Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 108987 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zulfa Giyardin Febrilina Nugrahaini
"ABSTRAK
Penelitian kuantitatif ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara social ostracism dengan perilaku agresi pada remaja di DKI Jakarta. Hubungan tersebut tidak hanya dilihat berdasarkan hasil keseluruhan variabel tetapi juga hubungan antara bentuk social ostracism dan perilaku agresi. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimen yang dilakukan dengan pengisian self-report oleh 289 partisipan berusia 14 hingga 19 tahun yang tersebar pada lima daerah di DKI Jakarta. Partisipan merupakan siswa sekolah menengah atas atau sederajat dari lima sekolah di DKI Jakarta dimana dalam pemilihan sekolahnya dilakukan secara random dengan metode cluster sampling pada masing-masing daerah. Dalam proses pengambilan data, alat ukur yang digunakan yaitu The Ostracism Experience Scale for Adolescence OES-A untuk mengukur social ostracism dan Buss-Perry Aggression Questionaire BPAQ untuk mengukur perilaku agresi. Teknik statistik yang digunakan dalam pengolahan data yaitu Pearson Correlation. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara social ostracism dengan perilaku agresi pada remaja di DKI Jakarta. Akan tetapi, terdapat hubungan antara social ostracism dengan bentuk perilaku agresi berupa permusuhan. Perilaku agresi juga menunjukkan adanya hubungan dengan bentuk social ostracism berupa socially neglected dan berhubungan negatif dengan socially rejected. Bentuk socially neglected juga menunjukkan hubungan dengan semua bentuk perilaku agresi, tetapi socially rejected berhubungan negatif hanya dengan agresi fisik dan agresi verbal.

ABSTRACT
Purpose of this quantitative study is to determine the relationship between social ostracism and aggression of adolescents in DKI Jakarta. This research is also to determine the relationship between the type of each variables. This research is a non experimental research conducted by self report of 289 participants aged 14 to 19 years in five regions in Jakarta. Participants are high school students or equivalent from five schools in DKI Jakarta which randomly selected of schools conducted by cluster sampling method in each region. Measurement tool used is Ostracism Experience Scale for Adolescence OES A to assess social ostracism and Buss Perry Aggression Questionnaire BPAQ to assess aggression behavior. The statistical technique used in data processing is Pearson Correlation. The results of this study indicate that there is no relationship between social ostracism and aggression of adolescents in Jakarta. However, there is a relationship between social ostracism and the type of aggression in the form of hostility. Aggression also shows a relationship with the type of social ostracism in the form of socially neglected and negatively related to socially rejected. The socially neglected form also shows a relationship with all type of aggression, but socially rejected is negatively related to physical aggression and verbal aggression."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Denisa Nurul Atikah
"Mahasiswa secara umum melaporkan adanya penurunan produktivitas dan minat belajar selama periode PJJ. Sementara efikasi akademik telah terbukti memengaruhi engagement akademik, penelitian ini ingin mengetahui apakah mahasiswa dengan pengalaman ostracism akan secara unik merasakan pengaruh dari berubahnya pola interaksi sosial yang muncul karena perkuliahan jarak jauh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan efikasi akademik dalam memprediksi tingkat engagement akademik mahasiswa bergantung kepada pengalaman ostracism yang ia miliki (t= -2,40, p=0,016, LLCI= -0,045, ULCI= -0,004; R2=47,17). Penelitian ini menyumbang sudut pandang baru terkait konsekuensi negatif pengalaman ostracism terhadap engagement akademik individu."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elis Mudjiwati
"ABSTRAK
Konflik sosial terjadi hampir diseluruh Indonesia dan mengakibatkan kerugian baik kerusakan rumah, korban luka- luka bahkan kematian. Remaja sering terlibat koflik sosial dengan menunjukkan perilaku agresif. Koping merupakan kemampuan yang dimiliki remaja agar dapat menurunkan perilaku agresif dalam konflik sosial. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan koping dengan perilaku agresif remaja pada kejadian konflik sosial. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif cross-sectional dengan metode total sampling. Responden dalam penelitian ini berjumlah 62 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner. Analisis data menggunakan uji statistik Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan koping mengatasi masalah dengan perencanaan dengan agresif fisik, mencari dukungan sosial dengan agresif fisik, dan menghindar dengan agresif verbal. Sedangkan tidak ditemukan hubungan koping konfrontasi, mencari tahu masalah lebih dalam, mengontrol diri, menerima tanggung jawab dan penilaian positif dengan semua jenis perilaku agresif. Rekomendasi penelitian adalah remaja dapat meningkatkan koping dalam menghadapi masalah dengan cara bertanya kepada sahabat, membaca buku yang dapat meningkatkan kemampuan dalam mengatur emosi, serta mengikuti ceramah keagaman. Keluarga juga diharapkan dapat memberikan perhatian dan kasih sayang kepada remaja untuk meningkatkan perilaku adaptif.

