Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 216663 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sembiring, Nurfauziah Br.
"Latar belakang: Musculoskeletal disorders (MSDs) berkontribusi 42-58% dari total penyakit akibat kerja dan 40% dari total biaya kesehatan kerja secara global. Tingginya angka gangguan musculoskeletal pada pekerja khususnya nyeri bahu menuntut adanya metode terapi dan pencegahan agar terhindar dari penyakit akibat kerja dan peningkatan produktivitas kerja, terutama nyeri bahu di antara pengemudi bus. Untuk mengurangi penyakit terkait pekerjaan dan untuk meningkatkan tingkat produktivitas, dipilih Active Isolated Stretching (AIS). Dengan pelatihan sistematis dan pengamatan untuk melakukan AIS setiap hari, studi di antara pengemudi bus kampus terbukti mengurangi rasa sakit dan meningkatkan fleksibilitas bahu.
Metode: Penelitian ini merupakan quasi-eksperimen. Penelitian dilakukan di salah satu kampus universitas di Jakarta selama 14 bulan berturut-turut. Mulai mengumpulkan data sebelum melakukan AIS (T1), 18 supir bus kampus sebagai subyek penelitian dilatih dan diamati oleh perawat terlatih untuk melakukan AIS secara teratur sebelum memulai mengemudi. Data dikumpulkan setiap 2 minggu oleh dokter medis yang terlatih (T1-T5). Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan pemeriksaan fisik, observasi, kuesioner, pemeriksaan neurologis dan wawancara.
Hasil: Ada 18 pengemudi bis yang memiliki rata-rata VAS (Visual Analogue Score) dari T1 (rata-rata awal VAS) adalah 5,5 (0-10) dan meenurun secara bertahap menjadi 2 (0-6) pada minggu ke-8. Hasil rata-rata Apley Scratch Test (AST) T1 adalah (-9,122+11302) dan menjadi lebih baik secara bertahap ke T5 (-3,833+9,133). Semua ROM bahu memiliki peningkatan yang signifikan dari T1 ke T5. Pada Fleksi ada peningkatan rata-rata dari (166,22+7,697) menjadi (177,94+2,838). Abduksi dari 165 (160-180) menjadi 177 (165-180), Abduksi endorotasi dari 168,5 (150-165) menjadi 180 (170-180), Abduksi eksorotasi dari (162,56+4,605) menjadi (173,39+5.521), Ekstensi dari (42,11+6,747) menjadi (54,89+8,366), Adduksi dari 25 (20-40) menjadi 39 (30-45), Endorotasi dari (62,67+8,717) menjadi (80,67+10,738), Eksorotasi dari (71,28+9,670) menjadi (89,22+5,694). Ada juga korelasi yang signifikan antara kelompok usia dengan endorotasi bahu ROM p <0,05 dan r-0,474 dan abduksi eksorotasi bahu dengan p <0,05 dan r-0,477.
Kesimpulan dan saran: Hasil analisis menunjukkan bahwa ada penurunan rerata VAS dan peningkatan rerata ROM dan rerata Apley Scratch Test. Hasil ini menunjukkan bahwa AIS terbukti sebagai terapi dan pencegahan nyeri bahu, tetapi penelitian lebih lanjut pada populasi masyarakat pekerja lain diperlukan.

Background: Musculoskeletal disorders (MSDs) contribute 42-58 % of total occupational illnesses and 40% of total occupational healthcare costs globally. There were high numbers of MSDs among workers, those need special treatment for therapy and prevention, especially of shoulder pain among bus drivers. To reduce work related illnesses and to increase productivity rate, active isolated stretching (AIS) was selected to be aplicated in every day. By systematic trainings and observations to do AIS every day, the study among campus bus drivers proved to reduce the pain and to increase the shoulder flexibilities.
Method: This research was a quasi-experiment. The study was conducted in a campus of University in Jakarta for 14th months continuously. Started to collect the data before did the AIS (T1),18 campus bus drivers as study subjects were trained and observed by trained nurse to do AIS regularly before start the day. Data were collected every 2 weeks by trained medical doctors (T1-T5). The data collection procedures was done by an observation check list, questionnaire, neurological examination and interview.
