Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 179701 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Merry Flora
"ABSTRAK
Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat memicu terjadinya resistensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian informasi tambahan tentang antibiotik terhadap kepatuhan pengobatan pasien ISPA. Rancangan penelitian ini adalah rancangan eksperimental non-equivalent control group . Sampel yang diambil adalah seluruh pasien ISPA yang memperoleh antibiotik dengan menggunakan metode concecutive sampling. Data yang diambil merupakan data hasil pemberian informasi tambahan kepada pasien ISPA. Proses pengambilan data melalui wawancara telepon dengan pasien. Berdasarkan hasil yang diperoleh, 19 pasien yang dapat di follow up dari 35 total populasi dianalisis lebih lanjut. Karakteristik pasien ISPA yang diperoleh adalah mayoritas subyek uji adalah wanita 14 orang , mayoritas subyek uji adalah lulusan SLTA 10 orang , mayoritas pekerjaan subyek uji adalah sebagai ibu rumah tangga 10 orang . Secara statistik, hasil uji Paired T-Test diperoleh nilai rata-rata antara pretest dengan posttest adalah sebesar 0,632. Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya penurunan ketidakpatuhan pasien dalam mengkonsumsi antibiotik. Pemberian informasi tambahan tentang antibiotik yang dilakukan oleh peneliti mempengaruhi kepatuhan minum obat pasien ISPA.

ABSTRAK
The use of antibiotics improper can trigger resistance. This report aims to review the influence of the additional information about antibiotics compliance treatment of patients acute respiratory tract infection. The research is the experimental non equivalent control group . Samples to be taken were all patients acute respiratory tract infection who received an antibiotic by using the method concecutive sampling. The data were drawn is data the additional information to patients tract. Taking process data through a telephone interview with patients. Based on the results obtained, 19 patients that can be in follow up from 35 the total number of analyzed further. Characteristics patients acute respiratory tract infection obtained are in the majority subject test were women 14 people , the majority subject test are senior high school graduates 10 people , the majority work subject test is as a housewife 10 people . The provision of additional information about antibiotics that done by researchers shows differences in behavior towards patients iacute respiratory tract infection. Statistically, testing shows paired t test obtained the average value of between pretest with posttest 0,632.The results show a decrease in disobedience a patient in consume antibiotics."
2017
S69386
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Peni Patmawati
"Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih pada saluran pernapasan bagian atas dan bawah. Infeksi ini pada umumnya disebabkan oleh mikroorganisme, akan tetapi ISPA paling banyak disebabkan oleh bakteri dan virus. Tingginya prevalensi ISPA non pneumonia akan mempengaruhi pola penggunaan antibiotik di fasilitas kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik pada pasien anak yang terkena ISPA non pneumonia di Puskesmas Beji Depok pada tahun 2017. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain studi cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif menggunakan data resep pasien dengan teknik total sampling. Evaluasi penggunaan antibiotik dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif menggunakan Anatomical Therapeutical Chemical /Defined Daily Dose (ATC/DDD). Antibiotik diklasifikasikan berdasarkan ATC dan kuantitas dihitung dalam satuan PDD. Kualitas dinyatakan dalam jenis obat yang termasuk dalam Drug Utilization 90% (DU 90%) dan kesesuaiannya terhadap formularium nasional. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh data pasien anak (usia 1-18 tahun) yang menderita ISPA non pneumonia di Puskesmas Beji tahun 2017 dengan terapi antibiotik. Prevalensi pada pasien anak ISPA non pneumonia di Puskesmas Beji tahun 2017 yaitu pasien laki-laki (55.79%), perempuan (44.21%). Kuantitas penggunaan antibiotik yang dinyatakan dalam satuan PDD adalah amoksisilin (335.250 g), siprofloksasin (10g) dan nilai PDD/1000 pasien perhari pada amoksisilin (7.1757), siprofloksasin (0.2140).Antibiotik yang menyusun DU 90% ialah amoksisilin. Persentase kesesuaian penggunaan antibiotik dengan Formularium Nasional di Puskesmas Beji tahun 2017 adalah 100%. Jenis antibiotik yang digunakan ialah amoksisilin dan siprofloksasin.