ABSTRACT
Social conflicts occur almost all over Indonesia and result in harm to both house damage, injuries and even death. Teenagers often engage in social conflict by showing aggressive behavior. Koping is a capability teenagers have in order to decrease aggressive behavior in social conflicts. The purpose of this research is to know the koping relationship with aggressive behavior of adolescent on the occurrence of social conflict. The research design used was cross sectional quantitative research with total sampling method. Respondents in this study amounted to 62 people. The instrument used in this study is a questionnaire. Data analysis using Chi Square statistical test. The results showed that there is a relationship Planful problem solving with physical aggression, Seeking social support with physical aggression, and Escape Avoidance with verbal aggression. Whilethere is no relationship Confrontive coping, Distancing, Self controlling, Accepting responsibility, and Positive reappraisal with all kinds of aggressive behavior. The research recommendation is that adolescents can improve coping in the face of problems by asking friends, reading books that can improve the ability to manage emotions, and follow the lectures of diversity. Families are also expected to give attention and affection to adolescents to improve adaptive behavior. "
2017
T49132
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natasya Destiani Sugiwan
"ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang memiliki tujuan untuk melihat hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dan gejala depresi pada remaja di Jakarta. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Friendship Quality Scale FQS, Peer Acceptance Scale PAS dan Hopkins Symptom Checklist 25 HSCL-25 digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur dukungan sosial teman sebaya melalui penerimaan teman sebaya dan kualitas pertemanan serta mengukur gejala depresi. Partisipan penelitian ini terdiri dari 632 siswa SMA kelas XI di 5 wilayah DKI Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara penerimaan teman sebaya dengan gejala depresi, namun tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas pertemanan dan gejala depresi. Hasil penelitian mengenai penerimaan teman sebaya sejalan dengan penelitian tahun lalu yang menunjukkan ada hubungan korelasi negatif yang signifikan antara penerimaan teman sebaya dan gejala depresi, yaitu semakin tinggi skor penerimaan teman sebaya, semakin rendah skor depresi dan begitu juga sebaliknya. Namun, hasil penelitian kualitas pertemanan yang menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara kualitas pertemanan dan gejala depresi, tidak sejalan dengan penelitian tahun lalu yang menunjukan korelasi positif yang signifikan antara kualitas pertemanan dengan gejala depresi, yaitu semakin tinggi skor kualitas pertemanan maka semakin tinggi juga skor depresinya. Dibutuhkan penelitian lanjutan untuk melihat prediksi antar variabel di tahun selanjutnya melalui variabel tahun ini.

