Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159518 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yoseph Indrayana
"Seorang praktisi asuransi di Indonesia pernah mengatakan bahwa bisnis asuransi kesehatan adalah bisnis cash flow semata. Maksudnya adalah apabila kita terjun dalarn bisnis tersebut, kita harus siap bekerja ekstra keras dengan memperoleh keuntungan yang relatif kecil atau bahkan mengalami kerugian.
Pendapat tersebut senada dengan pendapat Drs. K. Iskandar, M.Sc., MBA, HIA, MHP, FSAI. Dalam salah satu cerarnahnya, beliau mengatakan bahwa tidak ada perusahaan asuransi komersial yang menjadi besar karena menjual asuransi kesehatan, bahkan sebaliknya banyak yang "gulung tikar". Narnun perusahaan asuransi akan lebih dikenal dan populer setelah terjun kedalarn bisnis asuransi kesehatan sehingga akan lebih mudah dalam menjual produkproduk lainnya.
Kedua pendapat tersebut menunjukkan bahwa bisnis asuransi kesehatan merupakan bisnis yang penuh risiko dan dapat menyebabkan kerugian apabila tidak ditangani secara hatihati. Karya akhir ini membahas perhitungan premi asuransi kesehatan dengan cara Manual (Manually Rated Groups/ MRG) dengan terlebih dahulu membentuk Tabel Morbidita sebagai manual berdasarkan data pertanggungan asuransi kesehatan kumpulan di PT. Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA (BRingin Life). Tabel tersebut kemudian menjadi dasar perhitungan premi asuransi kesehatan kumpulan yang selanjutnya akan dibandingkan dengan premi asuransi kesehatan kumpulan yang diperoleh dengan menggunakan asumsi-asumsi yang selama ini digunakan. Hasil yang diperoleh diharapkan dapat memperbaiki asumsi aktuaris perusahaan tersebut sehingga dapat diperoleh tarip premi yang lebih kompetitif namun tetap meminimalisasi risiko dan dapat memuaskan semua pihak yarig berkepentingan.
Selain daripada itu, karena perhitungan premi berdasarkan data dari pengalaman perusahaan asuransi itu sendiri yang mencerminkan kekuatan dan kelemahan sendiri baik dari segi underwriting (penutupan dan klaim), pelayanan nasabah maupun sistem kontrol biaya (cost control system), diharapkan pengaruh tarip premi perusahaan asuransi pesaing dapat lebih ditekan atau bahkan dihilangkan sehingga berapapun premi yang ditawarkan perusahaan asuransi pesaing tidak dapat mempengaruhi besarnya premi netto BRingin Life."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Sulaiman
"Tujuan penelitian untuk menganalisis implementasi kebijakan tntang standar tarif
INA-CBGs program JKN. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan
melakukan wawancara mendalam. Informan penelitian melibatkan aktor pemangku
kepentingan antara lain Pusat Pembiayaan Jaminan Kesehatan (P2JK) Kementerian
Kesehatan, BPJS Kesehatan, asosiasi profesi, dan asuransi kesehatan swasta. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa RS swasta merupakan pihak yang belum siap dalam
melakukan implementasi kebijakan tarif INA-CBGs karena besaran tarif dirasakan
belum mencukupi beban operasional dan pemeliharaan sarana dan prasarana RS.
Setiap aktor pemangku kepentingan telah memiliki agenda sendiri dalam rangka
membuat implementasi kebijakan tarif INA-CBGs menjadi semakin lebih baik,
termasuk IDI yang mempersiapkan standar mutu pelayanan medis untuk diusulkan
ke Kemenkes. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kebijakan tarif INA-CBGs
memerlukan perumusan yang ke arah lebih baik. Kementerian Kesehatan sebaiknya
mempertimbangkan kenaikan tarif INA-CBGs sesuai harapan organisasi profesi
dengan memperhitungan CBGs berbasis kinerja.

