Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141912 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alyaa Dewanti
"Kecanduan narkoba merupakan masalah yang dimiliki secara global, termasuk di Indonesia. Ada beberapa penelitian yang menghubungkan yang merugikan
pengalaman masa kanak-kanak (ACE) dengan kecanduan narkoba, tetapi tidak semua individu dengan ACE mengalami kecanduan narkoba. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji impulsif sebagai mediator dalam hubungan ACE dengan adiksi narkoba. Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang dengan sampel penderita adiksi narkoba yang berusia di atas 18 tahun. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah ACE-10, DAST-20, dan BIS-11. Data dari 89 peserta menunjukkan bahwa impulsif memediasi sebagian hubungan antara ACE dan kecanduan narkoba.

Drug addiction is a problem that is owned globally, including in Indonesia. There are several studies linking the harm childhood experience (ACE) with drug addiction, but not all individuals with ACE experience drug addiction. Therefore, this study aims to examine impulsivity as a mediator in the relationship between ACE and drug addiction. This study is a cross-sectional study with a sample of drug addiction patients who are over 18 years of age. The measuring instruments used in this study were ACE-10, DAST-20, and BIS-11. Data from 89 participants showed that impulsivity partly mediated the relationship between ACE and drug addiction."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vanessa Ibrena
"ABSTRAK
Narkoba masih menjadi permasalahan bagi dunia dan Indonesia hingga saat ini, yaitu tahun 2016 tercatat 275 juta orang menggunakan narkoba sedangkan di Indonesia sendiri mencapai 3 juta atau sekitar 1,7%. Adverse Childhood Experience (ACE) merupakan salah satu faktor seseorang untuk mengalami adiksi narkoba. Perceived social support juga ditemukan memiliki pengaruh terhadap penggunaan narkoba. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara Adverse Childhood Experience dan perceived social support dengan adiksi narkoba. Sebanyak 74 orang di atas 18 tahun yang berada di pusat rehabilitas narkoba diminta untuk mengisi kuesioner berisi ACE-10, DAST-20, MSPSS, dan data kontrol lainnya. Hasil korelasi menunjukkan bahwa ACE memiliki hubungan yang positif dengan adiksi narkoba sedangkan perceived social support memiliki hubungan yang negatif dengan adiksi narkoba.

ABSTRACT
Drugs are still a problem for the world and Indonesia until now, namely in 2016 there were 275 million people using drugs while in Indonesia alone reached 3 million or around 1.7%. Adverse Childhood Experience (ACE) is one factor for a person to experience drug addiction. Perceived social support was also found to have an influence on drug use. This study aims to look at the relationship between Adverse Childhood Experience and perceived social support with drug addiction. As many as 74 people over 18 years who were at the drug rehabilitation center were asked to fill out questionnaires containing ACE-10, DAST-20, MSPSS, and other control data. The correlation results show that ACE has a positive relationship with drug addiction while perceived social support has a negative relationship with drug addiction.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Debbi Rezza
"ABSTRAK
Tidak ada yang ingin dilahirkan sebagai seorang pecandu. Namun, faktor-faktor yang menyebabkan adiksi sering kali berada di luar kontrol individu. Faktor tersebut beberapa diantaranya adalah kepribadian, pengalaman tidak menyenangkan di masa kecil, dan tidak adanya tujuan dalam hidup. Belum adanya bukti empiris, khususnya di Indonesia, menjadi dasar dilakukannya penelitian ini. Sebanyak 68 pengguna narkoba berusia dewasa yang pernah mencoba sabu diminta mengisi DAST-20, BFI-44 atau BFI-10, ACE-10, PIL-T, dan data kontrol lainnya. Hasil uji logistic regression menemukan bahwa neuroticism, lama penggunaan, dan jenis zat yang paling sering digunakan dapat memprediksi kemungkinan seorang pengguna narkoba mengalami adiksi.

