Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 217409 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syifa Laila Ramadhan
"ABSTRACT
Giardiasis dapat bersifat asimtomatik dan simtomatik, salah satu gejalanya adalah diare kronik dan dapat menyebabkan malnutrisi khususnya pada anak. Sulawesi Tenggara adalah salah satu wilayah di Indonesia dengan prevalensi diare yang cukup tinggi khususnya Kabupaten Konawe, namun belum ada pendataan di wilayah itu mengenai kejadian giardiasis yang dapat menjadi patogen penyebab diare tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data prevalensi kejadian giardiais pada anak usia 3-10 tahun di Kabupaten Konawe serta melihat apakah terdapat hubungan antara kejadian giardiasis dengan jenis kelamin dan usia. Metode Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang yang dilaksanakan sejak bulan Januari-Oktober 2018. Data yang digunakan merupakan data sekunder yang berasal dari hasil pemeriksaan feses di laboratorium Departemen Parasitologi FKUI. Dari 496 sampel yang dikumpulkan dan diperiksa (bernilai positif apabila ditemukan kista atau trofozoit Giardia lamblia secara mikroskopis dengan teknik pemeriksaan langsung), diambil 100 sampel yang sesuai kriteria inklusi dan eksklusi untuk sebagai sampel penelitian. Prevalensi giardiasis pada anak usia 3-10 tahun di Kabupaten Konawe pada tahun 2017 mencapai 13%. Tidak terdapat hubungan antara kejadian giardiasis dengan jenis kelamin (nilai p=0,564; OR=1,493; Cl=0,453-4,924), kelompok usia (nilai p=1,00; OR=1,102; CI=0,311-3,909), dan tingkat pendidikan yang dibagi menjadi PAUD/TK dan SD (nilai p=1,00; OR=0,988. CI=0,279-3,490). Hasil terkait hubungan antara kejadian giardiasis dengan jenis kelamin sama dengan beberapa penelitian serupa yang pernah dilakukan sebelumnya. Pada beberapa penelitian dikatakan kejadian giardiasis banyak pada kelompok anak di bawah 5 tahun, sedangkan pada penelitian ini banyak ditemukan pada anak di atas 5 tahun sehingga perlu diteliti lebih lanjut dengan mencakup anak usia 0-2 tahun juga dan faktor-faktor eksternal yang berkaitan. Kesimpulan: idak terdapat perbedaan proporsi kejadian giardiasis pada kelompok anak laki-laki dan perempuan, pada kelompok anak usia 3-5 tahun dan 6-10 tahun, serta pada kelompok anak PAUD/TK dan SD.

ABSTRACT
Introduction
Giardiasis or G.lamblia infection can be asymptomatic and symptomatic, one of the symptoms of Giardiasis is chronic diarrhea and it can cause malnutrition, especially in children. Sulawesi Tenggara is one of the province in Indonesia with a high diarrhea prevalence, especially in Kabupaten Konawe, but there is no data collection in the region regarding the prevalence of G.lamblia infection that can be a causative pathogen of diarrhea. The purpose of this study was to obtain data of giardiasis prevalence in children 3-10 years old in Kabupaten Konawe and see whether there was a relationship between the incidence of giardiasis with gender and age. This is a cross-sectional study conducted since January-October 2018. The data that used is a secondary data from the results of the fecal examination in the laboratory of the Department of Parasitology FKUI. From 496 suitable samples which collected and examined (positive value if cysts or trophozoites was found microscopically by direct examination), 100 samples which matched the inclusion and exclusion criteria were taken for the study sample. The prevalence of giardiasis in children 3-10 years old in Kabupaten Konawe in 2017 reached 13%. There was no correlation between the prevalence of giardiasis with gender (p value = 0,564; OR=1,493; Cl=0,453-4,924), age categorized (p value = 1.00; OR=1,102; CI=0,311-3,909), and level education which is divided into childhood/kindergarten and elementary school (p value = 1.00; OR=0,988; CI=0,279-3,490).Discussion The result of the correlation between giardiasis prevalence and gender is same with another study before. In several studies, there were many occurrences of giardiasis in children under 5 years old, whereas there are many occurrences of giardiasis in children over 5 years old in this study. So it needs to be studied further by including children 0-2 years old and also find other related external factors with giardiasis.Conclusion:There was no difference in the giardiasis proportion in groups of boys and girls, in groups of children 3-5 years old and 6-10 years old, and also in groups of children in childhood/kindergarten and elementary school."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Sarry Hartono