Acute Respiratory Infections (ARI) is an acute infection that attacks one or more parts of the upper or lower respiratory tract. This infection is generally caused by microorganisms, however most ARIs are caused by bacteria and viruses. Prevalence of ARI will affect the pattern of antibiotics uses in healthcare facilities. This research aims to evaluate the use of antibiotics in pediatric patients effected by non pneumonia ARI at Puskesmas Beji depok in 2017. This research is a descriptive research with cross-sectional study design. Data collection is done retrospectively using patient prescription data and total sampling technique. Evaluation of antibiotic is carried out quantitative and qualitative use ATC/DDD (Anatomical Therapeutical Chemical/Defined Daily Dose) method. Antibiotics are classified based on the ATC and quantity is calculated in PDD/1000 patients per day. The quality is stated in Drug Utilization 90% (DU 90%). Sample of this research is all pediatric patients (aged 1-18 years old) who suffered from non pneumonia ARI at Puskesmas Beji in 2017 and need antibiotic therapy. The prevalence of non-pneumonia ARI Child at Beji Public health center in 2017 were male patients (55,79%), female patients (44,21%). The quantity of antibiotics used which expressed in PDD units were amoxicillin (335,250 g), ciprofloxacin (10 g) and the PDD value/ 100 patients / day were amoxicillin (1.17557), ciprofloxacin (0,2140). Antibiotics that composed in DU 90% segment is amoxicillin. The percentage of antibiotic’s used with national formulary at Beji Public Center was 100%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwi Ambarwati
"ABSTRAK
Infeksi Saluran Pernafasan Bagian Akut (ISPA) non Pneumonia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat dengan prevalensi yang cukup tinggi. Laporan Kota Bogor tahun 2015 menunjukkan prevalensi ISPA Non Pneumonia mencapai 45,64%. Penyebab utama ISPA non Pneumonia adalah virus, namun penelitian menunjukkan penggunaan antibiotik masih sangat tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rasionalitas pemberian antibiotik pada pasien ISPA non Pneumonia dan faktor yang mempengaruhi kerasionalan pemberian antibiotik serta pengelolaan program Penggunaan Obat Rasional (POR) di Puskesmas Tanah Sareal. Rancangan penelitian ini deskriptif analitik potong lintang dengan mengumpulkan data rekam medis pasien antara 5 tahun hingga 65 tahun, observasi pelayanan rawat jalan, dan wawancara dengan pihak terkait pelaksanaan program POR. Hasil penelitian menunjukkan proporsi pemberian antibiotik sebanyak 122 (34%) dari 359 pasien dan analisis rasionalitas dilakukan terhadap 102 pasien, Distribusi Penyakit ISPA Non-Pneumonia: Nasofaringitis Akut (63%) faringitis akut (30,6%), tonsilitis akut (5,3%), Sinusitis dan Otitis Media Akut 0,6%., sebagian besar antibiotik yang digunakan adalah amoxicillin dan cefadroxil. Ditemukan 84,3% pemberian antibiotik yang tidak tepat durasi dan faktor yang mempengaruhi rasionalitas antara lain; kurangnya kepatuhan dokter terhadap SOP pengobatan, peran apoteker belum optimal dan kurangnya monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan program POR.

ABSTRACT
Non Pneumonial Acute Respiratory Tract Infection (ARTI) is one of public health problems with high prevalence and healthcare cost. Bogor City Report 2015 shows the prevalence of Non Pneumonial ARTI reach 45.64%. The main cause of non- Pneumonial ARTI is virus, but research indicates the use of antibiotics is still very high. This study aims to analyze the rationality of antibiotics on non-Pneumonia ARTI patients, factors affecting rationality of antibiotic administration and management of Rational Use of Medicine (RUM) program at Puskesmas Tanah Sareal. The design of this study is descriptive cross-sectional analysis by collecting patients medical record data between 5 years to 65 years, observation of outpatient services, and interviews with related staff on RUM program implementation. The results showed that the proportion of antibiotic administration was 122 (34%) of 359 patients and rationality analysis was performed on 102 patients, Non-Pneumonia Respiratory Disease Distribution: Acute Nasopharyngitis (63%) Acute Pharyngitis (30.6%), Acute Tonsillitis (5, 3%), Sinusitis and Otitis Media Acute 0.6%. Most of the antibiotics used were amoxicillin and cefadroxil. This study revealed 84.3% of improper antibiotics duration and factors affecting rationality, among others; lack ofa physian's dherence to clinical guideline, lack of pharmacist and monitoring evaluation of RUM implementation."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T51007
