Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 194781 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alfunafi Fahrul Rizzal
"Remaja merupakan kelompok usia yang rentan mengalami adaptasi negatif terhadap proses perubahan yang terjadi pada masa pertumbuhan dan perkembangannya. Penyalahgunaan NAPZA merupakan salah satu bentuk adaptasi remaja dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh terapi kelompok terapeutik dan assertiveness training terhadap aspek perkembangan, kemampuan penolakan penyalahgunaan NAPZA, dan Penggunaan NAPZA pada remaja.. Penelitian ini menggunakan desain quasi-experimental pre-posttest with control group dengan dua tahap penelitian, yaitu penelitian pertama melakukan survey penggunaan NAPZA menggunakan Drugs Abuse Scale Test (DAST-20) pada 613 responden. Tahap kedua 174 responden dengan kategori bersih penggunaan NAPZA yang terbagi menjadi dua kelompok intervensi 1 dan intervensi 2. Kelompok intervensi 1 mendapatkan terapi kelompok terapeutik dan assertiveness training dan kelompok 2 mendapatkan terapi kelompok terapeutik dan latihan mandiri. Hasil survey menunjukkan bahwa 79% remaja bersih dari penggunaan NAPZA.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aspek perkembangan yang signifikan setelah mendapatkan terapi kelompok terapeutik (p-value < 0.05) dan semakin meningkat setelah mendapatkan assertiveness training. Kemampuan penolakan penyalahgunaan NAPZA meningkat dignifikan setelah terapi kelompok terapeutik dan assertiveness training (p-value<0.05) tetapi tidak meningkat setelah terapi kelompok terapeutik dan latihan mandiri (p-value>0.05). Penggunaan NAPZA tidak meningkat dan bertahan berseih setelah terapi kelompok terapeutik dan assertiveness training. Terapi kelompok terapeutik di rekomendasikan untuk upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA pada remaja pada remaja.

Adolescent are vulnerable group whi can shown negative adaptation according the process of change. Substance abuse is a responses related negative adaptation in adolescent. This research goals is examine influence of the therapeutic group therapy the assertiveness training on developmental aspects, the ability to rejected susbsatnce abuse, and Substance Abuse Level in adolescents. The research uses quasi-experimental design pre-posttest with control group with two stages of research, which is the first research to conduct a survey using Drugs Abuse Scale Test (DAST-20) in 613 respondents. The second phase is 174 respondents has clear from substance abuse was divided into two intervention groups 1 and Intervention 2. Intervention Group 1 gets therapeutic group therapy and assertiveness training and Group 2 get therapeutic Group therapy and self-training.
The survey showed that 79% of teenagers were clean from substance abuse. The results showed that there was an increase in the significant developmental aspects after obtaining therapeutic Group therapy (P-value of < 0.05) and increasing after obtaining assertiveness training. The ability to decline the abuse of NAPZA increases significantly after therapeutic group therapy and assertiveness training (P-value < 0.05) but does not increase after therapeutic group therapy and self-training (p-value > 0.05). The use of NAPZA does not increase and persist after therapeutic group therapy and assertiveness training. Therapeutic group therapy is recommended for the prevention of abuse of NAPZA in adolescents in adolescents.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T53248
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adek Setiyani
"Remaja penyalahguna Napza berisiko tinggi kambuh ketika menghadapi masalah atau berada pada situasi berisiko setelah rehabilitasi. Problem-solving therapy dan assertiveness training merupakan tindakan keperawatan yang diharapkan mampu meningkatkan kemampuan penyelesaian masalah dan kemampuan menolak ajakan irasional, sehingga risiko kekambuhan pada remaja penyalahguna Napza menurun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh problem-solving therapy dan assertiveness training terhadap kemampuan penyelesaian masalah, kemampuan menolak ajakan irasional dan risiko kekambuhan pada remaja penyalahguna Napza yang mengikuti rehabilitasi.
Desain penelitian yang digunakan adalah quasi experimental pre-posttest without control. Jumlah sampel 30 remaja dengan metode consecutive sampling. Responden mendapatkan tindakan keperawatan ners, problem-solving therapy dan assertiveness training. Instrument yang digunakan adalah Advanced Warning Relapse Scale Revised (AWARE), Social Problem Solving Inventory revised (SPSI-R) dan Drug Avoidance Self-Efficacy Scale (DASES). Analisis data menggunakan independent T-test, paired T-test, repeated ANOVA dan Pearson.
