Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139402 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ais Nur Ardhy
"Interaksi antara religiositas dan ideologi politik dapat memprediksi tingkat kebahagiaan, akan tetapi hubungan ini hanya terjadi pada konteks tertentu. Penelitian ini ingin menguji pengaruh interaksi antara ideologi politik dan religiositas terhadap kebahagiaan pada konteks Indonesia. Sebanyak 219 partisipan yang merupakan mahasiswa turut serta dalam penelitian ini. Hasil utama penelitian menemukan bahwa religiositas berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kebahagiaan B = 0,14, p0,05; B = 0,00, p>0,05 . Hasil tersebut mengindikasikan bahwa semakin tinggi religiositas maka semakin tinggi pula kebahagiaan individu. Sementara itu, ideologi politik tidak memiliki pengaruh moderasi terhadap hubungan antara religiositas dan kebahagiaan.

The interaction between religiosity and political ideology has been found to be able to predict happiness level. However, this relationship only occurs in certain contexts. This study wanted to examine the interaction effect between political ideology and religiosity on happiness in Indonesian context. 219 students of University of Indoneisa participated in this study. The main results of the study found that religiosity had a positive and significant effect on happiness B 0.14, p 0.05 B 0.00, p 0.05 . These results indicate that the higher the religiosity the higher the happiness of the individual. Meanwhile, political ideology has no effect on moderating the relationship between religiosity and happiness.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anis Anggi Lestari
"Perolehan survei dan tes PISA pada tahun 2015 menjelaskan bahwa prestasi akademik siswa Indonesia cenderung rendah, tetapi menariknya indeks kebahagiaan siswa di Indonesia berada pada kategori cukup tinggi. Studi-studi terdahulu melihat bahwa prestasi akademik dan gender berpengaruh terhadap kebahagiaan siswa. Untuk memperkaya studi-studi sebelumnya, peneliti menggunakan faktor religiositas dan faktor efikasi diri sebagai faktor yang berpengaruh terhadap kebahagiaan siswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan pengumpulan data yang dilakukan melalui penyebaran kuesioner pada siswa kelas 10 dan kelas 11 SMA Y Depok. Adapun teknik penarikan sampel yang dilakukan yaitu cluster random sampling-single stage dengan jumlah sampel sebanyak 120 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa/siswi memiliki kebahagiaan, religiositas, dan efikasi diri yang tinggi. Selain itu, dalam penelitian ini ditemukan bahwa terdapat korelasi positif antara variabel tingkat religiositas dengan tingkat kebahagiaan siswa. Sementara itu, tingkat efikasi diri juga menunjukkan bahwa korelasi positif dengan tingkat kebahagiaan siswa. Hasil uji regresi juga menunjukkan bahwa variabel tingkat religiositas dan tingkat efikasi diri mampu menjelaskan tingkat kebahagiaan siswa.

The acquisition of PISA survey and test in 2015 explained that the academic achievement of Indonesian students tended to be low, but the index of students happiness in Indonesia was in the quite high category. Previous studies saw that academic achievement and gender affect student happiness. To enrich previous studies, reserachers used the factors of religiosity and self-efficacy factors as factors that influence student happiness. This research uses a quantitative approach with data collection conducted through the distribution of quistionnares to 10th and 11th grade students of SMA Y Depok. The sampling technique used is cluster random sampling-single stage with a total 120 respondents. The result of this study indicate that students have happiness, religiosity, and high self efficacy. In addition, in this study was found that there was a positive correlation between the variable level of religiosity with the level of student happiness. Meanwhile, the level of self-efficacy also shows a positive correlation with the level of student happiness. The regression test result also showed that the variable of religiosity and level of self-efficacy was able to explain the level of student happiness."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Zhafira
"ABSTRAK
Penelitian ini merupakan studi kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara religiositas Islam dan intoleransi politik dan efek moderasi kepercayaan politik terhadap hubungan variabel tersebut. Intoleransi politik diukur dengan Political Intolerance Scale yang dikembangkan oleh Sullivan, Marcus, Feldman, Piereson 1981 , religiositas Islam diukur dengan Muslim Religiosity Scale yang disusun oleh El-Menouar 2014 , dan kepercayaan politik diukur dengan Citizen Trust in Government Organizations Scale yang dikembangkan oleh Grimmelikhuijsen Knies 2015 . Responden penelitian ini merupakan 841 orang mahasiswa di Indonesia yang beragama Islam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa religiositas Islam berkorelasi positif dan signifikan dengan intoleransi politik. Sementara kepercayaan politik tidak berkontribusi menjadi moderator terhadap hubungan religiositas Islam dan intoleransi politik.