ABSTRACT
No one ever wanted to be born as a drug addict. Unfortunately, many of addiction predictors are out of individual ability to control. Some of the predictors are personality traits, adverse childhood experience, and purpose in life. The lack of empirical result towards this case in Indonesia became the urgency to do this research. There were 68 adult aged drug users whom ever used methamphetamine filled out the DAST 20, BFI 44 or BFI 10, ACE 10, PIL T, and other control data. Logistic regression analysis found out that neuroticism, length of usage, and most used substance type predict the increasing risk of drug users to be addicted.
"
2017
S67284
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fierza Mucharam
"Penyalahgunaan NARKOBA secara diagnostik dapat digolongkan menjadi suatu bentuk gangguan kejiwaan, dan secara hukum Islam segala sesuatu yang berkaitan dengan NARKOBA (memperdagangkan, memproduksi serta menggunakannya) tidak dengan tujuan yang diperbolehkan seperti dalam pengobatan, hukumnya menjadi haram dan segala kegiatannya dikategorikan sebagai perbuatan dosa.
Seorang dapat menjadi penyalahguna NARKOBA bisa dikarenakan kegagalan dalam pemenuhan fungsi-fungsi yang ideal dalam dirinya. ditemukan bahwa adanya suatu pola kepribadian spesifik diantaranya adalah ketidakmampuan dalam mengatasi frustrasi, ketidakmampuan dalam mengatasi kecemasan dan tekanan merupakan pencetus kecanduan akan NARKOBA. Kecemasan sendiri bisa muncul melalui faktor penerimanan diri yang buruk serta ketidakmampuan untuk merasa nyaman dalam bertindak jujur terbuka di lingkungan sosialnya.
Dalam konteks Psikologi Islami akhlak yang buruk akan kecanduan tersebut terlebih dahulu harus diketahui keadaan dan kondisi jiwanya. Hal itu dapat tergambarkan melalui suasana perasaan yang dimilikinya. Kecemasan dapat dikaitkan dengan kondisi penyerahan dirinya kepada sumber Kekuatan Agung yaitu Tuhan yang tergambarkan melalui tingkat tawakalnya dan juga terlihat dari bagaimana membina hubungan dengan orang lain yang tergambarkan melalui tingkat Perilaku Asertifnya.
Penelitian ini dilakukan di Balai Kasih Sayang Pamardi Siwi (BKSPS) serta Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Cibubur. Kedua tempat tersebut digunakan dengan asumsi bahwa setiap Mien yang mendapatkan pelayanan di kedua lembaga tersebut merupakan para pecandu NARKOBA yang sedang dalam proses recovery. Jumlah sample yang diperoleh peneliti sebanyak 95 pecandu, dengan rincian, 54 dari BKSPS dan 45 dari RSKO.
Hasil penelitian ini menunjukkan dua hipotesa alternatif, yaitu : pertama, ada hubungan antara tawakal dangan kecemasan, kedua tidak ada hubungan antara perilaku asertif dengan kecemasan.
Dengan mengetahui gambaran tawakaI akan dapat membantu pecandu untuk melepaskan diri dari permasalahan kecanduan, ketika mulai disadari ketidakberdayaannya di hadapan NARKOBA maka pecandu akan berusaha mencari bantuan. Pada tahap ini dengan memberikan suatu harapan dan keyakinan altar. penyerahan diri kepada Tuhan serta keberanian untuk menjaga akhlak dengan berani menolak tawaran penggunaan NARKOBA akan dapat mengurangi kecemasan pada diri mereka. Diharapkan pada gilirannya mereka akan terbantu dalam proses recovery untuk menuju kehidupan baru yang babas dari kecanduan.

Abuse of DRUGS can be diagnostically classified as a type of mental disorder while in the perspective of Islamic Law, it is anything associated with DRUGS (dealing, producing and consuming) for unauthorized purpose other than medical treatment, in other words, it is forbidden by religion and all such related activities shall be categorized as sinful acts.
