Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 155009 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Danang Salahuddin Aditya Lukmana
"Wedangan merupakan sebuah konsep ruang kuliner lokal tempat masyarakat di kota Solo mengisi waktu senggang terutama di malam hari. Wedangan yang dikenal sebagai konsumsi kelas bawah telah memainkan peran penting memberikan gambaran sejarah dan memori terkait perkembangan serta transformasi kota Solo dari masa ke masa. Ketika Solo mencanangkan visi pembangunan kota menggunakan pendekatan Eco Cultural City dengan mengusung romantisme nilai-nilai kebudayaan masa lalu, wedangan dipilih sebagai studi kasus karena kemampuannya membangun nostalgia masa lalu dalam merekonstruksi identitas Solo yang lebih pro rakyat dan non-feodal.Terkait hal tersebut, penulis memilih tiga wedangan sebagai studi kasus, yaitu Cafe Tiga Tjeret, Wedangan Pendopo,dan Wedangan Pak Yo/Kemin, untuk mengulas bagaimana strategi pemosisian jenama dari para pelaku usaha wedangan  dalam mengkomodifikasi nostalgia sambil merekonstruksi identitas kota Solo. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi lapangan, ditemukan tiga cara berbeda dalam strategi pemosisian jenama antar wedangan yaitu, praktik upscaling wedangan mengikuti gaya kafe urban kontemporer; merancang nuansa nostalgia dalam wedangan melalui barang-barang bernuansa retro maupun vintage dan terakhir tetap bertahan dengan konsep yang telah dikembangkan sejak puluhan tahun. Penelitian ini menunjukkan permasalahan terkait upaya menjadikan aspek keseharian masyarakat sebagai narasi pembentukan representasi identitas dan citra kota Solo. Pada akhirnya upaya tersebut membuatnya terjebak dalam praktik-praktik komodifikasi dan komersialisasi.

Wedangan a local culinary space where people in Solo city can engage in leisure time particularly at night. Wedangan, which was formerly known as a lower class consumption, has played a substantial role in Solos historical trajectory and its identity transformation. When Solo launched the vision of urban development using the Eco Cultural City approach by carrying out the romanticism of past cultural values, wedangan was chosen as a case study because it signifies the process of stimulating nostalgia of the past in reconstructing a more proletary and non-feudal identity of Solo. The author chose three areas as a case study, which are Cafe Tiga Tjeret, Wedangan Pendopo, and Wedangan Pak Yo/Kemin, to explore how the positioning strategies from their owners and represents different ways of commodifying nostalgia whilst reconstructing the citys identity. Based on the results of the interviews and participant observations, research findingsshow  the three different  strategies of brand positioning between the three wedangan, which are, the upscaling in order to replicate the contemporary urban cafe style designing nostalgic ambience in wedangan through retro or vintage materials and sticking with the concept that has been developed for decades. This research shows the complex process to make the everyday aspects of society as a part of the city narrative in order to build the identity of Solo, which predominantly entails practices of commodification and commercialization."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
T53563
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulina Fajrini
"Film berperan sebagai media representasi utama yang digunakan oleh para ahli sejarah dalam menampilkan kembali ruang kota di masa lalu lewat nostalgia. Memori-memori memberikan identitas ruang dalam set film sebagai karakter utama sehingga memunculkan ruang lain yang bersifat imajiner, salah satunya merupakan ruang utopia. Ruang utopia masa lalu di dalam film direpresentasikan lewat simbol yang menjadi kunci utama dalam mengaitkan plot cerita dan mengandung nilai-nilai tradisional yang dapat mendukung keadaan utopia masa lalu sebagai tema utama representasi. Skripsi ini menggunakan 2 film berbeda yang diproduksi dalam 15 tahun terakhir, Pleasantville (1998) dan Midnight in Paris (2011) untuk melihat bagaimana representasi yang dihadirkan terhadap ruang kota utopia masa lalu berdasar pada persepsi personal.