Hasil penelitian menunjukkan tindakan keperawatan ners tidak dapat meningkatkan kemampuan penyelesaian masalah dan menurunkan risiko kekambuhan, tetapi mampu meningkatkan kemampuan menolak ajakan irasional. Tindakan keperawatan ners yang dikombinasikan dengan problem-solving therapy dan assertiveness training mampu meningkatkan kemampuan kemampuan penyelesaian masalah dan kemampuan menolak ajakan irasional serta menurunkan risiko kekambuhan. Hubungan kemampuan penyelesaian masalah dan kemampuan menolak ajakan dengan risiko kekambuhan tidak signifikan. Perawat ners dapat memberikan tindakan keperawatan ners koping individu tidak efektif dan perawat ners spesialis dapat mengkombinasikan tindakan keperawatan ners dengan problem-solving therapy dan assertiveness training untuk semakin meningkatkan kemampuan remaja penyalahguna Napza dan menurunkan risiko kekambuhan.

Adolescent substance abusers has a high risk of relapse when facing problems or are in a risky situation after rehabilitation. Problem-solving therapy and assertiveness training are nursing interventions that are expected to be able to improve the ability to solve problems and the ability to reject irrational requests, so that the risk of relapse in adolescent substance abusers decreases. This study aims to determine the effect of problem-solving therapy and assertiveness training on the ability to solve problems, the ability to reject irrational requests and the risk of relapse in adolescent substance abusers who follows rehabilitation.
The research design used was quasi-experimental pre-posttest without control. The size of the samples is 30 adolescents with the consecutive sampling method. Respondents received a nursing intervention, problem-solving therapy and assertiveness training. The instrument used was the Advanced Warning Relapse Scale-Revised (AWARE), Social Problem Solving Revised Inventory (SPSI-R) and Drug Avoidance Self-Efficacy Scale (DASES). Data analysis using independent T-test, paired T-test, repeated ANOVA and Pearson.
The results showed nursing interventions could not improve their ability to solve problems and reduce the risk of relapse, but were able to increase the ability to reject irrational requests. The nursing intervention combined with problem-solving therapy and assertiveness training can improve the ability to solve problems and the ability to reject irrational requests and reduce the risk of relapse. The nurses can provide nursing intervention for ineffective individual coping and mental health nurse specialists can combine that nursing intervention with problem-solving therapy and assertiveness training to further improve the abilities of adolescent substances abuser and reduce the risk of relapse.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T52929
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aswin Hardi
"Perilaku kekerasan merupakan salah satu manifestasi dari gangguan jiwa berat akibat perubahan cara pandang penderitanya melihat diri dan lingkungannya. Tanda dan gejala pasien dengan risiko perilaku kekerasan memerlukan penatalaksanaan yang komprehensif pada tingkat individu, kelompok dan keluarga. Tujuan penulisan karya ilmiah akhir spesialis ini adalah memberikan gambaran penerapan dari tindakan keperawatan generalis individu, Assertiveness Training (AT), Terapi Aktifitas Kelompok (TAK), Terapi Suportif (TS) dan Family Psychoeducation (FPE). Penulisan karya ilmiah ini menggunakan pendekatan metode case report. Pasien berjumlah 15 orang yang dibagi menjadi 3 kelompok dengan masing-masing terdiri dari 5 pasien sesuai kriteria inklusi. Kelompok pertama adalah pasien risiko perilaku kekerasan yang diberikan terapi generalis individu dan AT, kelompok kedua adalah pasien yang diberikan terapi generalis individu, AT, TAK dan TS, dan kelompok ketiga adalah pasien yang diberikan secara komprehensif yaitu terapi generalis individu, AT, TAK, TS dan FPE. Hasil menunjukkan bahwa pada tiap kelompok terjadi penurunan tanda dan gejala secara signifikan, dan yang paling signifikan adalah kelompok 3 yang diberikan terapi individu, kelompok dan keluarga. Tindakan keperawatan yang diberikan secara komprehensif sangat direkomendasikan untuk dilakukan di rumah sakit jiwa untuk menghasilkan penurunan tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan yang lebih optimal.