The purpose of this research is to analyze the implementation of INA-CBGs tariff
policy of JKN program. This research used qualitative method by conducting indepth
interview. The research informants involved stakeholder actors such as
Center of Health Financing and Insurance (P2JK) Ministry of Health, BPJS Health,
professional associations, and private health insurance. The results showed that
private hospitals were not ready in implementing the tariff policy of INA-CBGs
because the tariff is not sufficient to meet the operational and maintenance expense
of hospital facilities and infrastructure. Each of stakeholder has iown agenda in
order to improve the implementation of the INA-CBGs tariff policy, including IDI
preparing the quality standard of medical services that should be proposed to the
Ministry of Health. This research concluded that INA-CBGs tariff policy requires
better formulation. The Ministry of Health should consider increasing the INACBGs
tariff as per the expectations of professional organizations and prepare the
calculation of CBGs based on performance.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T53789
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Zaim
"Pendahuluan: Insulin merupakan obat diabetes melitus tipe-2 yang banyak digunakan terutama untuk diabetes melitus tipe-2 lanjut yang sudah tidak responsif dengan obat oral. Dikenal 2 kelompok insulin yaitu insulin analog dan insulin human. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan biaya pengobatan menggunakan obat insulin analog dan insulin human di RS. Islam Sukapura dalam periode Januari 2018-Desember 2018.
Metode: Menggunakan metode analitik observasional dengan desain kohort retrospektif dari rekam medis pasien Diabetes melitus tipe-2 yang berobat di poliklinik penyakit dalam RS.Islam Sukapura Jakarta periode Januari 2018-Desember 2018.
Hasil: Pada penelitian ini dari 200 pasien terdapat 82 orang yang mendapatkan insulin human dan rata-rata selisih HbA1c awal dan akhir sebesar 1,40 %. Pada 118 pasien yang mendapatkan insulin analog, rata-rata selisih HbA1c awal dan akhir sebesar 1,34 %. Secara statistik tidak terdapat perbedaan manfaat yang bermakna antara insulin human dan insulin analog (P=0,785). Efek samping obat hipoglikemia tdak berbeda bermakna antara insulin human dan insulin analog yaitu 4 orang yang diberikan Insulin analog dan 3 orang yang diberikan insulin human. Biaya untuk insulin analog sebesar Rp. 2.042.100/3 bulan/orang dibandingkan biaya insulin human sebesar Rp. 1.803.375/3 bulan/orang. Dari perbandingan harga tersebut terdapat selisih biaya pengobatan sebesar Rp.238.725/3 bulan/orang, atau sebesar Rp.180.000.000/tahun untuk 200 pasien diabetes melitus tipe-2 di rumah sakit tersebut.
Kesimpulan: Untuk membuat pasien diabetes melitus tipe-2 terkontrol dengan biaya lebih murah dapat digunakan insulin human, karena memakai insulin analog akan menggunakan biaya BPJS lebih banyak.

Introduction: Insulin is a type-2 diabetes mellitus drug that is widely used especially for advanced type-2 diabetes mellitus that is already unresponsive to oral medications. There are 2 kind of insulin, namely analog insulin and human insulin. The purpose of this study was to compare the cost of treatment using insulin analog and insulin human at RS. Islam Sukapura in the period January 2018-December 2018.
Method: Using an observational analytic method with a cohort retrospective design based on the medical record of type 2 diabetes mellitus patients who treated at the internal medicine clinic of RS. Islam Sukapura Jakarta period January 2018-December 2018.
Results: A total of 200 patients were treated in the clinic. 82 patients who received insulin human and the average difference of initial and final HbA1c was 1.40%. For the 118 patients who received analog insulin, the average difference initial and final HbA1c difference was 1.34%. Statistically there was no significant difference of efficacy of insulin human and insulin analogues (P = 0.785). The side effects of insulin, hipoglikemia, was similar between the two type of insulin, which was 3 patients in the human in group & 4 patients in the analog insulin group. The cost of getting analog insulin was Rp. 2,042,100/3 months/patient compared to the cost of insulin human Rp. 1,803,375/3 months/patient. From the price comparison there is a difference in the cost of treatment of type 2 Diabetes mellitus amounting to Rp.238,725/3 months/person, or for the whole 200 patients would be Rp.180,000,000/year.