"Bakteri yang terdapat dalam usus manusia berada dalam keseimbangan dan memainkan peranan penting dalam fungsi metabolisme dan imunologi tubuh, Infeksi yang terjadi pada saluran cerna, seperti diare, dapat mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan pada komposisi bakteri usus tersebut. Pengetahuan mengenai profil mikroba usus pada kasus diare anak usia tertentu memiliki manfaat yang penting dalam memberikan informasi awal untuk pengembangan tata laksana kasus diare yang berkaitan dengan pengembalian keseimbangan mikroba usus.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan disain potong lintang. Feses dikumpulkan dari dua kelompok subyek penelitian, dengan diare dan tanpa diare dari anak-anak usia 2-12 tahun di Jakarta Utara. Sampel kemudian di ekstraksi dengan kit QIAmp® DNA Stool Mini untuk kemudian dilakukan deteksi dan identifikasi bakteri dengan menggunakan polymerase chain reaction / Electrospray Ionization-Mass Spectrometry. Secara keseluruhan diperoleh 80 subjek, terdiri dari 33 anak-anak yang mengalami diare (subyek diare) dan 47 anak-anak yang tidak mengalami diare (subjek non-diare). Tiga puluh dari 33 sampel dalam kelompok diare terdeteksi keberadaan bakteri. Enam dari 33 sampel memberikan hasil multiple matches, sedangkan 3 sampel lainnya tidak terdeteksi adanya bakteri.
Pada kelompok nondiare, di 28 dari 47 sampel terdeteksi adanya bakteri, hasil multiple matches pada 8 dari 47 sampel dan 13 sampel tidak terdeteksi adanya bakteri. Dalam kedua kelompok didominasi oleh Echerechia coli dan juga diikuti oleh Klebsiella pneumonia. Keragaman bakteri yang terdeteksi pada kelompok diare (12 dari 30 sampel) lebih dari pada kelompok non-diare (5 dari 28). Filum bakteri yang dideteksi pada kelompok sampel diare adalah Firmicutes (5 sampel), Proteobacteria (24), Bacteroidetes (1), dan di kelompok non diare adalah Actinobacteria (2), Proteobacteria (25), Verrucomicrobia (1). Hubungan antara enteropatogen dengan kejadian diare tidak signifikan secara statistik (p= 0,571, uji Chi-square), akan tetapi terdapat hubungan yang kuat antara risiko kejadian diare yang disebabkan oleh enteropatogen (OR = 0,724 dengan 95% CI: 0,237-2,215).
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa keragaman bakteri yang dideteksi pada kelompok diare lebih dari pada kelompok non-diare dengan adanya kesamaan dalam pola bakteri yang paling banyak terdeteksi pada kedua kelompok sampel, adanya temuan bakteri anggota filum Actinobacteria (Bifidobacterium longum) yang bersifat probiotik pada kelompok non diare dan tampaknya kemungkinan anak-anak yang positif enteropatogen pada fesesnya memiliki kecenderungan untuk mengalami diare dibandingkan dengan yang tidak.

Microbiota present in the human intestinal are diverse and play important roles in metabolism and immunology. Infection that occurs in gastrointestinal tract, may lead to an imbalance in the composition of the intestinal bacteria. Knowledge on the intestinal microbes profile in children at spesific age with and without diarrhea might shed a light in the management of diarrhea associated with intestinal microflora imbalance. The objective this study is to obtain a profile of intestinal bacteria in children at spesific age with diarrhea and non-diarrhea which may be important for initial information in management of diarrhea associated intestinal microbes imbalance.
This study was an analitical descriptive with cross sectional design. Stool samples were collected from two groups of subjects, with diarrhea and without diarrhea in children of 2-12 years old in North Jakarta. The samples were extracted using QIAamp® DNA Stool Mini Kit first followed by detection and identification using Polymerase Chain Reaction / Electrospray Ionization-Mass Spectrometry. A total 80 subjects were obtained, consisted of 33 children with diarrhea (diarrhea subjects) and 47 children without diarrhea (non-diarrheal subjects). Thirty of the 33 stool samples in diarrhea group showed the presence of one species microorganism (complete match), 6 samples resulted in multiple matches, while the other three samples did no show any bacteria.
