Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 178349 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muthia Dwi Larasati
"Temperamen dan pengasuhan reflektif (Parental Reflective Functioning/PRF) merupakan faktor internal dan eksternal pada anak yang berkontribusi dalam memengaruhi kemampuan regulasi emosi anak. Namun belum diketahui faktor mana yang memberikan kontribusi lebih besar dalam memengaruhi regulasi emosi. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan faktor mana di antara temperamen anak dan parental reflective functioning (PRF) ibu, beserta dimensi-dimensinya, yang memberikan kontribusi terbesar dalam memengaruhi regulasi emosi pada anak dengan Autism Spectrum Disorder (ASD), berdasarkan perspektif ibu. Desain penelitian non-experimental dan pendekatan kuantitatif digunakan dalam penelitian ini dengan total partisipan penelitian berjumlah 76 orang yang merupakan ibu yang memiliki anak dengan ASD. Alat ukur yang digunakan adalah Emotion Regulation Checklist (ERC) untuk mengkur regulasi emosi, Child Behavior Questionnaire (CBQ) untuk mengukur temperamen, dan Parental Reflective Functioning Questionnaire (PRFQ) untuk mengukur PRF. Teknik olah data statistik yang digunakan adalah hierarchical multiple regression - stepwise method. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa dua dimensi dari temperamen, yaitu effortful control dan negative affect, serta dua dimensi dari PRF, yaitu certainty of mental states dan interest and curiosity memberikan kontribusi secara signifikan dalam memengaruhi regulasi emosi, dengan dimensi yang memiliki kontribusi tertinggi adalah dimensi effortful control. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor yang paling berkontribusi dalam memengaruhi regulasi emosi pada anak dengan ASD adalah faktor effortful control yang merupakan bagian dari temperamen.

Temperament and reflective parenting (Parental Reflective Functioning/PRF) are contributing internal and external factors that influences child's emotion regulation. However, which factor that give larger contribution is remain unknown. This study aims to see which factor between temperament and mother's PRF, along with dimensions respectively, give larger contribution on influencing emotion regulation among children with Autism Spectrum Disorder (ASD), based on mothers perspective. Using non-experimental and quantitative design, with total 76 mothers who has children with ASD age 6-12 as participant, given three parent-report instruments, which are Emotion Regulation Checklist (ERC) to measure child's emotion regulation, Child Behavior Questionnaire (CBQ) to measure child's temperament, and Parental Reflective Functioning Questionnaire (PRFQ) to measure mother's PRF. Hierarchical multiple regression - stepwise method was used in this study. Result showed that two of three dimensions of temperament which are effortful control and negative affect, also two of three dimensions of PRF which are certainty of mental states and interest and curiosity significantly contribute in influencing emotion regulation among ASD children, with effortful control as the largest contributor. Thus, it can be concluded that the most contributing factor in influencing emotion regulation among ASD children is effortful control as part/dimension of temperament."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T51715
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gracia Stephanie
"ABSTRAK
Pentingnya peran pengasuhan dalam mengoptimalkan executive function (EF) anak membuat para peneliti bidang perkembangan kognitif berupaya menggali lebih jauh keterkaitan kedua variabel tersebut. Penggunaan bahasa orangtua (management language/ML) dalam mengontrol perilaku anak, baik pada anak typical maupun Autistic Spectrum Disorder (ASD) serta hubungannya dengan peforma EF menjadi topik riset pengasuhan yang cukup marak dilakukan saat ini untuk mendapatkan hasil yang konklusif. Sayangnya, riset yang dilakukan lebih berfokus pada peran pengasuhan ibu dibandingkan ayah. Padahal pengasuhan ayah mempunyai pola dan dampak yang berbeda pada anak sehingga keberadaannya tidak boleh diabaikan. Penelitian ini bertujuan mengukur kontribusi ML ayah dan kondisi perkembangan anak (typical dan ASD) terhadap performa EF anak dan mengamati bagaimana kondisi perkembangan anak memprediksi ML ayah. 22 anak typical dan 9 anak ASD bersama ayah mereka terlibat dalam penelitian ini. ML ayah diobservasi secara terstruktur melalui interaksinya dengan anak, sedangkan EF anak diukur melalui serangkaian tes EF. Hasil menunjukkan bahwa ML dengan tipe direction berkontribusi negatif terhadap perkembangan EF anak, bahkan setelah mengontrol variabel usia anak, inteligensi anak, status sosial ekonomi dan pendidikan ayah, sedangkan kondisi perkembangan tidak berkontribusi terhadap ML ayah. Riset ini menekankan perlunya meminimalisir penggunaan ML tipe direction dalam mengontrol perilaku anak, terlepas dari apapun kondisi perkembangannya.