Result: There were 18 bus drivers who had average VAS (Visual Analogue Score) of T1 (initial VAS average) was 5,5 (2-10) and reduce gradually to 2 (0-6) at week 8th (p<0,05). The results of average Apley Scratch Test (AST) of T1 was (-9,122+11,302) and became better gradually at T5 to -3,833 +9,133) p<0,05. All shoulder ROMs have a significant improvement from T1 to T5. On Flexion there is an average increase from (166,22+7,697) to (177,94+2,838). Abduction from 165 (160-180) to 177 (165-180), Abduction of endorotation from 168.5 (150-165) to 180 (170-180), Abduction of exorotation from (162.56+4,605) to (173,39+5,521), Extension from (42,11+6,747) to (54,89+8,366), Adduction from 25 (20-40) to 39 (30-45), Endorotation from (62,67+8,717) to (80,67+10,738), The exorotation from (71.28+9.670) to (89.22+5.694) p<0,05. There was also significant correlations between ages group with shoulder endorotation ROM p<0.05 and r -0.474 and abduction of shoulder exorotation with p <0,05 and r-0,477.
Conclusion and suggestion: The experimental study proved that there was a decrease of average VAS and an increase of average ROM and average Apley Scratch Test. These results suggest that AIS is best used as a therapy and prevention of shoulder pain, but further research on other working populations is needed."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T54389
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septian Adi Permana
"Latar belakang. Sepsis merupakan suatu disfungsi organ yang dikarenakan ketidakmampuan tubuh dalam merespon infeksi dan kemungkinan disebabkan karena kerusakan dari lapisan glikokaliks endothel. Kerusakan lapisan ini kemungkinan juga dipengaruhi oleh faktor lain yang memperberat kerusakannya, diantaranya adalah balans cairan rerata yang tinggi, dosis norepinefrin yang tinggi, kadar gula darah yang tinggi serta kadar awal syndecan-1 yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan faktor-faktor tersebut merupakan faktor resiko yang memperberat kerusakan lapisan glikokaliks endothel pada pasien sepsis yang dilihat dari kadar syndecan-1 Metodologi. Penelitian ini merupakan uji analitik observasional dengan metode cohort prospektif yang dilakukan terhadap pasien sepsis usia 18-65 tahun yang dirawat di intensive care unit (ICU) RSUD Dr Moewardi sejak bulan Maret sampai dengan Juni 2021. Sebanyak 40 subjek dibagi menjadi dua kelompok kemudian diikuti selama 3 hari. Kadar syndecan-1 di ukur pada hari ke-0 dan hari ke-3. Uji statistik dengan menggunakan uji chi square kemudian dilanjutkan dengan uji regresi logistik untuk menilai secara multivariat jika memenuhi persyaratan.Hasil penelitian. Dari ke empat variabel tidak didapatkan hasil yang bermakna terhadap hubungan balans cairan rerata,dosis rerata norepinefrin, kadar gula darah sewaktu dan kadar awal syndecan-1 terhadap pengingkatan kadar syndecan-1 dengan nilai p secara berturut-turut : p=1, p=0,145, p=1. tetapi pada kadar awal syndecan-1 secara statistik bermakna berpengaruh terhadap kenaikan kadar syndecan-1 >30%, dengan p=0,01. Dari penelitian kami, kami mendapatkan hasil yang bermakna dalam hubungan vasoaktif inotropik skor dengan luaran sekunder kami yaitu angka kematian dengan p=0.018, sedangkan jikalau dengan peningkatan kadar syndecan-1>30% tidak signifikan (p=0,918). peningkatan kadar syndecan-1>30% juga tidak signifikan mempengaruhi angka kematian (p=0,609) Kesimpulan. Tidak terdapat hubungan bermakna antara Balans Cairan Rerata,Dosis Rerata Norepinefrin, Kadar Gula Darah Sewaktu Dan Skor Vasoaktif Inotropik dengan peningkatan kadar syndecan-1 pada pasien sepsis. Serta tidak terdapat hubungan antara peningkatan kadar syndecan-1 >30% dengan angka kematian pada pasien sepsis. Terdapat hubungan bermakna antara kadar awal syndecan-1 dengan pengingkatan >30% kadar syndecan-1 pada pasien sepsis.