ABSTRACT<>br>
Abstract This study is a follow up study that aims to see the relationship between peer social support and depression symptom in adolescents in Jakarta. Measuring instrument used in this study are Friendship Quality Scale FQS, Peer Acceptance Scale PAS and Hopkins Symptom Checklist 25 HSCL 25 used in this study to measure peer social support through peer acceptance and quality friendship and measure depression symptom. The participants of this study consisted of 632 high school students class XI in 5 areas of Jakarta. The results showed there was a significant relationship between peer acceptance with depression symptom, but there was no significant relationship between friendship quality and depression symptom. Results of research on peer acceptance in line with last year 39 s study showed a significant negative correlation relationship between peer acceptance and depression symptom, where the higher the score of peer acceptance the lower the depression score and vice versa. However, the results of friendship quality research showed there are no significant correlation between friendship quality and depression symptom, not in line with last year 39 s study showed a significant positive correlation between friendship quality and depression symptom, where the higher the score of friendship quality the higher the depression score. For that, further research is needed to see prediction between variables in the next year. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Javiera Mannuella
"Memahami korelasi psikologis dari perilaku penyimpangan dalam organisasi sangat penting untuk mencegah masalah yang lebih besar yang disebabkan oleh perilaku penyimpangan dalam organisasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengucilan dan perilaku penyimpangan dalam organisasi serta antara keletihan mental dan perilaku penyimpangan dalam organisasi. Penelitian ini adalah penelitian korelasional yang melibatkan 349 peserta yang mengikuti survei online. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara pengucilan dan perilaku penyimpangan dalam organisasi. Selain itu, keletihan mental juga memiliki hubungan positif yang signifikan dengan perilaku penyimpangan dalam organisasi. Implikasi dari penelitian ini adalah bahwa organisasi perlu memberikan perhatian lebih kepada karyawan yang mengalami pengucilan dan keletihan mental, karena mereka lebih mungkin melakukan perilaku penyimpangan dalam organisasi.

Understanding the psychological correlates of organisational deviance, is vital to prevent further damage that is caused by organisational deviance. The aim of this study is to explore the relationship between ostracism and organisational deviance and burnout and organisational deviance. The study is a correlational study that involves 349 participants who participated in an online survey. Results shows that there is a significant positive correlation between ostracism and organisational deviance. Also, burnout positively correlates with organisational deviance. The implication of this study is that organisation need to pay more attention to employee who are ostracised and burnout because they are more likely to perform organisational deviance that have negative consequences for the organisation."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Charletty Choesyana Soffat
"Penelitian ini berangkat dari pertanyaan bagaimana pembentukan sistem motif agresi sebagai hasil praktik pengasuhan anak oleh orang tua pada remaja kriminal dan remaja non kriminal. Penelitian ini menelaah keterkaitan antara praktik pengasuhan anak (oleh ibu dan ayah) dengan perkembangan kedua komponen sistem motif agresi yaitu komponen pendekat agresi (motif agresi) dan komponen penghindar agresi (hambatan agresi) yang ada di dalam diri remaja.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah praktik pengasuhan anak yang berkaitan dengan perkembangan agresivitas yang diterapkan pada remaja kriminal, berbeda dengan yang diterapkan pada remaja non kriminal. Selain itu, juga untuk mengetahui apakah sistem motif agresi remaja kriminal tidak sama dengan sistem motif agresi remaja non kriminal.
Berdasarkan kajian teori diajukan empat belas hipotesis untuk diuji kebenarannya. Penelitian dilakukan pada remaja akhir dengan rentang usia antara 18 hingga 24 tahun, yaitu remaja non kriminal (Siswa kelas III SMU 71 & Mahasiswa Fakultas Agama Islam Univeritas Asy-Syafiyah semester II) dan remaja kriminal (narapidana kasus penganiayaan berat dan pembunuhan di RUTAN Salemba) di Jakarta.
Hasil temuan penelitian memperlihatkan bahwa:
1. Praktik pengasuhan anak (oleh ibu & ayah) yang diterapkan pada remaja kriminal adalah tidak sama dengan yang diterapkan pada remaja non kriminal.
2. Secara umum, motif agresi remaja kriminal lebih besar daripada motif agresi remaja non kriminal. Dan kekuatan motif agresi remaja kriminal lebih besar daripada kekuatan hambatan agresi yang ada di dalam dirinya.
