Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 184564 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Atika Ramadhani
"Kejadian status gizi lebih pada remaja merupakan masalah yang sudah terjadi dimana-mana. Prevalensi status gizi lebih pada remaja di Jakarta Timur lebih tinggi dibandingkan dengan angka provinsi DKI Jakarta. Remaja yang memiliki status gizi lebih dapat berisiko terkena berbagai penyakit degeneratif, memiliki status gizi lebih dimasa mendatang, dan dampak paling buruknya, yaitu kematian dini. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor risiko terhadap status gizi lebih pada murid SLTA X di Jakarta Timur Tahun 2017. Desain penelitian yang digunakan adalah desain potong lintang pada 130 orang responden usia 15-17 tahun.
Metode pengambilan data yang digunakan antara lain pengukuran tinggi badan dan berat badan dengan microtoise dan timbangan digital, pengisian kuesioner, dan pencatatan waktu makan. Analisis statistik yang digunakan adalah univariat dan bivariat menggunakan uji chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 33,8 murid memiliki status gizi lebih. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel independen, yaitu jenis kelamin, asupan energi dan zat gizi makro, kebiasaan jajan, pengetahuan gizi, aktivitas fisik, kecepatan makan, dan persepsi citra tubuh dengan status gizi lebih. Namun, terdapat beberapa variabel yang memiliki kecenderungan terhadap status gizi lebih, yaitu asupan lemak, kebiasaan jajan, pengetahuan gizi, aktivitas fisik, kecepatan makan, dan persepsi citra tubuh. Untuk itu, perlu adanya edukasi atau penyuluhuan mengenai cara menjaga status gizi dan mengaplikasikan pedoman gizi seimbang.

Over nutrition status in adolescents is a common problem. Prevalence of it in Jakarta Timur was higher than DKI Jakarta 39 s overall. Adolescents with over nutrition are in risk of many degenerative diseases, have over nutrition status in the future, and early death as the worst case. This thesis is a quantitative research with the purpose to find the relation between the risk factors of over nutrition status in the students of SLTA X in Jakarta Timur year 2017. A cross sectional was perform on 130 participants aged 15 17.
The method used to collect the data are the height measurement using microtoise, weight measurement using camry digital scale, self administered questionnaire, and self reported meal time. The statistical analyses used are the univariate and bivariate with a chi square test.
The result was shown that 33,8 students have over nutrition status. According to bivariate analysis, there was no significant relation between the independent variabels, which are sex, energy and macronutrient intake, snacking habit, nutrition knowledge, physical activity, eating rate, and body image perception with over nutrition status in students. However, there are some variables that have tendency toward over nutrition status, which are fat intake, snacking habit, nutrition knowledge, physical activity, eating rate, and body image perception. Therefore, it rsquo s necessary to provide education or intervention about how to maintain nutrition status and implementation of balanced nutrition guidelines.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S68619
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sherly Ardi Vantono
"Gizi lebih merupakan masalah kesehatan yang dapat berdampak buruk pada anak sekolah. SD X Jakarta Timur telah memiliki program kesehatan, namun prevalensi gizi lebih tahun 2016 masih tinggi yaitu sebesar 20.
Tujuan umum penelitian ini adalah diketahuinya faktor dominan yang berhubungan dengan status gizi lebih pada siswa kelas 4 dan 5 di SD X Jakarta Timur tahun 2017. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Responden dalam penelitian ini sebanyak 201 responden di SD X Jakarta Timur. Hasil penelitian menunjukkan sebesar 58,2 siswa mengalami gizi lebih.
Pada analisis bivariat menunjukkan hubungan antara jenis kelamin dan asupan lemak dengan status gizi lebih. Penelitian ini juga mendapatkan hasil analisis multivariat yaitu jenis kelamin sebagai faktor dominan kejadian gizi lebih pada siswa di SD X Jakarta Timur tahun 2017. Oleh karena itu sekolah diharapkan dapat memberikan edukasi mengenai makanan seimbang, memiliki controller di kantin sekolah serta dapat memperbarui program kesehatan di sekolah.

Overnutrition is health problem that can affect adversely to school children. X Primary School East Jakarta already have health program, but prevalence of overnutrition in 2016 is still high at 20.
General purpose of this research is to know the dominant factor related to overnutrition at 4th and 5th grade student at X Primary School East Jakarta in 2017. This research use cross sectional design. There is 201 respondent of this research at X Primary School East Jakarta.