Background. Damage to the endothelium glycocalyx layer can induce sepsis, an organ failure caused by the body's inability to react to infection. High mean fluid balance, high norepinephrine dosages, high blood sugar levels, and high starting levels of syndecan-1 may all increase damage to this layer. The goal of this study is to show that these characteristics are risk factors for endothelial glycocalyx layer destruction in septic patients, as seen by syndecan-1 levels. Methodology. From March to June 2021, this study will conduct an observational analytic test using a prospective cohort approach on sepsis patients aged 18 to 65 who are treated in the Dr Moewardi Hospital's intensive care unit (ICU). A total of 40 people were split into two groups and monitored for three days. On days 0 and 3, the levels of syndecan-1 were tested. Statistical test using the chi square test, followed by a multivariate assessment using the logistic regression test to see if it fits the standards. Outcome. On the link between mean fluid balance, mean norepinephrine dosage, temporary blood sugar levels, and beginning levels of syndecan-1 on rising levels of syndecan-1, no significant findings were observed with p values of 1, p=0,145, and p=1. However, at baseline syndecan-1 levels, there was a statistically significant impact on raising syndecan-1 levels > 30%, with p = 0.01. We found significant findings in the connection of vasoactive inotropic scores with our secondary outcome, death, with p=0.018, but not in the association of rising levels of syndecan-1>30 percent (p=0.918). The mortality rate was not substantially affected by higher levels of syndecan-1 > 30% (p = 0.609). Conclusion. There was no link between elevated levels of syndecan-1 and mean fluid balance, mean norepinephrine dosage, transient blood sugar levels, and vasoactive inotropic scores in septic patients. Furthermore, there is no link between higher levels of syndecan-1 > 30% and septic patient mortality. In septic patients, there is a substantial correlation between initial syndecan-1 levels and a >30% rise in syndecan-1 levels."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Zafira
"

Penelitian saya membahas mengenai pengaruh campuran penyewa pada harga sewa antar pusat perbelanjaan di Indonesia. Secara tidak langsung pengalaman arsitektur pada pusat perbelanjaan akan mempengaruhi harga sewa, sehingga penting untuk mengkuantifikasinya. Campuran penyewa merupakan salah satu faktor yang meningkatkan pengalaman arsitektur. Saat ini belum tersedia mekanisme untuk mengestimasi pengaruh pengalaman arsitektur terhadap harga sewa pusat perbelanjaan. Penelitian terdahulu masih menggunakan kategori yang berlaku pada negara luar. Penelitian saya mengestimasi pengaruh pengalaman berbelanja yang diwakilkan oleh campuran penyewa, terhadap harga sewa pusat perbelanjaan di beberapa kota di Indonesia. Strategi penelitian ini adalah transformatif bertahap, yakni diawali dengan metode kualitatif kemudian metode kuantitatif. Metode kualitatif akan mengonfirmasi variabel untuk digunakan pada metode kuantitatif. Terdapat 49 sampel pusat perbelanjaan berdasarkan kota, jenis pusat perbelanjaan, dan ketersediaan denah. Temuan akhir penelitian saya adalah bahwa prediktor harga sewa pada pusat perbelanjaan merupakan besar toko dan jumlah variasi toko dalam sebuah pusat perbelanjaan. Besar toko dapat dihitung berdasarkan nomor unit dan blok. Besar toko berdasarkan nomor unit berpengaruh pada harga sewa sebesar Rp.1.318,33 per meter persegi per bulan pada setiap kenaikan 1 meter perseginya. Sementara itu, setiap naiknya 1 meter persegi besar toko berdasarkan blok akan menaikkan harga sewa senilai Rp. 1.116,67 per meter persegi per bulan. Jumlah variasi toko memiliki pengaruh positif sebesar Rp.835,59 per meter persegi per bulan dalam setiap bertambahnya 1 merek pusat perbelanjaan. Semakin besar toko-toko yang ada dan semakin beragam variasi toko pada pusat perbelanjaan akan meningkatkan harga sewa suatu pusat perbelanjaan. Penelitian saya dapat digunakan oleh pengelola pusat perbelanjaan untuk mengestimasi harga sewa yang ditawarkan pada penyewa menurut aspek pengalaman arsitektur dan campuran penyewanya.

