling sebagai teknik pengumpulan data. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat dengan uji korelasi kendall’s tau b. Pengukuran variabel stres kerja mengadaptasi alat ukur Job Stress Scale milik Parker dan Decotiis (1983) yang terdiri dari 2 dimensi, yaitu tekanan waktu (time stress) dan kecemasan (anxiety). Sedangkan. alat ukur dukungan sosial rekan kerja diadaptasi dari Support Appraisal for Work Stressor (SAWS) milik lawrence (2007) yang terdiri dari 4 dimensi, yaitu dukungan emosional, dukungan informasional, dukungan instrumental, dan dukungan penghargaan. Penelitian ini menggunakan skala likert dengan 4 alternatif jawaban, yaitu sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju, dan sangat setuju. Hasil univariat menunjukkan bahwa 73,3% responden mengalami stres kerja tingkat sedang, dan 72,2% responden menerima dukungan sosial rekan kerja tingkat sedang. Kemudian, hasil uji bivariat diketahui bahwa hubungan antara dukungan sosial rekan kerja dengan stres kerja memiliki nilai koefisien korelasi sebesar -0,260 dan p-value 0,001. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kekuatan hubungan yang dihasilkan lemah, tetapi hubungan antara keduanya negatif yang berarti semakin tinggi dukungan sosial rekan kerja, maka semakin rendah stres kerja. Penelitian ini dapat memberikan pandangan baru dalam ilmu kesejahteraan sosial, khususnya kesejahteraan pekerja di sektor industri terkait kondisi dukungan sosial rekan kerja dan stres pekerja.

This study aims to identify the relationship between coworker social support and job stress. Workers are vulnerable to job stress due to task demands, time constraints, and limited free time, as most of their time is spent completing work. Job stress can lead to psychological issues such as anxiety, fear, and guilt related to work. In the context of social welfare studies, job stress impacts overall well-being, disrupting social functioning, particularly in the workplace. Coworker social support is a factor influencing job stress, as support from coworker is crucial for creating organizational well-being and helping employees improve job engagement, manage fatigue, and cope with stress. The respondents in this study were 90 employees at PT X, selected using quantitative methods and accidental sampling. Data analysis techniques used univariate and bivariate analysis with Kendall’s Tau-b correlation test. The job stress variable was measured using the Job Stress Scale by Parker and Decotiis (1983), consisting of two dimensions: time stress and anxiety. Additionally, the coworker social support variable was measured using the Support Appraisal for Work Stressor (SAWS) by Lawrence (2007), consisting of four dimensions: emotional support, informational support, instrumental support, and appraisal support. The study used a Likert scale with four response options: strongly disagree, disagree, agree, and strongly agree. The univariate results showed that 73.3% of respondents had moderate job stress and 72.2% had moderate coworker social support. Then, from the results of the bivariate test, it was found that the relationship between coworker social support and job stress had a correlation coefficient of -0.260 and a p-value of 0.001. This indicates a weak but significant negative relationship, which means that higher coworker social support is associated with lower job stress. This research provides new insights in social welfare studies, particularly regarding the well-being of workers in the industrial sector related to coworker social support and job stress."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sawiti Retno Utami
"Workers risk to have a health problems because of health hazard, their long shift, and their life style. Workers are consists of shift and non shift workers. The highest level of stress was caused by a long shift. This study used descriptive with cross sectional method which aims to see level of stress in workers with a long shift in X company, Tangerang. This study used quota sampling technique and incidental sample for specify a sample. Collecting data used questionnaire
Symptoms of Work Stress. The results showed that on the morning shift workers are subjected to severe stress and night shift workers experiencing mild stress ( mean = ≥ 55.75 ) with a view of the 5 indicators of job stress symptoms described in the questionnaire.

