Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 202802 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Habibulloh Adi Negoro
"Internet dan teknologi telah membuat disrupsi besar arus informasi dan sifat transaksi ekonomi. Studi ini fokus pada bagaimana kejutan mempengaruhi dan membuat perubahan dalam pencarian pekerjaan. Baru-baru ini biaya pencarian pekerjaan telah berkurang dan sekarang lebih mudah bagi pekerja (bahkan pekerja yang menganggur) untuk mencari pekerjaan baru. Kemudahan ini telah membuat pencarian pekerjaan lebih mudah dari sebelumnya dan mudah untuk menemukan lowongan pekerjaan. Dalam studi ini, OLS pooled dan cross-sectional telah digunakan untuk memperkirakan jumlah pemindahan pekerjaan yang dilakukan oleh generasi milenial dan X untuk mendeteksi apakah perbedaan dari hopping pekerjaan signifikan antar generasi. Studi ini menemukan bahwa generasi milenial tidak berpengaruh signifikan terhadap pendahulunya. Namun, generasi milenial memiliki potensi dan kemampuan yang lebih tinggi untuk bergerak lebih dari generasi sebelumnya karena mereka memiliki tingkat pendidikan rata-rata yang lebih tinggi. Studi ini juga menemukan bahwa tingkat pendidikan yang lebih tinggi dapat memberikan kemampuan dan daya tawar yang lebih tinggi kepada pekerja untuk pindah ke pekerjaan lain, di mana kemampuan yang lebih tinggi yang diperoleh dari tingkat pendidikan dimulai dari sarjana.

The internet and technology has made large shocks of information flows and the nature of economic transactions. This study focus on how the shock affects and made changes in the job search. Recently the searching cost of a job has been decreased and now it’s easier for workers (even unemployed labor) to seek for a new job. This easiness has made job seeking simpler than ever and it’s easy to find job vacancy. In this study, pooled and cross-sectional OLS has been used to estimate the number of job moves done by millennial and X generation to detect whether the difference of job-hopping is significant between generations. This study found that millennial generation does not significantly to their predecessors. Yet, millennial generation has higher potential and ability to move more than the previous generations since they have higher average of education level. This study also found that higher education level could give higher ability and bargaining power to the labor to move to another job, where higher ability gained from the education level starts from bachelor."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewa Ayu Gita Viakarina
"Selama beberapa tahun terakhir, Generasi Milenial atau Generasi Y selalu menjadi topik hangat untuk diteliti dan diperbincangkan karena karakteristiknya yang berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya. Salah satunya adalah kebiasaan generasi milenial dalam berpindah-pindah perusahaan yang menciptakan munculnya fenomena job-hopping yang kerap bertentangan dengan konsep loyalitas karyawan yang dipegang teguh oleh generasi-generasi sebelumnya. Fenomena job-hopping yang sering dilakukan oleh karyawan milenial ini menimbulkan persepsi buruk seperti kaum pekerja milenial yang melakukan job-hopping tidak setia atau tidak berkomitmen pada tempat bekerja mereka, hanya karena persepsi yang ada menegenai tujuan mereka melakukan job-hopping yaitu untuk mendapatkan gaji yang lebih besar atau alasan yang berkaitan dengan finansial mereka. Namun kenyataannya banyak generasi milenial yang menentang akan stereotip ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi secara langsung perspektif milenial akan fenomena job-hopping dan sejauh mana konsep loyalitas yang mereka terapkan saat bekerja. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan tematik analisis. Data penelitian dikumpul dari 14 narasumber dengan pengumpulan data menggunakan in-depth interview. Hasil temuan yang didapat pada penelitian ini menentang persepsi umum mengenai makna kaum milenial melakukan job-hopping, bukan hanya untuk mendapatkan gaji yang lebih besar tetapi mereka lebih menginginkan personal development saat bekerja, lingkungan kerja yang nyaman dan career path yang jelas. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa stereotip “disloyal” terhadap generasi milenial masih terjadi di lingkungan kerja maupun keluarga dan bahkan sudah dianggap lumrah bagi milenial sendiri. Konsep loyalitas yang sebelumnya terus diterapkan oleh generasi yang lebih tua, kini sudah tidak diterapkan lagi karena milenial melihat loyalitas sebagai komitmen dan tanggung jawab pada pekerjaan bukan pada perusahaan.