ABSTRAK
This quantitative study was aimed to examine the correlation between Muslim religiosity and political intolerance whereas political trust as moderator variable towards its correlation. Political intolerance was measured by Political Intolerance Scale which developed by Sullivan, Marcus, Feldman, Piereson 1981 , Muslim religiosity was measured by Muslim Religiosity Scale which developed by El Menouar 2014 , and political trust was measured by Citizen Trust in Government Organizations Scale which developed by Grimmelikhuijsen Knies 2015 . Respondents of this study were 841 Moslem college students. Results indicated that there is significant positive correlation between Muslim religiosity and political intolerance. Meanwhile, political trust was not contributing as moderator variable towards the correlation between Muslim religiosity and political intolerance. "
2017
S67500
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Annisa
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran mediator ideologi politik dalam menjelaskan pilihan politik seseorang yang dipengaruhi oleh kepribadian pada 175 pemilih di Pemilihan Presiden 2014. Pengukuran variabel kepribadian diukur menggunakan HEXACO-60 yang terdiri dari enam dimensi honesty-humility, emotionality, extraversion, agreeableness, conscientiousness, dan openness to experience, sementara ideologi politik yang terdiri dari tiga dimensi agama, sosial, dan ekonomi diukur menggunakan Kuesioner Ideologi Politik. Terakhir, variabel politik umum diukur menggunakan pertanyaan singkat tentang kandidat Presiden yang dipilih pada Pilpres 2014. Analisis data dilakukan dengan menggunakan model 4 mediasi milik Hayes yang dilakukan secara terpisah pada masing-masing dimensi.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada dimensi agama secara signifikan dapat menjelaskan hubungan kepribadian terhadap pilihan politik di dua dimensi kepribadian, yakni extraversion dan openness to experience. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa extraversion mempengaruhi kemungkinan pilihan pada Prabowo-Rajasa secara tidak langsung melalui ideologi politik dimensi agama, sementara openness to experience yang tinggi mempengaruhi kemungkinan pilihan pada Jokowi-JK secara tidak langsung. Lalu pada dimensi sosial, kepribadian yang signifikan memengaruhi pilihan politik seseorang adalah openness to experience. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa dimensi openness to experience mempengaruhi kemungkinan pilihan pada Jokowi-JK secara langsung dan tidak langsung melalui ideologi politik dimensi sosial. Selanjutnya, agreeableness mempengaruhi kemungkinan pilihan pada Jokowi-JK secara tidak langsung melalui ideologi politik dimensi ekonomi.

This study aims to examine the role of mediator of political ideology in explaining the political preference of a person affected by personality in 175 voters in 2014 Presidential Election. The measurement of variable personality was measured using HEXACO 60 consisting of six dimensions honesty humility, emotionality, extraversion, agreeableness, conscientiousness, and openness to experience , while a three dimensional religious, social, and economic political ideology was measured using the Political Ideology Questionnaire. Finally, political preference variable was measured using a brief question of the elected Presidential candidate in the 2014 Presidential Election. The data analysis is performed using Hayes's model 4 mediation and performed separately on each dimension.
The results of this study indicate that in the religious dimension can significantly explain the relationship of personality to political choice in two dimensions of personality, extraversion and openness to experience. These results indicate that extraversion influences the probability of choice on Prabowo Rajasa indirectly through the political ideology of religious dimension, while the high openness to experience influences the possible choice of Jokowi JK indirectly. Then on the social dimension, a significant personality affecting one's political choices is openness to experience. These results indicate that the dimension of openness to experience influences the possibility of choice on Jokowi JK directly and indirectly through the political ideology of social dimension. Furthermore, agreeableness influences the possible choice of Jokowi JK indirectly through the political ideology of the economic dimension.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Regina Hapsari
"Banyaknya isu-isu politik yang menggunakan sentimen agama sudah menjadi keseharian masyarakat Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara religiusitas dengan konservatisme politik, dan peran need of closure sebagai moderator pada hubungan antar variabel-variabel tersebut. Penelitian ini termasuk penelitian korelasional dan cross-sectional serta menggunakan metode analisis korelasi Pearson dan analisis statistik regresi berganda dengan moderasi. Partisipan penelitian ini adalah 282 orang yang merupakan WNI berusia minimal 18 tahun dan menganut agama Islam, Kristen Protestan dan Katolik. Hasil penelitian dengan Pearson correlation menunjukkan adanya korelasi yang signifikan antara religiusitas dengan ideologi politik dan need for closure juga memiliki korelasi yang signifikan dengan konservatisme politik, tetapi hasil analisis moderasi menunjukkan bahwa need of closure ternyata tidak memiliki efek moderasi yang signifikan terhadap hubungan antara religiusitas dengan konservatisme politik.