Pekerja beresiko mengalami gangguan kesehatan karena health hazard, jam kerja dan gaya hidup. Pekerja terdiri dari pekerja shift dan non shift. Tingkat stress tertinggi pekerja disebabkan karena jam kerja yang memanjang. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk melihat tingkat stress pada 56 pekerja dengan jam kerja memanjang di perusahaan X di Tangerang. Penelitian ini menggunakan teknik
sampling kuota dan insidental sampel untuk menentukan sampel. Pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner Gejala Stres Kerja. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada pekerja shift pagi sebagian besar mengalami stres berat dan pekerja shift malam mengalami stres ringan (mean= ≥ 55,75) dengan melihat dari 5 indikator gejala stres kerja yang dijabarkan dalam kuesioner."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S60623
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juanda
"Hubungan Karakteristik dan Beban Kerja Perawat Dengan Stres Kerja Perawat Rawat Inap Rumah Sakit di JakartaPerawat merupakan satu profesi dari pelayanan kesehatan yang berisiko tinggi mengalami stres kerja karena beban kerja yang berat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik perawat dan beban kerja dengan stres kerja perawat rawat inap rumah sakit di Jakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi dan dilakukan pada bulan Juni 2017. Penelitian ini melibatkan 243 perawat yang bekerja di rawat inap rumah sakit di Jakarta dan dipilih berdasarkan metode random sampling. Data yang telah dikumpulkan dianalisis secara univariat dan bivariat.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden penelitian mengalami stres kerja ringan 65 dan mempunyai beban kerja sedang 95. Hasil uji chi square ada hubungan karakteristik status pernikahan p value = 0,002 ,masa kerja p value = 0,001 dan beban kerja p value = 0,009 dengan stress kerja. Rumah sakit diharapkan dapat lebih memberikan perhatian terhadap stres dan beban kerja para perawatnya agar dapat memberikan situasi kerja yang lebih kondusif.

Relation of Characteristics of Nurses and Workload with Nurses Job Stress In patient Unit of Hospital in Jakarta Nurse are one of the health care profession at high risk of job stress because of heavy workload. This study that aims to know the relation of workload and nurses job stress In patient Unit of hospital in Jakata.
This is a descriptif correlation research method and performed in June 2017. This study was conducted involving 243 nurses who work In patient Unit of hospital in Jakata selected by random sampling method. The data were analyzed using Univariat and Bivariat analyses.
The result showed the majority of study respondents were experiencing mild stress level 65 and moderate workload level 95. The chi square showed there was a significant correlation between marital status p value 0,002, length of work p value 0,001 and workload p value 0,009 with nurse job stress. The hospital is expected to give more attention to nurse stress and workload in order to provide more conducive work situation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S69706
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Sasmiyati
"Keputusan triage sangat penting dalam menentukan kesegeraan pemberian pertolongan kepada pasien yang datang ke IGD. Kesalahan pengambilan keputusan triage berdampak pada risiko keselamatan pasien. Salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi ketepatan pelaksanaan triase adalah beban kerja mental. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran dan hubungan beban kerja mental perawat dengan ketepatan triage di RS X. Penelitian dilakukan dengan 47 sampel, diambil menggunakan kriteria inklusi dan ekslusi. Hasil analisis didapatkan gambaran karakteristik perawat rata-rata berusia 35.04 tahun dengan masa kerja 12.63 tahun, sebagian besar berjenis kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan DIII serta memiliki jenjang karier PK 3 dan tidak ada hubungan antara beban kerja mental perawat dengan ketepatan triage di RS X (p = 0.352, ? > 0.05). Penelitian ini merekomendasikan upaya peningkatan kemampuan triage perlu dilakukan dengan memberi kesempatan perawat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yaitu melanjutkan pendidikan menjadi Sarjana Keperawatan (Ners).

