Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 178020 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irish Amalia
"ABSTRAK
Studi ini bertujuan untuk melihat pengaruh keyakinan kesehatan seseorang terhadap kepatuhan mereka untuk memenuhi rekomendasi mereka untuk pengobatan (TC) diabetes tipe 2. Penelitian ini melibatkan 153 partisipan dengan rentang usia 21 hingga 76 tahun dan berdomisili di wilayah Jabodetabek. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengisi kuesioner yang disebarkan langsung (offline) ke dua rumah sakit di Jakarta dan juga online melalui link yang disebarkan di media sosial. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Health Belief Model Scale (Tan, 2004), Treatment Compliance Scale (Demirtaş & Akbayrak, 2017), dan Modified Kuppuswamy Socioeconomic Scale Updates untuk Tahun 2019 (Saleem, 2019). Hasil analisis regresi menggunakan SPSS menunjukkan bahwa (1) persepsi suseptibilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap TC (b1 = 0,277; p> 0,05), (2) persepsi keparahan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap TC (b2 = -2,031 ; p <0,01), (3) manfaat yang dirasakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap TC (b3 = 0,328; p <0,05), (4) hambatan yang dirasakan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap TC (b4 = -1,279; p < 0,01), (5) tindakan terkait kesehatan yang direkomendasikan tidak berpengaruh signifikan terhadap TC (b5 = -0,368; p> 0,05). Ukuran efek dari penelitian ini adalah f2 = 0.134. Selain itu, temuan lain dari hasil kontrol statistik juga menunjukkan bahwa jenis kelamin, usia, dan SES memiliki hubungan yang signifikan dengan TC dan merupakan prediktor kuat TC pada diabetisi tipe 2 di Jabodetabek.
ABSTRACT
"
[Depok;Depok;Depok, Depok, Depok]: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rahmat Masdin
"Prevalensi penderitas diabetes melitus (DM) di Indonesia mengalami peningkatan terutama di Jakarta mencapai 3,4% di tahun 2018, dan menjadi provinsi dengan prevalensi DM tertinggi di Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah pasien tidak rutin meminum obat. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kepatuhan pengobatan diperlukan program intervensi oleh farmasis yaitu melalui program Phardiacare berupa konseling, buklet, logbook self-monitoring dan SMS reminder. Tujuan penelitian ini adalah menilai pemberian konseling dan buklet dari program Phardiacare terhadap kepatuhan pengobatan dan luaran klinis pasien DM tipe 2. Penelitian ini merupakan quasi eksperimental selama periode Agustus hingga Desember 2019 yang melibatkan 65 pasien DM tipe 2 di puskesmas Jakarta Timur yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pasien dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok intervensi (KI, n=33) yang menerima konseling dan buklet, dan kelompok kontrol (KK, n=32) yang menerima buklet saja. Pada awal dan akhir penelitian pasien menerima kuesioner sosiodemografi dan MAQ serta dilakukan pengukuran luaran klinis. Hasil penelitian menunjukkan KI dan KK memiliki karakteristik yang tidak berbeda signifikan kecuali pada lama penggunaan obat dan konsumsi makanan berisiko DM (p<0,05). Konseling pada program Phardiacare mempengaruhi kepatuhan pengobatan dimana HbA1c pada KI mengalami penurunan hingga kadar terkontrol (p<0,05) dibandingkan KK yang tidak mengalami perubahan. Kepatuhan berdasarkan skor MAQ menunjukkan peningkatan kepatuhan (p<0,05) setelah intervensi. Konseling dari program Phardiacare memberikan pengaruh 7,5 kali lebih besar dalam menurunkan HbA1c (p=0,008). Terhadap luaran klinis sekunder, konseling memperbaiki gula darah puasa, kolesterol total dan LDL (p<0,05). Dengan demikian, konseling pada program Phardiacare dapat mempengaruhi kepatuhan pengobatan dan menurunkan kadar HbA1c pada pasien DM tipe 2.

