Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 126166 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Farica
"Tujuan utama dari penelitian ini adalah membuktikan keberfungsian keluarga sebagai prediktor dari kepercayaan pada dewasa muda yang menjalin hubungan pacaran dan memiliki orang tua bercerai. Keberfungsian keluarga diukur dengan Family Assessment Device FAD yang berasal dari Teori McMaster. FAD yang digunakan terdiri dari 6 dimensi, yaitu problem solving, communication, roles, affective responssive, affective involvement, dan behavior control, serta satu skala general functioning. Sedangkan untuk kepercayaan diukur dengan Trust In Close Relationships Scale yang terdiri dari 15 item. Partisipan penelitian ini berjumlah 225 orang dengan rentang usia 20-40 tahun, yang terdiri dari 67 laki-laki dan 188 perempuan. Pengujian hipotesis dilakukan dengan metode simple and multiple regression. Hasil dari simple regression menunjukkan bahwa keberfungsian keluarga tidak memprediksi kepercayaan R=.032, p>.05. Lalu berdasarkan hasil multiple regression, dimensi-dimensi keberfungsian keluarga tidak memiliki kontribusi dalam memprediksi kepercayaan R=.175, p>.05.

This study aim to examine the role of family functioning as predictor of trust among young adults in dating relationship with divorced parents. Family functioning was measured with Family Assessment Device FAD from McMaster Theory. FAD consists of 6 dimension, namely problem solving, communication, roles, affective responssive, affective involvement, and behavior control, along with general functioning as a scale. The measurement of trust was using Trust In Close Relationships Scale, that consists 15 items. The participants in this study were 255 with an age range of 20 40 years old, which is 67 man and 188 woman. Hypothesis testing using simple and multiple regression. Simple regression showed that family functioning can not be the predictor of trust R .032, p .05 . The results of multiple regression showed that the dimensions of family functioning can not be the predictor of trust too R .175, p.05."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annajm Arradita Andhi Ajeng
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah keberfungsian keluarga dapat memprediksi intimacy dalam hubungan berpacaran pada dewasa muda yang memiliki orang tua bercerai. Selain itu penelitian ini juga ingin melihat apakah dimensi-dimensi dari keberfungsian keluarga yaitu problem solving, communication, roles, affective responsiveness, affective involvement dan behavior control secara bersama-sama dapat memprediksi intimacy dalam hubungan berpacaran pada dewasa muda yang memiliki orang tua bercerai. Pengukuran intimacy dilakukan dengan menggunakan Miller Social Intimacy Scale MSIS sementara pengukuran keberfungsian keluarga dilakukan dengan menggunakan Family Assessment Device FAD yang didasari oleh teori McMaster Model of Family Functioning. Responden dalam penelitian ini terdiri dari 188 perempuan dan 67 laki-laki dewasa muda yang memiliki orang tua bercerai, berumur 20-40 tahun, sedang menjalin hubungan berpacaran, dan belum menikah. Hasil penelitian dengan teknik simple regression menunjukkan bahwa keberfungsian keluarga tidak signifikan memprediksi intimacy dalam hubungan berpacaran pada dewasa muda yang memilki orang tua bercerai. Hal yang sama juga ditemukan pada dimensi-dimensi dari keberfungsian keluarga, dimana hasil multiple regression menunjukkan bahwa dimensi-dimensi dari keberfungsian keluarga secara bersama-sama tidak signifikan memprediksi intimacy dalam hubungan berpacaran pada dewasa muda yang memiliki orang tua bercerai.