Triage decisions are very important in determining the immediate provision of assistance to patients who come to the emergency room. Errors in triage decision making have an impact on patient safety risks. One of the external factors that can affect the accuracy of triage is the mental workload. This research is a quantitative study with a cross-sectional approach that aims to identify the description and relationship between the mental workload of nurses and the accuracy of triage at X Hospital. The study was conducted with 47 samples, taken using inclusion and exclusion criteria. The results of the analysis show that the average age of nurses is 35.04 years with a working period of 12.63 years, most of them are female with a DIII education level and have a PK 3 career path and there is no relationship between the mental workload of nurses and the accuracy of triage at X Hospital (p = 0.352, ? > 0.05). This research recommends that efforts to increase triage skills need to be carried out by giving nurses the opportunity to develop knowledge, namely continuing their education to become Bachelors of Nursing (Ners)."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mirza Irwanda
"Pemandu lalu lintas udara (PLLU) memiliki beban kerja dan tanggungjawab yang besar terhadap keselamatan penerbangan. Hal tersebut dapat memicu terjadinya stress kerja, yang selanjutnya dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti peningkatan tekanan darah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara beban kerja mental, unit kerja, dan masa kerja terhadap peningkatan tekanan darah pada pekerja Jakarta Air Traffic Service Centre JATSC di Bandara Soekarno Hatta. Studi ini bersifat kohort prospektif. Sampel berjumlah 191 orang, berupa pekerja controller maupun non controller. Penelitian dilakukan selama bulan Maret ndash; Juli 2017. Data penelitian dikumpulkan berdasarkan pengukuran tekanan darah, tinggi badan, dan berat badan serta dengan menggunakan instrumen skala NASA ndash; TLX dan skala Burn-out. Peningkatan tekanan darah terjadi bila sistolik ge; 140 mmHg atau diastolik ge; 90 mmHg setelah bekerja. Hasil menunnjukkan pekerja JATSC yang berusia 40 - 65 tahun lebih berisiko mengalami peningkatan tekanan darah sebesar 2,65 kali jika dibandingkan dengan pekerja JATSC yang berusia 21 ndash; 39 tahun [RR=2,65; interval kepercayaan IK 95 = 1,50-4,67; p=0,001]. Pekerja JATSC dengan beban kerja mental sangat tinggi memiliki risiko 3,55 kali lebih tinggi mengalami peningkatan tekanan darah setelah kontrol dibandingkan pekerja JATSC dengan beban kerja mental tinggi. [RR=3,55; interval kepercayaan IK 95 = 2,05-6,16; p

Air traffic controllers have a great workload and responsibility for aviation safety. It can lead to work stress, which can lead to health problems such as increased blood pressure. The purpose of this research is to know the relationship between mental work load, work unit and work period to increase blood pressure at Jakarta Air Traffic Service Center JATSC workers at Soekarno Hatta Airport. This study is a prospective cohort. Sample amounted to 191 people, consist of controller and non controller workers. The study was conducted during March July 2017. The data were collected based on measurements of blood pressure, height, weight, and using NASA TLX and Burn out scale instruments. Increased blood pressure occurs when systolic ge 140 mmHg or diastolic ge 90 mmHg after work. Results showed that JATSC workers aged 40 to 65 were at increased risk of blood pressure by 2.65 times compared with JATSC workers aged 21 39 years RR 2.65 Confidence interval IK 95 1.50 4.67 P 0.001 . JATSC workers with very high mental workloads have a 3.55 times higher risk of increased blood pressure after control than JATSC workers with high mental workload. RR 3.55 Confidence interval IK 95 2.05 6.16 P "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rifa Yulita
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko stres kerja pada pekerja kesehatan di remote site. Peneliti melakukan studi potong lintang pada Januari-Juni 2023 dengan melibatkan 103 responden dari berbagai industri. Peneliti menggunakan instrumen penelitian COPSOQ III untuk mengukur stres kerja dan faktor risikonya. Pada 103 responden industri Oil & Gas, pertambangan, dan konstruksi menunjukkan usia, durasi shift, dan lama kerja tidak berhubungan signifikan dengan stres kerja. Namun, jenis industri dan jenis kelamin memiliki hubungan signifikan dengan jenis stres tertentu. Pekerja kontrak lebih cenderung mengalami stres kerja, burnout, dan stres kognitif. Faktor risiko psikososial seperti tuntutan pekerjaan, konflik peran, kecepatan kerja, dan tuntutan emosional juga berhubungan dengan stres kerja. Tuntutan pekerjaan, kecepatan kerja, dan konflik peran mempengaruhi skor stres kerja, menjelaskan 26,5% variasi skor stres. Pekerja pelayanan kesehatan di remote site PT. X mengalami stres kerja yang signifikan, dipengaruhi oleh faktor seperti beban kerja, kecepatan kerja, dan konflik peran. Berdasarkan temuan ini, disarankan agar ada penyesuaian beban kerja, fleksibilitas shift kerja, dukungan sosial, serta kejelasan peran dan penghargaan untuk mengurangi stres kerja. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk memahami dan menangani stres kerja di kalangan pekerja pelayanan kesehatan, khususnya di remote site.

