Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 200031 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Setyanti
"Aktivitas administrasi di dalam ruang kantor seperti menulis, membaca, mengetik dan menggunakan komputer merupakan pekerjaan yang dilakukan terus menerus dan membutuhkan tingkat pencahayaan yang memadai. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat pencahayaan dan keluhan subjektif kelelahan mata pada pekerja di ruang kantor PT. XYZ tahun 2017. Variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat pencahayaan, usia, lama kerja, kelainan refraksi, perilaku berisiko terhadap kesehatan mata, durasi kerja, kekontrasan, dan tampilan layar monitor. Sedangkan variabel dependen adalah keluhan subjektif kelelahan mata. Penelitian ini dilakukan kepada 45 orang pekerja dengan desain studi cross sectional.
Hasil pengukuran tingkat pencahayaan menggunakan lux meter diketahui bahwa 80 area kerja tidak memenuhi standar Permenkes No. 48 Tahun 2016, dimana terdapat 82,2 pekerja mengalami keluhan subjektif kelelahan mata. Hasil penelitian ini tidak menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara karakteristik individu usia, lama kerja, kelainan refraksi, perilaku berisiko terhadap kesehatan mata, faktor pekerjaan durasi kerja, kekontrasan,tampilan layar monitor, dan tingkat pencahayaan dengan keluhan subjektif kelelahan mata.

Administrative activities in office such as writing, reading, typing and using computers are work that are done repetitively and require adequate lighting levels. This study aims to analyze the lighting level and subjective complaints of eye fatigue in workers in the office of PT. XYZ in 2017. The independent variables in this study are the lighting level, age, duration of employment, refractive abnormalities, risky behavior, duration of work, contrast, and monitor screen display. While the dependent variable is subjective complaints of eye fatigue. This research was conducted to 45 workers with cross sectional study design.
From the measurement of ligthing level using lux meter, 80 work area is known to not meet the standard of Permenkes. 48 of 2016, where 82.2 of workers are experiencing eyestrain due to insufficient level of lighting. The results of this study did not show any significant relationship between individual characteristics age, duration of work, refractive abnormalities, risky behavior to eye health, occupational factors duration of work, contrast, monitor screen display and lighting level with subjective complaints of eyestrain on workers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Fayrina Ramadhani
"Produksi pelumas merupakan pekerjaan visual yang dilakukan terus menerus. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis tingkat pencahayaan dan keluhan kelelahan mata pada pekerja di area produksi pelumas Jakarta PT Pertamina (Persero) tahun 2012. Variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat pencahayaan, kemudahan melihat objek, kondisi sumber pencahayaan, jenis pekerjaan, durasi kerja visual, usia, lama kerja, riwayat gangguan kesehatan mata, penyakit genetik, dan perilaku berisiko. Sedangkan variabel dependen adalah keluhan kelelahan mata. Penelitian dilakukan kepada 122 orang dengan desain studi cross sectional.
Hasil pengukuran menggunakan lux meter diketahui bahwa tingkat pencahayaan di area produksi tersebut tidak sesuai dengan standar Kepmenkes 1405 Tahun 2002, di mana 84.4% pekerja mengeluhkan kondisi pencahayaan tidak baik dan 97.5% pekerja mengalami keluhan kelelahan mata. Sehingga keluhan kelelahan mata yang dialami pekerja lebih disebabkan oleh kondisi lingkungan (pencahayaan) di area produksi. Untuk meningkatkan kondisi pencahayaan di area produksi pelumas Jakarta PT Pertamina (Persero), sebaiknya mempertimbangkan aspek kualitas cahaya dan pemeliharaan lampu.

Production of lubricantss is a continously visual work. The study was conducted to analyze the illumination level and eye fatigue complaints on workers in lubricantss production area Jakarta PT Pertamina (Persero) in 2012. Independent variables in this study is the level of illumination, ease of viewing the object, the condition of illumination sources, type of work, duration of visual work, age, length of employment, history of eye health problems, genetic diseases, and risk behaviors. While the dependent variable was the complaint of eye fatigue. The study was conducted to 122 people with a cross sectional study design.
