Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 85938 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Merry Tinezia Hanny
"Get Out 2017 adalah film Hollywood yang mengungkap elemen-elemen dari rasisme kulit putih white racism di dalam kisah mengenai Chris, seorang tokoh Afrika-Amerika, ketika ia pertama kali datang mengunjungi keluarga kekasih kulit putihnya. Get Out menempatkan fokus utamanya pada objektifikasi orang kulit hitam blackness mdash;dengan mengambil pendekatan yang berbeda dari film-film bertema rasisme lainnya melalui sebuah cerita horor. Dengan melakukan analisis tekstual dan menggabungkan beberapa kerangka teori, studi ini bertujuan untuk mencapai sasaran utama, yaitu menyelidiki bentuk-bentuk rasisme yang terjadi di film ini melalui sudut pandang seorang pemeran utama Afrika-Amerika.

Get Out 2017 is a Hollywood film that discloses the elements of white racism within the story about Chris, the African-American protagonist, when he comes to visit the family of his white American girlfriend for the first time. Get Out presumes to put its main focus on the objectification of blackness mdash;while it goes in the opposite direction from most racism-themed films by using a horror genre to complement its storytelling. By conducting a textual analysis and incorporating several theoretical frameworks, this study focuses on its mark, that is, the aim of achieving a key objective to delve into how the acts of white racism are told through the viewpoint of the African-American lead in the movie.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Nurmaya Oktarina
"ABSTRAK
Dongeng putri yang diproduksi oleh Disney telah menjadi salah satu jenis cerita yang membuat perusahaan Disney sangat terkenal. Stereotip putri-putri yang diproduksi oleh Disney pada awalnya berkulit putih. Seiringnya waktu, Disney mulai memfilmkan sebuah film animasi dengan putri yang lebih berwarna. Pada tahun 2009, Disney mengeluarkan putri ras Afrika-Amerika bernama Tiana melalui film The Princess and the Frog (2009). Namun ada ambiguitas yang tercermin dalam penggambaran karakter black dalam film ini. Untuk membantu menganalisis film ini, teori semiotikanya Barthes akan digunakan. Dengan teori tersebut penulis akan melihat bahwa di satu sisi Disney ingin menunjukan Amerika sudah “buta warna”. Film ini terlihat seperti sebuah cerminan yang dipercaya Disney benar dan ideal tentang masyarakat Amerika. Disisi lain, dalam cerminan masyarakat yang ideal ini, black masih tergambarkan dalam strata sosial bawah. Dari sini kita dapat melihat bahwa gagasan “semua manusia diciptakan sederajat” yang tertuliskan dalam deklarasi kemerdekaan Amerika, tidak sepenuhnya diterapkan dalam masyarakatnya.

ABSTRACT
Disney princess fairytales have been one of the genres that made the Disney company so famous. At first, Disney princesses were stereotyped as white skinned. As time goes by, Disney started filming animated movies with more colored princesses. In 2009, Disney released a movie based on an African-American princess named Tiana through the movie „The Princess and the Frog‟ (2009). Ambiguities that tends to be racist are still deplicted in the film. To help analyzing this movie, Barthes‟ semiotics theory will be used. By using that theory, the writer will see that in one hand Disney is trying to convey that America has become “color blind”. This movie tends to picturize a reflection what Disney believe is true and ideal about the American society. On the other hand, inside that ideal society, blacks are still pictured as lower class. Here we see that the notion “all men are created equal” which is written in the declaration of Independence, is not fully implemented in the American society."
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raihana Savira Pramesti
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa perpetuasi supremasi kulit putih di film Star Wars: The Force Awakens, film ketujuh dalam seri film Star Wars. Walaupun Star Wars VII telah dirayakan sebagai film yang memberdayakan perempuan dan orang-orang selain kulit putih karena diperkenalkannya banyak pemain-pemain utama baru dan perempuan sebagai tokoh utama, rasisme masih ada dalam film ini. Dengan menggunakan teori CRT, penelitian ini menemukan bahwa karakter-karakter selain kulit putih dan makhluk luar angkasa memiliki karakteristik yang negatif, sedangkan karakter-karakter kulit putih digambarkan secara positif. Selain penggambaran yang berbeda, karakter-karakter kulit putih melakukan aksi rasis kepada karakter-karakter yang bukan kulit putih, sedangkan karakter-karakter kulit putih menunjukan sikap yang sopan dan santun kepada sesamanya dalam berinteraksi dengan satu sama lain. Selain itu, penelitian ini menemukan bahwa karakter-karakter bukan kulit putih menjadi bawahan karakter-karakter kulit putih untuk mewujudkan keinginan karakter-karakter kulit putih. Oleh karena itu, bisa disimpulkan bahwa dengan adanya perbedaan penggambaran, perbedaan sikap, dan subordinasi karakter-karakter bukan kulit putih, supremasi kulit putih diperkuat dalam film ini.