Many political issues that use religious sentiments have become the daily lives of the people of Indonesia. This study aims to see the relationship between religiosity and political conservatism, and the role needs to be closer as a moderator in the relationship between these variabels. This study included correlational and cross-sectional research and also used Pearson correlation analysis and multiple regression analysis with moderation as analysis method. This study involved 282 participants who represented Indonesian citizens at least 18 years of age and adhered to Islam, Protestantism and Catholicism. The results of the study show that there is a significant correlation between religiosity and political conservatism and need for closure also has significant correlation to political conservatism, but the moderating effect of need for closure turns out to be not significant on the relationship between religiosity and political conservatism."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Divani Aery Lovian
"Penelitian ini adalah penelitian eksperimental yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh kedekatan hubungan antara pemberi dan penerima tindakan baik terhadap kebahagiaan pemberi. Dalam penelitian ini, 56 partisipan yang merupakan mahasiswa Universitas Indonesia dibagi menjadi dua kelompok secara acak dan diberikan tugas untuk melakukan tugas tindakan baik selama tiga pekan. Kelompok 1 (n=26) diminta untuk melakukan tindakan baik kepada orang-orang terdekat, sedangkan kelompok 2 (n=30) diminta untuk melakukan tindakan baik kepada orang-orang yang tidak begitu dikenal ataupun orang asing. Peningkatan kebahagiaan partisipan pada kedua kompok kemudian dianalisis secara statistik menggunakan teknik independent t-test, dan hasilnya menunjukkan bahwa tidak terdapat peningkatan kebahagiaan yang berbeda secara signifikan antara dua kelompok penelitian (p = 0,412). Berbagai temuan dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi awal untuk menentukan strategi atau intervensi yang efektif dalam meningkatkan kebahagiaan.

This experiment study was conducted to identify the effect of closeness between giver and receiver act of kindness on giver?s happiness. Fifty six Univeristy of Indonesia students were randomly divided into two groups and required to perform act of kindness task once a week for a three weeks. The first group (n=26) was asked to commit act of kindness toward their close relations, while the second group (n=30) was asked to commit act of kindness either toward people they don?t really know well or strangers. Happiness enhancement between two groups were analyzed statistically with independent t-test technique. The result shows no significant difference in happiness enhancement between two groups (p= 0,412). Findings of this research could be used as a prior information to determine strategies or make an effective intervention to boosting happiness.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S65442
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melania Shinta Nugraheni
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara motif moral mengikat dan jenjang penafsiran dengan ideologi politik. Penelitian ini menguji dua hipotesis yang berseberangan dalam ideologi politik, bahwa orang-orang dengan ideologi politik yang berbeda memiliki persamaan atau perbedaan mekanisme psikologis antara satu sama lain. Hasil analisis korelasional menunjukkan bahwa setidaknya satu tipe dari dua tipe motif moral mengikat, yaitu keteraturan sosial, berhubungan dengan konservatisme; r 161 = 0,53, p.

The purpose of this study was to investigate the relationship between group binding moralities and construal level with political ideology. This study tested dual hypothesis of political ideology in psychology whether people with different political ideology have similar or different psychological underpinnings from each other. Correlational analysis conducted in this study showed that at least one type of two group binding moralities, social order, is related to conservatism r 161 0,53, p.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Giovanni Immanuella
"ABSTRAK
Masih terdapat perdebatan mengenai apakah religiusitas memiliki hubungan organik dengan konservatisme politik. Studi-studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa terdapat peran penting faktor lain, seperti perbedaan individu dan keterlibatan politik dalam menguatkan asosiasi antar keduanya. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan tersebut dalam konteks Indonesia (N=230) dan dinamikanya dengan salah satu emosi yang memengaruhi ideologi politik, yaitu disgust. Dalam konteks penelitian ini, emosi disgust diukur dari disgust sensitivity. Disgust sensitivity merupakan istilah untuk tingkat kepekaan jijik seseorang terhadap berbagai stimulus yang berpotensi membahayakan kesehatan individu. Hasil ini mendukung klaim bahwa religiusitas memiliki asosiasi dengan konservatisme politik, tetapi tidak ditemukan bukti bahwa disgust memiliki pengaruh yang signifikan dalam memoderasi hubungan tersebut.