In the non-diarrhea group, of total 47 stool samples, 28 showed the presence of single match bacteria, 8 specimens gave result of multiple matches and 13 specimens showed no detectable bacteria. In both groups Echerechia coliand Klebsiella pneumonia appeared to be dominant. The bacteria present in the diarrhea group (12 of 30 samples) were more diverse than in nondiarrheal group (5 of 28). Phyla found in diarrhea group consisted of Firmicutes (5 samples), Proteobacteria (24), Bacteroidetes (1), while in non-diarrhea group were Actinobacteria (2), Proteobacteria (25), Verrucomicrobia (1).
The conclusion is bacteria detected in diarrhea group apparently were more diverse than in nondiarrhea. There was similarity in the pattern of most detected bacteria in both sample groups, however, member of Actinobacteria (Bifidobacterium longum) where detected only in non-diarrhea group. Likely the chance of children with enteropathogen detected in the stool would have diarrhea more than children with no enteropathogen detected.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bobby Setiadi Dharmawan
"Diare merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian anak di negara berkembang. Setiap tahun diperkirakan terjadi 1,3 milyar episode diare pada balita dengan insidens paling tinggi usia di bawah 2 tahun. Pada tahun 2003, di negara berkembang terdapat 1,87 juta anak di bawah 5 tahun meninggal akibat diare dan 80% terjadi pada usia di bawah 2 tahun. Anak usia di bawah 5 tahun mengalami sekitar 3 episode diare per tahun namun di beberapa daerah terdapat 6-8 episode diare per tahun. Departemen Kesehatan RI melaporkan, di Indonesia setiap anak rata-rata mengalami diare sebanyak 1,6-2 episode per tahun.
Infeksi bakteri merupakan salah satu penyebab diare cair maupun diare berdarah akut. Bakteri yang sering menyebabkan diare akut pada anak di negara berkembang antara lain; Escherichia coli (10-20%), ShigelIa (10-15%), CampyIobacter jejuni (5-15%), Vibrio cholera (5-10%) dan Salmonella (1-5%). Ariyani (1996-1997) menemukan E.coli 1-5 sekitar 14,1% sebagai penyebab tunggal diare terbanyak setelah infeksi tunggal rotavirus (18,8%).
Antibiotik sering digunakan dokter pada kasus diare akut tanpa indikasi yang jelas. Purnomo dkk melaporkan sebanyak 27,5% dokter umum di Puskesmas dan praktek swasta di Jakarta Timur memberikan antibiotik pada penderita balita dengan diare akut. Dwipurwantoro dkk melaporkan dari 3 rumah sakit swasta Jakarta, dari 67 pasien diare akut yang dirawat sebanyak 55 anak (82,1%) mendapat antibiotik."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
H. Mirsal Basyar
"Diare masih merupakan penyebab terbesar kesakitan dan kematian pada bayi dan anak balita di Kabupaten Pesisir Selatan Sumatera Barat dan merupakan masalah kesehatan masyarakat. Terapi rehidrasi oral dan pemberian makanan adalah teknologi tepat guna daiam menangani diare. Jika dilaksanakan sesuai anjuran dapat menurunkan angka kematian diatas 90%. Tatalaksana kasus diare akut di rumah tangga diharapkan efektif menurunkan risiko kejadian diare dengan dehidrasi berat.
Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan antara tatalaksana di rumah tangga dengan kejadian dehidrasi berat. Penelitian ini dengan disain kasus kontrol dan data dikumpulkan 1 April 1998 - 31 Oktober 1999. Populasi studi adalah balita yang dirawat di rumah sakit Painan dan balita yang berobat ke puskesmas. Sampel kasus yang terkumpui adalah 47 kasus dan 47 sampel kontrol yang dipilih dengan simple random sampling (SRS)Menggunakan anaiisis regresi logistik ditemukan bahwa tatalaksana kasus diare akut di rumah tangga yang tidak sesuai anjuran Depkes RI menyebabkan kejadian diare dengan dehidrasi berat OR 3,13 (95% 1,61;12,45) kali lebih tinggi dibandingkan ibu yang melaksanakan tatalaksana kasus di rumah tangga yang sesuai anjuran Depkes RI.