Conclusion: In order to make lower-cost of insulin use for type 2 diabetes mellitus patients, insulin human should be used. Drug costs for type 2 diabetes mellitus using analog insulin is more expensive than using insulin human."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Yuliarty
"Latar Belakang: Pada tahun 2021, kasus TB di Indonesia diperkirakan sebanyak 969.000 kasus, dengan notifikasi kasus TB pada tahun 2022 mencapai 724.309 kasus (75%). Penemuan kasus TB pada tahun 2022 ini merupakan penemuan kasus tertinggi sejak 1 dekade terakhir. Situasi ini dapat berkontribusi pada peningkatan biaya pelayanan peserta JKN dengan penyakit TB. Tujuan: Mengetahui biaya pelayanan kesehatan peserta JKN dengan penyakit Tuberkulosis (TB) di Wilayah Provinsi DKI Jakarta dalam satu tahun. Metode: Desain studi cross-sectional dengan analisis univariat dan bivariat. Sampel penelitan yaitu peserta JKN dengan penyakit Tuberkulosis (TB) berdasarkan data sampel BPJS Kesehatan Tahun 2023. Hasil: Hasil analisis didapatkan bahwa BPJS Kesehatan menghabiskan anggaran sebesar Rp14.244.980.234 (14 Milyar) untuk membayar klaim 3.492 peserta JKN dengan penyakit Tuberkulosis (TB) di Wilayah Provinsi DKI Jakarta pada Tahun 2022. Faktor-faktor yang berhubungan dengan biaya Tuberkulosis (TB) peserta JKN di Wilayah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 yaitu umur, jenis kelamin, penyakit penyerta (komorbiditas), segmentasi kepesertaan, hak kelas rawat, kunjungan RJTL, kunjungan RITL, lama hari rawat inap dan Wilayah tempat tinggal. Kesimpulan: Penelitian ini menggambarkan besarnya biaya pelayanan peserta JKN dengan penyakit Tuberkulosis (TB) sehingga program deteksi dini sangat penting untuk dilakukan sebagai upaya dalam menghemat biaya.

Background: In 2021, TB cases in Indonesia are estimated to be 969,000 cases, with TB case notifications in 2022 reaching 724,309 cases (75%). The discovery of TB cases in 2022 is the highest case discovery since the last decade. This situation can contribute to increasing service costs for JKN participants with TB disease. Objective: To find out the cost of health services for JKN participants with Tuberculosis (TB) in the DKI Jakarta Province Region in one year. Method: Cross-sectional research design with univariate and bivariate analysis. The research sample is JKN participants with Tuberculosis (TB) based on BPJS Health sample data for 2023. Results: The results of the analysis showed that BPJS Health spent a budget of IDR 14,244,980,234 (14 billion) to pay claims for 3.492 JKN participants with Tuberculosis (TB) in the DKI Jakarta Province Region in 2022. Factors related to the cost of Tuberculosis (TB) for JKN participants in the DKI Jakarta Province Region in 2022, namely age, gender, comorbidity, membership segmentation, treatment class rights, RJTL visits, RITL visits , length of stay and region of residence. Conclusion: This research illustrates the high costs of JKN service participants with Tuberculosis (TB), so that an early detection program is very important to carry out as an effort to save costs."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liana Artanti
"Suatu produk asuransi kesehetan tidak pernah terlepas dari besarnya premi yang ditetapkan. Penentuan premi asuransi dibuat berdasarkan pengolahan data pengalaman masa lalu. Salah satu dari data tersebut adalah data pengalaman klaim yang berhasil didokumentasikan secara baik dan tepat. Penghitungan yang tepat dari total klaim yang tetjadi perlu dilakukan sebagai dasar dari penentuan tarif premi untuk periode pertanggungan yang akan datang.