This study conducted to examined family functioning as predictor of intimacy in dating relationship among young adults with divorced parents. This study also examined whether the dimensions of family functioning problem solving, communication, roles, affective responsiveness, affective involvement and behavior control could simultaneously predict intimacy in dating relationship among young adults with divorced parents. Intimacy was measured with Miller Social Intimacy Scale MSIS and family functioning was measured with Family Assessment Device FAD based on McMaster Model of Family Functioning Theory. This study consisted of 188 females and 67 males young adults with divorced parents, aged 20 40, is in dating relationship during the study, and have not been married before. The result with simple regression indicated that family functioning not significantly could be a predictor of intimacy in dating relationship among young adults with divorced parents. The same result was found on the dimensions of family family functioning in which multiple regression showed that the dimensions of family functioning could not simultaneously predict intimacy in dating relationship among young adults with divorced parents."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cynthianissa Amanda
"Pembentukan hubungan romantis pada usia dewasa muda sangat penting karena pada usia ini individu cenderung mencari pasangan untuk seumur hidup. Keberfungsian keluarga asal individu merupakan salah satu faktor penting dalam mempengaruhi kepuasan hubungan berpacaran dengan melalui faktor individual, seperti tipe attachment yang dimiliki individu dengan pasangannya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran tipe attachment dalam memediasi hubungan antara keberfungsian keluarga dan kepuasan hubungan pada dewasa muda yang berpacaran. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Data diperoleh dari kuesioner yang disebarkan secara daring. Pengukuran variabel pada penelitian ini menggunakan alat ukur Family Assessment Device (FAD) untuk mengukur keberfungsian keluarga, Relationship Assessment Scale (RAS) untuk mengukur kepuasan hubungan dan Experiences in Close Relationships Scale-Revised (ECR-R) untuk mengukur attachment. Responden pada penelitian ini berjumlah 824 responden berusia 18-36 tahun dan sedang berpacaran minimal selama 6 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberfungsian keluarga dapat memprediksi kepuasan hubungan pada dewasa muda yang berpacaran. Selain itu, tipe attachment, baik anxious attachment maupun avoidant attachment dapat memediasi hubungan antara keberfungsian keluarga dan kepuasan hubungan pada dewasa muda yang berpacaran.

The formation of romantic relationships in young adulthood is very important because they tend to find a partner to live with. The functioning of the individual's family of origin is an important factor in influencing the relationship satisfaction, which through individual factors, such as the attachment that individual has with their partner. This study aims to look at the role of attachment in mediating the relationship between family functioning and relationship satisfaction in young adults. This study is a correlational study. Data were obtained from online questionnaires. This study used three measurement tools, Family Assessment Device (FAD) to measure family functioning, Relationship Assessment Scale (RAS) to measure relationship satisfaction and Experiences in Close Relationships Scale-Revised (ECR-R) to measure attachment. There were 824 respondents aged 18-36 years and have been in a romantic relationship for at least 6 months. The results showed that family functioning can predict relationship satisfaction in young adults. Moreover, attachment types, both anxious attachment and avoidant attachment, can mediate the relationship between family functioning and relationship satisfaction in young adults."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cynthianissa Amanda
"Perceraian di Indonesia sedang meningkat yang diantaranya disebabkan oleh hubungan yang sudah tidak harmonis dan kecemburuan. Hal itu disebabkan karena kurangnya intimacy di dalam sebuah hubungan. Lamanya sebuah hubungan membuat intimacy semakin tinggi. Intimacy yang tinggi akan membuat kepuasan hubungan juga semakin meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran self-esteem dalam memediasi hubungan antara keberfungsian keluarga dan intimacy pada dewasa muda yang berpacaran. Responden pada penelitian ini adalah sebanyak 1024 orang. Laki-laki berjumlah 298 orang dan perempuan berjumlah 726 orang dengan karakteristik berusia 20-39 tahun, sedang berpacaran, dan belum menikah. Melalui program PROCESS by Andrew Hayes, diperoleh hasil bahwa self-esteem dapat memediasi penuh hubungan antara keberfungsian keluarga dan intimacy pada dewasa muda yang berpacaran b= 0.26, t 1021 = 2.29, p= 0,022 . Hal itu disebabkan oleh individu yang memiliki persepsi yang baik mengenai hubungan dengan orangtuanya saat kecil, ia akan memiliki gambaran baik pula mengenai diri sendiri yang mengakibatkan tingginya self-esteem. Self-esteem yang tinggi membuat individu percaya terhadap pasangannya dan membuat mereka lebih terbuka, nyaman, merasa aman karena dihargai, dekat, lebih menyayangi satu sama lain, serta saling memberikan dukungan. Hal itu yang akan membuat intimacy dalam hubungan mereka menjadi lebih tinggi.