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Irsandi Johan
"Penggunaan antibiotik dalam jumlah yang banyak dan penggunaan antibiotik yang tidak tepat diduga sebagai penyebab utama tingginya jumlah patogen dan bakteri komensal resisten di seluruh dunia. Pengurangan jumlah kejadian penggunaan antibiotik yang tidak tepat merupakan cara terbaik untuk melakukan kontrol terjadinya resistensi bakteri. Batas toleransi bagi masing-masing indikator untuk peresepan antibiotik pada penatalaksanaan ISPA non-pneumonia sebesar 20%, penggunaan antibiotik pada penatalaksanaan diare non-spesifik 8%. Tujuan dari penyusunan laporan praktik kerja ini adalah untuk mengetahui peran apoteker dalam monitoring penggunaan obat rasional antibiotik pada pasien dengan diagnosis ISPA non-pneumonia dan diare non-spesifik di Puskesmas Kecamatan Kalideres bulan Juni 2023. Pelaksanaan dilakukan secara observasional deskriptif, data penelitian diperoleh secara retrospektif dengan mengambil data resep bulan Juni 2023 melalui sistem setelah dilakukan pelayanan terhadap pasien dengan diagnosis ISPA non-pneumonia dan diare non-spesifik. Dari monitoring yang telah dilakukan diketahui bahwa persentase penggunaan obat antibiotik pada pasien dengan diagnosis ISPA non-pneumonia dan diare non-spesifik di Puskesmas Kecamatan Kalideres bulan Juni 2023 dapat dikatakan rasional dan telah sesuai dengan kriteria POR Nasional yaitu ≤ 20% untuk kasus ISPA non-pneumonia dan ≤ 8% untuk kasus diare non-spesifik.

The excessive use of antibiotics and inappropriate antibiotic use are suspected as the main causes of the high prevalence of resistant pathogens and commensal bacteria worldwide. Reducing the incidence of inappropriate antibiotic use is the best way to control bacterial resistance. The tolerance limit for each indicator for antibiotic prescribing in the management of non-pneumonia acute respiratory infections (ARIs) is 20%, while for the management of non-specific diarrhea, it is 8%. The purpose of this internship report is to understand the role of pharmacists in monitoring rational antibiotic use in patients diagnosed with non-pneumonia ARIs and non-specific diarrhea at the Kalideres District Health Center in June 2023. The implementation was done descriptively through observational methods, with research data obtained retrospectively by collecting prescription data from June 2023 through the system after providing services to patients with non-pneumonia ARIs and non-specific diarrhea. From the monitoring conducted, it was found that the percentage of antibiotic drug use in patients diagnosed with non-pneumonia ARIs and non-specific diarrhea at the Kalideres District Health Center in June 2023 can be considered rational and has met the National POR criteria, which are ≤ 20% for non-pneumonia ARIs cases and ≤ 8% for non-specific diarrhea cases."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Phihaniar Insaniputri
"ABSTRAK
Kepatuhan pasien diabetes melitus tipe 2 dalam meminum antidiabetes oral masih
sangat rendah. Hal ini dapat meningkatkan risiko komplikasi pasien. Untuk
meningkatkan kepatuhan pasien dapat diberikan pendidikan kesehatan berupa
ceramah dan pemberian materi ceramah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengevaluasi adanya pengaruh ceramah dan pemberian materi ceramah terhadap
tingkat kepatuhan pasien dan hubungan antara faktor sosiodemografi serta
penggunaan antidiabetes oral terhadap kepatuhan. Penelitian ini dilakukan secara
pra eksperimental dengan rancangan pretest-posttest two group. Seluruh pasien
diabetes melitus di puskesmas Beji adalah sampel penelitian yang dibagi dalam
dua kelompok. Kelompok pertama (30 orang) diberi ceramah dan materi ceramah,
kelompok kedua (30 orang) hanya diberi materi ceramah saja. Ceramah tentang
kepatuhan diberikan oleh Apoteker. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kepatuhan pasien setelah diberi ceramah dan materi ceramah meningkat pada
kedua kelompok. Hasil uji Wilcoxon Signed Rank menunjukkan bahwa ceramah
dan materi ceramah meningkatkan kepatuhan pasien dalam meminum obat. Hasil
uji kai kuadrat menunjukkan bahwa faktor sosiodemografi dan penggunaan obat
tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap kepatuhan. Hasil uji Mann Whitney
U menunjukkan bahwa pemberian ceramah (1,23±0,92) lebih baik dibandingkan
pemberian materi ceramah(1,07±1,04) terhadap peningkatan kepatuhan.