ABSTRACT
The importance of the parentings role in optimizing the executive function (EF) of children makes researchers in cognitive development field conduct further study involving those two variables. The use of language (language management / ML) to control childrens behavior, both in typical and Autistic Spectrum Disorder (ASD) children and its relation to EF performance became the topic of parenting research, which frequently done nowadays to get conclusive results. However, prior studies emphasized more on the role of mothers, while fathers role actually have different patterns and influences on children that should not be ignored. This study aims to examine the contribution of paternal ML and the childs development condition (typical and ASD) on the childs EF performance and how childrens development predicts fathers ML. 22 typical children and 9 ASD children and their father were involved in this study. Fathers ML were observed in a structured manner through their interactions with children, while childrens EF is examined through the EF test. The results showed that the directive type of ML contributed negatively to EFs childrens development, even after controlling for the childs age, childrens intelligence, socio-economic status and fathers education, while childs development condition did not contribute to fathers ML. This study emphasizes the need to minimize the use of the direction type of ML in controlling children, regardless of the childs development condition.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T53799
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanny Fauziah
"Kasus kekerasan pada anak di Indonesia terus meningkat. Faktor mendasar yang dianggap memengaruhi hal tersebut adalah kurangnya pengetahuan orang tua terkait perkembangan anak (parenting knowledge). Orang tua dengan pengetahuan mengenai perkembangan anak memiliki sensitivitas yang lebih baik, yang membantu orang tua memahami sinyal yang diberikan anak dan meresponnya dengan tepat. Tidak dimilikinya sensitivitas pada orang tua membuat orang tua menerapkan pengasuhan yang keras. Sensitivitas orang tua sejalan dengan konsep Parental Reflective Functioning (PRF). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara PRF dan potensi kekerasan pada anak serta peran parenting knowledge dalam memoderatori hubungan tersebut. Partisipan berjumlah 164 ibu yang memiliki anak usia 2-6 tahun. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara salah satu subskala PRF, yaitu pre-mentalizing dengan potensi kekerasan pada anak (rPM=0,286; p<0,05) dan parenting knowledge tidak berperan dalam memoderatori hubungan antara PRF dan potensi kekerasan pada anak (βPK*PRFPM=-0,738; βPK*PRFCMS=1,476; βPK*PRFIC=0,083; p>0,05).

Child abuse cases in Indonesia are increasing gradually. The fundamental factor that is considered affecting it is that parents lack of knowledge related to child development (parenting knowledge). Parents with child development knowledge have better sensitivity, which helps them understand the signals given by the child, and are able to respond precisely. When parents do not have such sensitivity, it makes them commit the harsh parenting. Parents sensitivity is in line with the concept of Parental Reflective Functioning (PRF). This study aims to know the relationship between the PRF and the potential for child abuse as well as the important role of parenting knowledge to moderate such relationship. The participants are 164 mothers who have children in age 2-6 years old. Results of the study revealed that there is a significant relationship between one of the PRF subscale, namely pre-mentalizing with the potential of child abuse, yet parenting knowledge does not play a role to moderate relationship between the PRF (rPM=0,286; p<0,05) and the potential of child abuse (βPK*PRFPM=-0,738; βPK*PRFCMS=1,476; βPK*PRFIC=0,083; p>0,05)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farraas Afiefah
"Riset tentang keterampilan numerik awal pada anak usia dini dengan Autism Spectrum Disorder (ASD) masih sangat terbatas dan belum mendapatkan hasil yang konklusif.  Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kontribusi kondisi perkembangan dan fungsi eksekutif dalam kompetensi numerik awal pada anak usia dini dengan ASD dan perkembangan tipikal. Partisipan dalam penelitian ini terdiri dari 32 partisipan dengan perkembangan tipikal serta 8 partisipan dengan autism spectrum disorder yang berusia 48-96 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa working memory mampu memprediksi kompetensi numerik awal, bahkan setelah mengontrol IQ dan usia. Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, status sosial ekonomi dan pendidikan ibu tidak berkontribusi secara signifikan dalam memprediksi kompetensi numerik awal. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa anak ASD tidak memiliki kompetensi numerik maupun fungsi eksekutif yang berbeda dengan anak tipikal. Namun, pada aspek kompetensi numerik awal, anak ASD justru ditemukan menunjukkan kelebihan pada komponen applying knowledge of number. Hasil ini memberikan kabar gembira bagi orangtua yang memiliki anak dengan high functioning ASD, mengingat fungsi eksekutif maupun kompetensi numerik awal berkaitan dengan prestasi akademis pada jenjang pendidikan berikutnya.