The divorce rate in Indonesia has been rising, which is a result of inharmonic relationships and jealousy. This is caused by the lack of intimacy in relationships. The duration of a relationship can make the intimacy level higher. The higher the intimacy level, the higher the satisfaction of the relationship. The purpose of this research is to acknowledge self esteem role to mediate relationship of family functioning and intimacy among dating young adults. The total respondent in this research is 1024 respondents. Consist of 298 men and 726 women, with following characteristics aged 20 39 years old, in relationship, and not married yet. Using PROCESS program by Andrew Hayes, the result of this research pointed out that self esteem can fully mediate the relationship of family functioning and intimacy among dating young adults b 0.26, t 1021 2.29, p 0,022. It is caused by individuals who have a good perception about their relationship with their parents in their childhood, will have a good perception about themselves, and will raise their self esteem levels. High self esteem makes individuals trust their partner and make them more open, comfortable, secure, close, love, and support each other. This will cause intimacy levels higher."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felisitas Gemma Setyowati
"Dewasa muda yang tinggal bersama orangtua tunggal lebih rentan terhadap berbagai masalah psikologis, sehingga dibutuhkan kemampuan untuk bertahan dalam situasi ini. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi keberfungsian keluarga sebagai prediktor resiliensi anak usia dewasa muda yang tinggal bersama orangtua tunggal. Resiliensi sebagai kemampuan untuk beradaptasi dan bangkit dari kemalangan yang diukur dengan Resilience Scale-14 (RS-14). Keberfungsian keluarga ialah bagaimana setiap anggota keluarga menjalankan fungsinya dengan efektif yang tercermin dalam enam dimensi utama (penyelesaian masalah, komunikasi, peran, responsivitas afektif, keterlibatan afektif, dan kontrol perilaku) dan dimensi tambahan yaitu keberfungsian keluarga umum, dengan pengukuran melalui Family Assessment Device (FAD). Analisis terhadap seluruh dimensi dilakukan agar diperoleh pemahaman yang komprehensif terkait persepsi keberfungsian keluarga orangtua tunggal. Partisipan penelitian yaitu 118 dewasa muda usia 18-29 tahun (28 laki-laki dan 90 perempuan) yang tinggal bersama orangtua tunggal. Metode analisis statistik menggunakan teknik simple regression dan multiple regression membuktikan bahwa keberfungsian keluarga merupakan prediktor resiliensi yang signifikan (21.4%). Dimensi penyelesaian masalah menjadi dimensi yang paling signifikan berkontribusi terhadap resiliensi dewasa muda yang tinggal bersama orangtua tunggal. Maka dalam konteks ini keterampilan penyelesaian masalah penting untuk dikembangkan oleh para dewasa muda, khususnya ketika tinggal bersama orangtua tunggal.

Young adults who live with single-parent are more vulnerable to various psychological problems. Ability to survive in these situations is needed. This study aims to identify family functioning as predictor of psychological resilience in young adult children who live with single parents. Psychological resilience is the ability to adapt and rise from adversity as measured by Resilience Scale-14 (RS-14). Family functioning is how each family member do their function effectively in six main dimensions (problem solving, communication, role, affective responsiveness, affective involvement, and behavior control) and additional dimension named general functioning, measured through Family Assessment Device (FAD). This study analyzed all of dimensions to obtain a comprehensive understanding related to single parent family functioning. The study participants were 118 young adults (18-29 years old, with 28 male and 90 female) who live with single-parent. Statistical analysis method with simple regression and multiple regression techniques were used to prove that family functioning is a significant resilience predictor (21.4%). The results show that problem-solving dimension becomes the most significant dimension that contribute to the resilience of young adults who live with single-parents. In this context, problem-solving skill are important to be developed by young adults, especially when living with single parent."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Komang Putri Pramudawardani
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara keberfungsian keluarga dan trust pada individu dewasa muda khususnya yang pernah diselingkuhi.. Pengukuran keberfungsian keluarga menggunakan Family Assessment Device FAD yang dikembangkan oleh Kabacoff, Miller, Bishop, Epstein, dan Keitner 1990 . Pengukuran trust menggunakan alat ukur Trust Scale yang disusun oleh Rempel, Holmes, dan Zanna 1985 . Partisipan penelitian berjumlah 309 individu usia dewasa muda dengan karakteristik memiliki pengalaman diselingkuhi. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara keberfungsian keluarga dan trust pada individu dewasa muda yang memiliki pengalaman diselingkuhi. Berdasarkan hasil statistik diperoleh nilai korelasi yaitu sebesar r 309 = 0,157

ABSTRACT
The purpose of this study was to find correlation between family functioning and trust in young adults especially who have experienced infidelity. Family functioning was measured with Family Assessment Device FAD developed by Kabacoff, Miller, Bishop, Epstein, and Keitner 1990 . Trust was measured with Trust Scale made by Rempel, Holmes, and Zanna 1985 . Participants of this research were 309 young adults who have experiences with infidelity. The result obtained in this research shows that there rsquo s a significant posistive correlation between family functioning and trust among young adults who have experiences with infidelity. The Pearson Correlation indicates positive significant correlation between family functioning and trust. Based on statistical result obtained correlation value of r 309 0.157."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Andrini
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan yang signifikan antara sikap terhadap perceraian dan ekspektasi terhadap pernikahan pada dewasa muda dengan orangtua bercerai. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan alat ukur Attitudes Toward Divorce Scale (Kinnaird & Gerrard, 1986) untuk mengukur sikap terhadap perceraian dan Marital Expectation Scale (MES) (Jones & Nelson, 1996) untuk mengukur ekspektasi terhadap pernikahan. Partisipan dalam penelitian ini adalah 80 dewasa muda yang orangtuanya bercerai. Berdasarkan teknik analisis data Pearson Correlation Test, terdapat hubungan yang signifikan antara sikap terhadap perceraian dan ekspektasi terhadap pernikahan (r = -0,463, p<0,01, 2-tailed).