ABSTRACT
There is still an ongoing debate about whether religiosity has an organic association with political conservatism. Previous studies have shown that there is an important role of the other variables, such as individual differences and political engagement in strengthening the link. This study intends to test the association in Indonesian context (N= 230) and its dynamic with one of the emotions affecting ideology, namely disgust. In this context of study, disgust is measured through disgust sensitivity. Disgust sensitivity is a term for how sensitive an individual toward various potentially harmful stimulus to health. These findings support the claim that religiosity is associated with political conservatism, but there is no evidence found that disgust has a significant influence in moderating the relationship.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasibuan, Anis Hasanah
"Studi kuantitatif ini bertujuan untuk mengetahui peran moderasi sel-esteem dalam hubungan antara religiusitas dengan intoleransi politik. Peneliti menduga bahwa orang religius yang memiliki tingkat self-esteem rendah cenderung menunjukkan intoleransi politik yang lebih tinggi dibandingkan orang religius yang memiliki tingkat self esteem tinggi. Partisipan penelitian dalam penelitian ini adalah 308 orang yang beragama Islam di sekitar JAbodetabek dan sudah memiliki hak politik atau setidaknya sudah mendapat hak pilih dalam pemilu. Instrumen penelitian yang digunakan adalah Skala Intoleransi Politik oleh Pepinsky, dkk (2018) untuk mengukur intoleransi politik, Skala Religiusitas Komitmen Worthington 2003 untuk mengukur religiusitas, dan self-esteem diukur melalui Rosenberg Self Esteem Scale 1965. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa efek individual religiusitas dan self esteem mampu memprediksi secara signifikan terhadap intoleransi politik. Selanjutnya, analisis moderasi menunjukkan bahwa self esteem tidak damapt memberikan efek moderasi yang signifikan bagi hubungan religiuistas dengan intoleransi politik.

This quantitative study was aims to determine the moderating role of self-esteem in the relationship between religiosity and political intolerance. It was hypothesized that religious people who have a low level of self-esteem tend to show higher political intolerance than religious people who have a high level of self-esteem. The research participants of this study were 308 Muslim around Jabodetabek and already had political rights at least had been given the right to vote in national elections. Political intolerance was measured by Scale of Political Intolerance which developed by Pepinsky, et al. 2018, religiosity was measured by the Scale of Religiosity Commitment by Worthington 2003, and self-esteem was measured by Rosenberg Self esteem Scale 1965. The results of this study indicate that the individual effects of religiosity and self esteem able to predict political intolerance significantly. Furthermore, moderation analysis shows that self esteem cannot provide a significant moderating effect for the relationship of religiosity with political intolerance."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Putri Hapshari
"Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa kedekatan dengan alam dan kecerdasan emosional saling berhubungan dengan kebahagiaan. Hanya saja, belum ada penelitian lanjutan yang meneliti tentang bagaimana sesungguhnya hubungan tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan bertujuan untuk melihat peran kecerdasan emosional sebagai variabel moderator dalam hubungan antara kedekatan dengan alam dan kebahagiaan hidup. Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain korelasional yang melibatkan 228 responden dewasa muda. Hasil yang di dapat menunjukkan bahwa kecerdasan emosional dapat memoderatori hubungan antara kedekatan dengan alam dan kebahagiaan hidup pada dewasa muda. Secara spesifik penelitian ini membuktikan bahwa individu dengan tingkat kedekatan alam yang tinggi akan memiliki kebahagiaan hidup yang tinggi pula jika memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.

Previous research has shown that nature relatedness and emotional intelligence are both related with happiness. However, there has been no further research that examines how the relationship really is. Therefore, this study was conducted with the aim of looking at the role of emotional intelligence as a moderating variable in the relationship between nature relatedness and happiness. This research is a correlational research design involving 228 young adult respondents. The results shows that emotional intelligence can moderate the relationship between nature relatedness and happiness in young adults. Specifically this research proves that a person with a high level of natural relatedness will have a high happiness in life if they have a high level of emotional intelligence.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>