According to the results of the 2018 Basic Health Research (Riskesdas), 50.4% of diabetes mellitus (DM) patients do not regularly take medication. This can worsen the patient’s condition, so interventions related to DM treatment by pharmacists are needed through counseling and booklets which are expected to increase medication adherence and improve clinical outcomes of the patient. The study was conducted in August-December 2019 involving 65 patients who met the inclusion and exclusion criteria. Patients were divided into 2 groups, namely the Pulogadung Health Center as the intervention group (KI, n=33) which received counseling and booklets, and the Duren Sawit Health Center as the control group (KK, n=32) which received only booklets. The results showed that counseling affected medication adherence with a significant decrease in HbA1c levels (p<0.05) to controlled levels in KI compared to KK. The MAQ score showed an increase in adherence with significant outcomes after counseling. Counseling has a 7.5 times greater effect in reducing HbA1c with a significant value (p=0.008). In addition, counseling gave significant results (p<0.05) in the improvement of fasting blood glucose, total cholesterol, and low-density lipoprotein cholesterol. Thus, counseling can improve medication adherence and reduce HbA1c levels in type 2 diabetes mellitus patients."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Trixie Hardigaloeh
"Latar Belakang: Diabetes melitus masih menyebabkan tingginya angka morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. Capaian kontrol glikemik masih merupakan masalah di Indonesia. Perilaku kesehatan pada DM tipe 2 yang tercermin dalam rutinitas aktivitas perawatan diri memegang peranan penting dalam keberhasilan terapi.
Tujuan: 1) Mengetahui rerata aktivitas perawatan diri pasien DM tipe 2 yang menjalani edukasi dan 2) Mengetahui gambaran faktor ancaman, manfaat, hambatan dan efikasi diri pasien DM tipe 2 yang menjalani edukasi dalam melakukan aktivitas fisik dan olahraga serta pemantauan gula darah mandiri (PGDM)
Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang menggunakan pendekatan data mixed methods desain sekuensial eksplanatori. Penelitian kualitatif dilakukan dengan design fenomenologi, pengambilan data wawancara semi terstruktur dengan panduan health belief model. Analisis dilakukan dengan menggunakan thematic analysis.
Hasil: Olahraga dan PGDM (n=71) memiliki nilai median SDSCA paling rendah yaitu 1 dan 3.5 hari. Sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi (73.2%), tingkat distress emosi sedang-tinggi (61%) serta HbA1c > 7% (75%). Wawancara olahraga (n=21) memberikan tema keyakinan tidak melakukan aktivitas fisik dan olahraga dapat memengaruhi kesehatan, aktivitas fisik dan olahraga memberikan manfaat pada kemampuan fisik, psikologis dan penampilan, hambatan dan stimulus dalam melakukan aktivitas fisik dan olahraga serta efikasi diri yang dapat memengaruhi rutinitas olahraga. Sedangkan wawancara PGDM (n=4) memberikan tema tidak melakukan PGDM akan memengaruhi kesehatan, PGDM memberikan manfaat bagi kesehatan dan kemudahan pengobatan, hambatan dan stimulus pasien dalam melakukan PGDM serta efikasi diri memengaruhi rutinitas PGDM.
Kesimpulan: Diperoleh gambaran keyakinan ancaman, manfaat, hambatan, stimulus serta efikasi diri dalam melakukan aktifitas fisik dan olahraga serta PGDM yang merupakan komponen aktifitas perawatan diri dengan nilai median hari yang paling rendah.