This quantitative study investigated the relationship between attitudes toward divorce and marital expectation among young adults from divorced parents. Attitudes Toward Divorce Scale (Kinnaird & Gerrard, 1986) is used to measure attitudes toward divorce, and Marital Expectation Scale (MES) (Jones & Nelson, 1996) is used to measure marital expectation. There were 80 young adults from divorced parents participated in this study. According to measurement using Pearson Correlation Test, the result indicate that there was significant relationship between attitudes toward divorce and marital expectation (r = -0,463, p<0,01, 2-tailed)."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S56808
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mariska Ariesthia
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan positif yang signifikan antara optimisme terhadap hubungan dan kesiapan menikah pada dewasa muda dari keluarga bercerai. Pengukuran optimisme terhadap hubungan menggunakan alat ukur Optimism about Relationship (OAR) (Carnelly&Bulman, 1992) dan pengukuran kesiapan menikah dengan menggunakan alat ukur Modifikasi Inventori Kesiapan Menikah (Wiraysti, 2004). Jumlah sampel penelitian ini berjumlah total 55 orang yang merupakan dewasa muda dari keluarga bercerai. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara optimisme terhadap hubungan dan kesiapan menikah pada dewasa muda dari keluarga bercerai (r = 0.268, p < 0.05). Artinya semakin tinggi optimisme terhadap hubungan, maka semakin tinggi kesiapan menikahnya. Dalam penelitian ini, terdapat tiga area dalam kesiapan menikah yang memiliki hubungan positif yang signifikan dengan optimisme terhadap hubungan, yaitu agama, latar belakang pasangan dan relasi dengan keluarga besar, serta minat dan pemanfaatan waktu luang. Berdasarkan hasil penelitian, aspek demografis seperti, usia, jender, tingkat pendidikan, usia ketika orang tua bercerai dan status pernikahan orang tua berkorelasi secara signifikan kepada optimisme terhadap hubungan dan kesiapan menikah.

This research was conducted to determine the significant positive relationship between relationship optimism and readiness for marriage of young adults from divorced families. Relationship optimism were measured using Optimism about Relationship (OAR) (Carnelly & Bulman, 1992) and marriage readiness were measured using Modifikasi Inventori Kesiapan Menikah (Wiryasti, 2004), using samples in total numbers of 55 young adults from divorced families. Results obtained indicate that there is a significant positive relationship between optimism toward relationships and marriage readiness of young adults from divorced families (r = 0268, p <0.05). Meaning that, the more positive an optimism in the relationship would generates higher marriage readiness. In this study, there are three areas in marriage readiness which has a significant positive correlation with optimism toward relationships, which are religion, family background and relationships with extended family, as well as interest in and use of leisure time. Based on this research, demographic aspects such as age, gender, education level, age when parents divorce, and marital status has significant correlation to optimism and readiness for marriage."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S43893
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Karunia Rahma
"ABSTRAK
Intimacy merupakan salah satu aspek terpenting terutama pada individu dewasa muda. Individu yang sulit membangun intimacy dengan oranglain disebut dengan fear of intimacy. Fear of Intimacy dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya adalah hubungan dalam keluarga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara keberfungsian keluarga dan fear of intimacy pada individu dewasa muda. Partisipan penelitian ini berjumlah 743 orang dewasa muda laki-laki dan perempuan yang berusia antara 21-40 tahun. Penelitian ini adalah penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Pengukuran keberfungsian keluarga menggunakan alat ukur Revised- Family Assesment Device dan fear of Intimacy diukur menggunakan Revised-Fear of Intimacy Scale. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang sinifikan antara keberfungsian keluarga dan fear of intimacy pada dewasa muda r = -,229, p < 0.01 . Sebagai tambahan, hasil peneltiian ini menemukan bahwa dimensi behavioral control dari keberfungsian keluarga memiliki korelasi yang paling tinggi dengan fear of intimacy sedangkan dimensi affective responsiveness tidak berkorelasi dengan fear of intimacy. Arah korelasi yang didapatkan negatif, artinya semakin baik family functioning maka semakin rendah tingkat fear of intimacy.