Penetapan tarif premi yang tidak optimal sering berdampak pada tingkat kompetisi produk tersebut di pasar, apalagi produk-produk asuransi kesehatan dewasa ini sangat beragam dengan perbedaan ciri produk yang sangat tipis antara satu jenis produk dengan yang lainnya. Salah satu cara untuk melakukan estimasi premi lanjutan adalah dengan metode loss ratio. Karena metode ini sangat tergantung pada besarnya loss ratio yang dihasilkan pada suatu periode pertanggungan untuk mengestimasi premi lanjutan masa pertanggungan selanjutnya maka dibutuhkan data pengalaman klaim yang terdokumentasi dengan baik, juga ketepatan waktu dalam proses pembayaran klaim. Keterlambatan pembayaran klaim yang mengakibatkan penumpukan klaim di periode selanjutnya akan mempengaruhi estimasi ultimate losses yang pada akhirnya akan mempengaruhi juga besarnya loss ratio.
Penentuan estimasi premi lanjutan dengan menggunakan metode loss ratio ditemukan oleh Robert L.Brown dan penelitian untuk hal ini dilakukan pada PT Asuransi Jiwa ALL yang merupakan market leader di industri asuransi jiwa Indonesia.
Dengan menggunakan metode loss ratio , hasil estimasi premi lanjutan lebih rendah dibandingkan dengan blended method sehingga hasil yang diperoleh dapat mendukung rencana pencapaian target penerima premi dan mempertinggi tingkat keuntungan yang diharapkan oleh perusahaan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Husnul Mar’iyah Azis
"Skripsi ini membahas terkait analisis kategori kemiskinan penerima bantuan biaya berobat pada Program Jaminan Kesehatan Masyarakat di Kota Depok Tahun 2022. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif dengan metode pengumpulan data sekunder. Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin Non Kuota PBI merupakan bantuan sosial berupa pendanaan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk masyarakat miskin dan tidak mampu, yang berdomisili di Kota Depok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah penerima bantuan biaya berobat yang mempunyai tunggakan iuran BPJS Kesehatan dan karakteristik kemiskinan penerima bantuan berdasarkan Parameter Kemiskinan Kota Depok. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi Program Jaminan Kesehatan Masyarakat bagi Dinas Kesehatan Kota Depok agar tepat sasaran dalam memberikan bantuan kepada masyarakat miskin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerima bantuan biaya berobat yang tunggak bayar berjumlah 541 penerima atau 42% dari keseluruhan total penerima bantuan. Dari jumlah tersebut, terdapat 165 penerima (30%) yang tergolong dalam kategori Rentan Miskin, 371 penerima (69%) yang tergolong dalam kategori Miskin, dan 5 penerima (1%) yang tergolong dalam kategori Sangat Miskin. Mayoritas dari mereka termasuk dalam kelompok masyarakat berkategori miskin dengan kondisi sosial ekonomi rendah. Namun meskipun kelompok rentan miskin termasuk dalam prioritas bantuan dan mayoritas penerima bantuan merupakan masyarakat berkategori miskin. Guna optimalisasi pencapaian UHC tanpa memberatkan anggaran Pemerintah Daerah Kota Depok, evaluasi lanjutan terhadap penerima bantuan kategori rentan miskin dapat dipertimbangkan.