Kesimpulan yang diperoleh adalah ceramah dapat meningkatkan kepatuhan pasien
lebih baik dari materi ceramah.

ABSTRACT
Patient with diabetes type 2 compliance in taking oral antidiabetes still very low.
This can increase the risk of patients complications. To be able to increase
compliance level of the patiences, health education in form of lecture and lecture
material is ways to go. The purpose of this study was to evaluate the influence of
lecture and lecture material to increased patient compliance and the relationship
between sociodemographic factors and the use of oral antidiabetic towards patient
compliance. The research was done with pre-experimental pretest-posttest design
of two groups. All patients with diabetes mellitus in Beji health public center was
sample of research that divided into two groups. The first group (30 people) were
given lecture and lecture material, the second group (30 people) were given a
lecture course material. Lecture on compliance given by a pharmacist. The results
show that patient compliance after being given lecture and lecture material
increased in both groups. Wilcoxon Signed Rank test results show that the lecture
and lecture material increased patient compliance in taking medication. Kai
squared test results show that sociodemographic factors and drug use had no
significant effect on adherence. . Mann Whitney U test results show that giving a
lecture (1.23 ± 0.92) is better than giving a lecture materials (1.07 ± 1.04) to
increased patients compliance. The conclusion is lecture can improve patients
compliance better than lecture material.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42064
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Febiyanti Norman
"ABSTRAK
Kepatuhan pasien hipertensi masih cukup rendah. Peningkatan kepatuhan dapat
menurunkan mortalitas yang disebabkan penyakit kardiovaskular. Salah satu
metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan kepatuhan adalah dengan
ceramah kesehatan. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi pengaruh ceramah
terhadap kepatuhan dan tekanan darah. Selain itu juga dianalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi kepatuhan pasien. Metode penelitian ini adalah Pre-
Experimental dengan desain One Group Pretest-postest. Pengambilan sampel
dilakukan secara consecutive sampling. Pasien yang ikut dalam penelitian adalah
pasien yang telah menderita hipertensi minimal tiga bulan sebelum penelitian,
berumur ≥ 30 tahun dan bersedia menjadi responden. Kepatuhan diukur dengan
kuesioner Morisky 8-items. Data tekanan darah didapat dari data rekam medik
pasien. Ceramah kesehatan diberikan satu kali oleh Apoteker. Pasien yang
bersedia ikut dalam penelitian berjumlah 112 orang. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kepatuhan pasien sesudah mengikuti ceramah sebagian besar
(95,5%) memiliki kepatuhan tinggi. Nilai rerata tekanan darah sistol sesudah
ceramah sebesar 143 ± 13,96 mmHg dan nilai diastol sebesar 86 ± 10,78 mmHg.
Hasil uji Wilcoxon signed rank menunjukkan bahwa ceramah memiliki pengaruh
terhadap peningkatan kepatuhan dan penurunan tekanan darah. Hasil uji kai
kuadrat menunjukkan sosiodemografi dan regimen obat tidak memiliki pengaruh
yang nyata terhadap kepatuhan. Kesimpulan yang diperoleh adalah ceramah
kesehatan dapat meningkatkan kepatuhan dan menurunkan tekanan darah pasien.

ABSTRACT
Compliance of hypertensive patients are still quite low. Improvement of
compliance may decrease mortality rate caused cardiovascular disease. One
method used to improve compliance is using health lecture. This study was
designed to evaluate the influence health lecture of compliance and blood pressure
and also analyze the factors that influence compliance for hypertensive patients.
The method using the Pre-Experimental One Group Pretest-postest Design.
Sampling was conducted by consecutive sampling. Patients in this study were
patients who had hypertension for at least three months before the study, aged ≥
30 years old and willing to be a respondents. Compliance was measured using the
Morisky 8-items questionnaire. Blood pressure data based on data medical records
of patients. Health lectures given only once by pharmacist. Patients who
participated in this study were 112 people. The results showed that patient
compliance after attending health lecture showed majority patients (95.5%) had a
high compliance. Average value systolic blood pressure after the lecture of 143 ±
13.96 and diastolic value of 86 ± 10.78 mmHg. Wilcoxon signed rank test result
showed that the lecture had influence of improvement compliance and blood
pressure. Chi-square test result showed that sociodemographic and drug regimen
does not have real influence to patient?s compliance. Their conclusion is health
lecture can improve compliance and decrease the patient's blood pressure."