Studies on early numerical skills in children with Autism Spectrum Disorder is still scarce and inconclusive. This study aims to investigate the contribution of developmental conditions (ASD and typical) and executive functions towards early numerical competence in children with high-functioning ASD and typical development. Participants in this study were 32 children with typical development and 8 participants with autism spectrum disorder aged 48-96 months. The results showed that working memory was able to predict early numerical competence, above and beyond IQ and age. In contrast to previous studies, the mothers socioeconomic and educational status did not contribute significantly in predicting early numerical competence. The results also showed that ASD children showed similar numerical competencies and executive functions with typical children. ASD children performed better in applying knowledge of number component. These results provided good news for parents who have children with high functioning ASD, given the executive function and initial numerical competencies are related to academic achievement at the next level of education."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T53977
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faradila Azka
"Inteligensi merupakan salah satu faktor yang turut menentukan tingkat keparahan Autism Spectrum Disorder (ASD), dan memengaruhi perencanaan intervensi yang tepat. Skor IQ maupun komponen inteligensi yang sama antara anak typically develop (TD) dan anak dengan ASD dapat merefleksikan proses kognitif yang berbeda. Agar pemahaman terhadap profil kognitif pada ASD lebih komprehensif, diperlukan juga pemahaman tentang aspek neuropsikologisnya, salah satunya Executive Function (EF). Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan profil inteligensi dan performa EF antara anak TD dan anak dengan High-Functioning ASD usia dini dengan menggunakan alat ukur SB-LM dan alat ukur Executive Function Indonesia (EFI). Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan profil inteligensi pada kedua kelompok, namun terdapat perbedaan signifikan pada EF komposit, berikut dua komponen EF yakni Inhibitory Control, dan Cognitive Flexibility. Selain itu, ditemukan perbedaan dalam korelasi antara variabel inteligensi dan EF antara kelompok ASD dan TD, sehingga dapat disimpulkan bahwa kelompok ASD dan tipikal memiliki proses kognitif yang berbeda secara kualitatif. Berdasakan temuan ini, praktisi dan peneliti disarankan untuk melakukan pengukuran dan intervensi EF pada ASD, agar dapat diperoleh profil kognitif yang komprehensif yang akan sangat bermanfaat dalam menyusun intervensi untuk meningkatkan kemampuan akademiknya

Intelligence determines the severity of Autism Spectrum Disorder (ASD) and influences the appropriate intervention planning. IQ and scores of intelligence components between typically developed (TD) children and children with ASD reflect different underlying cognitive processes. Therefore, a comprehensive investigation of the neuropsychological strength and weaknesses of ASD may help to describe their cognitive abilities better and to design appropriate intervention. This study investigates the differences in intelligence profiles and EF performance between TD children and children with High-Functioning ASD at an early age using SB-LM and Executive Function Indonesia (EFI) measuring instrument. The results showed omit no differences in intelligence profile in the two groups, yet significant differences in the composite EF, Inhibitory Control, and Cognitive Flexibility. In addition, there was a difference in the correlation in intelligence and EF variables between the ASD and TD groups. Thus, it can be concluded that the ASD and TD groups have qualitatively different cognitive processes. A recommendetion derived from these results is that comprehensive EF assessment and treatment should be conducted as part of the global evaluation in ASD patients, primarily to design an intervention to enhance their academic area"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alya Hediati Tri Charissa
"Kehadiran seorang anak dengan spektrum autisme dalam keluarga dapat menjadi sebuah tantangan bagi saudara kandung. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana peran keberfungsian keluarga terhadap well-being (emosi positif dan negatif, serta psychological flourishing) pada saudara dari anak dengan spektrum autisme. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, variabel keberfungsian keluarga diukur dengan Family Assessment Device (FAD), serta well-being diukur menggunakan Scale of Positive and Negative Emotion (SPANE) dan Flourishing Scale (FS). Penelitian ini melibatkan 136 partisipan dengan rentang usia 18 - 35 tahun. Hasil pada penelitian ini menunjukkan keberfungsian keluarga secara umum ditemukan dapat memprediksi well-being (emosi positif dan negatif) secara signifikan F(1,134) = 28.278, p < 0.001, R2 = 0.174, serta well -being (psychological flourishing) secara signifikan F(1,134) = 30.914, p < 0.001, R2 = 0.181). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat keberfungsian keluarga yang dimiliki individu, akan semakin tinggi pula kemungkinan individu tersebut memiliki well-being yang baik.