Violent behavior is one of the manifestations of severe mental disorders due to changes in the way sufferers see themselves and their environment. Signs and symptoms of patients at risk of violent behavior require comprehensive management at the individual, group and family levels. The purpose of writing this specialist final scientific paper is to provide an overview of the application of individual generalist nursing actions, Assertiveness Training (AT), Group Activity Therapy (GAT), Supportive Therapy (ST) and Family Psychoeducation (FPE). The writing of this scientific work uses a case report method approach. There were 15 patients divided into 3 groups, each consisting of 5 patients according to the inclusion criteria. The first group is patients at risk of violent behavior who are given individual generalist therapy and AT, the second group is patients who are given individual generalist therapy, AT, GAT and ST, and the third group is patients who are given comprehensively, namely individual generalist therapy, AT, GAT, ST and FPE. The results showed that in each group there was a significant decrease in signs and symptoms, and the most significant was group 3 which was given individual, group and family therapy. Nursing actions provided comprehensively are highly recommended to be carried out in psychiatric hospitals to produce a more optimal reduction in signs and symptoms of risk of violent behavior."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yanti Apriyanti
"Talasemia merupakan penyakit hemolitik herediter yang bisa menyebabkan masalah psikososial, emosional dan perilaku terutama pada remaja. Terapi kelompok terapeutik merupakan kegiatan kelompok untuk mengatasi masalah perkembangan remaja, membantu mengatasi stres, emosi, akibat penyakit fisik, krisis tumbuh kembang atau penyesuaian. Manajemen stres guided imagery merupakan salah satu cara pengelolaan stres dengan memanfaatkan potensi diri sebagai sumber efektif untuk mengatur emosi serta mengatasi masalah. Tujuan penelitian ini adalah menilai pengaruh terapi kelompok terapeutik remaja dan manajemen stres guided imagery terhadap tingkat stres, koping, resiliensi dan konsep diri remaja talasemia. Desain penelitian menggunakan quasi eksperimental pre-post with control group. Tehnik pengambilan sample menggunakan purposive sampling, Hasil penelitian menunjukan bahwa remaja talasemia kelompok intervensi mengalami perubahan yakni penurunan tingkat stres, perubahan strategi koping, peningkatan resiliensi dan peningkatan konsep diri dibandingkan kelompok kontrol setelah pemberian terapi kelompok terapeutik dan manajemen stres guided imagery (p value < 0.05). Terapi kelompok terapeutik dan manajemen stres guided imagery berpengaruh terhadap tingkat stres, koping, resiliensi dan konsep diri remaja talasemia. Terapi kelompok terapeutik remaja dapat dijadikan rujukan terapi, dalam pencegahan munculnya masalah psikososial pada remaja talasemia sehingga tugas perkembangan dapat dicapai secara optimal.

Thalassemia is a hereditary hemolytic disease that can cause psychosocial, emotional and behavioral problems, especially in adolescents. Therapeutic group therapy is a group activity to overcome adolescent development problems, help overcome stress, emotions, due to physical illness, growth and development crises or adjustments. Guided imagery stress management is one way of managing stress by utilizing one's potential as an effective source for regulating emotions and overcoming problems. The purpose of this study was to assess the effect of adolescent therapeutic group therapy and stress management guided imagery on stress levels, coping, resilience and self-concept of thalassemia adolescents. The study design used quasi-experimental pre- post with control group. The results showed that the intervention group thalassemia adolescents experienced changes namely decreased stress levels, changes in coping strategies, increased resilience and increased self- concept compared to the control group after therapeutic group therapy and guided imagery stress management (p value < 0.05). Therapeutic group therapy and guided imagery stress management affect stress levels, coping, resilience and self-concept of thalassemia adolescents. Adolescent therapeutic group therapy can be used as a therapeutic reference, in the prevention of the emergence of psychosocial problems in thalassemia adolescents so that developmental tasks can be achieved optimally."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neng Esti Winahayu, examiner
"[ABSTRAK
Perilaku kekerasan merupakan perilaku atau tindakan seseorang ketika tidak mampu mengatasi stressor yang dialaminya, ditunjukkan dengan perilaku aktual berupa kekerasan baik pada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan baik secara verbal maupun non verbal (Stuart, 2013). Tujuan penulisan karya ilmiah akhir ini adalah menggambarkan penerapan assertiveness training dan terapi kelompok suportif menggunakan Teori Stres Adaptasi Stuart dan Teori Adaptasi Roy pada klien risiko perilaku kekerasan di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor. Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah assertiveness training pada 6 klien dan kombinasi terapi assertiveness training dan terapi kelompok suportif pada 12 orang klien dalam kurun waktu 16 Februari - 17 April 2015 di ruang Dewi Amba. Hasil pelaksanaan assertiveness training dan terapi kelompok suportif dapat menurunkan tanda dan gejala perilaku kekerasan pada aspek kogitif, afektif, fisiologis, perilaku, dan sosial serta meningkatkan kemampuan adaptif dalam menghadapi peristiwa yang menimbulkan perilaku kekerasan. Rekomendasi penelitian ini adalah assertiveness training dan terapi kelompok suportif dapat dijadikan standar terapi spesialis keperawatan jiwa.