This thesis discusses the distribution of poverty categories for recipients of medical expenses in the Community Health Insurance Program in Depok City in 2022. This research is a descriptive quantitative study using secondary data collection methods. The Non Quota PBI Health Insurance Program for the Poor is a social assistance in the form of funding to replace health services aimed at the poor and disadvantaged, who live in Depok City. This study aims to determine the number of beneficiaries of medical expenses who have BPJS Health arrears and the distribution of poverty categories of beneficiaries based on the Poverty Parameter of Depok City. It is hoped that the results of this study can be used as material for evaluating the Community Health Insurance Program for the Depok City Health Office so that it is right on target in providing assistance to the poor. The results of the study showed that 541 beneficiaries or 42% of the total beneficiaries were in arrears on medical expenses. Of these, there were 165 beneficiaries (30%) belonging to the Vulnerable Poor category, 371 beneficiaries (69%) belonging to the Poor category, and 5 beneficiaries (1%) belonging to the Very Poor category. The majority of them belong to the poor category of people with low socioeconomic conditions. However, even though the poor vulnerable group is included in the priority assistance and the majority of aid recipients are people who are categorized as poor. In order to optimize the achievement of UHC without burdening the Depok City Government budget, further evaluation of vulnerable poor category aid recipients can be considered."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elsafira
"Skripsi ini membahas pengembangan strategi pemasaran asuransi kesehatan kumpulan PT Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera. Skripsi ini menggunakan metode kualitatif dengan desain studi deskriptif. Hasil dari penelitian didapatkan dua strategi pemasaran, yaitu strategi pengembangan produk dan strategi penetrasi pasar. Berdasarkan strategi tersebut, alternatif strategi yang dapat digunakan adalah memperluas lini produk, meniru strategi pesaing, mengalihkan sebagian pelanggan milik kompetitor, menggarap pasar non pengguna, dan meyakinkan pelanggan yang ada untuk menggunakan lebih.

This research explained about the development of marketing strategy on group health insurance product at PT Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera. This research used qualitative method with descriptive design study. Results of the research showed two marketing strategies, the strategy of product development and market penetration strategy. Based on this strategy, alternative strategies that can be used are expanding product line, imitating the strategy of competitors, divert some customer-owned competitors, the market use non-users, and convince existing customers to use more."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S64728
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Relita Lelis Meiliyawati
"Kesadaran masyarakat untuk memiliki asuransi semakin meningkat sehingga menyebabkan permohonan terhadap pengajuan polis asuransi juga meningkat. Oleh karena itu perusahaan asuransi dituntut untuk memberikan pelayanan yang profesional. PT. Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera sebagai salah satu perusahaan asuransi yang memiliki banyak peserta asuransi sehingga semakin banyak permintaan penerbitan polis khususnya pada asuransi kesehatan kumpulan. Namun dari banyaknya permintaan penerbitan polis yang ada, masih ditemukan proses penerbitan yang tidak tepat waktu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penerbitan polis asuransi kesehatan kumpulan di PT. Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera tahun 2012.
Penelitian ini menggunakan studi kualitatif, metode pengambilan data yang digunakan adalah dengan cara wawancara mendalam (indepth interview) terhadap Seksi Analisa Bisnis & Underwriting divisi bisnis kumpulan PT Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera serta dilengkapi beberapa data sekunder untuk mendukung hasil penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, faktor internal (SDM, SOP, Peralatan/Mesin) dan faktor eksternal (Kelengkapan Data & Dokumen) sangat berpengaruh pada ketepatan dan keterlambatan penerbitan polis asuransi kesehatan kumpulan di PT. Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera tahun 2012. Hasil penelitian menyarankan perlu ditingkatkan kualitas SDM, kinerja dan sistem informasi yang ada.

Public awareness has increased insurance causing a plea for filing insurance also increased. Therefore, insurance companies are required to provide professional services. PT. Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera as one of the insurance companies that have many participants so that more and more demand for insurance policies issued specifically on health insurance bundles. But from the number of requests the issuance of an existing policy, still found the process of publishing an ill-timed. This study aims to describe a collection of health insurance policies issued at the PT. Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera in 2012.
This study uses a qualitative study, data collection method used is by way of in-depth interviews to Section Analysis Business & Underwriting business division set PT Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera and include some secondary data to support the research.