The presence of a child with autism spectrum in the family may be a challenge for their siblings. This study aims to see how the role of family functions on the well- being (positive and negative emotions, and psychological flourishing) of children with autistic sibling. This study is a quantitative study, the function of family were measured using the Family Assessment Device (FAD), and well-being was measured using the Scale of Positive and Negative Emotion (SPANE) and Flourishing Scale (FS). This study involved 136 participants with an age range of 18-35 years. The results of this study indicate that the function of family in general is found to be able to significantly predict the well-being (positive and negative emotions) F F(1,134) = 28.278, p < 0.001, R2 = 0.174, and well-being (psychological flourishing) by F(1,134) = 30.914, p < 0.001, R2 = 0.181). From these results it can be said that a higher level of function in the family results in higher possibility of the individual having good welfare."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lena
"Tingginya angka penggunaan media elektronik pada anak tipikal dan autism spectrum disorder (ASD) di Indonesia sudah tergolong pada level mengkhawatirkan. Hal ini berkontribusi terhadap penurunan performa executive function (EF). Meskipun demikian, sejumlah penelitian terkini menemukan hubungan yang positif antara penggunaan media elektronik dan performa EF.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi kondisi perkembangan anak (tipikal dan ASD) dan durasi penggunaan media elektronik terhadap performa EF, dengan sebelumnya melakukan uji regresi antara kondisi perkembangan anak dan durasi penggunaan media elektronik. Partisipan terdiri dari 24 anak tipikal dan 9 anak ASD yang berusia 48-96 bulan dan memiliki tingkat inteligensi ≥ 70.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi perkembangan anak yang mengalami gangguan ASD berasosiasi secara signifikan dengan peningkatan durasi penggunaan media elektronik dan penurunan performa EF, namun durasi penggunaan media elektronik tidak berkontribusi dengan performa EF. Penelitian ini menekankan pentingnya mengatur penggunaan waktu media elektronik pada anak, baik tipikal maupun ASD, untuk mengoptimalkan EF mereka.

The high rate of electronic media usage in typical and autism spectrum disorder (ASD) children in Indonesia were highly concerning, which could contribute to the lowering executive function (EF) performance. However, recent studies found positive association between the use of electronic media and childrens EF performance.
This study aims to determine of the contribution of childrens development state (typical and ASD) and duration of electronic media use in childrens EF performance, with prior measurement using regression analysis for childrens development state and their duration of electronic media use. The participants of this study were 24 typical children and 9 children with ASD, which were 48-96 months of age and had IQ score of ≥ 70.