Result of this research shown that 58,2 students suffer from overnutrition. On bivariate analysis shown relation between gender and fat intake with overnutrition. This research also obtained multivariate analysis result that gender is the dominant factor of overnutrition at X Primary School Student East Jakarta in 2017.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S67962
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fildzah Khairuna Huwaida
"ABSTRAK
Konsumsi sayur merupakan salah satu bagian penting dalam mewujudkan gizi seimbang, untuk itu dianjurkan mengonsumsi sayur sebanyak 3-4 porsi/hari. Namun, anjuran tersebut belum terealisasi ditandai dengan tingginya data kurang konsumsi sayur dan buah dalam Riskesdas 2007 93,6 dan 2013 93,5 , khususnya di DKI Jakarta sebesar 94,5 . Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan konsumsi sayur menurut faktor individu dan faktor lingkungan serta sumbangannya terhadap kecukupan serat dan zat gizi mikro pada remaja di DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, dilakukan pada bulan April-Mei 2017 di SLTA X Jakarta Timur dengan 146 murid. Sampel didapatkan dengan metode purposive sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang diisi oleh responden dan wawancara 2x24-hour food recall. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi sayur murid hanya sebesar 25 g/hari 1,25 porsi/hari . Konsumsi sayur tersebut menyumbang 0,95 terhadap kecukupan serat, 5,08 terhadap kecukupan vitamin A, 3,86 terhadap kecukupan vitamin C, dan 1,32 terhadap kecukupan zat besi. Analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada konsumsi sayur murid menurut sikap nilai-p=0,001 , preferensi nilai-p=0,007 , keyakinan diri nilai-p=0,019 , pengaruh teman nilai-p=0,024 , dan pengaruh orang tua 0,005 . Berdasarkan hasil tersebut diharapkan sekolah dapat membuat program kesehatan, khususnya edukasi gizi untuk menambah pengetahuan murid mengenai pentingnya konsumsi sayur setiap hari sesuai anjuran Pedoman Gizi Seimbang.

ABSTRAK
Vegetables consumption is one important part in realizing balanced nutrition, so it recommended to consume vegetables as much as 3 4 servings per day. However, national scale showed that vegetables and fruits consumption was less 93.6 in 2007 and 93.5 in 2013 , especially in DKI Jakarta at 94.5 . This study aims to know the differences of vegetables consumption according to individual factors and environmental factors and their contribution to fiber and micronutrients in adolescents in DKI Jakarta. This study used cross sectional design, conducted in April May 2017 at SLTA X in East Jakarta with 146 students. The sample was obtained by purposive sampling method. Data were collected by using questionnaires filled by respondents and 2x24 hour food recall interview. The results showed that the vegetables consumption students 25 gram per day 1.25 servings per day . Vegetables consumption contributes 0.95 to fiber adequacy, 5.08 to vitamin A adequacy, 3.86 to vitamin C adequacy, and 1.32 to iron adequacy. The bivariate analysis showed that there were significant differences of vegetables consumption according to the attitude, preference, self efficacy, peer influence, and parenal influence p value 0.001, 0.007, 0.019, 0.024, and 0.005 . Based on that, it is expected that schools can create health programs, especially nutrition education to increase students knowledge about the importance of daily consumption of vegetables as recommended by the Balanced Nutrition Guide."
2017
S66862
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Dewa Nyoman Supariasa
Jakarta: EGC, 2001
613.2 DEW p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Panggabean, Dely Maria
"Nutrisi yang baik berkontribusi pada tumbuh kembang anak usia sekolah. Tujuan penelitian ini mengetahui hubungan karakteristik keluarga dan tugas kesehatan kel uarga dalam pemenuhan nutrisi dengan status gizi anak usia sekolah. Desain penel itian cross sectional, menggunakan metode proportional random sampling, respo nden sebesar 276. Sampel penelitian siswa kelas 4-5 beserta orangtua siswa di SD wilayah kelurahan Pondokranggon. Uji statistik menggunakan chi-square dan regr esi logistik. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan signifikan jumlah anak d alam keluarga, kemampuan keluarga merawat dengan status gizi anak usia sekola h. status gizi anak usia sekolah tidak terlepas dari kemampuan keluarga melakuka n tugas kesehatan keluarga khususnya kemampuan keluarga merawat.