ABSTRACT
Violent behavior occurs when a person is not capable of responding to stressors. This behavior can be manifested by hurting oneself, others, or environment verbally or non verbally (Stuart, 2013). The purpose of this scientific paper was to report the application of assertiveness training and supportive group therapy utilizing the Stuart?s Stress-Adaptation Theory and Roy?s Adaptation Theory towards the clients with potential risk violent behavior who were hospitalized at Marzoeki Mahdi Hospital in Bogor. Assertiveness training was conducted to six clients and combination of assertiveness training and supportive group therapy to twelve clients during a period of 16 February ? 17 April 2015 at Dewi Amba Ward. The result of assertiveness training and supportive group therapy depicted that there were decreased signs and symptoms of violent behaviors at all aspects of cognitive, affective, physiological, behavior, and social as well as improvement of ability of clients to be more adaptive in responding to the any stressful situation that can stimuli violent behaviors. It is recommended that assertiveness training and supportive group therapy can be used as a standard of mental healthpsychiatric nursing specialized therapy., Violent behavior occurs when a person is not capable of responding to stressors. This behavior can be manifested by hurting oneself, others, or environment verbally or non verbally (Stuart, 2013). The purpose of this scientific paper was to report the application of assertiveness training and supportive group therapy utilizing the Stuart’s Stress-Adaptation Theory and Roy’s Adaptation Theory towards the clients with potential risk violent behavior who were hospitalized at Marzoeki Mahdi Hospital in Bogor. Assertiveness training was conducted to six clients and combination of assertiveness training and supportive group therapy to twelve clients during a period of 16 February – 17 April 2015 at Dewi Amba Ward. The result of assertiveness training and supportive group therapy depicted that there were decreased signs and symptoms of violent behaviors at all aspects of cognitive, affective, physiological, behavior, and social as well as improvement of ability of clients to be more adaptive in responding to the any stressful situation that can stimuli violent behaviors. It is recommended that assertiveness training and supportive group therapy can be used as a standard of mental healthpsychiatric nursing specialized therapy.]"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Ramadhan
"Remaja rentan menggunakan NAPZA ketika mengalami ansietas, harga diri rendah, dan ketahanan yang rendah. Latihan asertif dan terapi psikoedukasi keluarga merupakan tindakan spesialis keperawatan jiwa yang diharapkan mampu mengatasi kecemasan, meningkatkan harga diri, dan meningkatkan ketahanan remaja untuk mencegah penggunaan NAPZA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tindakan keperawatan ners, latihan asertif, dan terapi psikoedukasi keluarga terhadap penggunaan NAPZA, ansietas, harga diri, dan ketahanan remaja dalam pencegahan penggunaan NAPZA di pondok pesantren. Desain penelitian yang digunakan yaitu quasi experimental pre-post test with control group. Enam puluh empat remaja santri dipilih menggunakan teknik purposive sampling dan dibagi menjadi 2 kelompok menggunakan cluster random sampling. Kelompok 1 mendapatkan tindakan keperawatan ners dan kelompok 2 mendapatkan tindakan keperawatan ners, latihan asertif, dan terapi psikoedukasi keluarga. Hasil penelitian menunjukkan terjadi penurunan ansietas serta peningkatan harga diri dan ketahanan secara bermakna setelah mendapatkan tindakan keperawatan ners p value < 0,05 ; penurunan ansietas serta peningkatan harga diri dan ketahanan secara bermakna setelah mendapatkan latihan asertif dan terapi psikoedukasi keluarga p value < 0,05 ; terjadi penurunan ansietas serta peningkatan harga diri dan ketahanan pada remaja santri yang mendapatkan tindakan keperawatan ners, latihan asertif, dan terapi psikoedukasi keluarga lebih tinggi secara bermakna p value < 0,05 dibandingkan remaja yang hanya mendapatkan tindakan keperawatan ners. Latihan asertif dan terapi psikoedukasi keluarga direkomendasikan pada remaja santri dalam pencegahan penggunaan NAPZA di pondok pesantren.