b>ABSTRACT
This research aims to scrutinize white supremacy perpetuation in Star Wars The Force Awakens, the seventh movie on the franchise. Even though Star Wars VII has been celebrated as an empowering movie for women and people of color due to the debut of new main characters and a female as the protagonist, racism is still a prevalent issue in this movie. By using critical race theory CRT , the research found that people of color and extra terrestrials characters embody negative characteristics, while the whites are positively portrayed. Besides the distinguishable portrayals, the white characters do racist acts to the non white characters, whereas the whites show positive attitude in interacting with one another. Furthermore, the study learns that the white need the non white as their subordinates in order to fulfill the white rsquo s goals. Thus, it can be concluded that with the distinct portrayals, different attitude, and subordination of the non white, white supremacy is strengthened in this movie. "
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nisya Putri Shaliha
"ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji subtitle bahasa Indonesia film Zootopia 2016 dan pengaruhnya pada referensi-referensi yang membahas rasisme serta paradigma konstruktivis dalam film tersebut. Tujuannya adalah untuk melihat perubahan arti yang terjadi selama proses penerjemahan. Penelitian ini mencoba menjawab apakah terjemahan yang salah menyebabkan hilangnya referensi-referensi rasisme dan mengubah makna konstruktivis yang ada. Terdapat tiga referensi yang dibahas menggunakan teori metode penerjemahan oleh Peter Newmark 1988 , dan hasil yang didapat selanjutnya dievaluasi menggunakan teori konstruktivisme oleh Vladimir Tatlin 1913 . Metode yang digunakan dalam menganalisis adalah kualitatif. Hasilnya menunjukkan bahwa dalam subtitle bahasa Indonesia film tersebut, referensi-referensinya diterjemahkan dengan metode harfiah, sehingga pemahaman rasismenya hilang. Sebagai konsekuensinya, paradigma konstruktivis filmnya berubah dari diskriminasi terhadap ras menjadi diskriminasi yang dapat terjadi pada siapa saja. Dapat disimpulkan bahwa penelitian ini mengonfirmasi bahwa terjemahan-terjemahan yang salah di Zootopia 2016 menghilangkan pemahaman dari referensi-referensi yang membahas rasisme dan mengubah paradigma konstruktivismenya menjadi diskriminasi yang umum.