Over the past few years, Millennial Generation or Generation Y has always been a hot topic to be researched and discussed because of its different characteristics from previous generations. One of them is the habit of the millennial generation in moving companies which creates the emergence of the job-hopping phenomenon and often contradicts to the concept of employee loyalty that was firmly held by previous generations. The job-hopping phenomenon itself is often carried out by millennial employees and most of the times creates a bad perception, such as millennial workers being disloyal or not committed to their workplace, only because of the perception that their goal of doing job-hopping is to get a higher salary or other reasons related to their finances. But the reality is that many millennials are against this stereotype. The purpose of this study is to directly explore the millennial perspective on the job-hopping phenomenon and the extent to which the concept of loyalty is applied at work. This research uses qualitative research methods with thematic analysis. Research data were collected from 14 sources using in-depth interviews. The findings in this study challenged the general perception of what it means for millennials to do job-hopping, not only to get a bigger salary but they prefer personal development at work, a comfortable work environment and a clear career path. In addition, the results of the study also show that the stereotype of "disloyal" to the millennial generation still occurs in the work and family environment and is even considered normal for millennials themselves. The concept of loyalty, which previously continued to be applied by the older generations, is no longer applied to millennials because they see loyalty as a commitment and responsibility to work, not to the company."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faizah Widya
"Job hopping merupakan kegiatan bekerja di tempat berbeda dengan tempat bekerja tahun sebelumnya. Fenomena ini memberikan dampak biaya baik dari segi materi dan waktu bagi perusahaaan dan pekerja khususnya milenial dimana pekerja milenial memiliki ekspektasi karier yang fleksibel. Dengan berbagai dampak tersebut, penelitian ini mencari alasan milenial melakukan job hop dengan menggunakan data dari Indonesian Family Life Survey (IFLS) tahun 2007 dan 2014 untuk menggambarkan milenial sepanjang kariernya. Data yang diolah merupakan data panel dengan metode efek acak. Hasil studi ini menemukan bahwa milenial yang melakukan job hop dengan frekuensi tinggi terjadi pada usia muda dan peningkatan usia mengurangi persentase job hop. Studi ini juga menemukan bahwa upah yang rendah seperti dalam teori upah efisiensi mendorong milenial untuk melakukan job hop. Hal ini terjadi karena terdapat pengaruh pencocokan pekerjaan (job matching) dan pencarian pekerjaan (job searching).

Job hopping is working in a different place from where they were on the previous year. This phenomenon needs costs both material and time for company and workers, especially millennial who have flexible career expectations. Therefore, this study investigates factors that determine millennial job hop using data from the 2007 and 2014 Indonesian Family Life Survey (IFLS) to collect millennial observations throughout their careers. The data processed is panel data using the random-effects method. The results of this study found that millennial with high-frequency job hop occurs at a young age, while older age reduce the percentage of job hop. This study also found that lower wages, as argued in efficiency wage theory, encourage millennial to job hop. It happens because of the impact of job matching and job searching.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hazmi Achmad Gaffar
"Mobilitas adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari Kegiatan Ekonomi dan Tenaga Kerja, itu akan terjadi secara alami. Skeldon dalam teorinya mengatakan bahwa mobilitas tenaga kerja memiliki variasi pola tergantung pada sosial-ekonomi masyarakat. Artikel ini akan mengkaji dampak karakteristik demografi dan lokasi perumahan di empat belas wilayah metropolitan di Indonesia. Dengan metode multinomial logit regression, penulis menemukan bahwa secara umum, faktor-faktor yang diteliti memiliki dampak yang sama terhadap pola mobilitas di setiap wilayah metropolitan di Indonesia walaupun dalam beberapa kasus terdapat perbedaan hasil korelasi antara variabel tertentu terhadap pola mobilitas.

Mobility is something that cannot be separated from Economic Activity and Labor, it will occur naturally. Skeldon in his theory said that labor mobility varies in patterns depending on the socio-economic community. This article will examine the impact of demographic characteristics and location of housing in fourteen metropolitan areas in Indonesia. With the multinomial logit regression method, the authors found that in general, the factors studied had the same impact on mobility patterns in each metropolitan area in Indonesia, although in some cases there were differences in the correlation results between certain variables with mobility patterns.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reksa Novanto
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen keorganisasian pegawai tetap generasi milenial di wilayah DKI Jakarta. Komitmen organisasi terdiri dari tiga variabel terikat, yaitu komitmen afektif, komitmen berkelanjutan, dan komitmen normatif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive non-probability sampling dan diperoleh sebanyak 139 sampel yang dianalisis menggunakan software SPSS 25. Peneliti menggunakan analisis statistik deskriptif untuk mendeskripsikan responden, mengukur tendensi sentral, dan mengukur variabilitas jawaban responden. Peneliti menggunakan analisis regresi sederhana untuk menguji pengaruh variabel bebas, kepuasan kerja, terhadap ketiga variabel komitmen organisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen afektif, komitmen berkelanjutan dan komitmen normatif.

