Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 56395 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bagas Ariandana Dewanto Putra
"ABSTRACTS
Penelitian ini membahas tentang representasi kekerasan seksual melalui elemen-elemen mise-en-scÃne dalam serial drama The Handmaids Tale. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan berfokus pada analisis deskriptif. Proses penelitian dilakukan dengan studi literatur. Hasil penelitian menemukan bahwa tiap-tiap elemen mise-en-scÃne memiliki makna sendiri-sendiri dalam membentuk adegan yang ketika diintegrasikan akan membentuk makna baru dalam membuat representasi di dalam adegan. Penggabungan elemen-elemen mise-en-scÃne menciptakan sintagma yang bekesinambungan dari shot satu ke shot berikutnya. Kekerasan seksual dalam adegan didasari oleh seksisme yang dikonstruksi lewat cara pandang patriarki dari karakter yang mendominasi.

ABSTRACT
This study discusses the representation of sexual violence scenes through elements of mise-en-scÃne in the drama series The Handmaids Tale. This research is a qualitative research and focused on descriptive analysis. This research conduct by literature study. This research finds that every element of mise-en-scÃne has its own meaning and when each element is integrated, they will have a new meaning to represent something in the scene.  The fusion of all elements of mise-en-scÃne creates continuous syntagms. Sexual violence in the scenes that have been analyzed are rooted in sexism that is constructed through elite characters patriarchal perspective."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
AULIYA PUTRI ARFIANTI
"Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan representasi perselingkuhan dalam drama serial Fishbowl Wives (2022) serta implikasinya terhadap stereotipe alasan perselingkuhan berdasarkan gender dengan menggunakan teori representasi oleh Stuart Hall (1997) sebagai kerangka berpikir. Penelitian ini memanfaatkan pertanyaan kuesioner dari Infidelity Questionnaire (INFQ), metode analisis teks dan metode interpretasi komposisi visual sebagai metode analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Fishbowl Wives memperkuat stereotip dikotomi gender bahwa perempuan melakukan perselingkuhan karena alasan emosional, sedangkan laki-laki karena alasan kepuasan seksual tetapi di saat yang bersamaan menampilkan pula kerumitan yang berlapis di balik alasan tersebut.

This study aims to reveal the representation of infidelity in the Fishbowl Wives (2022) drama series and its implications for the gender stereotype behind the reasons for infidelity by using representation theory by Stuart Hall (1997) as the theoretical framework. This study utilizes questionnaires from the Infidelity Questionnaire (INFQ), text analysis methods, and visual composition interpretation methods as analytical tools. The results show that Fishbowl Wives reinforces the gender stereotype that women commit adultery for emotional reasons, while men for sexual satisfaction but at the same time show the complexity behind these reasons."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Cheryl Annisa Paramesti
"For the past years, Muslim representation in the teen drama series has been gradually increasing. However, evidence proves misinformation muddles the image of Muslim women with a frequent stereotypical trope of oppression and victimization which affect people’s perspective. Involving sincere Muslim women representation in the narratives gives a sense of inclusion and empowerment, especially those who are represented. Transmedia storytelling is powerful to convey message because it gives room for exploratory experiences. Skam is a slice-of-life transmedia storytelling teen drama series that dedicate one season to portray Muslim. Previous studies have examined how Skam includes inclusivity. However, there is a minimal amount of further study that focuses on Muslim representation in Skam. This essay will analyze how Skam utilize transmedia storytelling in representing Muslim women representation’s authentic and relatable story. The discussion will also adopt narrative complexity and stereotypes with explanatory approach and critical discourse analysis way of thinking for data collection. The analysis reveals that Skam’s Muslim women representation eliminates stereotype by implementing Jenkin’s seven transmedia storytelling principle and Jason Mittell’s narrative complexity. This essay will help understand the importance of Muslim women representation and the media roles in communication essential topics to the audiences.