The results showed that childrens development state with ASD significantly associated with increasing in duration of electronic media use and decreasing in childrens EF performance. However, the duration of electronic media use was not contributed in childrens EF performance. This study emphasized in the importance of managing the duration of electronic media use in typical and ASD children, to promote optimum EF development.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T53803
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasmine Nur Edwina
"ABSTRAK
Dengan menggunakan desain penelitian mixed-method, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara interaksi ibu-anak dan kemampuan joint attention (JA) pada anak dengan autism spectrum disorder (ASD), khususnya anak dengan ASD usia sekolah yang memiliki kemampuan verbal minim. Metode observasi terstruktur adalah metode pengambilan data utama yang digunakan dalam penelitian. Alat ukur Marschak Interaction Method Rating System (MIMRS) digunakan untuk mengukur kualitas interaksi ibu-anak, sedangkan alat ukur Early Social Communication Scale digunakan untuk mengukur kemampuan JA. Tujuh pasang partisipan ibu dan anak dengan ASD usia sekolah yang memiliki kemampuan verbal minim ikut serta dalam penelitian. Berdasarkan hasil analisis data secara kuantitatif dan kualitatif, diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hasil yang tidak sejalan terkait hubungan antara interaksi ibu-anak dan kemampuan JA pada anak dengan ASD usia sekolah yang memiliki kemampuan verbal minim. Berdasarkan hasil analisis kuantitatif dengan menggunakan uji non-parametrik Korelasi Spearman, diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara interaksi ibu-anak dan kedua kemampuan JA, yaitu kemampuan responding joint attention (RJA), rs = -.060, dan kemampuan initiating joint attention (IJA), rs = .082 (seluruh p > 0.5) pada anak dengan ASD usia sekolah yang memiliki kemampuan verbal minim. Sementara itu, hasil analisis data secara kualitatif menunjukkan bahwa perilaku dan afek dari dimensi engagement terlihat dapat memunculkan kemampuan RJA dan IJA pada anak ASD usia sekolah yang memiliki kemampuan verbal minim.

ABSTRACT
Using a mixed method research design, this study aims to explore the correlation between mother-child interaction and joint attention skill in children with autism spectrum disorder (ASD), specifically minimally verbal school-aged children with ASD. This study used structured observation method in collecting the data. The Marschak Interaction Method Rating System (MIMRS) is used to measure quality of mother-child interaction, as The Early Social Communication Scale is used to quantify joint attention skill. Seven couples of mothers and children with ASD participated in this study. The result shows there is a differences between the quantitative and qualitative analysis of correlation of mother-child interaction and joint attention skill in minimally verbal school-aged children with ASD. Based on quantitative analysis, using a non-parametric Spearman Correlation, result shows that there is no significant correlation between mother-child interaction and both of types of JA, which is responding joint attention (RJA) and initiating joint attention (IJA), rs = .082 (seluruh p > 0.5), in minimally verbal school-aged children with ASD. Meanwhile, result from content analysis shows that mother's affect and behaviors in engagement dimension are able to elicit RJA dan IJA in minimally verbal school-aged children with ASD."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T52614
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Nasyaa Auraliesa
"Keluarga dengan anak berkebutuhan khusus seperti Gangguan Spektrum Autisme, sering dikaitkan dengan peran keluarga yang besar dalam menjaga tumbuh kembang mereka, termasuk membantu anak berkomunikasi, berinteraksi, serta melakukan aktivitas sehari-hari. Tentunya dalam membantu anak dengan spektrum autisme untuk tumbuh dan berkembang tidaklah mudah, orang tua sebagai pengasuh utama sering dikaitkan dengan kondisi psikologis yang lebih buruk dibandingkan dengan orang tua dengan anak yang normal. Saudara kandung sebagai anggota keluarga juga mengalami tingkat stress yang tinggi dalam menghadapi aktivitas sehari-hari dan juga menghadapi tekanan lingkungan sosial ketika mereka bersama saudara kandung dengan spektrum autisme. Oleh karenanya, penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan keberfungsian keluarga dengan distres psikologis pada saudara kandung dari anak dengan spektrum autisme. Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif dan menggunaka Teknik nonprobability sampling yang berhasil menyaring 136 partisipan penelitian. Keberfungsian keluarga diukur dengan Family Assessment Device (FAD) yang terdiri dari 60. Sementara distress psikologis diukur dengan General Health Questionnaire (GHQ-12) yang terdiri dari 12 item. Partisipan penelitian ini adalah 136 partisipan dengan rentang usia 18-35. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dimensi dimensi Penyelesaian Masalah, dimensi Komunikasi dimensi Peran, dimensi Responsivitas Afektif,dan dimensi Keberfungsian Keluarga secara Umum berkorelasi negatif secara signifikan dengan  distres psikologis. Sedangkan dimensi Kontrol perilaku tidak berkorelasi dengan Distres Psikologis.