This study aims to analyze the risk factors of occupational stress among healthcare workers in remote sites. The researchers conducted a cross-sectional study in January-June 2023 involving 103 respondents from various industries. The COPSOQ III research instrument was used to measure occupational stress and its risk factors. Out of the 103 respondents in the Oil & Gas, mining, and construction industries, it was observed that age, shift duration, and length of service were not significantly related to occupational stress. However, the type of industry and gender were significantly related to certain types of stress. Contract workers were more likely to experience occupational stress, burnout, and cognitive stress. Psychosocial risk factors such as job demands, role conflicts, work pace, and emotional demands were also associated with occupational stress. Job demands, work pace, and role conflicts influenced occupational stress scores, explaining 26.5% of the stress score variation. Healthcare workers in remote sites at PT. X experienced significant occupational stress, influenced by factors such as workload, work pace, and role conflicts. Based on these findings, it is suggested that adjustments be made to workload, shift flexibility, social support, as well as role clarity and rewards to reduce occupational stress. Further research is needed to understand and address occupational stress among healthcare workers, especially in remote sites."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fannya Ayu Permatasari
"ABSTRAK
Kelelahan dan stres merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi pada pekerja dalam berbagai bidang industri, salah satunya yaitu bidang pelayanan masyarakat, seperti polisi. Kelelahan kerja merupakan respon subjektif terhadap perasaan lelah yang berkepanjangan, penurunan kapasitas, dan efisiensi kerja yang berakibat pada penurunan kinerja kerja. Stres kerja merupakan respon yang terjadi terhadap tuntutan dan tekanan kerja yang tidak sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan kelelahan kerja dengan stres kerja pada anggota kepolisian Polres X. Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional pada 132 anggota kepolisian Polres X yang diambil dengan tehnik Accidental Sampling. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu kuesioner Fatigue Severity Scale dan Subjective Self Rating Test. Hasil analisis uji Chi-Square menunjukkan terdapat hubungan antara kelelahan kerja dengan stres kerka pada anggota kepolisian Polres X P = 0,007, = 0,05 . Hasil analisis Odds Ratio menunjukkan pekerja yang mengalami kelelahan kerja berisiko 2,628 kali mengalami stres. Hasil ini merekomendasikan peningkatan upaya pengelolaan atau manajemen kelelahan kerja untuk meminimalisir terjadinya stres kerja.

ABSTRACT
The Correlation of Work Fatigue with Work Stress on Police Officers. Fatigue and stress are the most common health problems for workers in various industries. The one area of industry which has a high possibility of work fatigue and stress is the field of community service, such as police. Work fatigue is a subjective response to prolonged fatigue, decreased capacity, and worked efficiency which is resulting in a decrease on work performance. Work stress is a response that occurs to the demands and pressures of work that are not accordance with the knowledge and ability possessed by workers. The research aimed to identify the correlation of work fatigue with work stress on police officers in Polres X. Study design of Cross Sectional was used by the research. Participants were 132 police personnel of Polres X and taken by Accidental Sampling technique. Work fatigue was identified by questionnaires of Fatigue Severity Scale, while work stress was identified by questionnaires of Subjective Self Rating Test. Analysis of Chi Square test showed that there was correlation between work fatigue and work stress on police officers in Polres X P 0,007, 0,05. This result recommends improvement of work fatigue management efforts to minimize the occurrence of work stress."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anneke Samuel
"Kelelahan kerja adalah masalah yang umum terjadi di bidang industri yang dapat disebabkan oleh aktivitas fisik dan mental. Kelelahan kerja merupakan salah satu masalah  dalam industri pertambangan di mana industri ini menuntut pekerja dapat bekerja dengan aman. Sekitar 32% pekerja di seluruh dunia mengalami kelelahan terkait pekerjaan,  penelitian lainnya pada perawat rumah sakit di  Indonesia menunjukkan bahwa 54,1% mengalami kelelahan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara roster kerja, shift kerja, beban kerja dengan kelelahan pada pekerja fasilitas kesehatan industri pertambangan. Survei dilakukan untuk mengukur kelelahan dan beban kerja. Peserta direkrut dengan consecutive sampling. Kuesioner National Agency and Space Administration Task Load Index (NASA-TLX) dan Swedish Occupational Fatigue Inventory (SOFI) versi Indonesia digunakan untuk menilai beban kerja dan kelelahan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS. Variabel independen yang diteliti adalah beban kerja, roster kerja dan shift kerja dan variabel dependen yang diuji adalah kelelahan. Penelitian ini melibatkan 97 responden dari fasilitas kesehatan di industri pertambangan. Analisis multivariat  regresi logistik untuk menilai faktor-faktor yang berhubungan terutama beban kerja dan kelelahan. Analisis multivariat menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara beban kerja dengan kelelahan, di mana beban kerja tinggi dan sangat tinggi memiliki risiko 32 kali lebih besar untuk mengalami kelelahan (aOR=32,40, nilai p <0,001, CI 6,61-158,68 dan R2 0,508).