Representasi Muslim dalam serial drama remaja secara bertahap mengalami peningkatan, namun data membuktikan bahwa masih banyak misinformasi terutama terhadap Wanita Muslim. Hal tersebut berbahaya karena dapat mempengaruhi perspektif masyarakat. Misrepresentasi di media mengangkat tema stereotip penindasan dan viktimisasi. Melibatkan representasi wanita muslim dalam narasi memberikan rasa inklusi dan pemberdayaan bagi audiens, terutama bagi mereka yang terwakili. Transmedia storytelling memiliki peran besar dalam mengkomunikasikan pesan secara menarik dan memberikan ruang untuk pengalaman eksploratif. Skam adalah serial drama remaja dengan konsep transmedia storytelling dengan tema slice-of-life yang mendedikasi satu season tentang kehidupan Muslim. Penggambaran Muslim dalam serial Skam dikenal lebih akurat. Studi sebelumnya telah meneliti tema inklusivitas Skam. Namun, sedikit penelitian lebih lanjut yang berfokus pada representasi Muslim di Skam. Esai ini akan menganalisis bagaimana serial Skam memanfaatkan transmedia storytelling dalam mengkomunikasikan representasi wanita Muslim. Diskusi ini mengadopsi teori narrative complexity dan stereotip dengan pendekatan eksplanatori dengan lensa critical discourse analysis untuk mengumpulkan data. Analisis membuktikan bahwa oleh Skam menghilangkan narasi stereotip pada representasi Muslim dengan menerapkan tujuh prinsip transmedia storytelling yang diutarakan oleh Jenkins dan narrative complexity sesuai dengan opini Jason Mittell. Esai ini membantu memahami pentingnya representasi wanita Muslim dan peran media dalam mengkomunikasikan topik-topik penting kepada audien"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Yanuar Farhanditya
"ABSTRAK
Handmaid rsquo;s Tale 2017 adalah adaptasi serial dari novel 1985 dengan nama yang sama karya Margaret Atwood yang mengikuti kehidupan seorang Handmaid - seorang pembawa anak yang diritualkan - di Amerika Serikat pasca-kudeta teokratis yang telah mengganti namanya menjadi Republik Gilead . Serial ini mengeksplorasi kehidupan yang keras di bawah rezim tersebut melalui sudut pandang Offred, seorang Handmaid yang baru-baru ini direkrut paksa. Serial ini bisa dilihat sebagai kritik terhadap struktur kekuasaan yang beroperasi di bawah kerja biopolitik. Literatur mengenai novel-novel Atwood sudah berlimpah Brackins, 2014; Jacob, 2015 , terutama yang berurusan dengan feminisme dan keibuan. Namun, serial ini belum pernah dibahas, khususnya dalam kaitannya dengan biopolitik. Dengan memanfaatkan Pendekatan Althusser tentang aparatur negara dan pemikiran Foucault tentang biopower, artikel ini bertujuan untuk menemukan penindasan yang dilakukan oleh aktor negara maupun non-negara serta saling keterlibatan yang kemudian dihasilkan dan ketahanan dari subjeknya. Dengan menganalisis struktur naratif dari elemen visual dan audio dari musim pertama serial ini 2017 , makalah ini mengkaji implikasi biopolitik dalam tingkat sistemik maupun individu, khususnya melalui sudut pandang perempuan-perempuan yang terpinggirkan. Makalah ini mencerminkan bagaimana serial ini berhubungan dengan konteks sosio-politik Amerika Serikat abad 21.

ABSTRACT
Handmaid rsquo;s Tale 2017 is a serial adaptation of the 1985 novel of the same name by Margaret Atwood which follows the life of a handmaid ndash; a ritualized child bearer ndash; in a post-coup theocratic United States of America USA which renamed itself ldquo;Republic of Gilead rdquo;. This series explores the harsh life under the regime through the viewpoint of Offred, a recently indicted handmaid. This series could be seen as a critique of power structure operating underneath the working of biopolitics. Scholarship on Atwood rsquo;s novel are abound Brackins, 2014; Jacob, 2015 , especially dealing with feminism and motherhood. However, the series has not been discussed, in particular in relations to biopolitics. By utilising Althusser rsquo;s approach on state apparatuses and Foucault rsquo;s thought on biopower, this article aims to discover the repression perpetrated by both state and non-state actors along with the resulting complicity and resistance of the subjects. By analysing the narrative structure of the series visual and audio elements of the first season 2017 , this paper examines the implications of biopolitics in both systemic and individual level, specifically through the viewpoint marginalized women. The paper reflects how the series relate to the socio-political context of 21st century USA."
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Preciosa Alnashava J.
"Tesis ini membahas tentang bagaimana representasi kekerasan simbolik dalam hubungan romantis pada serial situasi komedi How I Met Your Mother serta bermaksud membongkar ideologi patriarki di balik representasi tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode analisis semiotika Roland Barthes dan teknik pengumpulan data melalui analisis teks, serta studi literatur. Konsep kekerasan simbolik yang digunakan dalam penelitian ini beranggapan bahwa hubungan romantis heteroseksual merupakan bentuk kekerasan simbolik pada perempuan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa serial komedi situasi How I Met Your Mother menampilkan kekerasan simbolik dengan mereproduksi mitos perempuan dalam hubungan romantis sebagai : objek seks, makhluk yang emosional, dan pihak yang harus lebih rela berkorban. Mitos ini lah yang mengkonstruksikan ideologi patriarki di balik komedi situasi How I Met Your Mother.