This study aims to analyze the effect of job satisfaction on the organizational commitment of millennial generation permanent employees in the DKI Jakarta area. Organizational commitment consists of three dependent variables: affective commitment, continuance commitment, and normative commitment. The sampling technique used is purposive non-probability sampling and obtained as many as 139 samples which were analyzed using SPSS 25 software. The researcher uses descriptive statistical analysis to describe the respondents, measure central tendency, and measure the variability of the respondent's answers. Researchers used simple regression analysis to test the effect of the independent variable, job satisfaction, on the three variables of organizational commitment. The results show that job satisfaction positively and significantly affects affective, continuance, and normative commitment."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lovina Anggun Chaerunnisa
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh penggunaan media sosial pada keterlibatan karyawan, pengaruh keterlibatan karyawan pada komitmen afektif, dan efek mediasi dari kepuasan kerja dalam komitmen afektif pada turnover intention pada generasi milenial di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain konklusif dan pendekatan kuantitatif dengan kuesioner sebagai alat penelitian. Metode analisis untuk penelitian ini adalah Structural Equation Modeling (SEM) dengan aplikasi LISREL 5.21.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 206 responden, penelitian ini membuktikan bahwa penggunaan media sosial memiliki efek pada keterlibatan karyawan, baik pada keterlibatan kerja dan keterlibatan organisasi. Hasil juga membuktikan bahwa baik keterlibatan kerja dan keterlibatan organisasi sebagai atribut keterlibatan karyawan memiliki pengaruh positif pada komitmen afektif.
Studi ini menunjukkan keterlibatan organisasi memiliki dampak yang lebih besar daripada keterlibatan kerja pada komitmen afektif. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa komitmen afektif berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja dan berpengaruh negatif terhadap turnover intention. Terakhir, kepuasan kerja sebagian dapat memediasi efek negatif dari komitmen afektif pada niat turnover.

The purpose of this study was to examine the effect of the use of social media on employee engagement, the effect of employee involvement on affective commitment, and the mediating effect of job satisfaction on affective commitment on turnover intention on millennial generation in Indonesia. This study uses a conclusive design and quantitative approach with a questionnaire as a research tool. The analytical method for this research is Structural Equation Modeling (SEM) with the application of LISREL 5.21.
Based on the results of research conducted on 206 respondents, this study proves that the use of social media has an effect on employee engagement, both on work engagement and organizational involvement. The results also prove that both work engagement and organizational involvement as attributes of employee involvement have a positive influence on affective commitment.
This study shows organizational involvement has a greater impact than work engagement on affective commitment. The results also showed that affective commitment had a positive effect on job satisfaction and had a negative effect on turnover intention. Finally, job satisfaction can partly mediate the negative effects of affective commitment on turnover intentions.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ario Rahadhi
"Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, banyak perusahaan berjuang untuk menyelaraskan sumber daya yang dimiliki untuk meningkatkan kinerja mereka. Sumber daya tersebut harus dimanfaatkan menjadi keunggulan kompetitif perusahaan. Salah satu keunggulan kompetitif itu adalah aset pengetahuan. Aset pengetahuan dapat dikembangkan dengan mengoptimalkan manajemen sumber daya manusia, karena tidak semua perusahaan ingin menginvestasikan dana yang cukup besar untuk mengembangkan sistem manajemen pengetahuan. Inisiasi perilaku knowledge sharing di antara tenaga kerja dianggap sebagai salah satu cara yang paling efisien untuk menjaga aset pengetahuan perusahaan. Di Indonesia, diprediksi bahwa 46% dari tenaga kerja pada tahun 2020 adalah generasi millennial. Banyak penelitian sebelumnya telah melihat perilaku millennial di lingkungan kerja, dan mereka dianggap berpotensi menghambat pengembangan aset pengetahuan perusahaan karena tingkat turnover yang tinggi, seperti di Indonesia sekitar 39% millennial hanya mau bertahan di dalam perusahaan selama kurang dari 3 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi faktor-faktor yang mendukung dan yang menghambat perilaku knowledge sharing diantara tenaga kerja millennial. Faktor-faktor yang diteliti meliputi psikologis, budaya organisasi, kemampuan kognitif, fasilitas pendukung, dan teknologi. Metode PLS digunakan untuk mengeksplorasi faktor-faktor ini. Sebuah strategi telah dikembangkan sebagai rekomendasi bagi perusahaan untuk memulai budaya knowledge sharing.