Films are used, by historian, as the primary media of representing urban space in the past through nostalgia. Memories are the main characteristics of the identity in film set space. Hence the production of another space, an imaginary space, the utopia. Utopian space of the past in films are represented in symbols which become the key in story plots. These contain traditional values that enhances the utopia state of the past as the representation main theme. This writing utilises two different films which are produced within the last fifteen years, “Pleasantville” (1998) and “Midnight in Paris” (2011), in order to analyze how the representation of the past utopian urban space are based on personal perception."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46356
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aqilla Nasyia Maulidia
"Keadaan pasar yang semakin ramai membuat berbagai industri harus bersaing untuk mendapatkan perhatian dari konsumen dan pangsa pasar, termasuk industri makanan dan minuman. Cara yang dilakukan perusahaan untuk membeli produk mereka adalah dengan membuat strategi pemasaran. Salah satu jenis strategi pemasaran yang terkenal adalah strategi pemasaran nostalgia. Pendekatan pemasaran nostalgia terbagi menjadi dua, yaitu nostalgia pada kemasan produk dan iklan nostalgia. Tujuan dari analisis ini adalah untuk membandingkan efektivitas dalam strategi pemasaran nostalgia pada kemasan produk dengan strategi pemasaran iklan nostalgia pada produk makanan. Analisis dilakukan melalui studi kepustakaan dari jurnal atau penelitian mengenai pemasaran nostalgia di industri makanan dan minuman selama satu dekade terakhir. Hasil analisis dipetakan ke dalam model perilaku konsumen nostalgia, yaitu reaksi emosional nostalgia, reaksi kognitif nostalgia dan reaksi perilaku nostalgia. Analisis menunjukkan bahwa pendekatan iklan nostalgia lebih efektif daripada nostalgia pada kemasan produk.
The increasingly crowded market conditions make various industries have to compete to get the attention of consumers and market share, including the food and beverage industry. Companies purchase their products by developing a marketing strategy. Nostalgic marketing is a marketing strategy that involves integrating elements of nostalgia into marketing activities. There are two types of nostalgic marketing approaches, nostalgia packaging and nostalgia advertising. The purpose of this analysis is to compare the effectiveness of nostalgia marketing on product packaging to nostalgia advertising marketing on food products. The analysis is carried out using journal articles or research on nostalgia marketing in the food and beverage industry over the last decade. The analysis' findings are applied into a model of nostalgic consumer behavior, which includes nostalgic emotional reactions, nostalgic cognitive reactions, and nostalgic behavioral reactions. According to the findings, nostalgia advertising is more effective than nostalgia on product packaging.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Berdasarkan catatan Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak pada thaun 2011 telah menerima 2.386 pengaduan kasus pelanggaran terhadap hak anak. angka ini meningjkat 98% jika dibanding dengan pengaduan yang diterima pada tahun 2010 yakni berrjumlah 1.234. Secara tegas harus diakui bahwa negara, masyarakat dan orang tua sama-sama belum melakukan pengasuhan terhadap anak dengan baik, serta belum mampu memenuhi hak-hak anak. Hal tersebut dibutikan dengan tingginya angka pengabaian dan pelanggaran terhadap pemenuhan hak-hak anak. Dalam implementasi dalam memberikan perlindungan terhadap anak, pemerintah sejka tahun 2006 melalui Kementrian Pemberdayaan perempuan dan Perlindungan Anak telah melakukan upaya pengembangan kebijakan integratif untuk memenuhi hak-hak anak Indonesia dalam dimensi wilayah melalui Kebijakan Kabupaten / Kota layak anak (KLA). Kebijakan KLA ini telah ditetapkan melalui peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 2 tahun 2009, yang telah diperbaharui dengan Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. salah satu kota yang menjadi proyek percontohan dan dinyatakan berhasila adalah Kota Solo atau Surakarta. Beberapa parameter yang dipergunakan untuk menilai keberhasilan tersebut diantaranya adalah pertama Political Will Pemimpin daerah yang di Implementasikan dalam program yang ramah terhadap anak seperti penyediaan ruang publik bagi anak, program jam belajar hingga penyediaan fasilitas tempat bermain dan belajar dengan membangun taman cerdas. selain itu, program layanan kesehatan dan dasar dan pendidikan dasar melalui PKMS dan BPKMS juga dinilai sebagai penunjang keberhasilan Kota Solo menuju Kota layak anak."