The results show that internal factors (HR, SOP, Equipment / Machinery) and external factors (Completeness of Data & Document) is very influential in accuracy and delay the issuance of a health insurance policy set in PT. Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera in 2012. The results suggest the need to improve the quality of human resources, performance and system information.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S44896
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andika Wirawan
"Penelitian ini menelaah faktor-faktor dari sisi demand dan sisi supply dari peserta Jaminan Kesehatan Nasional JKN dalam memanfaatkan layanan kesehatan. Analisis dilakukan dengan menggunakan mixed method analysist, yaitu dengan melakukan telaah kuantitatif dengan menggunakan regresi linier dan telaah kualitatif terhadap variabel-variabel yang diuji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik faktor demand ketiadaan biaya transportasi, keinginan untuk berobat sendiri, ketiadaan biaya berobat dan merasa tidak perlu untuk berobat dan faktor supply keberadaan FKTP dan waktu tunggu layanan yang lama berpengaruh signifikan terhadap utilisasi layanan kesehatan. Hal tersebut terkonfirmasi dengan hasil telaah kualitatif. Hasil analisa per kawasan wilayah Indonesia, menunjukkan bahwa provinsi-provinsi dari kawasan timur Indonesia mempunyai lebih banyak kendala yang signifikan mempengaruhi pemanfaatan layanan kesehatan.

The study discusses the determinant factors, from demand and supply sides, of healthcare utilization among Jaminan Kesehatan Nasional JKN members. The research is using mixed method analysist that consist of quantitative analysist with linear regression method and qualitative study of variables that observed. The result shows that both demand tranportation cost availability, self medical treatment, medical cost availability and willingness to treat and supply healthcare facility availability and length of waiting time services factors signficantly affect the healthcare utilization. Those result also described with qualitative analysist result. Regional analysist shows that provinces from eastern Indonesia has more challenges that significantly affect the healthcare utilization.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T47062
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahrianto Haris
"Tujuan: Penelitian ini dirancang untuk mengevaluasi dampak dari model pembiayaan kesehatan pekerja terhadap produktivitas perusahaan, diukur secara tidak langsung melalui absenteeism, sick absenteeism, presenteeism dan turn-over rate pekerja. Penelitian ini juga dirancang untuk membandingkan tingkat kepuasan dari perspekstif manajemen dan pekerja serta biaya ekonomi untuk masing-masing model.
Metode: Tiga proyek di dua kontraktor perusahaan tambang mengambil bagian dalam studi banding retrospektif ini. Setiap proyek menerapkan model pembiayaan kesehatan yang berbeda: managed care, swakelola dan asuransi. Efektivitas ketiga model dalam mengurangi absenteeism, sick absenteeism, presenteeism dan tingkat turn-over pekerja pada tahun 2013 dan 2014 dibandingkan. Tingkat kepuasan manajemen terhadap efektivitas strategi mereka dalam manajemen pembiayaan kesehatan diperoleh melalui wawancara mendalam, tingkat kepuasan pekerja terhadap jaminan kesehatan yang diberikan perusahaan dikumpulkan melalui kuesioner. Analisis biaya dilakukan untuk menentukan rata-rata biaya tahunan per pekerja dalam dua tahun fiskal 2013-2014. Hasil: Antara tahun 2013 hingga 2014, absenteeism dan sick absenteeism sama di tiga proyek (memenuhi target di bawah 2%). Tidak ada target khusus yang ditentukan pada tingkat presenteeism, juga tidak ada data spesifik tentang turn-over pekerja karena sakit atau pengunduran diri yang disebabkan karena ketidakpuasan terhadap jaminan kesehatan perusahaan. Persepsi manajemen terhadap efektivitas program mereka sama-sama positif tetapi tingkat kepuasan pekerja berbeda. Pekerja yang menggunakan model asuransi sebagian besar merasa puas dengan tingkat rata-rata kepuasan dalam skala 1-7 adalah 5.3 untuk rawat jalan dan 5,4 untuk rawat inap, pekerja yang menggunakan model managed care sebagian besar tidak puas dengan rata-rata tingkat kepuasan 3.7 untuk rawat jalan dan rawat inap, sedangkan pada model swakelola, persepsi karyawan terhadap jaminan kesehatan yang disediakan sebagian besar netral dengan rata-rata tingkat kepuasan 4.3 untuk rawat jalan dan 4.1 untuk rawat inap. Pada biaya rata-rata per pekerja per tahun, model asuransi adalah yang tertinggi (Rp 3.876.673 pada 2013, Rp 4.333.475 pada tahun 2014), model managed care di tempat kedua (Rp 3.288.934 pada 2013, Rp 3.642.929 pada tahun 2014) dan model swakelola menjadi yang terendah (Rp 3.270.596 pada 2013, Rp 2.970.774 pada tahun 2014).