Occupational fatigue is common in industries that are usually caused by prolonged periods of both physical and mental activity without adequate rest for recovery.  Fatigue is a significant concern in mining industry due to high-risk job in this sector that demanding workers can work safely. About 32% of workers worldwide experience work-related fatigues and another study of hospital nurses in Indonesia showed that 54.1% experienced work fatigue. This study aimed to determine the relationship between work roster, shift work, workload and fatigue in mining industry health facility workers. A survey was used to measure fatigue and workload. Participants were recruited with consecutive sampling. National Agency and Space Administration Task Load Index (NASA-TLX) and Swedish Occupational Fatigue Inventory (SOFI) Indonesian version questionnaire were applied to assess workload and fatigue, respectively. Data analysis was carried out using SPSS. The independent variables tested were workload, work roster and shift work and dependent variables tested were fatigue. The study involved 97 respondents from the healthcare facilities in mining industry. Multivariate and logistic regression analysis of the data assessed the associations factors especially workload and fatigue.   Multivariate analysis showed a significant relationship between workload and fatigue, where high and very high workloads had a 32 times greater risk of fatigue (aOR=32.40, p-value<0.001, CI 6.61-158.68 and R2 0.508)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nusrat Numeiri
"Latar Belakang: Stresor psikososial pada pekerja dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan antara lain stres kerja, depresi dan penyakit kronik lainnya, yang pada akhirnya berdampak pada performa dan kepuasaan kerja pekerja. Tujuan penelitian mengetahui tingkat kepuasan kerja, hubungan stres kerja terhadap kepuasan kerja, hubungan usia, jenis kelamin, jabatan, masa kerja, stresor diluar tempat kerja terhadap kepuasan kerja karyawan bagian marketing dan sales representative perusahaan farmasi PT.X di Jakarta.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang. Dengan sampel 71 orang pekerja dari 112 pekerja bagian marketing dan sales. Menggunakan kuesioner SDS, kepuasan kerja, serta penyebab dan tingkat stressor metode Holmes dan Rahe.
Hasil: Prevalensi kepuasan kerja sebesar 66.2 . Tingkat stres sedang paling banyak ditemukan pada stresor beban pekerjaan kualitatif berlebih sebanyak 85.9 . Berdasarkan karakteristik stresor-stresor kerja tidak memiliki hubungan yang bermakna terhadap kepuasan kerja dengan nilai p > 0.05.
Kesimpulan: Tingkat kepuasan kerja karyawan bagian marketing dan sales representative perusahaan farmasi PT.X di Jakarta sebesar 66.2 . Tidak didapatkan hubungan antara stres kerja dengan kepuasan kerja. Hipotesis penelitian tidak terbukti. Hubungan antara usia, jenis kelamin, jabatan, masa kerja, dan stresor diluar pekerjaan tidak memiliki hubungan yang bermakna terhadap kepuasan kerja.

Background: Psychosocial stressors on workers can cause various health problems such as work stress, depression and other chronic diseases, which impact on work performance and job satisfaction. The purpose of the study to know the level of job satisfaction, the relationshipof work stress to job satisfaction, age, gender, position, employment, stress outside the workplace to job satisfaction on marketing and sales representative at x pharmaceutical company in Jakarta.
Methods: Analytical study with comparative cross sectional design is used for this research. 71 samples of 112 workers at marketing and sales. Use questionnaire SDS, job satisfaction, and the measurement of cause and level of stressor with Holmes and Rahe methods.
Result: Every job stressor has medium stress level. The level of stress is most commonly found in overload qualitative stressors which is amounting to 85.9 . Prevalence of job satisfaction is 66.2. Distribution of respondents based on the characteristics of work stressors has no significant relationship to job satisfaction with p value 0.05.
Conclusion: Job satisfaction level for employees who work on marketing and sales representative department at x pharmaceutical company in Jakarta is 66.2. There is no relationship between work stress and job satisfaction. The research hypothesis is not proven. While age, gender, position, years of service, and stressor out of the job have no significant relationship to job satisfaction.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>