One of the support systems in school age children's growth and development is nutrition. The goal research is correlation family characteristic and family health task in nutrition status. This experiment using design with cross sectional. 276 samples were taken with proportional random sampling method. The samples are students grade 4-5 in one of the elementary schools in kelurahan pondokranggon. Statistic test with chi-square and logistic. This experiment give result that there are correlation between child member in a family and family capability in full fill school age children's nutrition. Sschool age children's nutrition dependent with the family capability in nurture.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T42499
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yus Rizal
"Dalam era globalisasi sekarang ini, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda. Disatu pihak masalah gizi kurang masih merupakan kendala yang harus ditanggulangi, di lain pihak masalah gizi lebih dengan berbagai risiko penyakit yang ditimbulkannya cenderung meningkat terutama di kota-kota besar.
Pada dasarnya kedua masalah gizi tersebut terjadi karena satu masalah pokok yang sama yaitu dimana adanya kegagalan tubuh dalam mencapai keadaan gizi yang seimbang. Keadaan gizi lebih merupakan konsekuensi akumulatif dari adanya ketidakseimbangan antara masukan energi dengan energi yang dipergunakan tubuh. Salah satu faktor yang berperan adalah adanya kebiasaan mengkonsumsi makanan sumber energi yang berlebihan seperti kebiasaan mengkonsumsi makanan trendi (fast food), kebiasaan mengkonsumsi makanan berlemak tinggi dan kurangnya mengkonsumsi makanan yang dapat menghambat penyerapan bahan makanan sumber energi seperti makanan berserat (sayuran dan buah-buahan). Disamping itu faktor aktifitas fisik juga berperan didalam mengatur kebutuhan energi, dalam hal ini menyangkut aktifitas pekerjaan utama sehari-hari dan aktifitas olah raga. Selain itu faktor-faktor lain yang berperan adalah umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keadaan gizi lebih orang dewasa di 27 kota propinsi di Indonesia tahun 1996 - 1997 dan faktor-faktor yang berhubungan dengan keadaan gizi lebih tersebut. Desain penelitian ini adalah "cross sectional" dengan memanfaatkan data sekunder hasil pemantauan status gizi pada orang dewasa yang dilakukan oleh Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes RI di 27 kota Propinsi di Indonesia tahun 1996 - 1997. Kemudian data yang diperoleh dianalisa baik secara bivariat maupun multivariat dengan menggunakan regresi logistik antara faktor-faktor risiko (kebiasaan makan makanan trendi, kebiasaan makan makanan berlemak, kebiasaan makan sayuran dan buah, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan aktifitas olah raga) dengan keadaan gizi lebih orang dewasa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi keadaan gizi lebih orang dewasa di 27 kota propinsi di Indonesia adalah sebesar 22,10% (klasifikasi WHO) dan 21,33% (klasif kasi Depkes). Proporsi keadaan gizi lebih ini merata di 27 kota propinsi dan hanya di dua kota yang proporsinya <15% yaitu Dili dan Pontianak. Dari hasil analisa bivariat ternyata faktor risiko yang berhubungan dengan keadaan gizi lebih orang dewasa adalah kebiasaan makan makanan trendi, kebiasaan makan makanan berlemak, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan.
Dari analisa multivariat dengan memasukkan secara bersama-sama faktor risiko yang diduga mempunyai hubungan dengan keadaan gizi lebih kedalam model ternyata ada tiga faktor risiko yang berhubungan yaitu kebiasaan makan makanan trendi, umur dan jenis kelamin. Dari hasil analisa tersebut diketahui bahwa proporsi keadaan gizi lebih orang dewasa pada kelompok umur 30-39 tahun lebih tinggi 2,97 kali dibandingkan kelompok umur <30 tahun. Pada kelompok umur 40-49 tahun lebih tinggi 5,03 kali dibandingkan kelompok umur <30 tahun. Pada kelompok umur 50-59 tahun lebih tinggi 3,88 kali dan kelompok umur 60-65 tahun lebih tinggi 2,77 kali dibandingkan kelompok umur <30 tahun. Selain itu diketahui bahwa proporsi keadaan gizi lebih orang dewasa pada kelompok perempuan 2,28 kali lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Sementara itu proporsi keadaan gizi lebih orang dewasa pada kelompok yang jarang (1-4 kali/bulan) mengkonsumsi makanan trendi lebih tinggi 1,36 kali dan kelompok yang sering (2 kali/minggu) lebih tinggi 3,01 kali dibandingkan dengan yang tidak pernah. Namun demikian ada interaksi antara faktor risiko kebiasaan makan makanan trendi dan jenis kelamin, dimana pada setiap tingkatan kebiasaan makan makanan trendi (jarang maupun sering) tampak bahwa kelompok perempuan kemungkinannya lebih rendah dibandingkan laki-laki.