This research tries to explain about how the representation of symbolic violence in romantic relationships in a sitcom, How I Met Your Mother, and to expose the pathriarchal ideology behind the representation. This is a qualitative research with semiotic by Roland Barthes as the method to analyze the text and text analysis technique along with literature study to collect the data. The concept of symbolic violence, that is used in this research, assumes that a heterosexual romantic relationship is a form of symbolic violence to women.
The result of this research indicates that How I Met Your Mother displays symbolic violences by reproducing myths towards women as: sex symbols, emotional beings and the ones who have to be more self-sacrificing than men. These myths construct the patriarchal ideology behind How I Met Your Mother."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T30603
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Moulidya Anggianie
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh munculnya gerakan MeToo di Korea Selatan beberapa tahun terakhir yang didukung oleh kaum perempuan. Gerakan MeToo membuktikan adanya rasa saling melindungi satu sama lain di antara perempuan Korea Selatan. Demikian solidaritas yang terjalin membentuk hubungan yang dinamakan sisterhood. Cheongchun Shidae merupakan salah satu drama yang bercerita masa muda kelima tokoh perempuannya. Latar belakang serta masalah yang dialami tiap tokoh dalam drama ini berbeda. Namun, satu hal yang membangun solidaritas di hubungan mereka adalah masalah kekerasan seksual. Penelitian ini hanya akan membahas permasalahan kekerasan seksual yang dialami keempat tokoh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran sisterhood bagi perempuan dalam menghadapi kekerasan seksual, penelitian kualitatif ini menggunakan metode deskriptif analisis. Setelah menonton drama Cheongchun Shidae beberapa kali, analisis diambil dengan fokus pada sisterhood yang muncul di tengah tekanan kekerasan seksual. Peneliti kemudian menyimpulkan bahwa sisterhood dalam drama ini berperan sebagai tempat perempuan saling mendukung untuk keluar dari kekerasan seksual yang dihadapi.

This paper is based on the emergence of Me Too movement in South Korea which is started mostly by women. Me Too movement shows there is an awareness to protect each other between South Korean women. Thus, the solidarity that is built forms a relationship called sisterhood. Cheongchun Shidae is one of the dramas that tells the story of the five young female characters. The background and problems experienced by each character in the drama are different. However, one thing that build up solidarity in their relationship is sexual violence. This research aims to see the sexual violence experienced by the four figures. Aiming to know the role of sisterhood for women to deal with sexual violence, this qualitative research uses descriptive analysis methods. After watching drama Cheongchun Shidae several times, the analysis was taken with a focus on sisterhood which appeared amid the pressure of sexual violence. This research concludes that sisterhood in this drama acts as a place for women to support each other out of the sexual violence they are dealing with."
2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Gita Murti
"ABSTRAK
Shinsengumi merupakan pasukan yang bertugas melindungi Shogun dan melenyapkan semua yang membuat kerusuhan pada masa-masa Restorasi Meiji. Kisah mengenai Shinsengumi telah banyak diangkat menjadi produk-produk budaya populer seperti: novel, film, komik, animasi, game, drama audio dan lain-lain. Adaptasi kisah Shinsengumi mengalami banyak proses romantisasi, komersialisasi dan erotisasi. Di tengah-tengah maraknya produk budaya populer Jepang yang mengangkat tokoh-tokoh laki-laki yang lebih lembut dan feminin sehingga turut merubah nilai-nilai maskulinitas yang ada di Jepang saat ini, Drama Audio Shinsengumi Mokuhiroku Wasurenagusa memunculkan tokoh-tokoh yang mengangkat kembali maskulinitas hegemonik yang sempat menjadi standar maskulinitas di Jepang.