Universitas Indonesia, 2012
S42282
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Isnaini
"Hipertensi merupakan salah satu penyakit kronis yang membutuhkan pengelolaan dan terapi jangka panjang. Penyakit hipertensi tidak dapat disembuhkan tetapi harus selalu dikontrol. Kontrol tekanan darah sangat diperlukan untuk mencegah adanya komplikasi yang dapat terjadi akibat hipertensi yang tidak terkontrol. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pasien patuh minum obat, termasuk di dalamnya yaitu pengetahuan. Puskesmas berperan sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama dalam penanganan awal dan kontrol pengobatan hipertensi. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif di wilayah kerjanya. Maka dari itu perlu dilakukan promosi kesehatan terkait pentingnya kepatuhan minum obat antihipertensi dalam upaya meningkatkan kepatuhan minum obat bagi penderita hipertensi. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan melakukan Pelayanan Informasi Obat (PIO) melalui media leaflet. Leaflet penyampaian mengenai Pentingnya Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Jatinegara terdiri dari beberapa point yang meliputi pengertian penyakit hipertensi, pengertian patuh minum obat, pentingnya minum antihipertensi secara teratur, faktor – faktor penyebab ketidakpatuhan minum obat, serta dampak yang diakibatkan oleh ketidakpatuhan minum obat antihipertensi. Isi leaflet juga menyertakan solusi yaitu beberapa cara untuk meningkatkan kepatuhan minum obat.

Hypertension is one of the chronic diseases that requires long-term management and therapy. It cannot be cured but must always be controlled. Blood pressure control is crucial to prevent complications that can arise from uncontrolled hypertension. Several factors can affect patient adherence to medication, including knowledge. Community health centers (Puskesmas) play a role as primary healthcare facilities in the initial management and treatment control of hypertension. Puskesmas provides health services aimed at both community and individual health promotion and prevention efforts primarily in its operational area. Therefore, health promotion related to the importance of adherence to antihypertensive medication is essential to improve compliance among hypertensive patients. This effort can be achieved through Drug Information Services (DIS), using leaflets as a medium. The leaflet on the Importance of Adherence to Antihypertensive Medication among Hypertensive Patients at Jatinegara Community Health Center consists of several points, including understanding hypertension, the concept of medication adherence, the importance of regular intake of antihypertensive medication, factors contributing to non-adherence, and the impacts of non-adherence to antihypertensive medication. The leaflet also includes solutions such as strategies to enhance medication adherence.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anak Agung Sagung W. Kumala Dewi
"Prevalensi ISPA yang tinggi di Indonesia mempengaruhi penggunaan antibiotik di fasilitas kesehatan. Sejak diberlakukannya program JKN, penggunaan obat di fasilitas kesehatan harus sesuai dengan Formularium Nasional. Oleh sebab itu, diperlukan evaluasi mengenai penggunaan antibiotik pada pasien ISPA di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu dengan metode ATC/DDD dan DU90 . Penelitian dilakukan secara deskriptif dengan desain studi potong lintang cross-sectional . Metode pengumpulan data dilakukan secara retrospektif dengan total sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien ISPA yang diresepkan antibiotik periode Januari hingga Desember 2016. Resep pasien yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 2720 resep.
Hasil analisis berdasarkan karakteristik pasien menunjukkan pasien ISPA terbanyak berjenis kelamin perempuan, kelompok usia diatas 45 sampai 65 tahun, serta mengikuti program BPJS. Antibiotik yang digunakan adalah amoksisilin, eritromisin, siprofloksasin, tiamfenikol, doksisiklin, sefadroksil, kotrimoksazol, linkomisin, dan kloramfenikol. Penggunaan obat dinyatakan nilai DDD/1000 pasien/hari yaitu amoksisilin 9,4067 ; eritromisin 3,5027 ; siprofloksasin 0,8239 ; tiamfenikol 0,5886 ; doksisilin 0,3102 ; sefadroksil 0,0720 ; kotrimoksazol 0,0214 ; linkomisin 0,0209 ; dan kloramfenikol 0,0012 . Obat yang menyusun segmen DU90 yaitu amoksisilin 63,79 , eritromisin 23,75 , serta siprofloksasin 5,59 . Penggunaan obat di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu sesuai dengan Formularium Nasional 66,67.