The results of measurements using a lux meter is known that the illumination level in the production area is not in accordance with the standards (Kepmenkes No. 1405 Tahun 2002) where 84.4% of workers complain of bad lighting conditions, and 97.5% of workers complain of eye fatigue. So that complaints of eye fatigue by workers are caused more by environmental conditions (lighting) in the production area. To improve the lighting conditions in the lubricantss production area PT Pertamina (Persero) Jakarta should consider the aspects of light quality and light maintenance.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Syafira
"Kurangnya pencahayaan di tempat kerja berdampak pada kesehatan mata. Penelitian ini membahas tentang gambaran tingkat pencahayaan terhadap keluhan subjektif kelelahan mata pekerja di ruang security and safety PT. XYZ tahun 2016. Penelitian bersifat deskriptif dengan pendekatan desain studi cross sectional. Data didapat dari penyebaran kuesioner dan melakukan pengukuran tingkat pencahayaan di ruang kerja yang kemudian dibandingkan dengan tingkat pencahayaan yang ada pada KepMenKes No.1405/MENKES/SK/XI/2002. Hasil penelitian menunjukkan tingkat cahaya 81,3% tidak memenuhi NAB dan mengalami keluhan mata sebesar 87,5%. Faktor tampilan layar monitor dan kelainan refraksi memiliki hubungan yang signifikan terhadap kelelahan mata.

The lack of illumination in the workplace have an impact on eye health. This study are discussed about illumination level overview based subjective complaints on eyestrain workers in the security and safety's room of PT. XYZ year 2016. The study are descriptive by using cross sectional study design's approach. Data have been obtained from questionnaires and measuring of the illumination's level in the workspace and then compared with the illumination's level standard based on Kepmenkes No.1405/Menkes/SK/XI/2002. Based on the research showed that 81.3% of the lighting's level didn't meet NAB (Illumination's Threshold Value) and experiencing eye's complaints reach out to 87.5%. Factors of display's screen and abnormal refraction have a significant impact to human's eyestrain.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S64294
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silaban, Cornelius Terty Jani
"Keadaan pencahayaan yang melampaui standar maupun keadaan pencahayaan dibawah standar akan memaksa mata bekerja lebih berat. Keadaan seperti ini bila berlangsung secara terus menerus maka akan menimbulkan kelelahan mata yang apabila dipaksakan dapat menurunkan produktifitas kerja.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pencahayaan di ruang kantor PT Pertamina (Persero) Terminal BBM Jakarta Grup Instalasi Plumpang dan kesesuaiannya dengan tingkat pencahayaan yang ada dengan KepMenKes No. 1405/MENKES/SK/XI/2002.
Dari hasil penelitian gambaran intensitas pencahayaan dan keluhan subjektif kelelahan mata pada pekerja di ruang kantor PT Pertamina (Persero) Terminal BBM Jakarta Grup Instalasi Plumpang Tahun 2012, dapat disimpulkan bahwa tingkat pencahayaan di ruang kerja PT Pertamina (Persero) Terminal BBM Jakarta Grup Instalasi Plumpang belum sesuai dengan standar Keputusan Menteri Kesehatan No.1405 tahun 2002 tentang Tingkat Pencahayaan Lingkungan Kerja."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45180
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Rafifa
"Ground handling service merupakan bagian penting dalam operasional bandar udara. Airport taxiways, ramps, dan aprons merupakan lingkungan yang kompleks yang berpotensi membahayakan karyawan ground handling. Karyawan ground handling yang bekerja untuk memastikan ketepatan waktu dan operasional penerbangan berisiko mengalami kelelahan kerja.
Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi keluhan subjektif kelelahan kerja dan faktor risikonya pada karyawan ground handling, sekaligus mengidentifikasi faktor risiko yang paling relevan dalam memprediksi kelelahan kerja pada responden. Kuesioner yang telah divalidasi digunakan untuk memperoleh informasi mengenai keluhan subjektif kelelahan, faktor individu (jenis kelamin, usia, indeks massa tubuh, riwayat penyakit), faktor gaya hidup (durasi tidur, kualitas tidur, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, kebiasaan konsumsi kafein), faktor terkait kerja (masa kerja, shift kerja, jam kerja, waktu istirahat), dan faktor psikososial (tuntutan di tempat kerja, kontrol terhadap pekerjaan, dukungan sosial di tempat kerja, kepuasan kerja, stress kerja, dukungan keluarga) dari 130 responden.
Penelitian ini mendapatkan skor rata-rata kelelahan kerja responden, yang diukur dengan kuesioner Checklist Individual Strength, sebesar 73,69 (standard deviasi 15,146; nilai min. 28 maks. 124). Analisis multivariat menggunakan regresi linier berganda menunjukkan kualitas tidur yang buruk (8,785; 95% CI 1,958 - 15,613), shift malam (5,576; 95% CI 0,987 - 10,165), shift siang/sore (6,177; 95% CI 1,617 - 10,738), tuntutan di tempat kerja (1,128; 95% CI 0,612 - 1,644), dan overcommitment (1,602; 95% CI 0,829 - 2,376) sebagai faktor risiko yang paling bisa memprediksi kenaikan keluhan subjektif kelelahan kerja pada karyawan ground handling. Sementara itu, durasi tidur (-3,171; 95% CI -5,375 - -0,967) dan kebiasaan merokok (-3,454; 95% CI -6,843 - -0,065) menjadi faktor protektif karena memiliki asosiasi negatif dengan keluhan subjektif kelelahan kerja.

Ground handling services are an essential part of airport operations. Airport taxiways, ramps, and aprons are complex environments potentially hazardous to ground handling crews or workers. Ground handling crews working at airports to ensure flight operation punctuality and arrangement are at risk of experiencing work-related fatigue.
This study was performed to evaluate subjective fatigue severity among ground handling crews and its risk factors, as well as to identify the most relevant risk factors in predicting fatigue. A validated questionnaire was used to obtain information on subjective fatigue, individual factors (sex, age, body mass index, fatigue-inducing illness history), lifestyle factors (sleep duration, sleep quality, physical activity, smoking habit, caffeine consumption), work-related factors (work tenure, shift work, work hours, resting time), and psychosocial factors (demand at work, control of work, social support at work, work satisfaction, work stress, family support) from 130 participants.
Average subjective fatigue score, measured using Checklist Individual Strength, was 73.69 (with standard deviation of 15.146, min. value of 28 and max. value of 124). Multivariate analysis using multiple linear regression showed that bad sleep quality (8.785, 95% CI 1.958 - 15.613), night shift (5.576, 95% CI 0.987 - 10.165), afternoon shift (6.177, 95% CI 1.617 - 10.738), demands at work (1.128, 95% CI 0.612 - 1.644), and overcommitment (1.602, 95% CI 0.829 - 2.376) as the risk factors that best predict the increase of subjective fatigue in ground handling crews. Meanwhile, sleep duration (-3.171, 95% CI -5.375 - -0.967) and smoking habit (-3.454, 95% CI -6.843 - -0.065) were found to be a protective factor from subjective fatigue since it is negatively associated with subjective fatigue.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T54520
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safiera Amelia
"PT XYZ adalah industri manufaktur yang memiliki proses produksi yang menghasilkan panas dan berpotensi menimbulkan heat stress bagi pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat keluhan subjektif akibat tekanan panas pada pekerja di area fermentasi kedelai dan pemasakan PT XYZ. Penelitian dilakukan pada 55 responden dengan desain studi cross sectional deskriptif. Wet Bulb Globe Temperature (WBGT) digunakan untuk mengukur risiko tekanan panas. Kuesioner menilai keluhan subjektif pekerja akibat tekanan panas.