ABSTRACT
Shinsengumi was the last shogun corps made to protect Shogun and destroy all rebels in Meiji Restoration Period. The story of Shinsengumi has been adapted into many product of popular culture such as: novels, movies, comics, animation, games, audio drama and others. Their story has been romanticized, commercialized and erotisized. In the midst of the Japanese pop-culture products which keep highlighting gentle and feminine male characters boom that changed the current Japanese masculinity value, Audio Drama series Shinsengumi Mokuhiroku Wasurenagusa develops characters which bring back the hegemonic masculinity that once became standard of masculinity in Japan."
2015
S59454
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amira Nur Khanifah
"Penelitian ini bertujuan menganalisis representasi perempuan dengan autisme dalam serial drama Korea Extraordinary Attorney Woo dan bagaimana representasi tersebut membentuk konstruksi sosial tentang gender dan disabilitas serta memengaruhi persepsi perempuan tentang perempuan dengan autisme. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis wacana kritis feminis.
Serial televisi Extraordinary Attorney Woo mengisahkan perjalanan perempuan autis bernama Woo Young-woo, seorang pengacara di Korea Selatan. Penelitian ini menganalisis representasi perempuan autis dalam serial tersebut dan pemaknaannya bagi perempuan. Dengan kerangka kerja teori representasi Stuart Hall, feminis disabilitas Rosemarie Garland-Thomson, dan Gendered Audiences Ien Ang, penelitian ini bertujuan untuk menelisik konstruksi gender dan disabilitas dalam serial dramatisasi tersebut serta bagaimana audiens perempuan memaknainya.
Hasil menemukan bahwa representasi Young-woo sebagian menantang stigma patriarkal dan ableisme melalui pencapaian hidupnya, namun juga masih terperangkap dalam batas-batas ketidaksetaraan struktural yang sering dihadapi perempuan autis. Audiens perempuan sebagian besar memaknai representasi Young-woo dalam bingkai narasi melodramatis perjuangan pemberdayaan pribadi melawan ketidakadilan sosial. Perempuan autis masih menemukan harapan meski sadar dilema representasi tak ideal ini. Sementara laki-laki autis lebih kritis, menuntut representasi otentik dengan keterlibatan komunitas autis dalam produksi konten media. Analisis menunjukkan posisi sosial dan interseksionalitas memengaruhi interpretasi audiens.
Penelitian selanjutnya dapat mengkaji respon publik yang lebih luas, demi memetakan lebih kompleks interaksi media, identitas, dan kekuasaan dalam masyarakat Korea Selatan.

