Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 189589 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ananda Carissa
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran mengenai attachment dan kontrol diri pada anak usia prasekolah (3 sampai 4 tahun). Pengukuran kontrol diri dilakukan melalui paradigma Delay of Gratification  menggunakan Stanford Marshmallow Test yang dikembangkan oleh Mischel, Shoda & Rodriguez (1989). Dalam penelitian ini, peneliti mengukur durasi waktu yang dihabiskan anak untuk menunggu, serta perilaku apa yang ditunjukkan oleh anak ketika menunggu. Selain itu, attachment diukur Ainsworth, Blehar, Waters & Wall (1978). Pengukuran tersebut membagi pola attachment menjadi 3 (tiga) kelompok yang terdiri dari secure attachment, insecure-resistant attachment, dan insecure-avoidant attachment. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 7 pasangan ibu anak berusia 3 sampai 4 tahun serta berjenis kelamin laki-laki atau perempuan. Melalui observasi, peneliti menemukan bahwa anak berusia 4  tahun memiliki durasi waktu delay yang lebih panjang. Selain itu, anak yang memiliki secure attachment dan insecure-avoidant attachment memiliki durasi delay of gratification di atas rata-rata seluruh partisipan. Kemudian, ditemukan perbedaan perilaku menunggu yang ditunjukkan oleh anak-anak dengan secure attachment dan insecure-avoidant attachment, serta anak dengan insecure-resistant attachment. Untuk melakukan generalisasi hasil penelitian, diperlukan penelitian dengan sampel yang lebih banyak.

This research is conducted to see attachment to mother and its relation to self-control in preschool children of aged 3-4 years old. Self-control is measured through delay of gratification paradigm with Stanford Marshmallow Test which was developed by Mischel, Shoda & Rodriguez (1989). In this research, the researcher measured the duration the children spent to wait, and the behavior children shown while waiting. Attachment is measured with Strange Situation Procedure which was developed by Ainsworth, Blehar, Waters & Wall (1978). This measurement divided the attachment patterns into three groups consist of secure attachment, insecure-resistant attachment, and insecure-avoidant attachment. Participant of this research is 7 pairs of mother and their children aged 3 to 4 years, boys or girls. Through observation, the researcher found that the children aged 4 have a longer time to wait. In addition, children who have secure attachment and insecure-avoidant attachments have a duration of delay of gratification above the average of all participants. Then, differences in waiting behavior were found in children with secure attachments and insecure-avoidant attachments, and children with insecure-resistant attachments. To generalize the results of the study, more sample is needed.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Nuratman
"Attachment Parenting (AP) merupakan salah satu konsep cara parenting yang sudah berkembang di negara maju. AP merupakan cara parenting yang penting untuk medekatkan ibu dengan bayi agar dapat menciptakan dan meningkatkan secure attachment. Dengan meningkatnya jumlah ibu bekeija dan waktu kerja sehingga ibu bekerja kurang mempunyai waktu untuk dapat menemani bayinya, dikhawatirkan akan terjadi keregangan dalam hubungan ibu dan anak dan kondisi inii memungkinkan timbulnya gejala insecure attachment antara ibu dengan bayi. Berdasarkan pernyataan diatas peneliti memfokuskan attachment parenting pada ibu bekerja.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran attachment parenting ibu bekeija terhadap bayi usia 12-18 bulan. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 4 subyek dengan karakteristik subyek sekarang sedang bekeija dan mempunyai bayi dalam rentang usia 12-18 bulan. Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode wawancara dengan pedoman umum dan menggunakan observasi partisipatif sebagai metode pendukung.
Lebih lanjut hasil penelitian menyatakan semua subyek mengalami secure attachment dan semua subyek menggunakan attachment parenting. Aspek pekerjaan ternyata tidak mempengaruhi kedekatan yang telah dibentuk antara ibu dengan bayi. Melainkan kemampuan subyek dalam menyeimbangkan tugas sebagai ibu bekeija dan sebagai ibu rumah tangga lebih penting. Adanya pendelegasian tugas parenting mempunyai andil penting dalam membangun ikatan antara ibu dengan bayi.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai pedoman untuk penelitian-penelitian lebih lanjut yang mempunyai kaitan dengan attachment parenting dan juga dapat mengkaitkan attachment parenting dengan beragam budaya yang ada di Indonesia ini Manfaat lainnya adalah untuk membantu ibu bekerja agar dapat melakukan intervensi melalui attachment parenting untuk menghindari terjadinya insecure attachment dan di sisi lain dapat menciptakan dan meningkatkan secure attachment.