Introduction: Diabetes mellitus still cause high morbidity and mortality in the world. Glycemic control is still a challenge in Indonesia. Health behaviour in type 2 DM reflected by self-care activites play an important role in successful therapy.
Aim: 1) Knowing the value of self-care activities in type 2 DM patient undergoing education. 2) Knowing about the perceived threat, benefits, barriers and self-efficacy in type 2 DM patients undergoing education in performing exercise and self monitoring blood glucose.
Method: This is a cross sectional study using mixed methods explanatory sequential design approach. The qualitative phase of this study was a phenomenological study design and used semi-structured interview based on health belief model. Analysis was done by thematic analysis.
Result: The first phase in this study involved 71 respondents. Self monitoring blood glucose (SMBG) and exercise had the lowest median SDSCA scores being 1 and 3.5 days, respectively. Most of them had a high level of knowledge (73.2%) with moderate to high levels of diabetes distress in 61% patients. There were 75% of patients with HbA1c levels > 7%. Qualitative research on exercise involved 21 respondents while SMBG involved 4 respondents. Five themes in exercise, namely not doing exercise can affect health, exercise provide benefits on physical, psychological and appearance, patient barriers and stimulus factors in performing exercise and self-efficacy can affect exercise. While five themes in SMBG include not doing SMBG can affect health, SMBG provides health benefits and ease of treatment, barriers, and stimulus factors for patients in doing SMBG and self-efficacy can affect SMBG.
Conclusion: We obtained a descriptive data on perceived threats, benefits, barriers, cues on action and self-efficacy in doing physical activity and exercise among diabetic patients, alongside SMBG activity which is a component of self-care with the lowest median number of days.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arini Salsabila Ramadhani
"Salah satu cara pengendalian glukosa darah yaitu melakukan kepatuhan latihan fisik teratur yang dapat tercipta dengan memiliki efikasi diri yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran efikasi diri kepatuhan latihan fisik penyandang diabetes melitus tipe 2 di DKI Jakarta. Desain penelitian deskriptif dengan jumlah sampel 100 responden dan menggunakan kuesioner efikasi diri kepatuhan aktivitas fisik teratur dengan analisis univariat. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden 28% memiliki efikasi diri kepatuhan latihan fisik teratur sangat tinggi. Hasil penelitian merekomendasikan pelayanan kesehatan dapat memperkuat efikasi diri dengan memberikan edukasi kepada penyandang diabetes terkait pentingnya memiliki efikasi diri dalam melakukan latihan fisik teratur.

One way to control blood glucose is to comply with regular physical exercise which can be created by having high self-efficacy. This study aims to identify the description of self-efficacy of physical exercise compliance with type 2 diabetes mellitus in DKI Jakarta. The research design is descriptive with a sample size of 100 respondents and uses a self-efficacy questionnaire for compliance with regular physical activity with univariate analysis. The results showed the majority of respondents 28% had a very high self-efficacy of regular physical exercise adherence. The results of the study recommend that health services can strengthen self-efficacy by providing education to people with diabetes regarding the importance of having self-efficacy in doing regular physical exercise. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransiskus Samuel Renaldi
"Ketidakpatuhan berobat dalam penyakit diabetes melitus tipe 2 menjadi masalah yang belum dapat dituntaskan sehingga dapat berkontribusi dalam penurunan kualitas hidup seorang pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan suatu rancangan model sebagai solusi terhadap masalah ketidakpatuhan pengobatan pada pasien diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini menggunakan desain studi kualitatif dengan metode fenomenologi. Penelitian dilakukan di Kecamatan Bogor Tengah selama bulan Maret-September 2020 dengan megikutsertakan tiga wilayah Puskesmas, yaitu Puskesmas Merdeka, Belong, dan Sempur. Penelitian ini melibatkan 46 pasien diabetes melitus tipe 2 sebagai informan yang tergabung dalam studi Kohort PTM Balitbangkes RI, 17 tenaga kesehatan, dan 30 kader kesehatan sebagai informan kunci dari Puskesmas setempat. Pengambilan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara mendalam dan observasi dengan informan dan diskusi kelompok terarah dengan informan kunci. Hasil penelitian diinterpretasikan dalam bentuk pernyataan masalah teknis yang dianalisis dengan metode tematik dan jaringan sosial. Mayoritas informan yang terlibat dalam penelitian ini berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan rata-rata telah menderita diabetes selama 1-5 tahun. Sementara itu untuk informan kunci telah bekerja rata-rata selama 10 tahun. Dari hasi wawancara didapatkan hasil bahwa terdapat empat faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien yaitu intrapersonal, interpersonal, obat, dan lingkungan. Motivasi menjadi masalah utama pada faktor intrapersonal, dan memiliki korelasi dengan faktor-faktor lainnya. Dari sisi interpersonal, kualitas pelayanan kesehatan memberikan pengaruh pada kepatuhan. Efek samping dan penggunaan obat herbal di dalam faktor obat juga diketahui memiliki kontribusi untuk menentukan sikap kepatuhan pada pasien. Dari segi faktor lingkungan, sistem kesehatan akan memberikan pengaruh kepada kepatuhan pasien, terutama dalam penerapan sistem jaminan kesehatan nasional, sistem ekonomi, dan kebijakan kesehatan. Dari beragam hasil yang telah didapatkan, diperoleh suatu model penatalaksanaan ketidakpatuhan pengobatan pada pasien diabetes melitus tipe-2 yang dapat menggali secara personal berbagai permasalahan pada pasien.