This research aims to analyze the representation of women with autism in the Korean drama series Extraordinary Attorney Woo and how this representation shapes the social construction of gender and disability and influences women's perceptions of women with autism. This research uses qualitative methods with critical feminist discourse analysis.
The television series Extraordinary Attorney Woo tells the story of an autistic woman named Woo Young-woo, a lawyer in South Korea. This research analyzes the representation of autistic women in the series and its meaning for women. With the framework of Stuart Hall's representation theory, disability feminist Rosemarie Garland-Thomson, and Ien Ang's Gendered Audiences, this research aims to examine the construction of gender and disability in the dramatization series and how female audiences interpret it.
The results found that Young-woo's representation partly challenges patriarchal stigma and ableism through her life achievements, but is also still trapped within the boundaries of structural inequality that autistic women often face. Female audiences mostly interpret Young-woo's representation within the frame of a melodramatic narrative of a struggle for personal empowerment against social injustice. Autistic women still find hope even though they are aware of the dilemma of non-ideal representation. Meanwhile, autistic men are more critical, demanding authentic representation with the involvement of the autistic community in media content production. Analysis shows social position and intersectionality influence audience interpretations.
Future research could examine broader public responses, in order to map more complex interactions of media, identity and power in South Korean society.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hendra Mulyana
"Drama Korea ‘Snowdrop’ memicu kontroversi karena dianggap mendistorsi sejarah gerakan demokratisasi Korea Selatan yang terjadi pada tahun 1987. Penelitian ini bertujuan untuk menilai validitas tuduhan tersebut dan menganalisis representasi geopolitik yang muncul di dalam film tersebut. Tulisan ini mengkaji perdebatan yang terjadi dalam media daring mengenai tuduhan atas distorsi sejarah dengan melakukan analisis terhadap film melalui metode analisis komposisi dan analisis dokumen untuk melihat apakah tuduhan tersebut terbukti. Meskipun ‘Snowdrop’ memang mengandung unsur-unsur geopolitik, perbandingan antara unsur-unsur ini dan tuduhan-tuduhan yang terlampir menunjukkan bahwa tidak ada distorsi yang disengaja terhadap peristiwaperistiwa sejarah dengan niatan mengubah pandangan tertentu. Premis dan garis waktu film ini sejalan dengan pemilu Korea Selatan tahun 1987, yang menampilkan kesamaan dalam identitas politik—seperti pemerintahan otoriter, badan intelijen (ANSP) yang menjadi kaki tangan pemerintah, dan kehadiran Korea Utara sebagai musuh. Namun, intrik politik yang digambarkan adalah fiksi untuk mendapatkan efek dramatis dalam film.

online media regarding accusations by examining the film using composition analysis and document analysis methods to determine whether the allegations are proven. While ‘Snowdrop’ does contain geopolitical elements, a comparison between these elements and the attached allegations reveals no deliberate distortion of historical events with intentions to change certain viewpoint. The film’s premise and timeline align with the lead-up to the 1987 South Korean election, featuring similarities in political identities—such as an authoritarian government, an accomplice intelligence agency (ANSP), and North Korea as an adversary. However, the specific political intrigue depicted is fictionalized for dramatic effect on film."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Muthia Hasna
"ABSTRAK
Penelitian ini berfokus pada kehidupan wanita karir di Korea Selatan yang sering menjadi korban kekerasan seksual. Penulis berargumen bahwa fenomena itu disebabkan oleh dominasi laki-laki dalam dunia kerja, meskipun perempuan Korea Selatan sudah banyak yang berpartisipasi dalam dunia kerja profesional. Selain itu, kebanyakan perempuan Korea Selatan cenderung tidak melakukan perlawanan terhadap kekerasan seksual yang dialaminya. Argumen tersebut berbeda dengan studi-studi terdahulu yang menyatakan bahwa kekerasan seksual di tempat kerja disebabkan oleh budaya patriarkal, kerja lembur, dan budaya hoesik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk kekerasan seksual terhadap wanita karir di perusahaan Korea Selatan. Penelitian ini menggunakan drama Ibeon Saengeun Cheoeumira sebagai sumber data primer, sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai sumber tulis, berupa buku, jurnal, dan berita dari media daring terkait penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sesuai dengan asumsi penulis, kekerasan seksual disebabkan oleh dominasi laki-laki dalam dunia kerja dan tidak adanya perlawanan dari korban kekerasan seksual. Wanita karir tidak berani melawan karena takut kehilangan pekerjaan dan pelabelan oleh rekan kerja lainnya.

ABSTRACT
This research focus on the life of career women in South Korea who are often victims of sexual violence. The author argues that the phenomenon is caused by male domination in the work society, although many of South Korean women have participated in professional work field. Furthermore, most of South Korean women tend not to fight back the sexual violence they had experienced. Those arguments are different from the previous studies stated that sexual violence in workplace is caused by patriarchy culture, work overtime, and hoesik culture. This research aims to know the forms of sexual violence against career women in South Korean company. This reseach used drama Ibeon Saengeun Cheoeumira as the primary data source and used related online and offline books, journals, and news as the secondary data sources. This research shows that in accordance with the argument of the author, sexual violence is caused by male domination in the work society and there is no fighting back from the victims. Career women do not dare to fight back because they are afraid of losing their jobs and labeling from working partners."
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>