Untuk penelitian selanjutnya dapat diarahkan untuk mempertimbangkan atau menguji faktor-faktor seperti usia ibu bekerja, budaya, ekonomi, penggunaan babysitter, dan kehadiran pengasuh lainnya, karena kemungkinan faktor-faktor tersebut berpengaruh. Selain itu juga disarankan bagi ibu bekerja untuk membuat prioritas waktu terhadap peran sebagai pekerja dan sebagai ibu dan mendelegasikan beberapa tugas rumah tangga kepada anggota keluarga yang ada. Hal ini ditujukan agar ibu bekerja tetap dapat bekerja dan dapat dekat dengan bayinya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3453
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Livia Octacarmine
"Penelitian dilakukan untuk melihat gambaran self-controlserta keterlibatan pada anak-anak usia 3-4 tahun di Indonesia. Dalam melihat kemampuan self-control, dilakukan sebuah eksperimen sederhana yang melihat delay of gratification yang dikembangkan oleh Mischel, dengan beberapa penyesuaian seperti penggunaan jelly sebagai reward, dan waktu maksimal menunggu hingga 13 menit (780 detik). Sedangkan, untuk melihat keterlibatan ibu diberikan alat ukur Mother Involvement Scale-Reported yang dikembangkan oleh Finley, Mira, dan Schwartz (2008), yang melihat keterlibatan ibu dalam tiga dimensi, yaitu instrumental, expressive, dan mentoring/advising. Terdapat 7 pasang partisipan dalam penelitian ini, yang terdiri anak usia 3-4 tahun dengan ibunya yang berusia 31-40 tahun. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan self-control yang dimiliki anak-anak usia 3-4 tahun sangat beragam, dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Sedangkan, keterlibatan ibu pada anak-anak usia 3-4 tahun cenderung tinggi, dengan dimensi yang paling tinggi adalah dalam mentoring/advising.

The aim of this study is to find out about self-control and maternal involvement in three and four-year-old children in Indonesia. Childrens self-control was measured with an experiment of delay of gratification, that was adapted from Mischels experiments, with some modifications such as the usage of jellies as the reward and 13 minutes (780 seconds) as the maximum delay duration. Maternal involvement was measured using a self-reported questionnaire named Mother Involvement Scale-Reported, developed by Finley, Mira, and Schwartz (2008). In this measurement, mother involvement is divided by three dimensions, instrumental, expressive, and mentoring/advising. There are seven pairs of participants in this study that are three and four-year-old children with their mothers. The result of this study shows that self-control abilities among three and four-year-olds are vary, influenced by many factors. Otherwise, maternal involvement in three and four-year-olds is tend to be high, with mentoring/advising as the involvement dimension with the highest score among all participants.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafira Chairunnisa
"Bonding merupakan ikatan emosi yang terbentuk antara seorang ibu dengan anaknya sejak pertama kali terjadinya kontak antara ibu dan anak. Bonding yang erat pada masa awal perkembangan anak, khususnya pada usia bawah tiga tahun, merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan emosi dan sosial anak. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap bonding ibu-anak adalah psikopatologi ibu. Terdapat berbagai studi yang meneliti hubungan antara psikopatologi ibu dengan bonding, tetapi studi-studi tersebut umumnya berfokus pada depresi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi korelasi antara jenis psikopatologi lainnya pula dengan bonding ibu-anak usia bawah tiga tahun. Pada penelitian cross-sectional ini, sebanyak 65 ibu yang memiliki anak berusia 0-36 bulan diminta untuk mengisi kuesioner Mother Infant Bonding Scale (MIBS) sebagai instrumen pengukuran bonding ibu-anak dan kuesioner Symptoms Checklist 90 (SCL-90) sebagai instrumen pengukuran psikopatologi pada ibu. Uji korelasi Spearman kemudian dilakukan untuk melihat korelasi antara skor total MIBS dengan skor total SCL-90 maupun skor per dimensi psikopatologi, yang mencakup gejala depresi, ansietas, obsesif kompulsif, phobic anxiety, hostilitas, ideasi paranoid, somatisasi, sensitivitas interpersonal, serta psikosis. Ditemukan korelasi positif lemah yang bermakna antara psikopatologi ibu secara keseluruhan (r=0,228), gejala depresi (r=0,236), ansietas (r=0,313), phobic anxiety (r=0,207), dan psikosis (0,221) dengan bonding ibu-anak usia bawah tiga tahun. Tidak ditemukan korelasi yang bermakna antara gejala obsesif kompulsif, hostilitas, ideasi paranoid, somatisasi, dan sensitivitas interpersonal dengan bonding (p>0,05). Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi hubungan antara psikopatologi yang memiliki korelasi tidak bermakna tersebut dengan bonding, serta penelitian untuk mengeksplorasi faktor-faktor lain yang dapat turut memengaruhi bonding ibu-anak usia bawah tiga tahun.