ABSTRACT
Intimacy is one of the most important things in young adulthood. A young adult who can not build intimacy easily with others called as fear of intimacy. Fear of intimacy can caused by many factors such as family relationship. This research is conducted to find about the relationship between family functioning and fear of intimacy in young adults. Participants in this study consist of 743 young adults of man and woman aged between 21 40 years . This study was a correlational study using a quantitative approach. Family functioning was measured by Revised Family Assessment Device and Fear of Intimacy measured by Revised Fear of Intimacy Scale. The result showed that there is a significant relationship between family functioning and fear of intimacy r ,229 , p 0.01 . In addition to this research found that the behavioral control dimension of family functioning has most correlated with fear of intimacy meanwhile affective responsiveness dimension of family functioning has no correlated with fear of intimacy. The direction of correlation is negative, it means that he higher of family functioning then the lower of fear of intimacy."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prawestri Bayu Utari Krisnamurthi
"Dalam hubungan romantis berpacaran, individu menginginkan kebahagiaan dan kepuasan dalam menjalani hubungannya tersebut. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan individu dalam hubungan romantis, diantaranya tekanan dari luar yang menimbulkan stres sehingga berdampak negatif terhadap kepuasan hubungan. Sikap yang ditunjukan antar pasangan dalam menghadapi stres menjadi salah satu faktor yang mendorong kelanggengan hubungan romantis, dimana kedua pasangan terlibat dalam proses self-disclosure dan adanya respon yang sesuai diberikan oleh lawan bicara, disebut juga perceived partner responsiveness (PPR). Penelitian kuantitatif ini bertujuan untuk menguji efek PPR sebagai moderator antara self-disclosure dan kepuasan hubungan romantis. Sebanyak 441 dewasa muda (18-30 tahun) berpartisipasi dalam penelitian ini. Self-disclosure diukur menggunakan Self-disclosure Scale (Wheeless & Grotz, 1976); PPR diukur dengan Perceived Partner Responsiveness Scale (Reis & Shaver, 1988) dan kepuasan hubungan diukur dengan Relationship Assessment Scale (Hendrick, 1988). Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) aspek amount factor dan honesty-accuracy factor pada proses self-disclosure dapat memprediksi kepuasan hubungan secara signifikan; (2) aspek understanding dan validating pada PPR tidak signifikan memoderatori hubungan antara honesty-accuracy factor dalam proses selfdisclosure; dan (3) aspek understanding dalam PPR signifikan memoderatori hubungan antara amount factor pada proses self-disclosure dan kepuasan hubungan. Dapat disimpulakan dari hasil penelitian ini, ditemukan bahwa yang memandang pasangannya secara akurat menangkap kebutuhan (understanding) dari informasi yang diungkapkan cukup banyak dan mendalam (amount factor), maka akan memiliki tingkat kepuasan hubungan yang lebih tinggi.

In a romantic relationship, individuals want happiness and satisfaction in their relationship. There are several factors that affect the level of individual satisfaction in relationships, such as external pressure that cause stress which negatively impacts relationship satisfaction. The attitude that is shown between partners in dealing with stress is one of the factors that encourages the romantic relationships satisfaction, where both couples are involved in self-disclosure process and they receive responses given by their partner are in accordance with their expectations, also called perceived partner responsiveness (PPR). This quantitative study aims to examine the effect of PPR as a moderator between self-disclosure and romantic relationship satisfaction. A total of 441 young people (18-30 years) in this study. Self-disclosure is measured using the Selfdisclosure Scale (Wheeless & Grotz, 1976); PPR is measured by the Perceived Partner Responsiveness Scale (Reis & Shaver, 1988) and relationship satisfaction is measured by the Relationship Assessment Scale (Hendrick, 1988). The results showed that (1) amount factor and honesty-accuracy factor of self-disclosure significantly predicted relationship satisfaction; (2) the understanding and validation aspects of PPR do not significantly moderate the relationship between honesty-accuracy factor of self-disclosure; and (3) the understanding aspect in PPR significantly moderates the relationship between amount factor of self-disclosure process and relationship satisfaction. This study shows that individuals who perceive their partners as accurately capture their needs (understanding) of the deep and private information about themselves (the number factor), will have a higher level of relationship satisfaction."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>