Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 82872 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ivana Ariella Nita Hadi
"Psikosis merupakan gangguan jiwa berat yang mengakibatkan gangguan fungsi pengendalian perilaku pada anak. Penelitian sebelumnya menyatakan lama waktu pencarian pengobatan duration of untreated psychosis, DUP yang panjang berhubungan dengan fungsi eksekutif yang lebih buruk. Namun belum ada penelitian mengenai hubungannya dengan fungsi pengendalian perilaku sebagai salah satu komponen fungsi eksekutif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara lama waktu pencarian pengobatan pasien psikosis terhadap fungsi pengendalian perilaku. Desain studi ini adalah potong lintang dengan 48 subjek yang memenuhi kriteria penelitian dengan metode consecutive sampling. Subjek dibagi menjadi dua kelompok yaitu DUP pendek 6 bulan. Orang tua / wali dari subjek diwawancara dengan menggunakan kuesioner Behavior Rating Inventory of executive function- Bahasa Indonesia BRIEF-BI. Dengan uji T-test, didapat fungsi pengendalian perilaku dengan lama waktu pencarian pengobatan dengan beda rerata= 10,12 IK95 = 1,09-19,15; nilai p= 0,029 . Komponen dari fungsi pengendalian perilaku, inhibisi, shift, dan kontrol emosional bernilai p= 0,146; p= 0,007; p= 0,120 secara berurutan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara lama waktu pencarian pengobatan dengan fungsi pengendalian perilaku. Namun, hanya komponen shift yang menunjukkan hasil signifikan. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulidia Ekaputri
"Psikotik merupakan gangguan jiwa berat yang menyebabkan beban ekonomi besar karena menyebabkan berkurangnya produktivitas pada pasien. Luaran skizofrenia dipengaruhi oleh banyak faktor prognostik, diantaranya gejala negatif, lama waktu mencari pengobatan/ duration of untreated psychosis DUP dan fungsi kognitif. Namun demikian, interaksi DUP dengan faktor prognostik lainnya belum dipahami dengan jelas. DUP diduga berhubungan dengan metakognisi karena DUP berhubungan dengan gejala negatif. Metakognisi merupakan mediator antara fungsi kognitif dan luaran fungsional psikotik. Studi ini adalah studi potong lintang untuk meneliti hubungan DUP dengan fungsi metakognisi setelah pengobatan. Sampel merupakan 50 pasien berumur 5-18 tahun penderita gangguan psikotik yang didapatkan melalui consecutive sampling. Fungsi metakognisi diukur dengan indeks metakognisi pada kuisioner Behaviour Rating Inventory of Executive Function versi Bahasa Indonesia BRIEF-BI oleh orangtua dan DUP didapatkan melalui rekam medis atau wawancara. Subjek penelitian memiliki median DUP 2.0 0; 84.0 bulan dan lama pengobatan 12.0 0; 72.0 bulan. Analisis bivariat memperlihatkan hubungan bermakna antara DUP ge;6 bulan dan fungsi metakognisi, inisiasi, perencanaan, dan monitor lebih buruk p.

Psychosis is a serious mental disorder causing big economic burden due to decreased productivity of the patients. Outcome of schizophrenia is influenced by many prognostic factors, including negative symptoms, duration of untreated psychosis DUP , and neurocognition. Yet, interaction between DUP and other prognostic factors is not fully understood. DUP is thought to have a relationship with metacognition since DUP is associated with negative symptoms. This is a cross sectional study which aims to study the relationship between DUP and metacognition after antipsychotic treatment. Sample consists of 50 patients aged 5 18 years old with psychotic disorder which was selected by consecutive sampling. Metacognition was measured as metacognition index of Behaviour Rating Inventory of Executive Function Indonesian Version questionnaire by parents and DUP is obtained from medical records or interview. The median DUP is 2.0 0 84.0 months and duration of treatment is 12.0 0 72.0 months. Bivariate analysis showed significant relationships between DUP ge 6 months and worse metacognition, initiation, planning, dan monitor p."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joko Cahyo Baskoro
"Psikosis adalah salah satu gangguan jiwa berat yang dapat memperburuk memori kerja. Teori mengatakan bahwa lama pencarian pengobatan psikosis duration of untreated psychosis, DUP yang panjang menyebabkan memori kerja yang lebih buruk. Namun, hasil penelitian pada pasien dewasa tidak konsisten sementara penelitian pada pasien anak belum pernah dilakukan. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara lama waktu pencarian pengobatan psikosis dengan memori kerja pada anak. Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional dengan 45 subjek yang dibagi ke dalam dua kelompok pasien dengan DUP pendek.