ABSTRACT
This research examines the Indonesian subtitle of Zootopia 2016 and its impact towards the racism references and the constructivist paradigm. It aims to see the change of meaning that occurs during the translation process. This research tries to answer the question whether mistranslations cause the removal of racism references in Zootopia and if they also change the constructivist purpose. Three references are studied using methods of translation theory by Peter Newmark 1988 , and the findings are further evaluated using constructivism theory by Vladimir Tatlin 1913 . The method used in analyzing them is qualitative. The results show that in the Indonesian subtitle, the references are translated using literal translation method, which eliminates the understanding of racism. As a consequence, the constructivist paradigm of the movie changes from racial discrimination to discrimination that can happen to anyone. It can be concluded that this research confirms that the mistranslations in Zootopia 2016 eliminate the meaning of the racism references and change the constructivist paradigm to mere discrimination."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fatahillah Dudayev
"This Is England 2006 adalah sebuah film inggris yang mengungkapkan permasalahan terhadap apayang dipercayai orang banyak mengenai cabang kebudayaan skinhead. Film ini sendiri berceritamengenai anak berumur 12 tahun bernama Shaun yang bergabung ke beberapa kelompok skinhead.Tidak seperti film bertema rasis kebanyakan, This Is England 2006 tidak hanya menampilkan satutipe kelompok. Film ini mempermasalahkan kepercayaan tentang seperti apa skinhead itu denganmerepresentasikan dua kelompok yang berbeda dalam cabang kebudayaan tersebut. Dengan melakukananalisis tekstual dan menggunakan beragam kerangka konsep, makalah penelitian ini bertujuan untukmenjawab pertanyaan terhadap apakah identitas cabang kebudayaan skinhead bersifat tunggal, danbagaimana film tersebut merepresentasikan hal ini. Temuan dari penelitian ini menunjukan bahwa tidaksemua anggota skinhead berbagi identitas tunggal yang sama, dimana identitas ini biasanya mendapatpengasosiasian dengan stereotip penampilan fisik, tendensi rasis mereka, dan pandangan merekamengenai politik.

This Is England 2006 is a British film that discloses the problematization of what many believe theskinhead subculture is. The film itself tells the story of 12-year-old Shaun who joins several skinheadgroups. Unlike most racism-themed films, This Is England 2006 does not only shows one kind ofgroup. The film problematizes the belief of what skinhead is by representing two different kinds ofgroups within the subculture. By doing textual analysis, and using various conceptual frameworks, thisresearch paper aims to achieve the answer on whether skinhead subculture rsquo;s identity is singular, andhow the movie represents this. The findings of this research show that not all skinhead members sharethe same singular identity, in which identity commonly associated with stereotypical physicalappearances, their racist tendencies, and their views on politics."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Firman Hadiansyah
"Adaptasi film ke dalam novel atau sebaliknya seialu menimbulkan perubahan, sebagai akibat dari perbedaan media dan hasil interpretasi penulis dan sutradara. Penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan sejumlah persamaan dan perbedaan mendasar yang dihasilkan oleh adaptasi dari film ke dalam novel Biala Tak Berdawai, dilihat dari unsurunsur penceritaan.
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan strukturalisme yang memfokuskan pada unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam film dan novel Biola Tak Berdawai. Unsur-unsur film dan novel yang dianalisis dan dibandingkan dalam penelitian ini adalah alur penyajian, alur sebab akibat, tokoh dan penokohan, latar ruang dan Tatar waktu.
Hasil analisis film dan novel Biola Tak Berdawai terhadap unsurunsur di atas, menunjukkan persamaan sekaligus perbedaan. Cerita dalam film dan novel pada dasarnya sama tetapi menjadi terkesan berbeda ketika Dewa dijadikan penutur di dalam novel. Tokoh Dewa menjadi serba tahu dan mampu menuturkan dengan fasih mengenai kejadian-kejadian yang ada di sekelilingnya, padahal di dalam film, tokoh Dewa digambarkan sebagai anak yang sangat sulit untuk berkomunikasi dengan prang fain dikarenakan penyakit autis dan cacat ganda. Dengan demikian, tokoh utama di dalam novel tidak hanya Renjani, tetapi juga Dewa. Perbedaan Iainnya terletak pada berupa kemunculan cerita pewayangan di dalam novel, juga terdapat penghilangan, dan penambahan beberapa cerita. Semua perbedaan tersebut menunjukkan adanya perbedaan interpretasi penulis novel atas cerita film Biola Tak Berdawai.
Berbeda dengan unsur alur penyajian, alur sebab akibat antara film dan novel tidak menunjukkan perbedaan. Dad awal hingga akhir cerita, novel adaptasi tetap bersetia terhadap film sebagai cerita pertama. Begitu juga dengan latar ruang dan waktu.