Patient’s poor adherence to treatment in type 2 diabetes mellitus is a problem that has yet to be resolved. This phenomenon will contribute to a decrease in the quality of life of a patient. This study aims to obtain a model design to solve non-adherence in type 2 diabetes mellitus patients by using a qualitative study design with phenomenological methods. The research was conducted in Central Bogor District during March-September 2020 in three Puskesmas areas: Merdeka, Belong, and Sempur. This study involved 46 type 2 diabetes mellitus patients as informants who were members of the non-communicable disease cohort study, 17 health workers, and 30 health cadres as key informants from the local Puskesmas. Data were collected from in-depth interviews and observations with informants and focus group discussions with key informants. The study results were interpreted as a technical problem statement that was analyzed using thematic methods and social networks. The majority of informants involved in this study work as housewives and, on average, have had diabetes for 1-5 years. Meanwhile, key informants have worked for an average of 10 years. The interview results found four factors that influence patient compliance: intrapersonal, interpersonal, drug, and environment. Motivation is a significant problem in intrapersonal factors and correlates with other factors. From an interpersonal perspective, the quality of health services influences compliance. Side effects and the use of herbal medicines in the drug factors are also known to determine the patient's adherence attitude. In terms of environmental factors, the health system will influence patient compliance, especially in applying the national health insurance system, the economic system, and health policies. From the various results obtained, a management model of non-adherence treatment in type 2 diabetes mellitus patients can personally explore various problems in a personal manner.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indana Ayu Soraya
"Sejumlah penelitian telah mengaitkan penurunan fungsi kognitif dengan kepatuhan minum obat. Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) merupakan salah satu faktor resiko dari penurunan fungsi kognitif yang jarang disadari pasien. Oleh karena itu, penulis mencoba menilai pengaruh penurunan fungsi kognitif terhadap kepatuhan minum obat pada pasien DMT2. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang yang dilakukan di Puskesmas Pasar Minggu Jakarta. Fungsi kognitif dinilai dengan kuesioner Montreal Cognitive Assesment versi Indonesia (MoCA-Ina) yang telah divalidasi. Penilaian kepatuhan dilakukan menggunakan kuesioner Adherence to Refills and Medications Scale (ARMS) versi bahasa Indonesia yang tervalidasi dan Pharmacy refill adherence yaitu dengan menghitung Proportion of Days Covered (PDC). Pasien dikatakan patuh jika skor ARMS <12 dan hasil perhitungan PDC ≥80%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penurunan fungsi kognitif berhubungan dengan kepatuhan minum obat yang buruk (p=0,005). Berdasarkan analisis multivariat, pasien dengan fungsi kognitif menurun 3,7 kali menyebabkan ketidakpatuhan minum obat dibanding pasien dengan fungsi kognitif normal setelah dikontrol variabel usia, tingkat pendidikan, kadar HbA1c, dan komorbid dislipidemia.