Psychosis is a morbid mental disorder which impairs working memory. Theory suggests that longer duration of untreated psychosis DUP results in worse working memory. However, results of previous studies remain inconsistent whereas no study has been conducted in children. This study aims to find out the association between duration of untreated psychosis and working memory in children. This is a cross sectional study with 45 subjects who were divided to two groups of patients with short DUP "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
John F. Cryan, editor
"This book covers a wide array of topics relevant to behavioral genetics from both a preclinical and clinical standpoint. Topics covered range from technical advances in genetic analysis in humans and animals to specific descriptions of advances in schizophrenia, attention disorders, depression and anxiety disorders, autism, aggression, neurodegeneration and neurodevelopmental disorders. The importance of gene-environment interactions is emphasised and the role of neuroimaging in unravelling the functional consequences of genetic variability described. "
Berlin: [Springer, ], 2012
e20417766
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, M. Deni
"Latar Belakang: Adenoma hipofisis adalah kumpulan dari berbagai jenis tumor yang ditemukan di kelenjar hipofisis, yang dapat menyebabkan kompresi nervus optikus, sehingga menyebabkan penurunan tajam penglihatan dan lapang penglihatan akibat efek penekanan massa tumor. Tindakan operasi transfenoid pada adenoma hipofisis bertujuan untuk menegakkan diagnosis dan dekompresi massa tumor dengan harapan memperbaiki atau mempertahankan fungsi nervus optikus.
Tujuan: Menilai luaran fungsi penglihatan (tajam penglihatan dan lapang penglihatan) pada pasien adenoma hipofisis serta faktor-faktor yang mempengaruhi luaran tersebut.
Metode: Penelitian potong lintang terhadap pasien-pasien adenoma hipofisis yang telah dioperasi transfenoid dari tahun 2012-2014. Fungsi penglihatan pasien (visus, visual impairment scale, dan lapang penglihatan) sebelum dan sesudah operasi transfenoid diambil dari rekam medik pasien.
Hasil: Sebanyak delapan sampel (57,1%) mengalami perbaikan dan enam pasien (42,9%) tidak mengalami perbaikan nilai visual impairment scale (VIS). Sebanyak delapan sampel (57,1%) mengalami perbaikan dan sebanyak enam pasien (42,9%) tidak mengalami perbaikan visus. Setelah dilakukan tindakan pembedahan untuk mengangkat adenoma hipofisis dengan pendekatan transfenoid, sebagian besar pasien (57,1%) mengalami perbaikan fungsi penglihatan baik dengan metode pemeriksaan visus maupun VIS. Usia, jenis kelamin, waktu onset sampai berobat, waktu berobat sampai operasi, waktu onset sampai operasi, atau volume operasi tidak berhubungan dengan luaran fungsi penglihatan pasien.
Kesimpulan: Operasi transfenoid pada adenoma hipofisis dapat memberikan perbaikan fungsi penglihatan pada sebagian besar pasien adenoma hipofisis.

Background: Pituitary adenoma is a collection of various type tumors found in the pituitary gland, which can lead to compression of the optic nerve, causing a decrease in visual acuity and field of vision due to the suppressive effect of the tumor mass. Transphenoidal surgery on pituitary adenoma aims to diagnose and decompression of the tumor mass in order to improve or preserve optic nerve function.
Purpose: Evaluate the visual function outcomes (visual acuity and field of vision) in patients with pituitary adenoma and the factors that influence these outcomes.