Families with children with special needs, such as Autism Spectrum Disorder, are often associated with a large family role in maintaining their growth and development, including helping children communicate, interact, and perform daily activities. Of course, helping children with the autism spectrum to grow and develop is not easy, parents as primary caregivers are often associated with worse psychological conditions than parents with normal children. Siblings as family members also experience high levels of stress in dealing with daily activities and also face pressure from the social environment when they are with siblings on the autism spectrum. Therefore, this study aimed to examine the relationship between family functioning and psychological distress in siblings of children with autism spectrum. This study used a quantitative design and used a non-probability sampling technique that successfully screened 136 participants. Family functioning was measured by the Family Assessment Device (FAD), which consisted of 60. Meanwhile, psychological distress was measured by the General Health Questionnaire (GHQ-12) which consisted of 12 items. The participants of this study were 136 participants with an age range of 18-35. The results of this study indicate that the dimensions of Problem Solving, Communication dimensions, Role dimensions, Affective Responsiveness dimensions, Affective Involvement dimensions, and Family Functioning dimensions in general have a significant negative correlation with psychological distress. While the behavioral control dimension is not correlated with Psychological Distress."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulida Aristawati
"Analisis gangguan fonologi dan pengaruhnya terhadap penguraian kata pada anak Autism Spectrum Disorder (ASD; eg, Santoso, et al., 2017, Ningsih, 2015) masih jarang ditemukan dalam penelitian kebahasaan Indonesia. Tulisan ini bertujuan untuk membahas beberapa gangguan fonologis pada anak ASD dan keterampilan decoding mereka, terutama untuk kata-kata dengan konsonan bilabial. Tujuan lain dari penelitian ini adalah untuk menemukan metode atau strategi yang paling efektif yang dapat digunakan dalam mengajar anak ASD membaca teks. Selain itu, hasil tulisan ini juga dapat menjadi studi percontohan untuk mengetahui bagaimana anak ASD akan melafalkan konsonan bilabial dalam bahasa Inggris mengingat fonem konsonan bilabial dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris cukup mirip. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan tiga anak ASD berusia antara 14 dan 18 tahun dengan kondisi kecerdasan yang berbeda. Studi tersebut mengungkapkan bahwa peserta ASD tidak bisa mengucapkan semua fonem konsonan bilabial [p], [b], [m], dan [w] secara akurat dalam tugas pengulangan, dan masing-masing memiliki hambatan saat menyuarakannya. Proses decoding atipikal diklasifikasikan dalam tiga kondisi; membaca keseluruhan teks dengan font ukuran normal secara mandiri, membaca kata bilabial dengan font ukuran normal secara mandiri, dan membaca kata bilabial dengan font ukuran besar secara mandiri. Berdasarkan tingkat keberhasilan dalam pengucapan di tiga kondisi decoding, metode alternatif diusulkan dalam membantu membaca ASD untuk membacakan kata-kata; menggunakan kata-kata berukuran besar. Kesimpulannya, makalah ini mengakui kesulitan anak ASD dalam membunyikan fonem konsonan bilabial, proses fonologis yang terjadi pada mereka saat menyuarakan kata-kata, dan metode baru yang dapat digunakan dalam mengajar mereka membaca.

Phonological impairment analysis and its effects on word decoding in children with Autism Spectrum Disorder (ASD; e.g., Santoso, et al., 2017, Ningsih, 2015) is still rarely found in Indonesian linguistic research. This paper aims to discuss some phonological impairments in ASD children and their decoding skills, especially for words with bilabial consonants. Another purpose of this study is to discover the most effective method or strategy that can be used in teaching ASD children to read a text. Additionally, the result of this paper could also become a pilot study for knowing how ASD children would pronounce bilabial consonants in English considering that bilabial consonant phonemes in Indonesian and English are quite similar. The method used in this study is the qualitative method with three ASD children aged between 14 and 18 years old with different intelligence conditions. The study revealed that the ASD participants could not pronounce all the bilabial consonant phonemes [p], [b], [m], and [w] accurately in the repetition task, and each had her or his impediment while voicing them out. Atypical decoding processes were classified in three conditions; reading the whole text with a normal-size font independently, reading bilabial words with a normal-size font independently, and reading bilabial words with a big-size font independently. Based on the extent of the success in pronunciation across the three decoding conditions, an alternative method was proposed in assisting ASD reading to read out words; using big-size words. In conclusion, this paper acknowledges difficulty of ASD children in sounding the bilabial consonant phonemes, a phonological process that happens to them while voicing out the words, and a new method that can be used in teaching them reading."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>