Temuan penelitian ini untuk perbaikan upaya terapi rehidrasi oral dan pemberian makanan sebagai pencegahan kejadian dehidrasi berat. Upaya ini dianjurkan sebagai pendekatan yang lebih efektif. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T-1087
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tuti Hartati
"Pemenuhan kebutuhan cairan pada anak diare dengan dehidrasi sedang-berat sangat dibutuhkan karena penanganan awal dehidrasi sangat menentukan dalam mencegah komplikasi akibat dehidrasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan perawat dalam pemenuhan kebutuhan cairan pada pasien anak dengan dehidrasi sedang-berat. Desain penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan teknik pengambilan quota sampling dengan jumlah responden 66 perawat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 7,6% perawat yang memiliki pengetahuan baik. Penelitian ini merekomendasikan agar perawat lebih meningkatkan pengetahuannya melalui pendidikan dan pelatihan tentang peningkatan pengetahuan perawat sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

Meeting the needs of liquid in children diarrhea with moderate-severe dehydration is needed because early treatment is crucial in preventing dehydration complications. This study aims to describe the knowledge of nurses in meeting the needs of the fluid in pediatric patients with moderate to severe dehydration. A descriptive method with quota sampling technique was applied to 66 nurses. The results showed that only 7.6% are knowledgeably of dehydration prevention. This study recommends continuing education and training to increase nurses knowledge as efforts to improve the quality of nursing care.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S57605
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Ginanjar
"Dalam GBHN 1993 disebutkan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dalam rangka memperbaiki kualitas hidupnya. Pada Repelita VI tercantum bahwa tujuan pokok dari pembangunan kesehatan antara lain pengurangan angka kesakitan, kecacatan dan kematian serta peningkatan dan pemerataan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu, terjangkau dan dapat diterima masyarakat. Salah satu target yang ingin dicapai dengan pembangunan kesehatan adalah penurunan angka kesakitan dan kematian pada kelompok rentan, salah satunya pada kelompok anak-anak di bawah lima tahun. Berdasarkan kajian dan analisis dari beberapa survey yang dilakukan, angka kesakitan diare pada sumua golongan umur adalah 280/1000 penduduk dan pada golongan balita adalah 1,5 kali pertahun (Depkes RI. 2000). Secara proposional diare lebih banyak terjadi pada golongan balita yaitu 55%. Berdasarkan kajian dan analisis dari beberapa survey yang dilakukan, angka kesakitan diare pada semua golongan umur pada tahun 2000 adalah 301/1000 atau 3,01%, cenderung meningkat dibanding angka kesakitan diare pada tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk (Depkes RI, 2002).
Berdasarkan Profil Kesehatan kasus diare di Puskesmas Sukmajaya pada golongan semua umur sebanyak 3.265 kasus dengan jumlah prevalensi sebesar 5,36%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jenis sumber air bersih dan kondisi fisik air bersih dengan kejadian diare. Jenis penelitian ini adalah studi deskriptif dengan rancangan penelitian Cross Sectional. Sumber data adalah data primer yang didapatkan dengan cara observasi langsung dan wawacara menggunakan kuesioner dan data sekunder berasal dari laporan tahunan program kesehatan lingkungan Puskesmas Sukmajaya. Populasi penelitian adalah warga yang ada di wilayah kerja Puskesmas Sukmajaya dan sampel yang dianalisis adalah 90 ibu rumah tangga (responden) dengan menggunakan cara simple random sempling dan menggunakan analisis statistik untuk mengetahui frekuensi dan kebermaknaan hubungan.
Hasil penelitian menunujukkan bahwa kejadian diare 51,1%, Jenis sumber air bersih 88,9% yang menggunakan sumber air bersih dari air tanah, Kondisi fisik air bersih 88,9% yang kondisi fisik air bersihnya tidak baik, sedangkan untuk analisis bivariat didapat hubungan yang signifikan antara jenis sumber air bersih, kondisi fisik air bersih, jenis jamban, umur dan pendidikan dengan kejadian diare. Saran ditujukan kepada masyarakat yang tinggal di sekitar Wilayah Kerja Puskesmas Sukmajaya agar selalu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), Dinas Kesehatan dan Puskesmas setempat untuk melakukan program intervensi dan implementasi penyuluhan tentang hidup sehat mencegah diare beserta penjelasan tentang diare dari etiologi, proses terjadi diare, tanda dan gejala,serta penanganannya dan perlu intervensi program untuk penyediaan fasilitas sumber air bersih, kondisi fisik sarana air bersih dan jamban yang baik."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Soehardjono Sastromihardjo
"Pengelolaan diare akut pada bayi dan anak telah mengalami kemajuan pesat sejak ditingkatkannya pengetahuan tentang faktor-faktor yang menjadi penyulit (komplikasi) diare akut. Sejak sebelum tahun 1960 pada waktu angka kematian diare akut di Bangsal Anak RSCM/FKUI masih 60,2 % diketahui bahwa komplikasi diare akut berupa asidosis merupakan salah satu penyebab utama kematian, maka cairan intravena yang semula terdiri dari glukosa dan NaCl 0.9 % dimodifikasi dengan menambahkan Na-laktat. Penggunaan cairan baru tersebut menyebabkan penurunan angka kematian dari 60,2 %menjadi 20,2 %.