In a competitive business environment, many companies struggle to align their resources to improve their performance. The resources should become one of the company's competitive advantage. One of those competitive advantages is knowledge assets. Knowledge assets can be developed by optimizing human resource management because not all companies want to invest funds to develop a knowledge management system. Initiation of knowledge sharing behavior among workforces is considered to be one of the most efficient ways to secure knowledge assets. In Indonesia, it is predicted that 46% of workforces in 2020 are millennials. Many previous studies have looked at millennial behavior in the work environment, and they are considered to potentially inhibit the development of the company’s knowledge assets due to a high turnover rate, just like in Indonesia, 39% of millennial only wanted to stay in the company within 3 years or less. This paper is aimed to explore the factors that promote or discourage knowledge sharing behavior of millennials workforce. Factors studied included psychological, organizational culture, cognitive abilities, technological facilities, and so forth. The PLS method is used to explore these factors. A strategy has been developed as a recommendation for companies to initiate a knowledge sharing culture.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Restu Fitri Ariani
"ABSTRAK
Pindah kerja merupakan berpindahnya seseorang dari satu pekerjaan ke pekerjaan yang lain. Pindah kerja mempunyai dampak positif dan negatif namun dalam kasus Indonesia pindah kerja dapat menyebabkan peningkatan persaingan di pasar tenaga kerja sehingga memicu meningkatnya pengangguran. Teori modal manusia memberikan hipotesis bahwa pelatihan dapat mengurangi pindah kerja. Di Indonesia dalam 5 tahun terakhir jumlah peserta pelatihan secara rata rata mengalami peningkatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari pelatihan terhadap keputusan untuk pindah kerja pada tenaga kerja Indonesia, dengan menggunakan metode difference in difference dan data panel IFLS tahun 2007 dan 2014. Penelitian ini belum menemukan bukti yang cukup mengenai teori modal manusia bahwa pelatihan dapat mengurangi pindah kerja. Namun, penelitian ini juga memberikan hasil yang signifikan dan berbeda dengan teori model manusia tentang dampak pelatihan khusus di mana jenis pelatihan ini justru meningkatkan pindah kerja pada pekerja di Indonesia. Faktor sosial demografi yang ditemukan mempunyai dampak terhadap pindah kerja diantaranya kohor, gender, dan tempat tinggal. Kemudian faktor karakteristik pekerjaan yang mempunyai dampak signifikan adalah keanggotaan serikat kerja. Individu yang mengikuti serikat pekerja lebih cenderung untuk menetap pada pekerjaan lamanya.

ABSTRACT
Job mobility is the transfer of workers from one job to another. Job mobility has both positive and negative impacts, but in the case of Indonesia, it can cause increased competition in the labor market, thereby triggering increased unemployment. The human capital theory provides the hypothesis that training can reduce job mobility. In Indonesia, in the last five years, the number of trainees has, on average increased. This study aims to determine the impact of training on the decision to move to Indonesian workers, using the difference in difference method and IFLS panel data in 2007 and 2014. This study does not find sufficient evidence regarding the theory of human capital that training can reduce job mobility. However, this study also provides significant results and differs from the human capital theory of the impact of specific training where specific training increases work shifts for workers in Indonesia. Socio demographic factors that found to affect work shifts included cohorts, gender, cities. And the occupational characteristics factor that has a significant impact is the union. Individuals who join a labor union are more likely to stay in their old jobs."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gigih Agus Susiyanto
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mobilitas non permanen tenaga kerja di wilayah metropolitan di Indonesia, faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pekerja menjadi Movers Komuter atau Migran Sirkuler atau menjadi Stayers .Dan bagaimana faktor itu mempengaruhi pilihan menjadi Movers atau Stayers. . Penelitian ini ingin mengetahui hubungan atau asosiasi antara umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan, status pekerjaan, lapangan pekerjaan utama, jarak tempat tinggal ke tempat kerja, klasifikasi daerah tempat tinggal pekerja, dan Share sektor industri terhadap PDRB terhadap keputusan mobilitas non permanen tenaga kerja di Kawasan Metropolitan Indonesia. Sebagai pelengkap penelitian yang umumnya mengamati mobilitas permanen / migrasi. Selain itu diharapkan dapat melihat dan menganalisa pola dan karakteristik serta peluang mobilitas non permanen tenaga kerja.Penelitian ini menggunakan data dari Survei Angkatan Kerja Nasional, 2017. Ringkasan analisis deskriptif menunjukkan bahwa Pekerja di daerah metropolitan di Indonesia masih didominasi oleh mereka yang cenderung memilih untuk tinggal dan bekerja di kabupaten / kota yang sama Stayers . Pola dan karakteristik pekerja komuter dan migran sirkuler beberapa daerah metropolitan di Indonesia sebagian besar menunjukkan pola umum yang sama, namun faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan Mover masing-masing kawasan berbeda. Tes Hipotesis yang disajikan dengan menerapkan model regresi logistik multinomial. Penelitian ini juga menyimpulkan Semua variabel independen yang digunakan dalam model umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan, status pekerjaan, lapangan pekerjaan utama, jenis pekerjaan, klasifikasi daerah tempat tinggal, jarak tempat tinggal ke tempat kerja, dan Share industri terhadap PDRB secara statistik signifikan pada tingkat kepercayaan 95 persen dalam mempengaruhi variabel dependen status mobilitas non permanen tenaga kerja . Dapat disimpulkan bahwa semua variabel dapat digunakan atau dimasukkan ke dalam model. Atau dengan kata lain, kita dapat menggunakan semua variabel ini sebagai variabel independen dalam model. Kata kunci: Mobilitas Non Permanen, Komutasi, Ulang-Alik, Komuter, Migran Sirkuler, Movers, Stayers