Several studies have linked cognitive decline with lack of adherence to medication. Type 2 Diabetes mellitus (T2DM) is one of the risk factors for cognitive decline that patients are rarely aware of. Therefore, the aim of this study is to assess the effect of decreased cognitive function on medication adherence in T2DM patients. The study uses a cross-sectional design and was conducted at the Pasar Minggu Primary Health Center, Jakarta, Indonesia. Cognitive function was assessed using a validated Indonesian version of the Montreal Cognitive Assessment (MoCA-Ina) questionnaire. Adherence assessment was made using a validated Indonesian version of the Adherence to Refills and Medications Scale (ARMS) questionnaire and the proportion of days covered (PDC). A patient was considered to be adhere if the ARMS score was <12 and the PDC calculation result was ≥80%. The results of this study showed that cognitive decline was associated with poor medication adherence (p=0.005). Based on multivariate analysis, patients with cognitive decline had 3.7 times greater nonadherence to medication than patients with normal cognitive function after controlling for variables of age, education level, HbA1c levels, and comorbid dyslipidemia."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Hasyim Wibisono
"Praktik residensi keperawatan medikal bedah merupakan salah satu bentuk pendidikan keperawatan berkelanjutan yang ditempuh setelah tercapainya gelar magister keperawatan. Tujuannya adalah mencetak ners spesialis keperawatan medikal bedah yang mampu berperan sebagai clinical leader bagi tim pelayanan keperawatan, dengan fokus pada pasien dewasa yang mengalami gangguan pememenuhan kebutuhan dasar manusia akibat gangguan struktur dan fungsi pada sistem organ tubuh, berikut dengan respon pasien yang ditimbulkan. Praktik klinik dilaksanakan di setting gawat darurat, perawatan intensif, rawat inap, dan rawat jalan di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta, dan RSUP Fatmawati Jakarta. Dengan fokus pada pasien dengan gangguan sistem endokrin, asuhan keperawatan diberikan dengan menggunakan pendekatan teori model adaptasi Roy pada pasien dengan masalah utama pada gangguan kelenjar tiroid dan pankreas. Contoh kasus yang telah dikelola antara lain pasien dengan komplikasi akut dan kronis dari diabetes, stroma tiroid, keganasan tiroid, serta gangguan multi sistem yang melibatkan diabetes. Asuhan keperawatan berbasis bukti diterapkan berupa latihan kaki Buerger Allen Exercise bagi pasien dengan PAD untuk meningkatkan perfusi kaki. Inovasi pelayanan keperawatan dilakukan dengan fokus pada pencegahan hipoglikemia berat pada pasien diabetes di rawat inap melalui bundle intervensi Hy-NEWSS.

 

Kata kunci: Perawat spesialis, asuhan keperawatan, teori model adaptasi, Buerger Allen Exercise, pencegahan hipoglikemia


The medical surgical nursing residency program is a continuous nursing education process following the master of nursing degree completion. The graduates are medical surgical nurse specialist, who will take role as clinical nursing leaders in providing care for adult patients with compromised human basic need fulfillment due to structural and functional dysfunctions of body systems along with the responses. The clinical education was conducted in RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta and RSUP Fatmawati Jakarta covering emergency unit, intensive care unit, inpatient, and outpatient care unit.  Using the Roy Adaptation Model as the framework, patient care was aimed to patients with pancreas and thyroid problems. The examples of the cases were, but not limited to, acute and chronic complications of diabetes, thyroid stroma and malignancy, and multisystem cases related to diabetes. The Buerger Allen Exercises was implemented as evidence based nursing, and the nursing innovation project was aimed towards severe hypoglycemia prevention for patients with diabetes in inpatient setting through the Hy-NEWSS intervention bundle.

 

 

Keywords: Nurse specialist, nursing care, adaptation model, Buerger Allen Exercise, hypoglycemia prevention

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia , 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bellinda Fitri Amara
"Hiperglikemia kronis yang jika tidak terkontrol dapat merusak pembuluh darah yang merupakan salah satu penyebab utama kematian terkait diabetes yang disebabkan oleh stroke. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kesadaran diri penyandang diabetes mellitus terhadap risiko komplikasi stroke di kota depok. Penelitian deskriptif yang melibatkan 100 responden penyandang diabetes melitus tipe 2 di Kota Depok. Pengambilan data secara offline di 3 puskesmas Kota Depok menggunakan kuesioner kesadaran diri terhadap risiko komplikasi stroke yang dikembangkan sendiri dengan nilai alpha cronbach 0,826. Hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas berada pada rentang usia 61-80 tahun, berjenis kelamin perempuan serta mayoritas responden menganut agama Islam. Mayoritas responden menempuh pendidikan terakhir tingkat SMA, tidak pernah mengikuti penyuluhan/edukasi DM dan telah menyandang DM selama <5 tahun. Mayoritas responden memiliki kesadaran diri terhadap risiko komplikasi stroke yang sedang. Responden memiliki tingkat kesadaran diri rendah, lebih banyak daripada responden yang telah memiliki kesadaran diri tinggi terhadap risiko komplikasi stroke. Penelitian ini merekomendasikan pemberian edukasi kesehatan terkait risiko komplikasi stroke pada penyandang diabetes melitus tipe 2 agar dapat meningkatkan kesadaran diri terhadap risiko komplikasi stroke.