3. Di antara kelima aspek praktik pengasuhan anak yang diteliti dalam penelitian ini (aspek kontrol, dukungan, penolakan, kasih sayang dan orientasi nilai), yang amat berperan bagi peningkatan motif agresi adalah aspek kontrol dan kasih sayang.
4. Agresivitas yang rendah pada remaja dikarenakan adanya motif agresi yang rendah, atau dikarenakan interaksi antara kekuatan motif agresi yang besar dan kekuatan hambatan agresi yang lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa remaja yang memiliki kekuatan motif agresi yang besar. Belum tentu mudah untuk memunculkan tingkah laku agresif dan atau kriminal.
Selanjutnya, berdasarkan hasil temuan penelitian penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut: Melakukan penelitian lanjutan dengan (1) memperluas jangkauan sampel yaitu dengan anak Indonesia sebagai populasi, (2) menggunakan alat ukur yang lebih standar, dan (3) metode pengumpulan data secara terpadu.
Selain itu, juga disarankan agar memanfaatkan hasil penelitian ini, sebagai salah satu bahan masukan dalam upaya pembinaan dan pengembangan kepribadian remaja lebih lanjut."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nindy Atika Rahayu
"ABSTRAK
Remaja yang berada dalam fase pembentukan identitas memerlukan sistem pendukung yang dapat memberikan rasa aman, dalam hal ini adalah kelompok teman. Remaja akan berusaha mencari kelompok teman dengan karakteristik yang sama seperti diri mereka sendiri atau mencoba menunjukkan karakteristik yang dapat diterima oleh kelompok yang mereka inginkan, salah satunya adalah karakteristik agresi verbal. Agresi verbal adalah salah satu perilaku agresif dalam bentuk penghinaan dengan bahasa kasar yang menunjukkan kemarahan, ancaman, sumpah serapah, dan sarkastik untuk melukai dan menyakiti secara emosional dan psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan agresivitas verbal dengan harga diri dan depresi pada remaja awal yang merupakan pelaku agresi verbal. Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif, cross-sectional, deskriptif-korelatif. Menggunakan teknik purposive sampling, kami merekrut 415 siswa sekolah menengah pertama di Jakarta Indonesia yang telah melakukan agresi verbal. Alat pengukuran dalam penelitian ini adalah Verbal Aggressiveness Scale (VAS), Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES), dan 11-ITEM Kutcher Adolescent Depression Scale (KADS-11); semua telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Dari semua peserta, 55,9% melaporkan melakukan tingkat agresivitas verbal yang moderat, 45,5% memiliki harga diri yang rendah, dan 50,4% mengalami depresi. Agresivitas verbal, harga diri rendah, dan depresi lebih sering terjadi pada remaja perempuan. Hasil uji product-moment Pearson menunjukkan hubungan yang signifikan antara agresivitas verbal dan harga diri (p = 0,000), sedangkan uji Mann-Whitney juga menunjukkan hubungan antara agresivitas verbal dan depresi (p = 0,000). Hasil ini menunjukkan bahwa agresivitas verbal dikaitkan dengan harga diri dan depresi remaja yang melakukan agresivitas verbal. Penelitian ini merekomendasikan institusi pendidikan, institusi kesehatan, dan orang tua untuk lebih memperhatikan insiden agresi verbal pada remaja, terutama pada remaja awal.