High prevalence ARIs in Indonesia affected antibiotics utilization in healthcare facilities. Since national health assurance program has been issued, the drug utilization in healthcare facilities must be approriate with national formulary. Therefore, should be an evaluation of antibiotics utilization in ARIs patients based on ATC DDD method and DU90 at Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu 2016. This study was descriptive with cross sectional study design. Data was collected retrospectively with total sampling. The samples of this study were ARIs patients precribed antibiotics from January to December 2016. Total prescription comply with inclusion criteria were 2720.
The results based on patient characteristics showed that most patients with ARIs were female, over 45 to 65 year group age, and payed with national health assurance system. The antibiotics used were amoxycillin, erythromicin, ciprofloxacin, thiamphenicol, doxycycline, cefadroxil, cotrimoxazole, lincomycin, and chloramphenicol. Quantity of antibiotics utilization DDD 1000 patients day were amoxycillin 9,4067 erythromicin 3477,5 ciprofloxacin 0,8239 thiamphenicol 0,5886 doxycycline 0,3102 cefadroxil 0,0720 cotrimoxazole 0,0214 lincomycin 0,0209 and chloramphenicol 0,0012 . Antibiotics made up to DU90 were amoxycillin 63,79 , erythromicin 23,75 , and ciprofloxacin 5,59 . The antibiotics utilization in Puskesmas Pasar Minggu was compliance with national formulary 66,67.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S68360
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wayan Aryawati
"Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu salah satu hal yang dinilai dalam Quality assurance adalah tingkat kepatuhan petugas. Tingkat kepatuhan petugas terhadap standar pemeriksaan pasien ISPA merupakan penilaian terhadap kinerja petugas. Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah proyek penerapan QA. Dan Laporan Puskesmas uji coba tingkat kepatuhan petugas terhadap standar pemeriksaan masih rendah yaitu 56,0 %.
Tujuan penelitian ini adalah memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kepatuhan petugas standar pemeriksaan ISPA di Puskesmas Kota Bandar Lampung tahun 2002. Penelitian ini menggunakan disain cross-sectional dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan jumlah sampel total populasi sebanyak 102 petugas pemeriksa di Balai Pengobatan. Pengumpulan data untuk memperoleh gambaran faktor yang berhubungan dengan kepatuhan, petugas diminta mengisi kuesioner, sedangkan untuk memperoleh tingkat kepatuhan petugas dengan mengamati petugas selama memeriksa pasien ISPA dengan menggunakan daftar tilik.
Hasil penelitian memperlihatkan dari 102 petugas pemeriksa pasien di BP yang diteliti maka hanya 30,4 % petugas yang patuh, pendidikan berlatar belakang medis 28,4 %, yang memiliki beban kerja ringan hanya 19,6 %, kepala Puskesmas yang mempunyai kepemimpinan kondusif hanya 59,8 %, pengetahuan tentang program ISPA 55,9 % pengetahuan baik, 62,7 % petugas mempunyai motivasi baik, 40,2 % pernah mengikuti pelatihan, 40,2 % petugas mengatakan pernah memperoleh pembinaan dan sarana minimal pemeriksaan dipuskesmas yang lengkap 27,5 %. Dari 8 variabel yang diuji stastististik dengan kai kuadrat diperoleh hubungan yang bermakna antara kepatuhan dengan kepemimpinan, pengetahuan petugas, motivasi, pelatihan, pembinaan dan sarana minimal dengan nilai P < 0,05. Sedangkan untuk analisis multivariat dengan regresi logistik ganda hanya tiga variabel yang secara signifikan berhubungan dengan kepatuhan yaitu kepemimpinan, pelatihan dan sarana minimal, dengan nilai P<0,05. Kepemimpinan merupakan variabel yang paling dominan dengan OR 19,8361 kali. Untuk uji interaksi antara ketiga variabel dipemleh hasil yaitu tidak ada hubungan interaksi antara ketiga variabel tersebut.
Kesimpulan secara umum kepatuhan petugas terhadap standar pemeriksaan pasien ISPA di Puskesmas Seluruh Kota Bandar Lampung masih rendah, disarankan kepada Depkes untuk menyederhanakan daftar tilik agar dalam penerapan dilapangan lebih operasional. Kepada Dinas Kesehatan hendaknya dalam penempatan kepala puskesmas harus benar-benar kepala puskesmas mempunyai visi untuk kemajuan puskesmas dan dalam melakukan pembinaan kepada puskesmas secara rutin dan terstruktur dan untuk semua petugas harus membudayakan budaya mutu dalam setiap kegiatannya.