Chronic hyperglycemia which if not controlled can damage blood vessels which is one of the leading causes of diabetesrelated death caused by stroke. This study aims to find out the picture of self-awareness of people with diabetes mellitus to the risk of stroke complications in the city of Depok. Descriptive research involving 100 respondents with type 2 diabetes mellitus in Depok. Offline data collection in 3 health centers in Depok using self-awareness questionnaire on the risk of stroke complications developed by itself with an alpha cronbach value of 0.826. The results of this study showed the majority were in the age range of 61-80 years, the gender of women and the majority of respondents adhered to Islam. The majority of respondents attended the last high school level, never attended DM counseling/education and have held DM for <5 years. The majority of respondents had self-awareness of the risk of moderate stroke complications. Respondents had a low level of self-awareness, more than respondents who had high self-awareness of the risk of stroke complications. This study recommends providing health education related to the risk of stroke complications in people with type 2 diabetes mellitus in order to increase self-awareness of the risk of stroke complications."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Mohammad Nuzul
"Tingginya prevalensi diabetes mellitus tipe 2 dan makanan khas daerah yang mengandung cukup banyak lemak menyebabkan peningkatan resiko peripheral arterial disease di Kota Palu. Latihan Buerger Allen merupakan salah satu cara mencegah dan mengatasi penyakit ini. Akan tetapi, latihan tersebut kurang digunakan karena belum adanya penelitian terkait latihan ini yang dipublikasikan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan ini terhadap sirkulasi perifer pada ekstremitas bawah pasien diabetes mellitus tipe 2. Penelitian ini merupakan quasi-experimental, model pretest?posttest nonequivalent control group dengan 24 responden. Latihan ini diberikan kepada kelompok perlakuan selama 4 hari, 3 kali sehari, 2 siklus latihan selama 22 menit. Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan bermakna nilai ankle brachial index antara pretest dan posttest pada kelompok perlakuan (p = .047; α .05), sebaliknya tidak ada perbedaan yang bermakna pada kelompok kontrol (p = .083; α .05). Secara statistik disimpulkan bahwa ada perbedaan bermakna antara nilai ankle brachial index posttest kelompok perlakuan dengan kontrol (p = .045; α .05), sehingga disimpulkan latihan ini efektif meningkatkan sirkulasi arteri perifer ekstremitas bawah. Disarankan agar latihan ini diberikan kepada pasien diabetes mellitus tipe 2.