Kesimpulan : Tidak ada perbedaan yang bermakna antara ketiga model pembiayaan kesehan pekerja dalam menekan sick absenteeism dan absenteeism rate. Tidak ada data mengenai dampak pemilihan model jaminan terhadap turn over rate pekerja. Konsep presenteeism masih belum diadopsi oleh ketiga proyek yang menjadi obyek penelitian. Tingkat kepuasan pekerja terbukti berhubungan dengan pemilihan model pembiayaan. Model asuransi merupakan model dengan tingkat kepuasan tertinggi diikuti swakelola dan managed care. Model asuransi dan managed care menunjukkan kecenderungan untuk terus meningkat setiap tahun, sementara model swakelola memberikan kesempatan bagi pengurangan biaya.

Objectives: This study was designed to evaluate the impact of employees health benefit models on worker productivity, measured indirectly in terms of absenteeism, sick absenteeism, presenteeism rate and employees turn over rate. This study was also designed to compare the level of satisfaction from management and worker perspective as well as the economic cost of each model. Methods: Three projects in two mining contractors companies take part in this retrospective comparative study. Each project implementing different models of health benefit system: managed-care, self-funded and insurance. Effectiveness of these three models on reducing absenteeism, sick absenteeism, presenteeism and employees turn-over rate in 2013 and 2014 were compared. Managements level of satisfaction on the effectiveness of their projects strategy on health benefit management were collected via in-depth interviews, employee's level of satisfaction toward health benefit provided were collected via questionnaires. Cost analyses were performed to determine the average annual cost per employee within the financial years of 2013 and 2014.
Results: Between 2013 to 2014, absenteeism and sick absenteeism rates were similar in the three projects (meet the target of below 2%). No specific target were determined on the presenteeism rate, there is also no specific data on employee turn-over due to sickness or employee resignation which caused by dissatisfaction toward the company health benefit. Managements perception on the effectiveness of their program were similarly positive but employees level of satisfaction were different. Employees which using the insurance model mostly were satisfied with the average rate of satisfaction in the scale of 1-7 was 5.3 for outpatient and 5.4 for inpatient, employees using the managed-care model were mostly dissatisfied with the average rate of satisfaction of 3.7 for both outpatient and inpatient, while on self-funded model, employees perception toward the health benefit provided were mostly neutral with the average rate of satisfaction of 4.3 for outpatient and 4.1 for inpatient. On the average cost per employee per annum, insurance was the highest (Rp 3.876.673 in 2013, Rp 4.333.475 in 2014), managed care comes second (Rp 3.288.934 in 2013, Rp 3.642.929 in 2014) and self funded was the lowest (Rp 3.270.596 in 2013, IDR 2.970.774 in 2014). Insurance and managed-care model shown tendency to increase every year, while self funded provides opportunity for cost reduction. Conclussion : There is no significant differences between the three models in suppressing employee sick absenteeism and absenteeism rate. There are no data available on the impact of model selection toward worker turn-over rate . The concept of presenteeism still not been adopted by all three projects. The level of employee correlated with the selection of employee health benefit models. Insurance is the model with the highest satisfaction rates followed by self-funded model and managed-care. Insurance and managed care models show a tendency to increase every year, while self-funded provides opportunities for cost reduction.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>