The adaptation of film into novel or vice verse always produces changes as the consequence of the different media and the result of the actor and the director's interpretation. This study aims to present some basic similarities and differences which are produced by the adaptation from film into novel Biola Talc Berdawai, and viewed from the story elements.
The method used is structuralism, focusing on the intrinsic elements in film and novel Biota Tak Berdawai. The film and novel elements which are analyzed and compared in this study are plot, the characters and characterization, and setting.
The result of the analysis of film and novel Biola Tak Berdawai to the mentioned elements presents similarities and differences at the same time. The story in film and novel is basically the same but it imprisons different when Dewa is made as a narrator in the novel. The character of Dewa knows everything and he can utter fluently what happens in his surrounding, whereas in film the character of Dewa is showed as the boy who has difficulty to communicating with other people because he is autistic and has double deformity. So the main character in the novel is not only Renjani but also Dewa. The other difference is on the presence of things pertaining to the wayang story in the novel. All those differences present the difference of the writer's interpretation on the story of Biota Tak Berdawai film.
It is different to plot presence, the cause and effect plot between film and novel does not present the difference. From the beginning until the end of story, adapted novel keep loyal to film as the original story. It also happens to the setting of place and time.
"
Jakarta: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
T17618
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marasabessy, Syeikha Annisa
"Pada abad ke-21 ini, representasi orang kulit hitam di banyak film Amerika problematis karena film-film tersebut tidak menghilangkan representasi stereotip orang kulit hitam yang mana sering digambarkan tidak sopan dan kurang cerdas dibandingkan dengan ras lain. Banyak film sudah mencoba mengubah stereotip tersebut ke perspektif lain, namun film-film tersebut masih belum dapat sepenuhnya menghapuskan stereotip yang ada. Dengan melihat aspek sinematik, dialog, simbol, suara, dan musik yang digunakan, artikel ini menganalisis stereotip karakter orang kulit hitam dalam film Get Out (2017) oleh Jordan Peele menggunakan analisis wacana. Artikel ini menemukan bahwa keseluruhan representasi dalam film tersebut masih memisahkan kulit hitam dari kulit putih dengan lebih mengutamakan aspek tubuh daripada pikiran dalam maskulinitas kulit hitam, sikap yang tidak sopan, dan perbedaan jenis pekerjaan. Sebagai hasilnya, karakter kulit hitam terlihat inferior dibandingkan karakter kulit putih meskipun film ini berusaha untuk memberdayakan orang kulit hitam. Penggunaan musik juga menekankan adanya perbedaan kekuasaan antara kedua ras. Keseluruhan hasil analisis dari artikel menemukan bahwa penggambaran stereotip orang kulit hitam masih terlihat dalam film yang memberdayakan orang kulit hitam. Hal ini menunjukkan bahwa representasi ras menuntut pengamatan secara mendalam

In the 21st century, the representation of Black people in many U.S. movies is still problematic, for the movies do not omit the stereotypical representations of Black people, which are often depicted being disrespectful and unintelligent compared to other races. Many movies have been trying to change them into another perspective, yet they are still unable to completely get rid of those stereotypes. By looking through the cinematic aspects, the dialogues, and the symbols along with the sounds and music used, this paper examines the stereotypes of Black characters in the movie Get Out (2017) by Jordan Peele using discourse analysis. The paper observes that the representation of the movie still distinguishes Black from White in the aspects of body over mind in Black masculinity, incivility, and distinctive racial labor. As a result, Black characters are seen inferior compared to White characters despite the movie’s effort to empower them. The use of music also emphasizes the power relation difference between the two races. The overall finding of the paper reveals that the existence of Black stereotypical depiction is still found in a movie empowering Black people, and it shows that race representation should be monitored thoroughly."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lindgren, Ernest
New York: Collier Books, 1970
791.4 LIN a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
London: Routledge, 1996
791.43 INT
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>