Hasil menunjukkan indeks WBGT rata-rata di area adalah 27,35°C - 32,29°C. Terdapat 70,9% responden mengalami tekanan panas dan 54,5% mengalami keluhan ringan. Keluhan subjektif utama yaitu banyak berkeringat (67,3%) dan merasa haus (50,9%). Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat keluhan subjektif, yaitu kejadian tekanan panas (p value= 0,001) dan beban kerja (p value= 0,019). Rekomendasi dari segi teknis, administratif, maupun personal dibutuhkan untuk meminimalisasi keluhan subjektif dan dampak kesehatan akibat tekanan panas.

PT XYZ is a manufacturing industry which has production process that produces heat and potentially cause heat stress for workers. The purpose of this study was to determine factors related to the level of subjective complaints due to heat stress among workers in soybean fermentation and cooking area. This study performed on 55 workers using cross sectional descriptive study design. Wet Bulb Globe Temperature (WBGT) were used to quantify risk of heat stress. Questionnaires assessed worker's subjective complaints from heat stress.
Results showed WBGT index in the average area are 27,35°C - 32,29°C. About 70,9% respondents experienced heat stress and 54,5% suffered minor complaints. The most subjective complaints were excessive sweating (67,3%) and feeling thirsty (50,9%). Factors related to the level of subjective complaints were heat stress (p value= 0,001) and workload (p value= 0,019). Hence, the recommendation such as engineering, administrative, and personal control are needed to minimize the subjective complaints and adverse health effect of heat stress.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S68140
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nono Haryono
"Penelitian bertujuan memperoleh gambaran dan hubungan faktor-faktor risiko individu dan pekerjaan terhadap keluhan muskuloskeletal disorder pada pekerja kantor PT. X Jakarta. Metode yang digunakan cross-sectional dengan menggunakan data sekunder hasil medical check up data dan perangkat lunak RSIGuard untuk 607 pekerja. Dari 607 pekerja terdapat 292 orang (48, 1%) mengalami keluhan musculoskeletal discomfort.
Hasil uji bivariate menunjukkan hubungan signifikan (p<0,005) antara faktor individu (tinggi badan, berat badan, olahraga, jenis kelamin dan temuan masalah musculoskeletal pada MCU), dan faktor risiko pekerjaan (self-assessment risk, overall risk level, average daily mouse use, break time taken dan average strain from mouse use) dengan discomfort.
Hasil uji multivariate menunjukkan jenis kelamin, temuan masalah musculoskeletal MCU, self-assessment dan overall assessment merupakan faktor-faktor yang memiliki hubungan kuat dan dapat mempengaruhi keluhan musculoskeletal discomfort. Saran-saran ditujukan untuk mencegah discomfort dan work related musculoskeletal disorder melalui prinsip-prinsip ergonomik.

The objective of this study are to describe profile and relationship between individual and occupational risks factors with musculoskeletal discomfort in office workers of PT. X Jakarta. This is cross-sectional using secondary data of medical check up (MCU) and RSIGuard software for 607 workers. There are 272 of 607 workers (48.1%) complained musculoskeletal discomfort based on self-asessment result.
Based on bivariate test results a significant (p <0.005) for individual factors (height, weight, exercise, sex and medical finding during MCU), and occupational risk factors from computer usages (self assessment risk, overall risk level, average daily mouse use, break time taken and average strain of mouse use).