306 JP 73 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fiera Saffana
"Pembagian peran gender di dalam ruang sudah terlihat jelas dari tata letak bangunan tradisional Jawa, yang mencerminkan budaya patriarki di mana laki-laki dianggap berada pada level yang lebih tinggi dibanding perempuan. Batasan dan norma gender ini juga tercermin dalam bentuk tata ruang Bathub Solo. Penelitian ini menggunakan metode arkeologi oleh Deetz yang terdiri dari pengumpulan data, pengolahan data, dan penafsiran data. Menjelaskan dengan menyajikan fakta-fakta berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, kemudian dilakukan pengolahan data dengan melibatkan analisis terhadap data lapangan yang telah dikumpulkan. Tahap terakhir yaitu penafsiran data tata ruang Bathub Solo diinterpretasikan dengan mempertimbangkan tata ruang dan konteks gendernya. Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana pemahaman rekonstruksi aspek gender yang tercermin dalam wujud sistem tata ruang pada Bathub Solo yang dibangun oleh Mangkunegaran. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gender, meskipun merupakan sebuah konstruksi sosial yang abstrak, ternyata memiliki manifestasi nyata dalam tata ruang bangunan yang dapat diamati melalui berbagai aspek. Ruang yang diperuntukkan bagi laki-laki mengandung nilai-nilai primer dan maskulin serta memiliki karakter yang terbuka, sedangkan ruang bagi perempuan mengandung nilai-nilai sekunder, feminin, dan bersifat tertutup. Penelitian ini juga menemukan bahwa penataan ruangan tidak hanya mencerminkan status sosial tetapi juga hierarki gender.

The division of gender roles in space is already evident from the layout of traditional Javanese buildings, which reflects a patriarchal culture where men are considered to be at a higher level than women. These gender boundaries and norms are also reflected in the spatial form of Bathub Solo. This research uses the archaeological method by Deetz which consists of data collection, data processing, and data interpretation. Explaining by presenting facts based on data obtained in the field, then data processing is carried out by involving analysis of the field data that has been collected. The last stage is the interpretation of data on Bathub Solo. The spatial layout is interpreted by considering the spatial and gender context. This research aims to understand how the understanding of the reconstruction of gender aspects is reflected in the form of a spatial system in Bathub Solo built by Mangkunegaran. The results of this study show that gender, although an abstract social construction, has a real manifestation in the spatial layout of the building that can be observed through various aspects. The space designated for men contains primary and masculine values and has an open character, while the space for women contains secondary, feminine and closed values. This research also found that the spatial arrangement reflects not only social status but also gender hierarchy."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aqilla Nasyia Maulidia
"Keadaan pasar yang semakin ramai membuat berbagai industri harus bersaing untuk mendapatkan perhatian dari konsumen dan pangsa pasar, termasuk industri makanan dan minuman. Cara yang dilakukan perusahaan untuk membeli produk mereka adalah dengan membuat strategi pemasaran. Salah satu jenis strategi pemasaran yang terkenal adalah strategi pemasaran nostalgia. Pendekatan pemasaran nostalgia terbagi menjadi dua, yaitu nostalgia pada kemasan produk dan iklan nostalgia. Tujuan dari analisis ini adalah untuk membandingkan efektivitas dalam strategi pemasaran nostalgia pada kemasan produk dengan strategi pemasaran iklan nostalgia pada produk makanan. Analisis dilakukan melalui studi kepustakaan dari jurnal atau penelitian mengenai pemasaran nostalgia di industri makanan dan minuman selama satu dekade terakhir. Hasil analisis dipetakan ke dalam model perilaku konsumen nostalgia, yaitu reaksi emosional nostalgia, reaksi kognitif nostalgia dan reaksi perilaku nostalgia. Analisis menunjukkan bahwa pendekatan iklan nostalgia lebih efektif daripada nostalgia pada kemasan produk.