Method: A cross-sectional study on patients who had transphenoidal surgery of pituitary adenoma from 2012 - 2014. The patient’s visual functions (visual acuity, visual impairment scale, and field of vision) were evaluated before and after transphenoidal surgery. The data were taken from the patient’s medical record.
Result: A total of eight patients (57.1%) showed improvement and six patients (42.9%) didn’t show improvement of visual impairment scale (VIS). A total of eight pstients (57.1%) showed improvement, and as many as six patients (42.9%) did not show vision improvement. After transphenoidal surgery, most patients (57.1%) had improved their visual functions not only by Snellen chart visual acuity test, but also by VIS score. Age, gender, time of onset to treatment, treatment time until surgery, time of onset to surgery, tumor volume before surgery were not related to the patient's visual function outcomes.
Conclusion: Transphenoidal surgery of pituitary adenoma can provide visual function improvement in most patients with pituitary adenoma.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isyah Rahma Dian
"Latar Belakang
Pandemi COVID-19 telah dinyatakan berakhir oleh World Health Organization sehingga anak- anak dengan gangguan neurologis dan neurodevelopmental perlu untuk beradaptasi kembali. Oleh karena itu, penelitian mengenai adaptasi pascapandemi terkait layanan kesehatan, perkembangan masalah medis anak, hubungan anak dengan keluarga dan teman, perilaku anak, dan masalah yang dihadapi oleh orang tua, pengasuh, dan keluarga dalam penanganan anak perlu dilakukan untuk merancang intervensi dan kebijakan yang mendukung mereka dalam menghadapi situasi serupa di masa depan.
Metode
Penelitian ini merupakan studi potong lintang pada orang tua atau pengasuh pasien Poliklinik Neurologi Anak RSCM Kiara pada Oktober-November 2023 dengan instrumen penelitian berupa kuesioner yang berisi 48 pertanyaan untuk mengetahui adaptasi pascapandemi COVID-19 terhadap anak-anak dengan gangguan neurologis dan neurodevelopmental. Data disajikan dalam N dan persentase serta rerata dan standar deviasi (jika terdistribusi normal) atau median dan nilai minimum-maksimum (jika tidak terdistribusi normal).
Hasil
Jumlah subjek yang terlibat adalah 125 orang, yang didominasi oleh ibu (85,6%), dengan median (min-maks) usia anak 7 (2-17) tahun, dan diagnosis anak didominasi oleh epilepsi (58,3%). Setelah pandemi, sebanyak 54,4% responden mengalami kesulitan layanan kesehatan dalam aspek waktu tunggu rawat jalan dan 56,8% melaporkan adanya perbaikan dalam masalah medis. Mayoritas hubungan anak dengan keluarga adalah baik ketika sebelum dan selama pandemi (48,8%) serta setelah pandemi (49,6%). Terkait hubungan anak dengan teman, selama pandemi, hampir separuh anak tidak melakukan kontak dengan teman-teman mereka (44,8%), tetapi sekarang, mayoritas anak telah kembali bermain secara langsung (62,4%). Terkait perubahan perilaku pascapandemi, sebanyak 43,2% melaporkan relatif sama saja. Sementara terkait masalah yang dihadapi oleh orang tua, pengasuh, dan keluarga dalam penanganan anak, 40,8% menyatakan bahwa tidak ada kesulitan dalam menangani anak-anak mereka setelah pandemi. 
Kesimpulan
Adaptasi pascapandemi COVID-19 memberikan dampak pada layanan kesehatan, perkembangan medis anak, perubahan perilaku, dan hubungan dengan teman terhadap anak-anak dengan gangguan neurologis dan neurodevelopmental, meskipun sebagian besar hubungan keluarga tetap baik, dan sebagian besar orang tua melaporkan tidak adanya perubahan signifikan dalam situasi kerja atau tidak ada kesulitan yang dihadapi dalam menangani anak.