Adolescents are susceptible to using drugs when experiencing anxiety, low self esteem, and low resisilience. Assertiveness training and family psychoeducation therapy is a mental nursing specialist action that is expected to overcome anxiety, increase self esteem, and increase adolescent resilience to prevent drug use. This study aims to determine the effect of ners nursing actions, assertiveness training and family psychoeducation therapy on the use of drugs, anxiety, self esteem, and adolescent resisilience in the prevention of drug use in islamic boarding schools. The research design used was quasi experimental pre post test with control group. Sixty four adolescent students were selected using purposive sampling and divided into 2 groups using cluster random sampling. The intervention group 1 only received ners nursing actions and the intervention group 2 received ners nursing actions, assertiveness training, and family psychoeducation therapy. The results showed that there were decreased anxiety, increased self esteem, and increased resilience significantly after ners nursing action p value "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T48732
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Rahmah
"Perubahan-perubahan pada aspek perkembangan usia remaja dapat memicu terjadinya stres dan mengarah pada perilaku berisiko seperti merokok, minum minuman keras, dan penyalahgunaan NAPZA. Terapi kelompok terapeutik dan problem-solving therapy merupakan tindakan spesialis keperawatan jiwa yang diharapkan mampu meningkatkan aspek perkembangan dan kemampuan penyelesaian masalah untuk mencegah penggunaan NAPZA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi kelompok terapeutik dan problem-solving therapy terhadap aspek perkembangan, kemampuan penyelesaian masalah, dan penggunaan NAPZA dalam pencegahan penyalahgunaan NAPZA pada remaja di SMK. Desain penelitian yang digunakan yaitu quasi experimental pre-post test with control group. Sebanyak 125 remaja dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok yang mendapatkan terapi kelompok terapeutik dan problem-solving therapy dan kelompok yang mendapatkan terapi kelompok terapeutik. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dan systematic random sampling.
Hasil penelitian menunjukkan peningkatan aspek perkembangan dan kemampuan penyelesaian masalah secara bermakna setelah mendapatkan terapi kelompok terapeutik namun masih belum optimal (p value < 0,05); peningkatan aspek perkembangan dan kemampuan penyelesaian masalah secara bermakna setelah mendapatkan terapi kelompok terapeutik dan problem-solving therapy namun masih belum optimal (p value < 0,05); peningkatan aspek perkembangan dan kemampuan penyelesaian masalah pada remaja yang mendapatkan terapi kelompok terapeutik dan problem-solving therapy lebih tinggi secara bermakna (p value < 0,05) dibandingkan remaja yang mendapatkan terapi kelompok terapeutik; penggunaan NAPZA pada remaja setelah mendapat terapi kelompok terapeutik ditemukan ada 2 orang pada kategori rendah; penggunaan NAPZA pada semua remaja yang mendapatkan terapi kelompok terapeutik dan problem-solving therapy dapat bertahan pada kategori bersih dari NAPZA, sedangkan pada remaja yang mendapatkan terapi kelompok terapeutik ditemukan ada 4 orang pada kategori rendah. Terapi kelompok terapeutik dan problem-solving therapy direkomendasikan sebagai tindakan pencegahan penyalahgunaan NAPZA pada remaja di sekolah menengah kejuruan.

Changes in the developmental aspects of adolescence can trigger stress and lead to risky behaviors such as smoking, drinking alcohol, and drug abuse. Therapeutic group therapy and problem-solving therapy are the intervention of psychiatric nursing specialists which are expected to be able to improve developmental aspects and problem-solving abilities to prevent drug use. This study aimed to determine the effect of therapeutic group therapy and problemsolving therapy on aspects of development, problem-solving ability, and the use of drugs in preventing drug abuse in adolescents in vocational high schools. The research design was used a quasi-experimental pre-post test with the control group. 125 adolescents were divided into 2 groups, one group received therapeutic group therapy and problem-solving therapy and the others received therapeutic group therapy. Sampling technique used purposive sampling and systematic random sampling.