A person is vulnerable to be a DRUGS abuser due to failure in fulfilling ideal functions in his/her own life. It is discovered that a pattern of specific personality includes inability to cope with frustration, inability to control nervousness and pressure will initiate addiction to DRUGS. Self-anxiety will emerge on account of poor self-acceptance factor and inability to feel comfortable to act honestly and open in his/her society.
In the context of Islamic psychology, poor morality to addiction can be first identified by taking into careful consideration into the individual mental state. This can be revealed from the emotional condition, Anxiety can be associated with his/her submission to the almighty God which can be represented by the level of Tawakal and the way how such individual maintain his/her relationship to other people as also shown by the level of Assertive Behavior.
This research was conducted in Balai Kasih Sayang Pamardi Siwi (BKSPS) and Drug Addiction Hospital (RSKO) Cibubur. The two places were selected assuming that each client obtaining services in such two institutions are DRUG Addicts in recovery process. The quantity of sample taken by the researchers totaled 95 male addicts, in more detail 50 from BKSPS and 45 from RSKO.
This research concluded two hypotheses. First; there is a relation between Tawakal and Anxiety, second, there is in relation between assertive behavior and Anxiety.
By identifying the view of Tawakal that helps the addicts to get rid of their addiction, realizing their being powerless for DRUGS, they will start to seek for help. At this stage, by giving hopes and confidence of submission to God and the courage to maintain their morality refusing the offer to use DRUGS will reduce their nervousness. In turn, they will be assisted during the recovery process leading to the new state of life free of addiction.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T17734
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Estrilla Widya Patrichia
"N ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara impulsivitas, parental control, dan adiksi internet pada remaja. Pengukuran impulsivitas menggunakan Barratt Impulsiveness Scale Barratt, 1995 , pengukuran adiksi internet menggunakan Internet Addiction Test Young, 1987 , dan pengukuran parental control menggunakan alat ukur Parental Control Scale Schaefer Schludermann, 1987. Partisipan penelitian merupakan remaja yang berusia dari 12-21 tahun. Pengolahan data dilakukan dengan metode statistika kuantitatif deskriptif dan pearson correlation menggunakan perangkat lunak SPSS 20.
Hasil penelitian ini menunjukkan hanya 155 responden yang mengalami adiksi internet sesuai data deskriptif total skor IAT, dimana terdapat korelasi positif yang signifikan antara impulsivitas dan adiksi internet pada remaja r 155 = .217, p < .01, one tails. Sedangkan tidak terdapat korelasi positif yang signifikan antara parental control dan adiksi internet pada remaja r 155 = -.032, p < .01, one tails.

This research was conducted to find out the correlation between impulsivity, parental control and internet addiction among adolescent. Impulsivity was measured by Barratt Impulsiveness Scale Barratt, 1995, while internet addiction was measured by Internet Addiction Test Young, 1987, and parental contol was measure by Parental Control Scale Schaefer Schludermann, 1987. The participant in this research are adolescent with the age range between 12 to 21 years old. Data processing was done by using descriptive statistics and pearson correlation with a software called SPSS 20.