Introduction
The World Health Organization has declared the COVID-19 pandemic over, so children with neurological and neurodevelopmental disorders need to adapt again. Therefore, research on post- pandemic adaptation related to health services, the development of children's medical problems, children's relationships with family and friends, children's behavior, and problems faced by parents, caregivers, and families in treating children needs to be carried out to design interventions and policies that support them in facing similar situations in the future.
Method
This research is a cross-sectional study on parents or caregivers of patients at the Children's Neurology Polyclinic RSCM Kiara in October-November 2023 with a research instrument in the form of a questionnaire containing 48 questions to determine post-COVID-19 pandemic adaptation for children with neurological and neurodevelopmental disorders. Data are presented in N and percentage as well as mean and standard deviation (if normally distributed) or median and minimum-maximum values (if not normally distributed).
Results
The number of subjects involved was 125 people, dominated by mothers (85,6%), with a median (min-max) child age of 7 (2-17) years, and the child's diagnosis was dominated by epilepsy (58,3%). After the pandemic, 54,4% of respondents experienced health service difficulties regarding outpatient waiting times, and 56,8% reported improvements in medical problems. Most children's relationships with their families were good before and during the pandemic (48,8%) and after (49,6%). Regarding children's relationships with friends, during the pandemic, almost half of children had no contact with their friends (44,8%), but now, most children have returned to playing in person (62,4%). Regarding changes in post-pandemic behavior, 43,2% reported that it was relatively the same. Meanwhile, regarding the problems parents, caregivers, and families faced in handling children, 40,8% stated there were no difficulties managing their children after the pandemic.
Conclusion
Post-pandemic COVID-19 adaptation has had an impact on health services, children's medical development, changes in behavior, and relationships with friends for children with neurological and neurodevelopmental disorders; although most family relationships remain good, and most parents report no significant differences in a work situation, or there are no difficulties faced in dealing with children.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anidiah Novy Hasdi
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran gangguan mental serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya gangguan mental pada pasien dengan stroke di Poliklinik Saraf RSCM pada tahun 2016. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan desain penelitian studi potong lintang. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa, 46.8 subyek dengan stroke di poliklinik Saraf RSCM mengalami gangguan mental. Gangguan mental terbanyak adalah episode depresif sebesar 19 dan distimia sebesar 16.2 . Jenis mekanisme koping yang terbanyak digunakan subyek adalah emotion focused coping dengan subskala mekanisme koping terbanyak yaitu religion. Tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin, riwayat gangguan mental di keluarga, lokasi lesi, waktu pasca stroke, jenis stroke dan mekanisme koping dengan terjadinya gangguan mental pada pasien stroke. Hubungan yang bermakna didapatkan dari disabilitas fisik, yaitu ketergantungan ringan dan ketergantungan sedang yang berhubungan dengan terjadinya gangguan mental pada pasien stroke.

ABSTRACT
This study aimed to get an overview of mental disorders and the factors that influence the occurrence of mental disorders in patients with stroke in Neurology clinic RSCM in 2016. The study was a descriptive analytic research using cross sectional study design study. The result showed that, 46.8 of subjects with stroke in Neurology clinic RSCM had a mental disorder. Most mental disorders are major depressive episode was 19 and 16.2 dysthymia. Most types of coping mechanisms subject used is emotion focused coping with subscale most coping mechanism that is religion. There is no significant relationship between gender, history of mental illness in the family, lesion location, time of post stroke, stroke and coping mechanisms with the onset of mental disorders in stroke patients. A significant association was obtained from a physical disability, mild and moderate dependence was associated with the occurrence of mental disorders in stroke patients."
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahdinar Rosdiana Dewi
"Latar Belakang. Anak dengan gangguan neurodevelopmental memerlukan upaya terapi terpadu untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Studi ini bertujuan mengetahui pengaruh implantasi eksosom, stimulasi auditori binaural beat, dan terapi konvensional terhadap lima domain BDI-2 pada anak dengan gangguan neurodevelopmental.