The term bonding refers to the emotional tie between a mother and her infant which forms since their earliest contact. Bonding during the childs early years, especiallyup until the age of three, is crucial for the childs emotional and socia development. Maternal psychopathology is one of the most important factors affecting mother-child bonding. Studies in this area have primarily focused on the association between depression and mother-child bonding, with limited studies investigating other types of psychopathology. This cross-sectional research aims to identify the correlation between various types of psychopathology and bonding among mothers and children under three years old. As many as 65 mothers of children aged 0-36 months were asked to complete two questionnaires: the Mother-Infant Bonding Scale (MIBS) as a measure of mother-child bonding and the Symptoms Checklist 90 (SCL-90) as a measure of maternal psychopathology. Spearmans correlation test was then performed to investigate the correlation between the total scores of each questionnaire, as well as the correlatio between MIBS total score and the SCL-90 subscores for each type of psychopathology. This includes depression, anxiety, obsessive-compulsiveness, phobic anxiety, hostility, paranoid ideation, somatization, interpersonal sensitivity, and psychoticism. Weak but significant positive correlation between maternal psychopathology in general and mother-child bonding was observed (r=0.228). Similar correlation was also observed between bonding and maternal depression (r=0,236), anxiety (r=0.313), phobic anxiety (r=0.207), and psychoticism (r=0,221). No significant correlation was found between bonding and maternal obsessive-compulsiveness, hostility, paranoid ideation, somatization, as well as interpersonal sensitivity (p>0.05). Further research investigating the association of these five psychopathologies with mother-child bonding is needed. Factors other than materna psychopathology that might have affected mother-child bonding also needs to be explored.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chicago: The University of Chicago Press, 1990
155.42 ATT
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Respati Danar Rizky
"Discipline strategies yang diterapkan oleh ibu merupakan salah satu faktor penting dalam pemahaman theory of mind anak. Meskipun demikian, masih sangat sedikit penelitian yang mempelajari mengenai discipline strategies ibu dan theory of mind. Selain itu, penelitian sebelumnya hanya mengaitkan discipline strategies ibu dengan first-order theory of mind saja, dan belum ada yang mengaitkan dengan second-order theory of mind secara bersamaan. Padahal perkembangan pemahaman theory of mind pada anak memiliki dua tahapan, yaitu first-order dan second-order theory of mind. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis discipline strategies yang digunakan oleh ibu, dan mempelajari kontribusi delapan jenis discipline strategies ibu terhadap first-order theory of mind dan second-order theory of mind pada anak usia 5 ndash; 6 tahun. Sebanyak 104 anak dan ibu mengikuti kegiatan penelitian ini. Pemahaman first-order dan second-order theory of mind anak diukur melalui 6 komponen theory of mind dengan metode tanya jawab, sedangkan penggunaan discipline strategies ibu diukur dengan kuesioner. Discipline strategies discuss dan boss yang digunakan oleh ibu memprediksi pemahaman first-order maupun second-order theory of mind anak. Di sisi lain, discipline strategies let rsquo;s child decide, how feel, silence, social norms, parent emotion dan persuasive tidak memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pemahaman first-order maupun second-order theory of mind anak.