The result from this research shows that only 155 respondents are addicted to internet based on the result of IAT descriptiv statistic's data. From this research the results show that impulsivity positively correlated significantly with internet addiction r 155 .217, p .01, one tails . While parental control doesn't signifivantly have a positive correlation with internet addiction r 155 .032, p .01, one tails.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S69013
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Anggi Putra
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran self control sebagai mediator hubungan antara self esteem dengan kecenderungan adiksi cybersex pada mahasiswa. Cybersex merupakan fenomena yang banyak dijumpai belakangan ini khususnya pada mahasiswa. Cybersex merupakan penggunaan internet untuk melakukan aktivitas yang berhubungan dengan seksual. Salah satu variabel yang menjadi prediktor terhadap adiksi cybersex adalah self esteem. Mahasiswa yang memiliki self esteem yang rendah akan membuat dirinya terus menerus melakukan kegiatan cybersex. Hal ini menandakan self-control yang rendah pada mahasiswa tersebut. Peneliti menduga bahwa self control menjadi mediator hubungan antara self esteem dan kecenderungan adiksi cybersex. Penelitian kali ini adalah penelitian kuantitatif. Terdapat 245 mahasiswa dengan rentang usia 18 – 23 tahun yang didapatkan melalui teknik accidental. Peneliti menggunakan alat ukur ISST (Internet sex screening Test), RSES (Rosenberg Self Esteem Scale), dan BSCS (Brief Self Control Scale) untuk mengumpulkan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa self control memediasi secara signifikan hubungan antara self esteem dengan kecenderungan adiksi cybersex pada mahasiswa. Peran dari self control dalam penelitian ini adalah mediasi penuh, artinya self esteem tidak berhubungan dengan kecenderungan adiksi cybersex pada mahasiswa tanpa melalui variabel self control.

The aim of the study is to examine self control as a mediator between self esteem and symptoms of cybersex addiction among college students. Cybersex becomes more likely to be found among college students recently. Cybersex describes as any activities using internet that related with sexual content. Self esteem has been seen as one of the predictor toward cybersex addiction. Low self esteem among college students will increase the possibility of their cybersex related behavior.  This also means that the self control among college students are low. This study assumes that self control have a role as mediator between the self esteem and symptoms of cybersex addiction. This study is a quantitative reseach. With accidental sampling method,  there are 245 college students with the range of age between 18 – 23 years old. Instruments used in this study are ISST (Internet sex screening Test), RSES (Rosenberg Self Esteem Scale), and BSCS (Brief Self Control Scale) for collecting datas. This study shows that self control has a role to mediate the relation between self esteem and symptoms of cybersex addiction among college students.The role of self control in this study known as full mediation, it means that self esteem will not be correlated directly with symptoms of cybersex addiction among college student without self control as a mediator."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T51679
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Nurlita
"Indonesia menghadapi tantangan peningkatan jumlah korban penyalahgunaan narkoba terutama dikalangan anak muda. Salah satu yang rentan untuk tergantung narkoba adalah pemain band. Kecenderungan ketergantungan pada narkoba dapat dideteksi secara dini. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kecenderungan narkoba adalah SASSI-2 (Subtance Abuse Subtle Screening Inventory). Alat ini dapat mendeteksi apakah seorang pemain band akan cenderung tergantung atau tidak tergantung pada narkoba.
Tujuan dalam skripsi ini adalah mencari proporsi pemain band di Jakarta yang cenderung akan tergantung narkoba. Karena populasi pemain band merupakan hidden population yang mempunyai jaringan, pengambilan sampel dapat dilakukan dengan menggunakan Respondent-Driven Sampling (RDS). RDS adalah metode pengambilan sampel yang dilakukan pada hidden population yang mempunyai jaringan.
Pada skripsi ini, dapat dibuktikan bahwa taksiran proporsi yang diperoleh dari RDS merupakan taksiran yang asimtotik tak bias. Dengan menggunakan respondent-driven sampel yang merupakan pemain band di Jakarta dan dengan menggunakan SASSI-2, proporsi pemain band di Jakarta yang cenderung akan tergantung narkoba adalah 0,49.

Indonesia face the challenges of an increasing number of victims of drug abuse especially among young people. One that is vulnerable to drug dependent is a band player. One of the tools that can be used to measure the level of drug tendencies is SASSI-2 (Substance Abuse Subtle Screening Inventory). This tool can detect whether a band player would be depend or not depend on the drugs.
The purpose in this paper is to find the proportion of band player in Jakarta who tend to be dependent on drug. Because the population of band player is a hidden population who has a network, sampling can be done using Respondent-Driven Sampling. RDS is method to take a sample on a hidden population who have a network.