In order to improve the quality of health service the one that should be examined in quality assurance is the level of the health worker compliance. The level of health worker compliance to the examining standard of ARI patient is assessment to health worker?s performance. Lampung City is one of the rural projects in implementing the QA. Based on the report of Health Center model to the standard of examining is still low, that was 56,0%.
The objective of this study is to obtain the information on the factors that related with the level compliance of the health worker, who giving the examining standard of ARI patient at the Health Center of Bandar Lampung in 2002. This study design used cross-sectional, with qualitative and quantitative approaches. The number of sample and population was 102 examiner workers at the Health Center. The data were collected to obtain the description of factor that related with the compliance, the worker asked to fill-out the questionnaire, while to obtain the level of worker compliance by observation to the worker during the examining of ARI patient, the observation used checklist.
The result of this study shows that out of 102 patients who examining by the workers at the Health Center which studied, it was only 30,4% whose compliance. Their education background in medical was 28.4%. The ones who having light work loading are 19,6%. Head of the Health Center who's having conducive leadership only 59.8%, the knowledge on ARI program was good 55,9%. The workers who having good motivation was 62,7%, 40,2% ever followed the training, 40,2% workers said that they ever obtained the development and minimal utility of full examining at the Health Center was 27,5%.
Four variables, that are education, staffs knowledge, the facility of examining, leadership, work load, supervision, training, and motivation statistically significant associated with compliance, and minimum equipment with p<0,05. While for multivariate analysis by double logistic regression, only three variables that significantly having relationship to compliance, i.e. leadership, training and minimal utility, with p<0,05. The leadership was variable those the most dominant with OR 19,8361 times. For interaction test among the three variables, it obtained the result; i.e. there was not any relation among those three variables.
The conclusion in general, the health worker compliance to the examining standard of ARI patient at the Health Center throughout Bandar Lampung City was still low, It is suggested to the MOH to make simple the examining list in order the implementation at the field more professional. To Local Health Office, when he placed the head of Health Center should be the real of head of Health Center who's having vision to the development of the Health Center and in doing the development to Health Center routinely and structurally. For entire of the health workers should be socialized the quality in each activity.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T606
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fuad Najar Mukti
"Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut ISPA pada balita masih menjadi masalah yang besar di Indonesia. ISPA balita menjadi penyebab kematian balita urutan kedua di Jawa Barat dan di kota Depok menempati urutan pertama dari 10 penyakit yang di rawat jalan di Puskesmas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh PM10 udara dalam rumah terhadap kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Tapos Kota Depok tahun 2017.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan disain cross sectional. Jumlah sampel 100 balita dengan metode cluster sampling yang diambil secara acak pada 2 kelurahan. Uji statistik yang digunakan adalah Chi-Square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ISPA pada balita tergolong tinggi 57,7 dan 66,7, Konsentrasi PM10 dalam rumah OR = 3,477; 1,077-11,229 , suhu ruangan OR = 2,333; 1,017-5,351, kelembaban ruangan OR = 1,119; 0,443-2,827, luas ventilasi ruangan OR = 1,233; 0,108-14,082, dan status imunisasi OR = 1,233; 0,108-14,082 menjadi faktor risiko penyebab kejadian ISPA balita.

Acute Respiratory Infection ARI rsquo s occurrence in infant remains a prominent problem in Indonesia. ARI are the second largest cause of death in West Java Province, and are the first cause of 10 diseases commonly occurred in patients coming to Community Health Clinic within Depok area. This research conducted aiming at observing PM10 factor in the air inside the house towards ARI rsquo s occurrence in infant within Tapos Community Health Clinic in Depok area in 2017.
This research conducted using quantitative methods with cross sectional design. The samples were randomly chosen in 2 districts using cluster sampling method, collected 100 infants in total. Chi square test applied to measure the statistical data.
The result suggests that ARI rsquo s occurrence in infant is utterly high 57,7 and 66,7, PM10 concentration OR 3,477 1,077 11,229 , temperature OR 2,333 1,017 5,351, humidity OR 1,119 0,443 2,827 , ventilation OR 1,233 0,108 14,082, and immunization status OR 1,233 0,108 14,082 be risk factors cause the ARI occurred in infant.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S67993
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>