Mother's discipline strategies is one of crucial factors in children's theory of mind understanding. Nonetheless, there is still a limited number of studies covering mother's discipline strategies and theory of mind. In addition, previous studies only associate mother's discipline strategies with first order theory of mind, and no one has to associate with second order theory of mind simultaneously. Whereas, development of children's theory of mind understanding has two stage, first order and second order theory of mind. The current study investigated mother's discipline strategies, and investigated the contribution of eight mother's discipline strategies with children's first order and second order theory of mind among 5 6 years old children. 104 children and mothers are participated in this study. Children's first order and second order theory of mind understanding were measuring using 6 component of theory of mind with question and answer method, while mother's discipline strategies was measuring by questionnaire. It was revealed that discuss and boss mother's discipline strategies could predict children's first order and second order theory of mind understanding. On the other hand, let's child decide, how feel, silence, social norms, parent emotion and persuasive discipline strategies had no significant contribution to children's first order and second order theory of mind understanding.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T47260
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Dimas Bagus Prabowo
"Penelitian mengenai kualitas attachment dengan kemandirian sebelumnya masih sedikit yang memisahkan antara attachment ibu-anak dengan attachment ayah-anak. Pada studi ini, attachment orangtua dipisahkan menjadi attachment ibu-anak dan ayah-anak. Sampel pada studi ini adalah remaja akhir yang berusia 18-21 tahun di kota Depok (N=103). Responden diminta untuk mengisi kuesioner yang mengukur attachment ibu-anak dan ayah-anak serta kemandirian. Attachment ibu-anak dan ayah-anak diukur melalui adaptasi alat ukur Inventory of Parent and Peer Attachment-Revised (IPPA-R) dan kemandirian diukur melalui adaptasi alat ukur Adolescence Autonomy Questionnaire. Hasil penelitian menunjukkan attachmen ibu-anak memiliki hubungan signifikan dengan kemandiran, sedangkan attachment ayah-anak tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kemandirian.

There's not many studies that distinguish parent attachment as mother-child and father-child attachment in connection with autonomy. In this study, parent attachment has been separated into mother-child and father-child attachment. The samples of this study is late adolescents between 18 and 21 years old, who lives in Depok (N=103). Respondents are asked to fill the questionnaires which measures mother-child attachment, father-child attachment and autonomy. Mother-child attachment and father-child attachment were measured with adaptation version of Inventory of Parent and Peer Attachment-Revised (IPPA-R) and autonomy were measured with adaptation version of Adolescence Autonomy Questionnaire. This study found that mother-child attachment correlates significantly with autonomy, while father-child attachment didn’t correlates significantly with autonomy."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55808
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sholihatul Amaliya
"Perawatan Metode Kanguru PMK telah terbukti secara klinis memberikan efek positif pada ibu dan bayi. Salah satu hambatan dalam pelaksanaan PMK di rumah adalah tidak adanya gendongan khusus PMK di rumah. Gendongan yang banyak digunakan di Indonesia untuk melakukan PMK adalah model Kantong, Thari dan Kain Panjang. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perbandingan kenyamanan ibu saat melakukan PMK dengan tiga jenis gendongan PMK dan perbandingan persepsi ibu tentang ketiga gendongan PMK tersebut.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah crossover yang melibatkan 20 responden ibu dan BBLR dengan metode consecutive sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner kenyamanan ibu, persepsi ibu, kecemasan ibu dan lembar observasi PMK.
Hasil analisis Repeated Anova menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna kenyamanan ibu saat melakukan PMK dengan tiga jenis gendongan dan persepsi ibu tentang tiga jenis gendongan PMK tersebut kenyamanan ibu p=0,366, ?=0,05; persepsi ibu p=0,504, ?=0,05. Oleh karena itu pelaksanaan PMK dapat menggunakan ketiga jenis gendongan tersebut yaitu model kantong, thari dan kain panjang.

Kangaroo Mother Care KMC is an evidence based approach to give positive effects for mother and baby. One of the barrier of the implementation KMC in home is lack of KMC carriers. The most widely used KMC carrier in Indonesia are kangaroo bag, Thari and traditional sling kain panjang. This study aims to compare maternal comfort when performing KMC with these KMC carriers and compare of the mother's perception about these KMC carriers.
This study used crossover design with 20 mothers and low birth weight babies using consecutive sampling. Data collection using mother comfort questionnaire, mother perception questionnaire, mother's anxiety questionnaire and KMC observation sheet.