The results showed significantly increased in the developmental aspects and the ability to solve problems after receiving therapeutic group therapy but still not optimal (p-value <0.05); the developmental aspects and the ability to solve problems increase significantly after getting therapeutic group therapy and problem-solving therapy but still not optimal (p-value <0.05); there was significantly increase in developmental aspects and the ability to solve problems in adolescents who received therapeutic group therapy and problemsolving therapy was higher (p-value <0.05) than adolescents who only received therapeutic group therapy; drug use in adolescents found there were 2 people in the low category after receiving therapeutic group therapy; drugs use in all adolescents who get therapeutic group therapy and problem solving therapy can survive in the "none" category of drugs, whereas in adolescents who get therapeutic group therapy found there was 4 people in low category. Therapeutic group therapy and problem-solving therapy are recommended as a drug use prevention for adolescents in vocational high schools.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T53352
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Khoirul Amin
"Lansia akan mengalami penurunan dan perubahan pada berbagai aspek, dan ketika lansia mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan akan mencapai integritas diri namun bila tidak mampu menyesuaikan dapat menyebabkan keputusasaan hingga depresi. Terapi kelompok terapeutik (TKT) merupakan tindakan yang dilakukan untuk mempersiapkan tahap dan tugas perkembangan psikososial pada lansia dan psikoedukasi keluarga (FPE) merupakan terapi kepada keluarga untuk membantu dalam perawatan lansia. Tujuan karya ilmiah ini untuk mengetahui pengaruh terapi kelompok terapeutik dan psikoedukasi keluarga terhadap integritas diri dan depresi pada lansia. Desain penelitian yang digunakan yaitu operational research dengan menggunakan TKT dan FPE untuk mencapai integritas dan mencegah depresi bagi lansia. Responden dari kegiatan ini ditentukan secara purpose sampling dan sampel kegiatan ini sejumlah 34 lansia dimana 19 mendapatkan TKT dan FPE kemudian 15 lansia mendapatkan TKT. Hasilnya setelah diberikan terapi TKT dan FPE terdapat peningkatan integritas diri tidak signifikan (p value >0,05) dan penurunan tingkat depresi lansia secara signifikan (p value <0,05). Pada kelompok dengan TKT terdapat penurunan tingkat depresi secara signifikan (p value <0,05) dan peningkatan integritas diri tidak signifikan (p value >0,05). Terdapat perbedaan tidak signifikan (p value >0,05) antara kelompok yang diberikan terapi TKT dan FPE dengan kelompok yang diberikan TKT.

The elderly will experience a decline and change in various aspects, and when the elderly are able to adapt to changes they will achieve self-integrity, but if they are not able to adjust, they can lead to despair and depression. Therapeutic group therapy (TKT) is a therapy taken to prepare for the stages and tasks of psychosocial development in the elderly and family psychoeducation (FPE) is a therapy for families to assist in the care of the elderly. The purpose of this scientific work is to determine the effect of therapeutic group therapy and family psychoeducation on self-integrity and depression in the elderly. The research design used is operational research using TKT and FPE to achieve integrity and prevent depression for the elderly. Respondents from this activity were determined by purpose sampling and the sample of this activity was 34 elderly, of which 19 received TKT and FPE, then 15 elderly received TKT. The result, after being given TKT and FPE therapy, there was an insignificant increase in self-integrity (p value > 0.05) and a significant decrease in the level of depression in the elderly (p value < 0.05). In the group with TKT there was a significant decrease in the level of depression (p value <0.05) and an insignificant increase in self-integrity (p value> 0.05). There was no significant difference (p value > 0.05) between the group given TKT and FPE therapy and the group given TKT"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Malianti
"Remaja merupakan fase pertumbuhan yang cukup rentan yang membutuhkan peran orang tua sebagai tempat untuk bertanya di dalam proses pencarian jati diri. Diperkirakan akhir abad kedua puluh di Amerika Serikat lebih dari empat puluh persen pernikahan akan mengalami perceraian dan Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki angka perceraian yang tinggi di dunia. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perceraian orang tua memberikan dampak negatif bagi psikologis seluruh anggota keluarga terutama remaja. Tujuan penulisan karya ilmiah ini menjelaskan hasil tindakan terapi ners, terapi kelompok terapeutik dan terapi kognitif perilaku dalam menurunkan angka prodroma pada remaja dengan orang tua yang sudah bercerai. Metode yang digunakan adalah case series. Analisis dilakukan pada enam remaja yang memiliki orang tua yang sudah bercerai. Hasil pemberian tindakan ners, terapi kelompok terapeutik remaja, dan terapi kognitif perilaku menunjukkan terjadi penurunan angka prodroma pada remaja dengan orang tua yang sudah bercerai sehingga terapi ini direkomendasikan diberikan pada remaja yang mengalami prodroma akibat dari perceraian orang tua dan perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan sample yang lebih banyak.