Metode. Studi kohort retrospektif dengan rekam medis di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo dan RSAB Harapan Kita dilakukan pada anak dengan gangguan neurodevelopmental yang menjalani terapi sejak Januari 2021-April 2023. Subjek dikelompokkan menjadi kelompok perlakuan mendapatkan implantasi eksosom, stimulasi auditori binaural beat, dan terapi konvensional, sedangkan kelompok kontrol hanya mendapatkan terapi konvensional. Luaran yang dinilai yaitu domain perkembangan BDI-2. Analisis univariat dan bivariat dilakukan sesuai kebutuhan.
Hasil. Terdapat 25 subjek kelompok perlakuan dan 25 subjek kelompok kontrol. Tidak ada perbedaan karakteristik kedua kelompok sebelum perlakuan, kecuali domain motorik. Terdapat perbedaan usia developmental global maupun lima domain BDI-2 sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok perlakuan dan kontrol dengan median peningkatan usia developmental global masing-masing yaitu 7,5 dan 2,2 bulan. Tampak perbedaan peningkatan usia developmental global dan lima domain setelah perlakuan yang bermakna antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
Kesimpulan. Implantasi eksosom dan stimulasi auditori binaural beat dapat meningkatkan usia developmental global dan lima domain perkembangan berdasarkan penilaian BDI-2 secara signifikan pada anak dengan gangguan neurodevelopmental.

Background. Children with neurodevelopmental disorders require integrated therapeutic efforts to improve their quality of life. This study aimed to determine the effect of exosome therapy, binaural beat auditory stimulation, and conventional therapy on five BDI-2 domains in children with neurodevelopmental disorders.
Method. Retrospective cohort study using medical records at dr. Cipto Mangunkusumo National Center General Hospital and RSAB Harapan Kita was conducted for children with neurodevelopmental disorders who underwent therapy from January 2021 to April 2023. Subjects were grouped into a treatment group receiving exosome therapy, binaural beat auditory stimulation, and conventional therapy, while the control group only received conventional therapy. The BDI-2 developmental domains were assessed. Univariate and bivariate analysis were performed as needed.
Results. There were 25 subjects in the treatment group and 25 subjects in the control group. There were no differences in subjects’ characteristics between the two groups before treatment, except for the motor domain. There were differences in global and five BDI-2 domains developmental age before and after treatment in the treatment and control groups with a median increase in global developmental age, respectively, 7.5 and 2.2 months. There were significant differences in the increase of global and five domains developmental age after treatment between the treatment group and the control group.
Conclusion. Exosome therapy and auditory binaural beat stimulation improve global and five domains developmental age significantly based on BDI-2 assessment in children with neurodevelopmental disorders.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Kurnia
"Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah salah satu penyakit tulang belakang yang paling umum. HNP merupakan keadaan dimana nukleus pulposus keluar menonjol untuk kemudian menekan ke arah kanalis spinalis melalui anulus fibrosus yang robek. HNP paling sering ditemukan di vertebra lumbalis dan hanya sebagian kecil ditemukan di daerah servikal. HNP lumbal paling sering pada daerah L4-L5 atau L5-S1. Dampak dan masalah keperawatan yang muncul pada pasien dengan HNP dapat mengakibatkan gangguan pada fungsi fisilogis, psikologis, dan sosial serta kemandirian dalam berpartipasi dalam aktivitas sehari-hari. Berdasarkan hal tersebut diperlukan suatu pengkajian yang luas dalam menilai perubahan fungsional tersebut. Tujuan penulisan studi kasus ini yaitu menganalisis proses keperawatan pada pasien HNP L5-S1 paskaoperasi mikrodisektomi dengan pendekatan teori adaptasi Roy. Studi ini menggambarkan proses keperawatan secara komprehensif pada pasien HNP L5-S1 paskaoperasi mikrodisektomi. Proses keperawatan berdasarkan teori adaptasi Roy yang telah dilakukan pada pasien dengan HNP menunjukkan bahwa melalui pembentukan perilaku adaptif maka pasien dapat mencapai tujuan pengendalian penyakit dan komplikasinya. Partisipasi aktif pasien selama proses keperawatan membantu mencapai adaptasi secara fisik dan psikologis.