The results Repeated Anova showed that there was no significant difference in maternal comfort when performing KMC with these KMC carriers and mother's perception about these KMC carriers maternal comfort p 0,389, 0,05 mother's perception p 0,504, 0,05. Therefore, the implementation of KMC can use these kind of KMC carriers kangaroo bag, thari and traditional sling kain panjang .
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T47616
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaskia Toyyibatun Zulkaisy
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara attachment ibu-anak, attachment ayah-anak, dan self-esteem remaja akhir Kota Depok. Penelitian ini dilakukan terhadap 104 remaja akhir di Kota Depok berusia 18-21. Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan Inventory of Parent and Peer Attachment-Revised (IPPA-R) yang dibuat oleh Armsden dan Greenberg pada tahun 2009. Alat ukur ini mengukur attachment ibu-anak dan attachment ayah-anak. Sementara self-esteem diukur menggunakan kuesioner yang dibuat oleh Rosenberg (1965), yaitu Rosenberg?s Self-Esteem Scale yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan mengukur satu dimensi, yaitu global self-esteem. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa attachment ibu-anak memiliki hubungan positif yang signifikan dengan self-esteem remaja akhir Kota Depok (r=0,204: l.o.s. 0,05) dan attachment ayah-anak tidak memiliki hubungan positif yang signifikan dengan self-esteem remaja akhir Kota Depok (r=0,068; l.o.s. 0,05).

The purpose of this study is to understand the correlation between mother- child attachment, father-child attachment, and self-esteem in late adolesence in Depok. The sample of this study consist of 104 late adolescence (18 ? 21 years old) in Depok. Mother-child attachment and father-child attachment measured by Inventory of Parent and Peer Attachment-Revised (IPPA-R) which is created by Armsden and Greenberg on 2009. Whereas, self-esteem is measured by Rosenberg?s Self-Esteem Scale and measuring one dimension of self-esteem (global self-esteem). Result of this study showed that mother-child attachment correlates significantly with self-esteem in late adolescence in Depok (r=0,204: l.o.s. 0,05) and father-child attachment has no correlation with self esteem in late adolescence in Depok (r=0,068; l.o.s. 0,05)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55814
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angger Wiji Rahayu
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komunikasi maternal mengenai kesehatan reproduksi dan seksual remaja terhadap perilaku seksual berisiko remaja. Perilaku seksual berisiko remaja diukur melalui perilaku pacaran dan perilaku seksual pranikah serta perilaku penggunaan alat kontrasepsi remaja. Penelitian ini menggunakan data dari SDKI - Wanita Usia Subur (WUS) dan SDKI - Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) 2017. Analisis data menggunakan metode ordinal logit untuk perilaku pacaran dan regresi logistik biner untuk perilaku seksual pranikah. Hasil deskriptif menunjukkan bahwa remaja yang memiliki pacar sebagian besar pernah melakukan hubungan seksual pranikah.
Sementara hasil analisis inferensial menemukan bahwa komunkasi mengenai kesehatan reproduksi dan seksual yang dilakukan ibu dan remaja memengaruhi perilaku pacaran remaja, namun tidak memengaruhi perilaku seksual pranikah remaja dan penggunaan kontrasepsi oleh remaja. Selain itu, penelitian ini menemukan bahwa pengaruh komunikasi yang dilakukan ibu dan remaja juga dipengaruhi oleh komunikasi yang dilakukan remaja dengan pihak lain seperti teman, guru, petugas agama, dan petugas kesehatan.

This research aimed to determine the effect of maternal communication on adolescent reproductive and sexual health towards risky sexual behavior.  Risky sexual behavior in adolescent was in measured by 3 indicators i.e dating behavior, premarital sexual behavior, and contraceptive use. This study used data from Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) - Fertile Age Women and IDHS - Youth Reproductive Health 2017. Dating behavior data were analyzed using the ordinal logit method, and the data of premarital sexual behavior and contraceptive use were analized using binary logistic regression. Descriptive results showed that most adolescents who are dating have had premarital sexual relations.
The results of the inferential analysis found that communication between mothers and adolescents regarding reproductive and sexual health influenced dating behavior, but it does not affect premarital sexual behavior and contraceptive use. Furthermore, this study found that in addition to mothers, adolescent dating behavior was also influenced by their communication with other people such as friends, teachers, religious leaders, and health workers."
Universitas Indonesia, 2019
T54708
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>