Kata kunci: Remaja, Perceraian, Prodroma, Terapi Kelompok Terapeutik (TKT), Terapi Kognitif Perilaku

Teenage is a growth phase that is quite vulnerable which requires the role of parents as a place to ask in the process of finding identity. It is estimated that in the late twentieth century in the United States more than forty percent of marriages will experience divorce and Indonesia is one of the countries that has a high divorce rate in the world. Some studies show that parental divorce has a negative impact on the psychology of all family members, especially teenagers. The purpose of this scientific paper explains the results of therapeutic measures for nurses, therapeutic group therapy and cognitive behavioral therapy in reducing the rate of prodroma in adolescents with divorced parents. The method used is case series. The analysis was carried out on six teenagers who had divorced parents. The results of nurses' action, therapy of adolescent therapeutic groups, and cognitive behavioral therapy showed a decrease in prodroma rates in adolescents with divorced parents so that this therapy is recommended given to adolescents who experience prodroma as a result of parental divorce and the need for further research with samples more."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Yulvi Azni
"Pandemi COVID-19 memberikan perubahan pada kehidupan remaja terutama dalam aktivitas sehari-hari, sehingga remaja harus beradaptasi dengan adanya virtual school. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi kelompok terapeutik dan cognitive therapy dalam mencegah gangguan mental emosional pada remaja dengan virtual school selama pandemi COVID-19. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi experimental pre-post test with control group. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dan random sampling dengan jumlah sampel 60 responden yang dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok intervensi 1 sejumlah 30 orang diberikan terapi kelompok terapeutik dan cognitive therapy. Kelompok intervensi 2 sejumlah 30 orang diberikan terapi kelompok terapeutik tanpa cognitive therapy. Analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi dan tendensi sentral. Analisis bivariat menggunakan uji repeated anova untuk data yang berdistribusi normal, sedangkan untuk data yang berdistribusi tidak normal menggunakan uji friedman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi kelompok terapeutik dan cognitive therapy berpengaruh secara bermakna dalam mencegah gangguan mental emosional pada remaja. Terapi kelompok terapeutik dan cognitive therapy dapat direkomendasikan sebagai kombinasi terapi dalam mencegah gangguan mental emosional pada remaja dengan virtual school selama pandemi COVID-19.

The COVID-19 pandemic has changed the lives of adolescents, especially in their daily activities, so adolescents have to adapt to the virtual school. This study aims to determine the effect of therapeutic group therapy and cognitive therapy in preventing emotional mental disorders in adolescents with virtual schools during the COVID-19 pandemic. The design used was a quasi-experimental pre-post test with control group. Sampling using purposive sampling and random sampling with a sample size of 60 respondents divided into 2 groups. The intervention group 1 numbered 30 people given therapeutic group therapy and cognitive therapy. The intervention group 2 contributed 30 people given therapeutic group therapy without cognitive therapy. Univariate analysis uses frequency distribution and central tendency. Bivariate analysis uses repeated ANOVA test for normally distributed data while for data that is not normally distributed uses Friedman test. The results showed that therapeutic group therapy and cognitive therapy had a significant effect in preventing emotional mental disorders in adolescents. Therapeutic group therapy and cognitive therapy can be recommended as a combination therapy in preventing emotional mental disorders in adolescents with virtual schools during the COVID-19 pandemic."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>