ABSTRACT
This study aims to know the pattern of non permanent mobility of workers in the metropolitan area in Indonesia , factors affect the decision of workers become Movers Commuter or Circular or become Stayers And how does that factor influence the choice of being Movers or Stayers.This study wanted to know the relationship or association between age, sex, education level, marital status, employment status, occupation type, main employment, workplace distance, classification of worker 39 s residence area, economic growth, and industrial sector Share of decision non permanent mobility of workers. As a complement to research that generally observes permanent mobility migration. In addition it is expected to see and analyze the patterns and characteristics and opportunities of non permanent mobility of workers in the Metropolitan Area in Indonesia.This study used data from National Labour Force Survey, 2017. Descriptive analysis summaries showed that Workers in metropolitan areas in Indonesia are still dominated by those who tend to choose to live and work in the same Regency Municipality. The pattern and characteristics of workers Stayers and Movers of several metropolitan areas in Indonesia do not show anything different, but the factors that affect mover tendency by each region are different .Hypothesis tests presented by applying multinomial logit regression model. This study also concluded All independent variables used in the model age, sex, education level, marital status, employment status, main employment, occupation, residential classification, workplace distance, and industry Share to GRDP is statistically significant at a 95 percent confidence level in influencing the dependent variable non permanent employee mobility status . It can be concluded that all variables can be used or incorporated into the model. Or in other words, we can use all these variables as independent variables in the model. Keywords Non Permanent Mobility, Commuting, Roundtrip, Commuter, Circular Migrant, Movers, Stayers
"
2018
T51140
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lirmanto Pardinata
"Pengendalian tingkat turnover secara efektif telah lama menjadi masalah yang krusial bagi perusahaan karena besarnya biaya yang ditimbulkan oleh turnover (Bergiel, Nguyen, Clenney & Taylor, 2009). Belakangan ini, beberapa survei menunjukkan bahwa tingkat turnover karyawan lulusan baru jauh lebih tinggi daripada karyawan lain. Karyawan lulusan baru tersebut juga dikenal sebagai Generasi Y (lahir tahun 1981-2000). Peneliti tertarik untuk membandingkan Job Embeddedness antara karyawan Generasi Y dengan Generasi X (lahir tahun 1965-1980). Terdapat 260 sampel yang merupakan karyawan pada penelitian ini (167 Generasi Y, 93 Generasi X). Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua generasi tersebut pada dimensi organizational-fit (p = 0.001), community-fit (p = 0.000), community-sacrifice (p = 0.000) dan tidak ada perbedaan yang signifikan pada dimensi organizational-sacrifice (p = 0.64).

The regulation of turnover effectively has long been a crucial problem for companies because of the enormous amount of cost caused by turnover (Bergiel, Nguyen, Clenney & Taylor, 2009). Lately, recent surveys show that the fresh-graduates workers’ level of turnover is higher compared to other workers. The fresh-graduates workers is also known as Generation Y (born of 1981-2000). The research aims to compare job embeddedness between Generation Y and Generation X (born of 1965-1980). This research uses 260 samples of workers (consist of 167 Generation Y and 93 Generation X). The data collection method used in this research is the usage of questionairre. The results shows there are significant differences between those two generations in the dimensions of organizational-fit (p = 0.001), community-fit (p = 0.000), community-sacrifice (p = 0.000) and there is no significant differences in the dimension of organizational-sacrifice (p = 0.64).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56254
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>