In this paper, it can be showed that proportion estimate obtained from RDS is an asymptotic unbiased estimator. Using Respondent-Driven Sample which is a band player and using SASSI-2, proportion of band player in Jakarta who tend to be dependent on drugs is 0.49.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S53721
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitty Jewuskadara
"Penelitian dalam tesis ini berfokus pada dasar dasar dibentuknya aturan wajib lapor bagi penyalah guna narkotika dilihat dari perspektif ketahanan nasional. Penanganan masalah narkotika selama ini kurang memperhatikan hak penyalah guna akan aspek kesehatan untuk selanjutnya mendapatkan akses rehabilitasi. Program wajib lapor pecandu narkotika yang diatur dalam Peraturan Pemerintah no 25 tahun 2011, merupakan turunan dari Undang undang 35 tahun 2009 tentang narkotika mengatur tentang kewajiban pecandu narkotika untuk melaporkan diri untuk mendapatkan rehabilitasi. Salah satu tujuan dari program ini adalah upaya dekriminalisasi terhadap penyalah guna narkotika agar penatalaksanaannya secara hukum dapat dibedakan dengan pengedar maupun bandar. Desain yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan metode wawancara dan pengamatan, menunjukkan kondisi pelaksanaan program wajib lapor dengan berbagai hambatan dalam pelaksanaannya.

The research in this thesis focuses on the basic foundation of the formulation of reporting rules for narcotics abuse seen from the perspective of national resilience. So far, management of substance abuse has been addressing less consideration over the patient 39 s health related right and further had access to rehabilitation. The mandatory reporting program for narcotics addicts set forth in Government Regulation No. 25 of 2011, is derived from Law 35 of 2009 on narcotics governing the duty of narcotics addicts to report themselves for rehabilitation.One of the objectives of the program is the decriminalization of narcotics abusers so that their management can be legally distinguished from dealers and dealers. The design used is qualitative descriptive with the method of interview and observation, indicating the condition of program implementation must report with various obstacles in its implementation."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyudi Mulyaningrat
"ABSTRAK
Penyalahgunaan NAPZA setiap tahunnya semakin merambah pasar anak muda remaja dan menjadi hal yang sangat mengkhawatirkan. Dampak penyalahgunaan NAPZA meliputi berbagai aspek khususnya jenis stimulan dan halusinogen di DIY. Peran orangtua terutama ibu sangat penting dalam merawat remaja pengguna NAPZA. Ibu merupakan sosok paling dekat dengan anak sehingga peran merawat remaja dengan masalah NAPZA sangat lekat dengannya. Pengalaman ibu tersebut belum digali secara dalam, sehingga tujuan penelitian ini yaitu untuk mendapatkan gambaran pengalaman ibu dalam merawat remaja pengguna NAPZA jenis stimulan dan halusinogen. Desain penelitian adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yang melibatkan delapan partisipan. Data dikumpulkan dengan indepth interview dan dianalisis menggunakan metode Colaizzi. Hasil penelitian didapatkan enam tema, yaitu respon berduka ibu oleh remaja pengguna NAPZA, dukungan orang terdekat memberikan motivasi dan kekuatan bagi ibu, mencari dan mempertahankan kesembuhan sebagai upaya ibu merawat remaja pengguna NAPZA, perilaku remaja sebagai penyebab penyalahgunaan NAPZA, perilaku remaja sebagai dampak penyalahgunaan NAPZA, serta beban yang dirasakan ibu sebagai akibat penyalahgunaan NAPZA oleh remaja. Hasil penelitian ini merekomendasikan bahwa ibu sebagai sosok paling dekat, merupakan kunci mencari dan mempertahankan kesembuhan remaja pengguna NAPZA dan sebagai fokus utama intervensi akibat penyalahgunaan NAPZA oleh remaja.