 


My research discusses the effect of tenant mix on rental prices between shopping centers in Indonesia. Indirectly, architectural experience in shopping centers will affect rental prices, so it is important to quantify them. Tenant mix are one of the factors that enhance architectural experience. There is currently no mechanism available to estimate the effect of architectural experience on shopping center rental prices. Previous research still uses categories that apply to foreign countries. My research estimates the effect of shopping experience represented by tenant mix on the rental prices of shopping centers in several cities in Indonesia. The strategy of this research is a gradual transformative, which begins with qualitative methods then quantitative methods. Qualitative methods will confirm variables to be used in quantitative methods. There are 49 samples of shopping centers by city, types of shopping centers, and availability of plans. The final finding of my study is that the predictor of rental prices in shopping centers is a store area and the number of variations of stores in a shopping center. Store size can be calculated based on unit numbers and blocks. The size of store based on unit number has an effect on the rental price of Rp. 1,318.33 per square meter per month for each increase of 1 square meter. Meanwhile, every 1 square meter increase in store size by block will increase the rental price by Rp. 1,116.67 per square meter per month. The number of store variations has a positive influence of Rp.835.59 per square meter per month in every increase in 1 brand. The larger the existing shops and the more diverse variations of stores in shopping centers will increase the rental price of shopping center. My research can be used by shopping center managers to estimate the rental prices offered to tenants according to aspects of architectural experience and tenant mix.

 

"
2019
T53186
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Herdiana Christanty
"Tesis ini membahas mengenai hipertensi pada supir bus AKAP di Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten tahun 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kejadian hipertensi, faktor-faktor yang berhubungan, serta dan faktor dominan darikejadian hipertensi dikalangan supir bus AKAP. Faktorfaktor tersebut mencakup faktor yang tidak dapat dimodifikasi maupun yang dapat dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi adalah umur dan riwayat penyakit hipertensi dalam keluarga. Sementara, faktor yang dapat dimodifikasi yaitu kegemukan, olahraga, merokok, profil lipid, konsumsi alkohol, dan pola makan. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya. Penelitan dilakukan secara kuantitatif dengan desain potong lintang (cross sectional) . Penelitian ini selama bulan April-Juli 2014. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 310 orang.
Hasil penelitian menunjukkan 31,9% supir bus AKAP mengalami hipertensi. Maka terdapat hubungan antara umur, kadar kolesterol total, kadar trigliserida, IMT, persen lemak perut, persen lemak tubuh, konsumsi alkohol, dan konsumsi buah. Hasil analisis multivariat, umur, kolesterol total, trigliserida, konsumsi alkohol masuk dalam model akhir multivariat, dimana konsumsi alkohol sebagai faktor dominan protektif terhadap hipertensi. Konsumsi alkohol dalam jumlah sedang dapat meningkatkan HDL yang mengurangi resiko hipertensi.

This thesis discusses the hypertension in AKAP bus drivers in West Java, Jakarta and Banten in 2013. Purpose of this study is to describe the incidence of hypertension, associated factors, and the dominant factors of hypertension among AKAP bus drivers. These factors include factors that are not modifiable and modifiable. Factors that can not be modified are age and family history of hypertension. Meanwhile, factors that can be modified, namely obesity, exercise, smoking, lipid profile, alcohol consumption, and diet. Hypertension or high blood pressure is a blood vessel disorder that results in the supply of oxygen and nutrients carried by the blood to the inhibited tissues that need it. Research conducted by the quantitative cross-sectional design (cross-sectional). This research during the month of April to July 2014. Samples in this study amounted to 310 people.