Pengalaman Sutejo dkk. di atas telah ntenggugah penulis untuk mempelajari lebih lanjut masalah diare akut, sehingga penanggulangannya akan lebih baik dan lebih memadai dengan hasil angka kematian dapat diturunkan. Faktor penyebab kematian berupa komplikasi lain (renjatan dan hipokalemia) dan masalah lain yang berkaitan dengan diare akut belum sepenuhnya ditanggulangi secara memadai dan menyebabkan angka kematian diare akut masih tinggi.
Masalah lain yang berkaitan dengan diare akut tersebut ialah antara lain penyakit penyerta (PEM atau malnutrisi protein energi, ensefalitis. bronkopneumonia, sepsis dan lainnya), diare akut yang melanjut dan diare akin pada penyakit bedah usus (Hirschsprung, 'Necrotizing enterocolitis, NEC' dan lainnya ). Yang cara penatalaksanaan termasuk pendekatan diagnosis dan pengobatannya adalah berbeda. Pada tahun 1980 angka kematian karena diare akut dan penyakit penderita masih tinggi. berkisar antara 14 dan 20 %.
Di komunitas, berdasarkan penelitian rumah tangga ('household study') di Indonesia pada tahun 1980 diperkirakan kematian oleh karena diare merupakan l8 % dari seluruh kematian penduduk per tahun, besarnya masalah kematian bayi disebabkan oleh diare digambarkan oleh angka-angka berikut, jumlah kematian bayi pada tahun 3980 karena diare adalah 24% dari seluruh kematian. Jumlah bayi Indonesia pada tahun 1980 adalah 35.9 x 147.500.000 = 5.295.250. Angka kematian hayi ('infant mortality rate') 1.000 di Indonesia adalah 100 per 1.000 bayi.
Diare akut pada bayi dan anak merupakan masalah karena :
(a) kematian penderita disebabkan oleh diare akut masih tinggi dan pengobatan (penanggulangan) terhadap komplikasinya berupa dehidrasi berat/renjatan dan hipokalemia belum memadai (di klinik);
(b) pengaruh daripada faktor penyakit lain seperti penyakit penyerta (PEM, penyakit bedah usus dan lainnya) pada diare akut yang akan memperberat penyakitnya dan pengobatan yang belum memadai."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1985
D381
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suharyono
"LATAR BELAKANG PENELITIAN
Penyakit diare akut atau gastroenteritis akut merupakan satu penyakit penting di Indonesia yang masih merupakan sebab utama kesakitan dan kematian anak. Fenomena ini tercermin dalam laporan rumah-rumah sakit mengenai angka kesakitan dan kematian penderita diare di Bangsal Anak yang jauh melebihi penderita penyakit lain, yaitu sebanyak masing-masing 20 - 40 % dari jumlah bayi dan anak yang dirawat dan 10 - 20 % dari jumlah penderita diare yang dirawat.
Pada tahun 1967 dirawat sebanyak 2.085 penderita diare di Bangsal Anak R S Dr. Cipto Mangunkusumo/Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta yang merupakan 37,2 % dari seluruh penderita anak (5.606) yang dirawat pada masa itu. Pada tahun 1974 dirawat sebanyak 1.233 anak dengan diare di bangsal yang sama, yaitu 27,2 % dari seluruh penderita anak (4.529) yang dirawat.
Pada Seminar Nasional Rehidrasi ke-I tahun 1974 dilaporkan tentang suatu penelitian longitudinal dan menyebutkan serangan diare dalam komunitas ialah 400 per tiap 1.000 penduduk setiap tahun dan kebanyakan (70 - 80 %) terdapat pada anak di bawah umur 5 tahun (Brotowasisto,. 1975). Banyak faktor, di antaranya kesehatan lingkungan, higene perorangan, keadaan gizi, faktor sosioekonomi, edukasi akan menentukan jumlah serangan diare ini. Walaupun hanya sebagian kasus diare akan mengalami dehidrasi, namun banyak kasus akan meninggal bila tidak dilakukan tindakan-tindakan seperlunya.