The increasingly crowded market conditions make various industries have to compete to get the attention of consumers and market share, including the food and beverage industry. Companies purchase their products by developing a marketing strategy. Nostalgic marketing is a marketing strategy that involves integrating elements of nostalgia into marketing activities. There are two types of nostalgic marketing approaches, nostalgia packaging and nostalgia advertising. The purpose of this analysis is to compare the effectiveness of nostalgia marketing on product packaging to nostalgia advertising marketing on food products. The analysis is carried out using journal articles or research on nostalgia marketing in the food and beverage industry over the last decade. The analysis' findings are applied into a model of nostalgic consumer behavior, which includes nostalgic emotional reactions, nostalgic cognitive reactions, and nostalgic behavioral reactions. According to the findings, nostalgia advertising is more effective than nostalgia on product packaging."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
"Indonesia's modern consumer societies develop in conjunction with the history of global economy and the transformation of consumer capitalism. This happens in many communities in cities of Indonesia, Including Solo. With a population of 500 thousand at night and 1.5 million during the day, it is a potential market for global products. Therefore, it is obvious if the Solo people's tastes are no different than other communities, because of the consumer behaviour and global economy that are intertwined. The value of the meaning of products have also shified, such as with cars. Cars that usually function as a vehicle no different than a wagon, have changed into a symbol of social class for the modern society, even for the people of Solo. The functions and facilities of the various brands and types of cars, and elements that are related to automotive technology, are not too different. What makes the difference between these cars lays on the design of the form and image. This form design is able to create an image for certain social class for its user and its product brand. the most interesting phenomenon from automotive products in Indonesia is what happened with Toyota Kijang. Since its launch on 1977, Toyota Kijang, which is on its fifth generation this year, has succeeded in becoming the number one choice for cars for Indonesians."
NIJUDKV
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sobirin
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Nadira Inayah Rahman
"Kegiatan pengadaan tanah untuk pembangunan berikut penanganan dampak sosial yang diakibatkannya, harus dilakukan dengan tidak saja mematuhi peraturan perundang-undangan namun juga mempertimbangkan konteks sosial budaya yang berkembang di masyarakat. Namun ternyata implementasi dari pengaturan tentang penanganan dampak sosial kemasyarakatan sebagai akibat adanya kegiatan pengadaan tanah untuk pembangunan, justru sering menafikan realitas sosial, budaya dan ekonomi warga masyarakat, sehingga dalam menerapkan ketentuan pemberian ganti kerugian, dirasakan sebagai sesuatu yang tidak adil. Penelitian ini berfokus pada penanganan dampak sosial kemasyarakatan dalam rangka pembangunan nasional melalui studi sosiolegal kegiatan pengadaan tanah untuk proyek pembangunan Rel Ganda di Kota Surakarta dan Rempang Eco-City di Pulau Rempang, Kota Batam. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah tentang ketentuan hukum yang mengatur pengadaan tanah dalam rangka pembangunan nasional berikut penanganan dampak sosial kemasyarakatan yang ditimbulkan dari kegiatan tersebut. Selain itu juga implementasi dari pengaturan tentang penanganan dampak sosial kemasyarakatan sebagai akibat adanya kegiatan pengadaan tanah di kedua locus penelitian dan kebijakan penanganan dampak sosial kemasyarakatan yang semestinya dapat mewujudkan keadilan dan kesejahteraan bagi warga masyarakat. Penelitian hukum nondoktrinal ini mengumpulkan data melalui studi tekstual dan studi lapangan. Data tersebut selanjutnya dianalisis secara kualitatif. Dari hasil analisis dapat dijelaskan bahwa ketentuan hukum tentang penanganan dampak sosial kemasyarakatan sebagai akibat kegiatan pengadaan tanah untuk pembangunan masih belum mewujudkan keadilan bagi warga masyarakat terdampak karena minimnya pertimbangan terkait ketidakseimbangan modalitas dari masing-masing warga masyarakat. Adapun berkenaan implementasi pengaturan tentang penanganan dampak sosial kemasyarakatan tersebut dapat dikemukakan bahwa di kedua locus terdapat perbedaan dalam hal pemberian ganti kerugian. Selanjutnya tentang kebijakan yang semestinya dapat mewujudkan keadilan dan kesejahteraan bagi warga masyarakat terdampak, maka kebijakan yang dibuat harus didasarkan pada keadilan korektif yang dilandasi progresivitas hukum. Pun asesmen terhadap dampak sosial harus dilakukan secara transparan dan akuntabel, agar para pemilik modal (investor) dapat meyakini bahwa modal yang ditanamkannya tetaplah menguntungkan.