ABSTRACT
Teenagers who are in the phase of identity formation need a support system that can provide a sense of security, in this case a group of friends. Teenagers will try to find groups of friends with the same characteristics as themselves or try to show characteristics that can be accepted by the group they want, one of which is the characteristics of verbal aggression. Verbal aggression is one of aggressive behavior in the form of insults with abusive language that shows anger, threats, expletive and sarcastic to hurt and hurt emotionally and psychologically. This study aims to determine the relationship of verbal aggressiveness with self-esteem and depression in early adolescents who are verbal aggressors. This research uses a quantitative, cross-sectional, descriptive-correlative design. Using a purposive sampling technique, we recruited 415 junior high school students in Jakarta Indonesia who had committed verbal aggression. Measurement tools in this study are Verbal Aggressiveness Scale (VAS), Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES), and 11-ITEM Kutcher Adolescent Depression Scale (KADS-11); all have been tested for validity and reliability. Of all participants, 55.9% reported moderate verbal verbal aggressiveness, 45.5% had low self-esteem, and 50.4% were depressed. Verbal aggressiveness, low self-esteem, and depression are more common in adolescent girls. Pearson product-moment test results showed a significant relationship between verbal aggressiveness and self-esteem (p = 0,000), while the Mann-Whitney test also showed a relationship between verbal aggressiveness and depression (p = 0,000). These results indicate that verbal aggressiveness is associated with self-esteem and depression in adolescents who carry out verbal aggressiveness. This study recommends educational institutions, health institutions, and parents to pay more attention to the incidence of verbal aggression in adolescents, especially in early adolescents."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diennaryati Tjokrosuprihatono
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1978
S2444
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widyastuti
"ABSTRAK
Adalah hal yang memprihatinkan jika akhir-akhir ini kuantitas penayangan film kekerasan di televisi meningkat, sementara peningkatan itu dibarengi dengan maraknya aksi kekerasan yang dilakukan oleh pelajar-pelajar di Jakarta.
Banyaknya program siaran yang ditawarkan kiranya telah membuka peluang bagi pemirsa untuk memilih acara-aeara yang mereka senangi, termasuk film-film kekerasan. Tudingan kepada pihak pengelola televisi sebagai penyebab maraknya aksi kekerasan bukanlah tudingan yang tanpa alasan, namun tudingan itu tidaklah bijaksana tanpa melalui suatu penelitian. Tulisan ini berusaha menjembatani kepentingan pihak pengelola televisi . dengan kepentingan masyarakat.
Ada berbagai pendapat tentang pengaruh menonton film kekerasan. Pendapat pertama mengatakan menonton film kekerasan merupakan katarsis sedangkan pendapat lain mengatakan hal ini meningkatkan agresivitas penonton karena menampilkan model untuk dicontoh. menemukan bahwa dampak film kekerasan terhadap agresivitas janganlah hanya dilihat sebagai hasil menonton televisi, tetapi juga dari proses-nya. "Proses" ini dikenal dengan "konsep variabel ketiga", yang dibagi menjadi variabel Antecedent, Intervening dan Contingent. Di samping itu lamanya menonton dan jenis film yang ditonton diduga berhubungan dengan perilaku penontonnya, khususnya perilaku agresif.
Penelitian ini dilakukan terhadap 150 orang pelajar SLTA di Jakarta untuk mengetahui faktor-faktor apa saja dari menonton film kekerasan yang berhubungan dengan agresivitas penontonnya. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa variabel Antecedent dan Intervening penonton film kekerasan berhubungan secara signifikan dengan agresivitas penontonnya. Kondisi Contingent (kesempatan penonton untuk mengaplikasikan adegan di televisi dalam perilaku nyata) tidak berhubungan secara signifikan dengan agresivitas penontonnya. Bila dilihat dari lamanya menonton dan jenis film yang ditonton, ternyata hanya jenis film yang ditonton saja yang memperlihatkan efek yang signifikan terhadap agresivitas penonton.
Berkaitan dengan temuan ini beberapa saran yang dikemukakan, adalah : (1) hendaknya orang tua tidak menciptakan kondisi yang memungkinkan anak mencontoh perilaku buruk orangtuanya karena orangtua merupakan "model" yang cukup menarik bagi anak-anak untuk ditiru; (2) pihak pengeloia program televisi hendaknya lebih bijaksana dalam menyeleksi film-film yang akan diputar dengan memperhatikan jam tayang khususnya untuk film anak-anak dan remaja; (3) perlunya penelitian lanjutan untuk menemukan variabel-variabel lain yang diduga berpengaruh terhadap hubungan menonton film kekerasan di televisi dengan agresivitas penontonnya. "
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Otty Prawira Hananto
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1977
S2050
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>