Hernia Nucleus Pulposus (HNP) is among the most prevalent spinal conditions. HNP is a condition in which the nucleus pulposus protrudes through the torn annulus fibrosus and presses against the spinal canal. The majority of HNP is located in the lumbar vertebrae, while only a small percentage is found in the cervical region. Lumbar HNP is most prevalent in the L4-L5 and L5-S1 regions. Patients with HNP may experience disturbances in their physiological, psychological, and social functions, as well as their independence in participating in daily activities, as a result of the impact and nursing issues they experience. Based on this, a comprehensive evaluation is required to assess these functional changes. The purpose of this case study is to apply Roy's adaptation theory to analyze the nursing process in HNP L5-S1 patients following microdiscectomy surgery. This study describes in detail the nursing process for HNP L5-S1 patients following microdiscectomy surgery. The nursing process based on Roy's adaptation theory that has been implemented with HNP patients demonstrates that the patient can control the disease and its complications through the development of adaptive behavior. Active participation of the patient in the nursing process facilitates physical and psychological adaptation."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Theresa Devi Siswani Tjandra Wibowo
"Trauma pada nervus ischiadicus merupakan cedera saraf tepi yang mengakibatkan perubahan secara morfologi dan seluler pada neuron dan akson. Pemulihan paska cedera nervus ischiadicus seringkali belum optimal secara fungsional. Saat ini, PRP dikembangkan menjadi salah satu pilihan terapi alternatif selain tindakan pembedahan. Hal ini disebabkan PRP mengandung sitokin dan neurotropin yang berperan dalam regenerasi saraf. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peranan PRP pada regenerasi saraf motorik tikus model sciatica dengan crush injury. Penelitian eksperimental ini menggunakan blok biologis tersimpan medulla spinalis dan nervus ischiadicus dari tikus wistar jantan yang diberi perlakuan kontrol, sciatica dan sciatica dengan PRP yang diterminasi hari ke-7 dan 42 di Departemen Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia. PRP sebanyak 0,2 ml diberikan pada area bekas jepitan memakai absorbable gelatin sponge. Penilaian regenerasi saraf dilakukan dengan melihat densitas neuron di medulla spinalis menggunakan pewarnaan khusus toluidine blue dan imunohistokimia protein S100B di sitoplasma sel schwann nervus ischiadicus. Didapatkan hasil signifikan pemeriksaan densitas neuron pada hari ke-7 dan 42 antara kelompok sciatica dan kelompok sciatica + PRP serta hasil signifikan pada pemeriksaan ekspresi protein S100B pada hari ke-7 pada kelompok kontrol maupun kelompok sciatica dengan kelompok sciatica + PRP. Penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian PRP dapat meningkatkan proliferasi sel schwann dan berperan dalam neuron survival.

Trauma to the ischiadicus nerve is a peripheral nerve injury that results in morphological and cellular changes in neurons and axons. Post-injury recovery of the ischiadicus nerve is often not functionally optimal. Currently, PRP has been developed as an alternative therapy option to surgery. This is because PRP contains cytokines and neurotrophins that play a role in nerve regeneration. This study aims to look at the role of PRP in motor nerve regeneration of sciatica model rats with crush injury. This experimental study used stored biological blocks of the spinal cord and nervus ischiadicus from male Wistar rats treated with control, sciatica and sciatica with PRP terminated on days 7 and 42 at the Department of Anatomy, Faculty of Medicine, University of Indonesia. PRP as much as 0.2 ml was given to the crush injury area using absorbable gelatin sponge. Assessment of nerve regeneration was performed by looking at the density of neurons in the spinal cord using toluidine blue special staining and immunohistochemistry of S100B protein in the cytoplasm of schwann cells of the ischiadicus nerve. There were significant results in the examination of neuron density on days 7 and 42 between the sciatica group and the sciatica + PRP group and significant results in the examination of S100B protein expression on day 7 in the control group and the sciatica group with the sciatica + PRP group. This study shows that PRP administration can increase schwann cell proliferation and play a role in neuron survival."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>