Factors Associated with Adult Overweight in 27 Provincial Capital Cities in Indonesia, 1996 - 1997In this globalization era, Indonesia faces double problems in nutrition. On the one hand under-nutrition is still a threat, which must be restrained; on the other hand overweight increases the risk for certain diseases, particularly in capital.
Basically, both malnutrition problems cause the same main problem, i.e. the failure of the body to reach a well-balanced condition of nutrition. Overweight is a cumulative consequence of unbalance between intake and useable energy. One of the factor is the habit of excessive consumption of high energy food such as, fast food, fatty food and certain foods which obstruct nutrient absorption of such as food rich in fiber (vegetables and fruits). Physical activity factors also play an important role to what extent energy is needed, in performing main daily working activities and physical exercise. Other factors which also play a role are age, sex and educational level.
The objective of this cross sectional study in to obtain information on adult overweight and related factors in 27 provincial capital cities in 1996 - 1997. Data used were secondary data from nutrition monitoring of adults, conducted by the Directorate Community Nutrition, MOH in 27 provincial capital cities during 1996 - 1997. In the analysis of data used logistic regression (bivariate and multivariate) between risk factors (eating habits of fast food, fatty food, vegetables and fruits, age, sex, educational level, occupation and physical exercise) and overweight condition of adult people.
The results of study revealed that the prevalence of adult overweight in 27 provincial capital cities in Indonesia was 22.10% (using WHO classification) and 21.33% (using MOH classification), Proportion of adult overweight was similar for 27 provincial capital cities, only 2 cities i.e. Dili and Pontianak, had proportions of <15%.
The bivariate analysis revealed that risk factors associated with adult overweight were consumption of fast food, fatty food, age, sex, educational level and occupation, and the multivariate analysis revealed that the three main risk factors associated with adult overweight were age, sex and consumption of fast food. The habit of eating fast food, age and sex in comparison with people aged <30 years, the proportion of overweight in 30-39 age group was 2.97 times higher, in the 40-49 age group 5.03 times higher, in the 50-59 and 60-65 age group 3.88 and 2.77 times higher respectively. It was also revealed that the proportion of female adult overweight was 2.28 times higher than male adult. Meanwhile, proportion of adult overweight in the group rarely eats fast food (1-4 times/month) and frequently eats fast food (2 times/week) 1.36 and 3.01 times higher than never eats fast food. Nevertheless there were interaction between risk factors, which were the habit to eats fast food and sex, wherever in every level of the habit to eats fast food (rarely and frequently) have also been observed: males tend to be more at risk to be overweight than females.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1999
T6421
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aphroditha Emawati Nidia Kusumaning Dewi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pola makan gizi seimbang pada mahasiswa Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Tahun 2021. Studi ini menggunakan desain potong lintang menggunakan data primer. Data dikumpulkan melalui kuesioner daring dengan jumlah responden 178 orang. Pola makan gizi seimbang sebagai variabel dependen, jenis kelamin, pengetahuan gizi, sikap, ketersediaan makanan gizi seimbang, keterpaparan informasi, dukungan keluarga, dan dukungan teman sebaya sebagai variabel independen. Analisis data dengan uji chi-square. Hasil studi didapatkan 71,9% mahasiswa dengan pola makan gizi seimbang kurang, 81,5% jenis kelamin perempuan, 65,2% pengetahuan gizi rendah, 51,1% sikap negatif, 66,3% kurang tersedia makanan gizi seimbang, 77,5% terpapar informasi, 64,6% dukungan keluarga kurang, dan 98,9% dukungan teman sebaya kurang. Terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan gizi (p=0,001), sikap (p=0,043), ketersediaan makanan gizi seimbang (p=0,019), keterpaparan informasi (p=0,002), dan dukungan keluarga (p=0,006) dengan pola makan gizi seimbang pada mahasiswa. Hasil penelitian menyarankan untuk optimalkan promosi penerapan pola makan gizi seimbang melalui pemasangan poster secara langsung maupun daring.