ABSTRACT
Drug abuse annually reaches the youth market adolescents and becomes a very worried thing. Impact of drug abuse covers various aspects, especially types of stimulants and hallucinogens in Yogyakarta. The role of parents, especially mothers, is very important in taking care of adolescent drug users. Mother is the closest person to the child so that the role of caring for adolescents with drug problems is very attached to it. The mother 39 s experience has not been explored in depth, so the purpose of this research is to get a picture of mother experience in taking care of adolescent of drug user type of stimulant and hallucinogen. The study design was qualitative with a phenomenology approach involving eight participants. Data were collected by indepth interview and analyzed using Colaizzi method. The research result got six theme, that is mothers agony response by adolescent of drug user, support of the nearest person give motivation and strength for mother, seek and maintain healing as effort of mother to take care of adolescent drug user, adolescent behavior as the cause of drug abuse, adolescent behavior as the effect of drug abuse, and the burden felt by the mother as a result of drug abuse by adolescents. The results of this study recommend that the mother as the closest person, is the key to finding and maintaining the cure of adolescent drug users and as the main focus of intervention due to drug abuse by adolescents."
2017
T48086
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Rahmasari
"Pecandu Narkotika yang tidak terlibat dalam peredaran gelap narkotika berdasarkan hasil asesmen harus diberi tindakan rehabilitasi. Rehabilitasi dapat dilakukan secara sukarela atau secara wajib, sesuai dengan kondisi Pecandu Narkotika yang melaporkan diri/dilaporkan oleh keluarganya atau yang ditangkap/tertangkap tangan. Rehabilitasi dapat dilakukan di Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) dengan diadakan rangkaian Asesmen Terpadu Narkotika. Tindakan tersebut sebagai wujud dari upaya depenalisasi perkara Pecandu Narkotika. Namun, terhadapnya masih terdapat permasalahan dari aspek perundang-undangan yang menaunginya, serta aspek implementasinya. Penelitian ini bersifat yuridis normatif dengan menelaah peraturan perundang-undangan, studi kepustakaan, dan dilengkapi dengan wawancara narasumber. Hasil penelitian mengungkap bahwa peraturan perundang-undangan yang berlaku masih belum ideal memberikan keadilan bagi Pecandu Narkotika yang tidak terlibat peredaran narkotika. Fungsi dari IPWL dan pelaksanaan proses Asesmen Terpadu Narkotika tidak berjalan optimal. Padahal keduanya merupakan hal yang penting dalam memberikan upaya depenalisasi bagi perkara Pecandu Narkotika berupa rehabilitasi. Oleh karena itu, payung hukum harus dibenahi agar keadilan dapat tercapai. Fungsi serta peran IPWL dan proses Asesmen Terpadu Narkotika harus diperkuat, sehingga dapat berjalan dengan sebagaimana mestinya.

Narcotics addict involving in the drug or narcotics trafficking based on the results of the assessment must be treated with rehabilitation measures. Rehabilitation can be carried out either by voluntarily or compulsorily, according to the condition of the Narcotics Addict whether reporting himself and or is reported by family or those who are caught. Rehabilitation can be carried out at the Report Obligatory Recipient Institution (IPWL) by holding a series of Integrated Narcotics Assessment. This action is a form of efforts to depenalize Narcotics Addict case. However, there are still some problems regarding to the aspect of legislation that covers it, as well as aspects of its implementation.This research is a normative juridical study by examining statutory regulations, literature study, and thus completed with interviewing sources. The results reveal that prevailing laws and regulations are still not ideal to provide justice for Narcotics addicts who are not involved in narcotics or drug trafficking. The function of the IPWL and the implementation of the Integrated Narcotics Assessment process have not run optimally. Though, both are important things in providing depenalization efforts for the Narcotics Addict case in the form of rehabilitation. Therefore, the legal law must be addressed in order to achieved justice. The functions and roles of IPWL and the Integrated Narcotics Assessment process must be strengthened to emable them run properly."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>