Land procurement activities for development and the managing of the social impacts must be done not only complying with laws and regulations, but also considering the socio-cultural context that develops in the community. However, it appears that the implementation of regulations regarding the management of social community impacts as a result of land procurement activities for development, often ignores the social, cultural and economic realities of the community members, so that in applying the provisions of compensation, it is felt as something unfair. This research focuses on the handling of social impacts in the context of national development through a socio-legal study of land procurement activities for the Double Rail Construction Project in Surakarta, Central Java and Rempang Eco-City in Rempang Island, Batam City, Riau Islands Province. The problem raised in this research is about the legal provisions governing land procurement in the context of national development along with the handling of social community impacts arising from these activities. In addition, the implementation of the regulation on the handling of social community impacts as a result of land procurement activities in both research locus and the policy of community social impact management should be able to perceive justice and welfare for citizens. This non-doctrinal legal research collects data through textual studies and field studies. The data is then analyzed qualitatively. From the results of the analysis, it can be explained that the legal provisions regarding the handling of social community impacts as a result of land procurement activities for development have not yet achieved justice for affected community members due to the lack of consideration related to the imbalance of the modalities of each community member. Regarding the implementation of the regulation on the handling of social community impacts, it can be stated that in the two locus there are differences in terms of compensation. Furthermore, regarding policies that should be able to attained justice and welfare for affected community members, the policies made must be based on corrective justice based on legal progressivity. Even the assessment of social impacts must be carried out transparently and accountably, so that capital owners (investors) can be sure that the capital they invest is still profitable."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sefira Fikaranda
"ABSTRAK
Menimbulkan rasa nostalgia ke dalam buyer-decision process merupakan sebuah teknik yang efektif karena rasa rindu akan perhubungan kepada masa lalu sangat berpengaruh dalam sebuah proses pembelian. Dengan menggunakan kasus 39;Polaroids Camera 39; dan Impossible Project, laporan ini memberikan wawasan tentang teknik pemasaran yang digunakan untuk mengenalkan kembali merek bernostalgia ke abad ke-21. Target konsumen adalah yang berusia 18-25 tahun yang merasa berkeinginan untuk mengikuti tren retro yang merupakan upaya untuk merasakan sense of belonging dan social acceptance. Perlu dicatat bahwa rasa nostalgia yang dihadapi segmen konsumen ini umumnya terkait dengan konsep vicarious nostalgia yang merupakan rasa rindu untuk berhubungan dengan era sebelumnya. Konsep ini merupakan motivator bagi kelompok konsumen sasaran untuk membeli kamera Polaroid ini. Munculnya kembali produk ini telah dikaitkan dengan konsep self-concept; kesinambungan diri yang dapat dikaitkan dengan benda-benda nyata seperti foto, memberi jangkar pada masa lalu kita yang dapat menimbulkan kepercayaan diri. Oleh karena itu, sosok marketing mengenali hubungan antara kecenderungan kita untuk berhubungan kembali dengan masa lalu meskipun dengan melakukannya di dunia modern kita. The Impossible Project menjadi pembalap terbesar di balik kebangkitan Polaroid dan terbukti efektif dalam mengelola produk terkait perspektif 4P Product, Price, Place and Promotion

ABSTRACT
Evoking a sense of nostalgia into the consumer buyer decision process is a powerful tool as this feeling of longing to connect to the past is highly influential to a purchasing process. Using the case of Polaroid Cameras and the Impossible Project, this report provides insights into the marketing techniques utilized in reintroducing nostalgic brands into the 21st century. The target consumers are those aged 18 25 who feel a desire to keep up with retro trends as an attempt is made to feel a sense of belonging and social acceptance. It is noted that the sense of nostalgia faced by this consumer segment is commonly associated with the concept of Vicarious Nostalgia, being the yearning to reconnect to an era before your own, has been found to be the driving motivator for the target consumer group in purchasing these Polaroid cameras. The re emergence of this product has thereby been associated with the notion of self concept a seeming self continuity that can be associated with tangible objects such as photographs, provides an anchor to our past that can be reassuring about our present day selves. Marketeers have thereby recognized these links between our inclinations to reconnect to the past though by doing so in our modernized world. The Impossible Project, being the greatest driver behind Polaroid rsquo s revival has proved effective in managing the product in regards to perspective of the product, price, place and promotion. "
2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>