This study aims to determine the factors associated with balanced nutrition eating pattern in students of Public Health Bachelor Program of the Faculty of Public Health, Universitas Indonesia in 2021. The study used a cross-sectional design using primary data. The data was collected through an online questionnaire with 178 respondents. A balanced nutrition eating pattern as a dependent variable, gender, nutritional knowledge, attitudes, availability of balanced nutritional foods, exposure to information, family support, and peer support are independent variables. Analyzed data with chi-square test. The results of this study found 71.9% of students who had less balanced nutritional diet, 81.5% are the female sex, 65.2% low knowledge of nutrition, 51.1% negative attitudes, 66.3% less available balanced nutritional foods, 77.5% exposed to information, 64.6% less family support, and 98.9% less peer support. There was a significant relationship between nutritional knowledge (p=0.001), attitude (p=0.043), availability of balanced nutritional foods (p=0.019), exposure to information (p=0.002), and family support (p=0.006) with a balanced nutritional diet pattern in college students. The results of the study suggest to optimize the promotion of the implementation of a balanced nutritional diet pattern through the installation of posters offline or online."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yovita Agrippina Haryanto
"Perilaku makan kurang sehat banyak dijumpai pada remaja secara global maupun nasional. Perilaku makan yang kurang sehat dapat mempengaruhi asupan zat gizi dan kesehatan remaja dalam jangka panjang. Kurang konsumsi kelompok makan tertentu dapat menimbulkan defisiensi zat gizi. Sedangkan, konsumsi gula, garam, dan lemak berlebih dapat menimbulkan masalah kesehatan seperti obesitas, penyakit kardiovaskular, diabetes, dan penyakit kronis lainnya. Di satu sisi, perkembangan penggunaan media sosial sangat pesat, khususnya TikTok yang merupakan media sosial berbasis short video. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh short video pada TikTok terhadap perilaku makan remaja. Penelitian dilakukan menggunakan desain kuasi eksperimen dengan satu kelompok perlakuan dan satu kelompok kontrol yang tidak dipilih secara acak. Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah 75 siswa/i SMAN 1 Tangerang. Hasil uji menggunakan Paired T Test menunjukan perubahan signifikan pada perilaku makan, pengetahuan gizi, dan sikap pada kelompok perlakuan antara sebelum dan sesudah intervensi. Lebih lanjut, berdasarkan Independent T Test terdapat perbedaan signifikan nilai perilaku makan dan pengetahuan gizi antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Namun, tidak terdapat perbedaan signifikan pada nilai sikap antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh paparan short video TikTok terhadap perubahan perilaku makan, pengetahuan gizi, dan sikap remaja pada kelompok perlakuan.

Unhealthy eating behaviours are common among adolescents globally and nationally. Unhealthy eating behaviours can affect nutrient intake and long-term health of adolescents. Under-consumption of certain food groups can lead to nutrient deficiencies. Meanwhile, excessive consumption of sugar, salt and fat can lead to health problems such as obesity, cardiovascular disease, diabetes and other chronic diseases. On the one hand, the development of social media use is very rapid, especially TikTok which is a short video-based social media. This study aims to determine the effect of short videos on TikTok on adolescent eating behaviour. The research was conducted using a quasi-experimental design with one treatment group and one control group that was not randomly selected. The samples used in the study were 75 students of SMAN 1 Tangerang. Paired T Test results showed significant changes in eating behaviour, nutritional knowledge, and attitudes in the treatment group between before and after the intervention. Furthermore, based on the Independent T Test, there was a significant difference in the value of eating behaviour and nutritional knowledge between the treatment group and the control group. However, there was no significant difference in attitude scores between the treatment and control groups. It can be concluded that there is an effect of short videos on TikTok on changes in eating behaviour, nutritional knowledge, and attitudes of adolescents in treatment group."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Nur Islamiati
"Motif pemilihan makanan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi seseorang dalam memilih makanannya. Membuat pilihan makanan yang sehat akan memiliki efek positif pada kesehatan, sementara pemilihan makanan yang tidak tepat dapat menjadi salah satu faktor risiko utama terjadinya masalah gizi dan penyakit tidak menular. Siswa SMK berada pada masa remaja dimana mereka mulai membuat pilihan makanan mereka sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan motif pemilihan makanan pada siswa SMKN 3 Bogor. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional. Total responden pada penelitian ini yaitu 369 siswa yang berasal dari lima jurusan yang ada di SMKN 3 Bogor. Hasil penelitian menunjukkan motif utama pemilihan makanan pada siswa SMKN 3 Bogor yaitu motif daya tarik sensoris (m = 3,60), motif harga (m = 3,59), dan motif segi etis (m = 3,52). Selain itu juga diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna (p-value <0,05) antara jenis kelamin, preferensi makanan, tingkat stres, pengetahuan gizi, sosial ekonomi, dan paparan media sosial dengan motif pemilihan makanan pada siswa SMKN 3 Bogor.