The final model of multivariate test results a significant correlation of gender, findings of musculoskeletal problems, self-assessment and overall assessment with musculoskeletal discomfort complaints. Suggestions addressed to reduce occupational factors to prevent discomfort and work-related musculoskeletal disorder through ergonomic principals.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47996
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kamaruddin
"ABSTRAK
Nama : KamaruddinProgram Studi : Magister Keselamatan dan Kesehatan KerjaJudul Tesis : Analisis Faktor Determinan Keluhan GejalaMuskuloskeletal Pada Pengguna Komputer diKantor XWZ Indonesia Tahun 2017Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor determinan dan hubungannyadengan keluhan gejala gangguan muskuloskeletal pada pekerja penggunakomputer di kantor XWZ Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatanmetode disain cross-sectional. Sampel kuesioner dalam penelitian ini adalahpekerja pengguna komputer di kantor XWZ Indonesia yang berjumlah 110 orangdan sampel observasi postur kerja berjumlah 17 orang. Berdasarkan hasilpenelitian didapatkan tiga keluhan nyeri/sakit paling banyak dirasakan olehpekerja, yaitu keluhan leher 61,8 , keluhan bahu 53,6 , dan keluhan lenganbawah 53,6 . Pekerja berada pada tingkat risiko skor RULA tinggi 30 dantingkat risiko skor RULA sedang 70 . Indeks masa tubuh pekerja masuk dalamkategori obesitas 95,5 dan kelebihan berat badan 4,5 . Tingkat psikososialpekerja kategori bagus 80 dan kategori perlu perhatian 20 . Terdapat hubungansignifikan antara tingkat risiko skor RULA dengan keluhan bahu dan lenganbawah dengan P value 0,016, CI 95 0,129 : 0,759 , tingkat risiko indeks masatubuh dengan keluhan pinggang dengan P-value 0,019, CI 95 1,256 : 6,356 ,tingkat risiko psikososial dengan keluhan nyeri/sakit pada bahu dan lengan bawahdengan P-value 0,041, CI 95 0,194 : 0,904 . Disarankan pekerja penggunakomputer di kantor XWZ Indonesia melakukan tindakan eliminasi, substitusi,rekayasa engineering control , dan pengendalian administratif.Kata kunci: Komputer, Muskuloskeletal, Hirarki pengendalian hazard

ABSTRACT
Name KamaruddinStudy Program Master Program of Occupational Health andSafetyThesis rsquo Title Determinant Factor Analysis of MusculoskeletalSymptoms Complaint for Computer User at PT.XWZ Indonesia Office in 2017This study aims to determine the determinant factor and its relation with thesymptom of musculoskeletal disorder for the computer user in XWZ Indonesiaoffice. This research is done by approach of cross sectional design method. Thesample of questionnaire in this research is 110 computer user and the sample ofwork posture observation is 17 computer user. Based on the result of the research,there were three most complaints of pain by the workers, namely 61.8 neckcomplaints, 53.6 shoulder complaints, and 53.6 forearm complaints. Workerswere at a 30 high risk level and 70 medium risk level RULA score .Workers rsquo body mass index was in obesity 95.5 and overweight 4.5 . Workers rsquo psychosocial level was in good category 80 and need attention category 20 .There was a significant relationship between risk level RULA score withshoulder and forearm complaints with P value 0.016, 95 CI 0.12.9 0.759 ,body mass index risk with waist complaint with P value 0,019, CI 95 1,256 6,356 , psychosocial risk level with shoulder complaint and lower arm complaintwith P value 0,041, CI 95 0,194 0,904 . It is strongly recommendation thatcomputer user workers at XWZ Indonesia office shall perform the elimination,substitution, engineering control , and administrative control.Keyword Computer, Musculoskeletal, Hierarchy of control hazard"
2017
T48453
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Sakdiah
"Rumah sakit merupakan sarana pelayanan publik yang penting. Kualitas pelayanan dalam rumah sakit dapat ditingkatkan apabila didukung oleh peningkatan kualitas fasilitas fisik seperti pencahayaan. Tata pencahayaan dalam ruang di rumah sakit dapat mempengaruhi kenyamanan pasien selama menjalani rawat inap dan disamping juga berpengaruh bagi kelancaran paramedis dalam menjalankan aktivitasnya untuk melayani pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pencahayaan dan keluhan subjektif kelelahan mata pada karyawan di Rumah Sakit Ananda Bekasi pada ruangan pemeriksaan umum unit gawat darurat, ruangan farmasi A, ruangan pengambilan dan pemeriksaan sampel laboratorium, ruang pendaftaran dan pemeriksaan foto radiologi dan ruang meja kerja perawat cendana, cemara, sakura dan poli anak. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian diperoleh prevalensi keluhan subjektif kelelahan mata pada karyawan sebanyak 67 (74,4%), dengan Keluhan subjektif yang paling banyak dirasakan oleh karyawan adalah sakit kepala sebanyak 54,5% dan keluhan yang paling sedikit dirasakan adalah penglihatan rangkap sebanyak 6%.