The results showed 31.9% had hypertension AKAP bus driver. So there is a relationship between age, total cholesterol, triglycerides, BMI, percent abdominal fat, percent body fat, alcohol consumption, and the consumption of fruit. Results of multivariate analysis, age, total cholesterol, triglycerides, alcohol consumption included in the final multivariate models, where the consumption of alcohol as a dominant protective factor against hypertension. Moderate alcohol consumption may increase HDL reduces the risk of hypertension."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41934
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muchammad Arief Gunawan
"Latar Belakang : Gangguan otot merupakan penyakit akibat kerja yang paling banyak terjadi di duni, dari data World Health Organization (WHO) pada tahun 2003 terdapat gangguan otot rangka mencapai 60% dari semua penyakit akibat kerja, di Indonesia menurut data dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2005 sebanyak 40,5% pekerja di Indonesia mempunyai keluhan nyeri otot. Pada pabrik pengolahan ikan PT X telah dilakukan survey awal pada 64 responen dan didapatkan 48% dari responden mengeluh nyeri tengkuk. Salah satu cara untuk mengurangi rasa nyeri adalah dengan melakukan peregangan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh peregangan terhadap penurunan dari nyeri tengkuk tersebut.
Metode : Studi analitik dengan desain Pre-Post Test. Membandingakan nilai nyeri dengan bantuan Visual Analog Scale (VAS) sebelum dilakukan peregangan dengan sesudah dilakukan peregangan sebanyak dua kali dalam sehari pada 5 hari dalam satu minggu dengan waktu penelitian selama 2 minggu.
Hasil : Didapatkanya nilai prevalensi nyeri tengkuk sebanyak 78.3% serta terdapat perbedaan bermakna dari nilai nyeri sebelum dilakukan peregangan ( VAS = 5 (3-6)) dengan nilai nyeri setelah dilakukan peregangan ( VAS = 2 (0-3)), tidak terdapat perubahan yang bermakan terhadap faktor individu baik umur, status gizi, pendidikan, kebiasaan olahraga, kebiasaan merokok dan faktor masa kerja.
Kesimpulan : Peregangan dapat menurunkan nilai nyeri tengkuk yang diukur berdasarkan Visual Analog Scale (VAS) dengan peregangan sebanyak 2 kali sehari selama 5 hari dalam 1 minggu selama 2 minggu.

Background: Muscle disorders are the most common occupational diseases in the world, from World Health Organization (WHO) data in 2003 there was musculoskeletal disorder reaching 60% of all occupational diseases, in Indonesia according to data from the Ministry of Health of the Republic of Indonesia in 2005 as many as 40.5% of workers in Indonesia have complaints of muscle pain. In PT X fish processing factory has been conducted initial survey on 64 respondents and found 48% of the respondents complained of neck pain. One way to reduce pain is to doing a stretching. This study aims to see the effect of stretching on the decrease of the neck pain.
Methods: Analytic studies with Pre-Post Test design. Analyze the value of pain with the help of Visual Analog Scale (VAS) before stretching compare to after stretching twice a day for 5 days in a week with a 2-week research period.
Result: The prevalence value of cervical pain was 78.3% and there was significant difference of pain value before stretching (VAS = 5 (3-6)) with pain value after stretching (VAS = 2 (0-3)), no change which are related to individual factors in terms of age, nutritional status, education, exercise habits, smoking habits and work-time factors.