Food choice motives is one of the important factors that influence a person in choosing his food. Making healthy food choices will have a positive effect on health, while improper food choices can be one of the main risk factors for nutritional problems and non-communicable diseases. Vocational school students are in their teens where they begin to make their own food choices. This study aims to determine the factors related to food choice motives in students of SMKN 3 Bogor. This study is a quantitative study with a cross-sectional design. The total respondents in this study were 369 students from five majors in SMKN 3 Bogor. The results showed that the main motives for choosing food for students at SMKN 3 Bogor were the sensory attractiveness motive (m = 3.60), the price motive (m = 3.59), and the ethical aspect motive (m = 3.52). In addition, it is also known that there is a significant relationship (p-value <0.05) between gender, food preferences, stress, nutritional knowledge, socio-economics, and exposure to social media with food choice motives in SMKN 3 Bogor students."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yaya Kusumajaya
"Saat ini Indonesia menghadapi masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi lcurang dan masalah gizi lebih. Dampalc dari masalah gzii lcurang atau buruk akan berpengaruh negatif terhadap perkembangan fisik dan mental seseorang, sedangkan dampak yang texjadi dari masalah gizi lebih adalah meningkatnya penyakjt degeneratitl seperti jantung koroner, diabetes mellitus, hipertensi, dll. Penyebab masalah gizi kurang adalah kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, buruknya sanitasi, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan. Sebaliknta masalah gizi lebih disebabkan oleh kcmajuan ekonomi. kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, mcnu seimbang dan kesehatan. Pengukuran status gizi pada remaja yang lebih sederhana dan umum digunakan, yaitu menggunakan indeks BB/TB2 yang dikenal dengan Indeks Massa Tubuh berdasarlcan umur (BMI jar age) yang dinilai berdasarkan baku WHO-NCHS dalam bentuk persentil.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi remaja (SLTP dan SLTA) di wilayah DKI Jakarta. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 22 Nopember- 6 Desember 2005. Disain penelitian adalah cross-sectional dan cara pemilihan sekolah menggunakan sampel klaster, sampel dipilih secara acak sistematis, dengan jumlah sampel 4.793 orang. Status gizi diukur dalam IMT sebagai variabcl dependen dan variabel-variabel umur, jenis kelamin, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pola, kebiasaan nonton televisi, kebiasaan olahraga, kebiasaan sampan pagi, kebiasaan ngemil, frekuensi makan sehari, frekuensi makan sayuran, frekuensi makan buah, frekuensi makan makanan siap saji, frekuensi makanan berlemak, frekuensi makan daging, ii-ekuensi malcan gorengan, frekuensi minum minuman ringan/soitdrink dan kebiasaan merokok sebagai variabel independen. Analisis data dilakukan meliputi analisis univariat, bivariat (multinomial lpgistic regretion) dan multivariat (regresi Iogistik ganda) dengan program Sojhvare SPSS.