Hasil pengukuran tingkat pencahayaan memperoleh Area kerja yang memenuhi syarat tingkat pencahayaan untuk lingkungan rumah sakit berdasarkan standar kepemenkes No. 1204/Menkes/X/2004 adalah Meja administrasi dan meja kerja pemeriksaan sampel di ruang laboratorium, Meja racik obat dan meja apoteker di instalasi farmasi A, Lemari Obat 5 dan meja kerja poli anak, sedangkan Area kerja yang tidak memenuhi syarat adalah meja pengambilan sampel dan tempat tidur pengambilan sampel di ruang laboratorium, meja pendaftaran, meja dokter dan pemeriksaan foto rontgen di ruang radiologi, meja paten, meja input data dan lemari obat satu sampai empat di instalasi farmasi A, meja kerja perawat cendana, cemara dan sakura, meja kerja perawat dan dokter serta tempat tidur pasien di ruang pemeriksaan umum radiologi. Terdapat beberapa hal yang dapat diberikan sebagai saran yaitu melakukan evaluasi terhadap sumber pencahayaan buatan untuk area kerja yang masih kurang tingkat pencahayaannya, menyusun program perawatan lampu, melakukan penyuluhan yang diperlukan untuk meningkatkan kesadaran karyawan, pemeriksaan mata sebelum kerja dan pemeriksaan mata berkala, peningkatan intensitas penerangan dalam ruang kerja dan pemantauan lingkungan kerja secara rutin dan enelitian lebih lanjut secara objektif terhadap keluhan kelelahan mata."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rona Puspa Ayu
"Pencahayaan dibutuhkan untuk mendukung aktivitas kerja, salah satunya di konveksi. Penelitian ini meneliti gambaran intensitas pencahayaan dan keluhan subyektif kelelahan mata pada pekerja di Konveksi Jeans Daerah Kemayoran Jakarta Pusat. Jenis penelitian adalah semi kuantitatif, berupa pengukuran instensitas pencahayaan dan wawancara mendalam dengan pekerja dan pemilik konveksi jeans. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing titik pengukuran tidak sesuai dengan Kepmen No 1405 Tahun 2002 yaitu 1000 Lux untuk kategori pekerjaan halus dan terdapat keluhan subyektif kelelahan mata pada pekerja yang dipengaruhi oleh durasi kerja, istirahatakan mata, masa kerja, riwayat pekerjaan, dan faktor prilaku pekerja.

Illumination is needed to support the work activities, one of them in the garment. This study examines the illumination intensity and subjective complaints of eyestrain in workers in jeans’ garment Kemayoran, Central Jakarta. The design study of this research is semi-quantitative; measurements of illumination intensity and in-depth interviews with workers and owners of jeans’ garment. The results showed that each measurement point is not in accordance with Secretary Decree No. 1405 of 2002 which is 1000 Lux for smooth job categories and there are subjective complaints of eyestrain in workers who are affected by the duration of the work, break eyes, tenure, employment history, and behavioral factors workers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S53709
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>