Conclusion: By stretching 2 times daily for 5 days in 1 week for 2 weeks can decrease the value of neck pain measured by Visual Analog Scale (VAS).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudy Ekofitranto
"ABSTRAK
Neuropati diabetika ND adalah penyakit sistem saraf yang menyebabkan kematian rasa, rasa tebal, nyeri, dan ketidakmampuan untuk merasakan panas dan dingin. Komplikasi diabetes ini merupakan kelainan progresif dan berkaitan pula dengan menurunnya kualitas hidup penderita. Berbagai pilihan pengobatan seperti medikamentosa dan non medikamentosa digunakan untuk menangani keluhan ini. Namun pengobatan yang ditujukan untuk mengganggu proses-proses patologis telah dibatasi oleh efek samping dan kurangnya efektifitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek terapi kombinasi laserpunktur dan medikamentosa dibandingkan laserpunktur sham dan medikamentosa pada penderita neuropati diabetika di ekstremitas inferior. Uji acak tersamar ganda dengan kontrol dilakukan pada 32 pasien ND yang dialokasikan kedalam kelompok kasus n=16 dan kelompok kontrol n=16 . Tindakan laserpunktur dilakukan pada titik telinga MA-IC3 endokrin, ST36 Zusanli, ST40 Fenglong, dan SP6 Sanyinjiao bilateral dua kali seminggu selama dua belas kali. Skor VAS, kadar IL6, dan QOL digunakan untuk mengukur keluaran penelitian. Terdapat perbedaan bermakna secara statistik pada perbedaan rerata selisih skor VAS sebelum dan sesudah antara kelompok kasus -4,12 1,204 dan kelompok kontrol -1,37 0,718 dengan nilai p
"
"
"ABSTRACT
"
Diabetic neuropathy is a nervous system disease that causes numbness, thick flavor, tenderness, and inability to feel heat and cold. Complications of diabetes is a progressive disorder and also related to the declining quality of life of the patient. Various treatment options like medical treatment and non pharmacological are used to treat this problem, but a treatment that is intended to disrupt the pathological processes have been limited by side effects and lack of effectiveness. This study aims to determine the effect of combination therapy laserpuncture and medical compared with sham laserpuncture and medical in patients with diabetic neuropathy in the lower extremities. A randomized double blind controlled trials with controls carried out on 32 patients with DN, they were allocated into case group n 16 and control group n 16 . Laserpuncture action performed at bilateral the ear point MA IC3 endokrin, ST36 Zusanli, ST40 Fenglong, and SP6 Sanyinjiao twice a week for twelve times. VAS score, IL6 levels, and QOL are used to measure the output of the study. There are statistically significant in the mean difference of VAS score before and after treatment between case group 4.12 1.204 and control group 1.37 .718 with a p value "
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putriayu Hartini
"ABSTRAK
Latar Belakang: Pengemudi bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) memiliki risiko pekerjaan, keadaan tersebut dapat menjadi faktor risiko psikososial pekerjaan bagi pengemudi dan berpotensi menjadi faktor risiko hipertensi. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara faktor psikososial pekerjaan dengan hipertensi pada pengemudi bus AKAP di Terminal X Jakarta.
Metode: Desain adalah potong lintang pada 120 pengemudi bus AKAP, laki-laki usia 18-60 tahun di Terminal X Jakarta. Pengambilan sampel dengan convenience sampling dan pengambilan data dilakukan dengan wawancara terpimpin menggunakan kuesioner serta pemeriksaan tekanan darah. Faktor risiko psikososial yang diukur adalah dukungan atasan, partisipasi pengambilan keputusan, kemajuan karier, sistem penggajian tidak sesuai, konflik, istirahat yang cukup, cukup waktu bersama keluarga, kondisi bus laik, kemacetan lalu lintas, perlakuan penumpang baik dengan mempergunakan kuesioner. Hasil: Prevalensi hipertensi pada pengemudi bus 38,3%. Variabel sistem penggajian sesuai pekerjan yang paling berhubungan dengan hipertensi pada penelitian ini, dengan OR 3,19 dan CI 95% (1,025-9,94).
Kesimpulan: Prevalensi hipertensi pada pengemudi bus AKAP di Terminal X cukup tinggi dibandingkan populasi umum Riskesdas 2018 yakni 34,1%. Faktor risiko psikososial pekerjaan (sistem penggajian tidak sesuai pekerjaan) berhubungan dengan hipertensi. Dibutuhkan pemeriksaan tekanan pada pengemudi bus AKAP dan edukasi pencegahan risiko psikososial pekerjaan secara berkala.

ABSTRACT
Background: Inter-provincial inter-city (IPIC) bus drivers are exposed to specific occupational hazards which may be associated with hypertension. The purpose of this study was to analyze the relationship between hypertension and occupational psychosocial factors among IPIC bus drivers from X Terminal East Jakarta.