Patient with diabetes mellitus have high risk of peripheral arterial disease. The risk increased on Palu City due to high prevalence of diabetes mellitus type 2 and food culture with high amount of fats. The Buerger-Allen exercise studies showed positive effect to improve lower extremity perfusion among patients with type 2 diabetes mellitus. However, this exercise gradually has been dropped in recent decades due to lack of published study in Indonesia. The study aimed to identify the effectiveness of this exercise to improve peripheral circulation of lower extremity. This study is the quasi-experimental with a pretest-posttest nonequivalent control group model, which enrolled 12 experimental and 12 control participants. Exercise had provided for 4 days, 3 times a day, and 2 cycles exercise for 22 minutes. The result showed significant difference of ankle-brachial index between the experiment and control group (p = .045; α .05). This study recommends Buerger-Allen exercise to be applied to patients with type 2 diabetes mellitus."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S64606
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wafa Rahmatina
"Latar Belakang: Penyakit tidak menular diketahui menjadi penyebab 41 juta kematian di dunia setiap tahunnya. Diabetes merupakan satu dari empat jenis utama penyakit tidak menular di seluruh dunia. Pada tahun 2018, Kota Depok memiliki prevalensi diabetes melitus sebesar 2,17% dan menjadi kabupaten/kota dengan prevalensi diabetes melitus tertinggi kedua di Jawa Barat. Tujuan: Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 pada penduduk Kota Depok tahun 2023. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Data yang digunakan merupakan data sekunder yang diperoleh dari Sistem Informasi Penyakit Tidak Menular (SIPTM) Kota Depok tahun 2023 dan dilakukan analisis univariat serta bivariat menggunakan uji chi-square. Variabel independen terdiri dari faktor sosiodemografis (usia, jenis kelamin, riwayat diabetes keluarga, obesitas, obesitas sentral, dan hipertensi) serta faktor perilaku (merokok, kurang aktivitas fisik, kurang konsumsi sayur buah, konsumsi alkohol, dan konsumsi gula berlebih). Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan adanya prevalensi diabetes melitus tipe 2 sebesar 21,9% pada penduduk Kota Depok tahun 2023. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 adalah usia > 45 tahun (POR 1,225; 95% CI: 1,197—1,254), jenis kelamin laki-laki (POR 1,379; 95% CI: 1,347— 1,411), memiliki riwayat diabetes keluarga (POR 0,297; 95% CI: 0,267—0,330), obesitas (POR 1,524; 95% CI: 1,487—1,562), obesitas sentral (POR 0,908; 95% CI: 0,886—0,930), hipertensi (POR 0,500; 95% CI: 0,488—0,511), merokok (PR 1,289; 95% CI: 1,244—1,335), kurang aktivitas fisik (POR 1,218; 95% CI: 1,189—1,247), kurang konsumsi sayur buah (POR 0,846; 95% CI: 0,812—0,881), dan konsumsi gula berlebih (POR 1,879; 95% CI: 1,828–1,932). Sedangkan, faktor konsumsi alkohol tidak terbukti memiliki hubungan dengan kejadian diabetes melitus tipe 2. Kesimpulan: Faktor sosiodemografis dan perilaku terbukti memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan untuk pembuatan program pencegahan dan pengendalian diabetes melitus tipe 2 sehingga dapat menurunkan prevalensi diabetes di Kota Depok.

Background: Non-communicable diseases (NCDs) are known to cause 41 million deaths globally each year. Diabetes is one of the four major types of NCDs worldwide. In 2018, the city of Depok had a diabetes mellitus prevalence of 2.17%, making it the second-highest prevalence of diabetes mellitus in West Java. Objective: To identify the factors associated with type 2 diabetes mellitus among the residents of Depok City in 2023. Methods: This study is a quantitative research with a cross-sectional study design. The data used are secondary data obtained from the Non-Communicable Disease Information System (SIPTM) of Depok City in 2023 and analyzed using univariate and bivariate analysis with the chi-square test. Independent variables include sociodemographic factors (age, gender, family history of diabetes, obesity, central obesity, and hypertension) as well as behavioral factors (smoking, lack of physical activity, insufficient consumption of vegetables and fruits, alcohol consumption, and excessive sugar consumption). Results: This study showed a prevalence of type 2 diabetes mellitus of 21.9% among the residents of Depok City in 2023. The factors associated with the incidence of type 2 diabetes mellitus are age > 45 years (POR 1.225; 95% CI: 1.197—1.254), male gender (POR 1.379; 95% CI: 1.347—1.411), having a family history of diabetes (POR 0.297; 95% CI: 0.267—0.330), obesity (POR 1.524; 95% CI: 1.487—1.562), central obesity (POR 0.908; 95% CI: 0.886—0.930), hypertension (POR 0.500; 95% CI: 0.488—0.511), smoking (POR 1.289; 95% CI: 1.244—1.335), lack of physical activity (POR 1.218; 95% CI: 1.189—1.247), insufficient consumption of vegetables and fruits (PR 0.846; 95% CI: 0.812—0.881), and high sugar consumption (POR 1,879; 95% CI: 1,828–1,932. However, alcohol consumption was not proven to be associated with type 2 diabetes mellitus. Conclusion: Sociodemographic and behavioral factors are significantly associated with type 2 diabetes mellitus. This study is expected to serve as a consideration for the development of prevention and control programs for type 2 diabetes mellitus to reduce the prevalence of diabetes in Depok City.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>