Hasil penelitian didapatkan status gizi kurang sebanyak 10,3 %, normal 81,3 % dan lebih 7,9 %. Hasil uji bivaziat menunjukkan ada hubungan antara umur, jenis kelamin, pendidikan ibu, pendidikan ayah, pekenjaan ibu, pekexjaan ayah, kebiasaan olahraga, kebiasaan ngemil, ftekuensi makan makana siap saji, itekuerlsi rnakan malcanan berlemak dan iiekuensi makan gorengan dengan status gizi (p<0,05). Tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan nonton televisi, kebiasaan sarapan pagi, &ekuensi makan sehani, iickuensi makan sayuran, &ekuensi makan buah, iickuensi makan buah, fi-ekuensi minum minuman ringan/soffdrink dan kebiasaan merokok dengan IMT (p> 0,005), Hasil analisis multivaziat tujuh variabel indepcnden yang diprediksi secara bermakna berhubungan dengan gizi lebih yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan ibu, kebiasaan nonton TV, kebiasaan olah raga, kebiasaaan ngemil, frekuensi makanan berlemak, variabel yang paling dominan dan berepngaruh adalah kebiasaan ngemil (OR=2,000) artinya remaja yang biasa ngemil mempunyai risiko gemuk 2 kali dibandingkan yang tidak biasa ngemil.
Anak sekolah tingkat SLTP dan SLTA di wilayah DKI Jakarta mengalami masalah gizi ganda. yaitu masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih. Untuk itu bagi Depertemen Kesehatan c.q. Direktorat Bina Gizi Masyarakat dan Pemda DKI Jakarta c.q. Dinas Kesehatan perlu Iebih intensif untuk mensosialisasikan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) melalui media massa (T V dab Radio) maupun melalui UKS, baik dalam bentuk penyuluhan, spanduk, poster maupun leaflet. Selain itu perlu ada pemantauan status gizi pada anak sekolah tingkat SLTP (minimal 2 kali setahun) dan tingkat SLTA (minimal 1 kali setahun) melalui UKS. Bagi masyarakat khususnya orang tua agar memperhatikan kebiasaan makan anaknya.

Now, Indonesia deals with double nutrition problems, which are under nutrition and over nutrition. Impact hom under nutrition problems affecting negatively toward physical development and mentally of an individual, while impact over nutrition problems is increasing of degenerative disease, such as coronary, diabetes mellitus, hypertension, etc. Under nutrition problems were cause by poverty, lack of food supply, bad sanitation, public lack of knowledge toward nutrition, balance menu and health. A more general and simple nutrition status assessment in teenager is using index BB/I'B2 that known as Body Mass Index for age (BMI for age) assessed base on WHO-NCHS in percentile.
Research objective is identifying description and factors that related with adolescent nutritional status (SLTP and SLTA) in DKI Jakarta area. Research performed in 22 November - 6 December 2005. Research design is cross sectional and school selection is using cluster sample, sample selected systematic randomly, with total sample of 4,793 people. Nutritional status measured in IMT as dependent variable and variables of age, gender, family education, family occupation, pattem, watching television habit, exercising habit, breakfast habit, eating snacks habit, frequency of eating in one day, frequency of fatty food, frequency of consuming meat, frequency of consuming fried food, frequency of drinking soft drink and smoking habit as independent variable. Data analysis performed through analysis of university, vicariate (multinomial Logistic Regression) and multivariate (double logistic regression) with SPSS program.
Research result obtained under nutrition status as much as 10.3%, normal 81.3% and over nutrition 7.9%. Vicariate test result shows a relation of age, gender, mother education, father education, mother occupation, father occupation, exercising habit, eating snacks habit, trequency of eating fast-food, Hequency of consuming fatty food and frequency of eating fried food with nutrition status (p<0.05). There is no significant relation between watching television, breakfast habit, Hequency of eating in one day, frequency of eating vegetables, frequency of eating fruit, frequency of drinking soii drink and smoking habit with IMT (p>0.005). Multivariate analysis result of seven independent variables that predicted as significantly related with excessive nutrition, which are age, gender, mother education, watching television habit, exercising habit, eating snacks habit, frequency of fatty food. The most dominant variable and afecting is eating snacks habit (OR = 2.000) that means teenager who oiten eating snacks has risk of 2 times compared to the one who do not eating snacks.
Adolescent of SLTP and SLTA in DKI Jakarta are experiencing double nutrition problems, which are lack of nutrition and excessive nutrition. Therefore, Health Department in this case Public Nutrition Development Directorate and Pemda DKI Jakarta in this case Health Department necessary be more intensively socializing General Guidance of Balanced Nutrition (PUGS) whether through mass media (TV and radio) or UKS, in the fomi of counseling, banner, poster and leaflet. Besides it is necessary to have nutrition status in adolescent of SLTP (minimally 2 times a year) and SLTA (minimally once per year) through UKS. For public especially parents to concem their children eating habit.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34445
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>