Methods: A cross-sectional study with 120 IPIC male bus drivers, aged 18-60 years in X Terminal East Jakarta was conducted. Convenience sampling method was used and data was colleced by guided interviews using a questionnaire and blood pressure measurement. Hypertension risk factors measured were age, Body Mass Index (BMI), smoking habits, caffeine drinking habits, family history of hypertension, weekly driving hours and years of working. Psychosocial risk factors measured were supervisor support, participation in decision-making, career development, fair waging system, conflict, sufficient rest, sufficient time for the family, bus condition, traffic congestion, and passengers treatment by using a questionnaire.
Results: The prevalence of hypertension was 38.3%. Unfair waging system was most related to hypertension in this study with OR 3.19 CI 95% (1.25 to 9.94).
Conclusion: The hypertension prevalence among IPIC bus driver is quite high compared to the general prevalence from National Basic Health Survey 2018 which is 34.1%. Occupational psychosocial risk factors (unfair waging system) had association with hypertension. Blood pressure measurement and education about occupational pychosocial risk factors prevention should be done periodically."
2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widia Rahayu Nita
"Seiring dengan pertumbuhan mahasiswa, kendaraan yang melintasi Universitas Indonesia (UI) semakin banyak. Pada tahun 2019, kurang lebih terdapat sebanyak 2500 kendaraan keluar masuk area UI setiap harinya. Banyaknya kendaraan yang keluar masuk ini menyebabkan UI menjadi penyumbang besar emisi gas karbon dan hal ini bertentangan dengan visi UI untuk menjadi kampus hijau. Sistem transportasi memainkan peran penting pada tingkat emisi karbon dan polutan di universitas serta transportasi merupakan salah satu kategori dalam penilaian kampus hijau. Dengan adanya hal ini, diperlukan suatu alternatif untuk mengurangi jumlah kendaraan dan pengurangan gas karbon. Salah satu alternatif yang dapat digunakan yaitu dengan beralih dari kendaraan pribadi menjadi transportasi umum. UI menyediakan layanan transportasi umum kampus yang disebut bus kuning untuk memfasilitasi mahasiswa, dosen, staff dan masyarakat disekitar UI ketika berkegiatan didalam kampus. Untuk mendorong seseorang agar mau menggunakan layanan bus kuning, maka dilakukan studi mengenai faktor yang menjadi pertimbangan seseorang untuk menggunakan layanan bus kuning. Studi ini menggunakan second-order confirmatory analysis untuk melihat faktor yang mempengaruhi kualitas layanan bus kuning serta structural equation modeling untuk melihat faktor apa yang mempengaruhi intensi seseorang untuk menggunakan bus kuning. Studi ini memberikan rekomendasi strategi untuk meningkatkan intensi penggunaan bus kuning sebagai alat transportasi dalam kampus berdasarkkan hasil yang diperoleh dari structural equation modeling dan relationship matrix quality function deployment.