Pada tahun 1975 diperkirakan terdapatnya sebanyak 500 juta serangan diare pada anak Asia, Afrika dan Amerika Latin yang mengakibatkan 5 sampai 18 juta kematian (Rohde dan Northrup, 1976). Angka kematian kasus diare yang dirawat di rumah sakit (sebelum tahun 1974) masih sangat tinggi, yaitu di atas 15 % di pelbagai rumah sakit di Indonesia; Sutejo dkk. (1961) melaporkan kematian sebesar 20,2 %; bahkan sampai tahun 1974, sebelum diadakan Seminar Nasional Rehidrasi ke-I pada tahun 1974, angka kematian masih tinggi seperti dilaporkan oleh Taslim dkk. (1974) sebesar 26,4 %; demikian Pula angka kematian oleh sebab diare karena Kolera seperti. dilaporkan oleh Ismoediyanto dan Haroen Noerasid (1963) sebesar 46,2 %.
Pengelolaan diare akut pada bayi dan anak telah mengalami kemajuan pesat sejak ditingkatkannya pengetahuan tentang faktor-faktor yang menjadi penyulit (komplikasi) diare akut, Sejak sebelum tahun 1960 pada waktu angka kematian diare akut di Bangsal Anak RSCM/FKUI masih 60,2 %; diketahui bahwa komplikasi diare akut berupa asidosis merupakan salah satu penyebab utama kematian; maka cairan intravena yang semula terdiri dari glukosa dan NaCl 0,9 % dimodifikasi dengan menambahkan Nalaktat. Penggunaan cairan baru tersebut menyebabkan penurunan angka kematian dari 60,2 % menjadi 20,2 % (Sutejo dkk., 1961)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
T-6907
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhika Dwita Dibyareswati
"Reducing food intake declines the opportunity of infant and young child to obtain
sufficient, both quantity and quality food during and after diarrhea. This study will
provides clearer information to caregiver’s practice on dietary management of
child during diarrhea.The respondents of this study were children with the
diarrhea disease (n= 7) and during recovery period (n = 7). The study was
conducted using observation, in-depth interview, and dietary assessment. Result
of this study suggested that caregivers need to increase their awareness of infant’s
appetite, actively maintain their child’s hydration and give sufficient feeding
during diarrhea.

Perilaku pengasuh dalam mengurangi asupan makanan anak tidak hanya
menurunkan kecukupan konsumsi asupan anak, tetapi juga kualitas makanannya
selama dan setelah diare. Penelitian ini memberikan informasi lebih jelas tentang
cara pengasuh memberikan makanan pada anak saat diare. Responden penelitian
ini adalah anak yang menderita diare (n= 7), atau sudah memasuki tahap
penyembuhan (n= 7). Penelitian ini menggunakan tiga metode yaitu observasi,
wawancara mendalam tentang asupan dan pola makan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pengasuh perlu meningkatan kesadaran akan adanya
perubahan nafsu makan anak dan aktif menjaga kecukupan cairan dan nutrisi saat
diare.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mariska
"Diare menempati urutan kedua pembunuh anak di bawah umur lima tahun di dunia. Diaremerupakan suatu gejala hasil dari kelainan pada peoses digestif, absorbsi, dan fungsi sekresi.Penulisan karya ilmiah akhir ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan terapi pijat padapenurunan frekuensi BAB penderita Diare. Aplikasi dilakukan pada dua anak sebagai respondenintervensi dan satu anak sebagai responden non-intervensi. Hasil penerapan terapi pijat inididapatkan bahwa terdapat penurunan frekuensi BAB pada anak dengan diare setelah dilakukanterapi pijat. Hasil penerapan aplikasi ini menyarankan institusi pelayanan kesehatan dapatmempertimbangkan dalam penerapan terapi ini sebagai terapi komplementer. Kemudian, terapikomplementer dapat dijadikan salah satu mata kuliah praktik pada mahasiswa keperawatan.

Diarrhoeal disease is the second leading cause of death in children under five years old. Diarrhoeais a symptom which is the result of disruption in digestive process, absorption, and secretion. Theobjective of this study was to ascertain the effect of massage therapy in decreasing defecationfrequency on children with diarrhoea. Samples for this study were two children as an interventionrespondents, and one child as a non-intervention respondent. Result of this study indicated thatthere is an effect in decreasing defecation frequency in children who had been through a massagetherapy.This study suggest that a health care institution should considered this therapy to beapplied as a complementer therapy. Furthermore, the complementary therapy could be conductedas a practical lesson for nursing students.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>