As the number of higher education students has been increasing, there are also more vehicles crossing at Universitas Indonesia (UI). In 2019, there was approximately 2500 vehicles going in and out to the UI areas every day. The number of vehicles going in and out caused UI to be a major contributor to carbon gas emissions. This is contrary to UI's vision to become a green campus. The transportation system plays an important role in the level of carbon emissions and pollutants in universities. Besides, transportation is also one of the categories in the green campus assessment. Given this, some alternatives are needed to reduce the number of vehicles and reduce carbon gas. One alternative that can be used is by switching from private vehicles to public transportation. UI provides campus public transportation services called yellow buses to facilitate students, lecturers, staff, and the community around UI when they are active on campus. In order to encourage someone to have an intention to use the yellow bus service, a study was conducted on the faktors that were considered by someone to use the yellow bus service. This study uses a second-order confirmatory analysis to see the faktors that influence the quality of yellow bus services and structural equation modeling to see what faktors influence a person's intention to use a yellow bus. This study provides a strategy recommendation to increase people's intention to use yellow buses as a means of transportation on campus based on the results obtained from structural equation modeling and relationship matrix quality function deployment.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Budi Waskita
"Bandara merupakan salah satu tempat kerja dan titik pertemuan berbagai moda transportasi dimana sektor transportasi merupakan penyumbang terbesar kedua angka kecelakaan kerja. Faktor kelelahan pengemudi merupakan penyebab utama kecelakaan kerja. Penelitian ini menggunakan Swedish Occupational Fatigue Index (SOFI) sebagai instrumen ukur tingkat kelelahan subyektif berbasis kuisioner. Penelitian ini bertujuan melihat dan menganalisa hubungan faktor terkait pekerjaan (sifat pekerjaan, shift kerja, waktu kerja, waktu istirahat, lama kerja), faktor tidak terkait pekerjaan (lama tidur, pola tidur, waktu perjalan, pengguna suplemen, akivitas fisik) dan karateristik individu (umur,status perkawinan, IMT) terhadap tingkat kelelahan pengemudi pemadu moda/bus bandara pada perusahaan pendukung layanan transportasi di bandar udara. Metode penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Besar sampel yang digunakan adalah 60 pengemudi yang berada di pool perusahaan dalam lokasi Bandara Internasional Soekarno Hatta. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat 23,3% pengemudi pemadu moda/bus bandara yang mengalami lelah, dengan variabel waktu istirahat sebagai faktor yang paling mempengaruhi tingkat kelelahan pengemudi.

The airport is one of the workplaces and meeting points for various transportation modes where the transportation sector is the second largest contributor to the number of workplace accidents. The driver's fatigue factor is the main cause of workplace accidents. This study uses the Swedish Occupational Fatigue Index (SOFI) as a measure of subjective fatigue level based on questionnaires. This study aims to look at and analyze the relationship of work-related factors (nature of work, work shift, work time, rest time, work experience), non-work-related factors (length of sleep, sleep patterns, travel time to work, supplement users, physical activity) and individual characteristics (age, marital status, BMI) on the level of fatigue of the airport bus driver at the transportation support company at the airport.
This research method is a quantitative method with a cross sectional study design. The sample size used is 60 drivers who are in the company pool in the location of Soekarno Hatta International Airport. The results showed that there were 23.3% of airport bus driver who experienced fatigue, with a variable rest time as the factor that most affected the level of driver fatigue.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52746
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felix Kurniawan
"Glaukoma berada di peringkat kedua sebagai penyebab kebutaan di Indonesia. Penurunan lapang pandang yang ditandai dengan penurunan nilai mean deviation MD dan penipisan retinal nerve fiber layer RNFL adalah dua dari beberapa hal yang sering dikaitkan dengan glaukoma. Namun, kedua hal tersebut belum ditemukan secara jelas hubungannya satu sama lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan MD lapang pandang dengan ketebalan rerata RNFL pada pasien glaukoma primer sudut terbuka di RSCM kirana, Jakarta. Desain dari penelitian ini adalah cross-sectional dengan mengambil data dari rekam medis pasien RSCM Kirana dari Januari 2015 hingga Juni 2016 yang memiliki data hasil pemeriksaan optical coherence tomography OCT dan tes Humphrey. Terdapat 95 buah bola mata yang datanya diambil untuk sampel. Dari hasil analisa korelasi antara nilai MD lapang pandang dan ketebalan RNFL yang dilakukan pada data yang diperoleh, didapatkan nilai signifikansi.

Glaucoma is the second leading cause of blindness in Indonesia. Visual field loss which is indicated by reduced mean deviation MD value and retinal nerve fiber layer RNFL depletion are two of several things frequently related to glaucoma. However, the correlation between the two variables is yet to be clearly discovered. The objective of this research is to know the correlation between visual field MD and RNFL average thickness in primary open angle glaucoma patients in RSCM kirana, Jakarta. The design which is used in this research is cross sectional by retrieving data from RSCM Kirana patients rsquo medical record from January 2015 to June 2016 which have optical coherence tomography OCT and Humphrey test results. There were 95 eyes whose data was retrieved as samples. After analyzing the correlation between visual field MD value and RNFL thickness retrieved from the samples, it was found that the significance value is"
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S70377
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>