Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 181789 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hidayat Nuh Ghazali Djadjuli
"Latar belakang: Riskesdas Indonesia tahun 2018, prevalensi hipertensi pada pegawai pemerintah sebesar 36.91% dan prevalensi obesitas pegawai pemerintah sebesar 33.7%%. Prevalensi ini di atas prevalensi nasional, hipertensi 34.1% dan obesitas 21.8%. Tujuan penelitian ini untuk melihat prevalensi obesitas dan hipertensi pada Aparatur Sipil Negara Pemerintah (ASN) Kota Depok tahun 2018, hubungan antara obesitas dan hipertensi serta rekomendasi pencegahan serta pengendalian di kemudian hari. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Analisis bivariat antara hipertensi dan faktor yang berkaitan dilakukan menggunakan Chi square test and dilanjutkan analisis multivariat menggunakan model regresi Cox. Hasil: Dari 659 ASN, 53.11% menderita obesitas, 27.47%-56.30% menderita hipertensi. Dalam model regresi Cox akhir, ASN dengan obesitas memiliki resiko 1.65-2.11 kali lebih tinggi menderita hipertensi daripada ASN dengan status gizi normal setelah dikontrol variabel obesitas sentral, jenis kelamin dan hiperglikemia. Diskusi: Obesitas merupakan faktor risiko kejadian hipertensi pada ASN Pemerintah Kota Depok dan faktor lain yang berpengaruh adalah obesitas sentral, jenis kelamin pria dan hiperglikemia. pola hidup sehat, gizi seimbang, aktivitas fisik, pemeriksaan berat badan, lingkar pinggang dan gula darah secara berkala diperlukan untuk mengendalikan hipertensi. Rekomendasi ini perlu ditindaklanjut oleh Pemerintah Kota Depok dan ASN.

Indonesian Riskesdas in 2018, prevalence of hypertension in civil servant was 36.91% and prevalence of obesity in civil servant was 33.7 %%. This prevalence was above the national prevalence of hypertension, 34.1% and obesity, 21.8%. The purpose of this study was to determine the prevalence of obesity and hypertension in Civil Servant of Depok Government in 2018, association between obesity and hypertension and to provide a recommendation for prevention and control in the future. Methods: This study used cross sectional design. Bivariate analysis between hypertension and its potential factor were done using Chi square test and further multivariate analysis was performed using Cox regression model. Results: Among 659 civil servant, 53.11% had obesity, 27.47%-56.30% had hypertension. In final Cox regression model, civil servant with obesity had a risk of 1.44-2.11 times higher in hypertension than civil servant with normal nutritional status after being controlled by central obesity variable, sex and hyperglicemia. Discussion: Obesity is a risk factor for the incidence of hypertension in civil servant of Depok Government and the other factors that influence ware central obesity, man and hyperglicemia.  A healthy lifestyle, balanced nutrition, physical activity, periodic blood pressure checks, waist circumference and blood sugar are needed to maintain ideal weight and blood pressure. This recommendation needs to be followed up by Depok Government and civil servant."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53627
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasna Irbah Ramadhani
"Kardiovaskular merupakan penyakit yang menyumbang angka tertinggi kematian di dunia dan di Indonesia. Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskular dengan angka kematian tertinggi dalam kategori penyakit kardiovaskular. Obesitas sebagai faktor risiko dominan dalam terjadinya hipertensi, terus mengalami peningkatan prevalensi dari tahun ke tahun di Provinsi Sulawesi Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan obesitas dengan kejadian hipertensi pada penduduk usia 19-64 tahun di Provinsi Sulawesi Utara. Penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif dengan desain studi cross sectional menggunakan data sekunder Riskesdas tahun 2018 yang diperoleh melalui Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI. Populasi penelitian ini merupakan seluruh anggota rumah tangga berusia 19-64 tahun di Provinsi Sulawesi Utara. Terdapat sebanyak 10.870 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di Sulawesi Utara tahun 2018 adalah sebesar 26,1% dan prevalensi obesitas adalah sebesar 28,8%. Hasil analisis statistik menunjukkan adanya hubungan antara obesitas dengan kejadian hipertensi dengan nilai Prevalence Ratio (PR) sebesar 2,126 (95% CI 1,865-2,424) setelah di kontrol oleh variabel usia (PR= 2,144; 95% CI 1,935-2,376) dan interaksi obesitas*usia (PR= 0,687; 95% CI 0,585-0,806). Perlu dilakukannya promosi kesehatan yang mengedukasi masyarakat terkait obesitas dan hipertensi serta hubungan antara keduanya guna meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat terhadap bahaya penyakit tersebut.

Cardiovascular is a disease that contributes to the highest number of deaths in the world and in Indonesia. Hypertension is one of the cardiovascular disease with the highest number of deaths among other cardiovasculars. Obesity as a major risk factor of hypertension continues to increase in prevalence from year to year in North Sulawesi Province. This study aimed to determine the association between obesity and hypertension in populastion aged 19-64 years old in North Sulawesi Province. This study used quantitative method with an analytic cross sectional study design with secondary data sorce obtained from Basic Health Resource (Riskesdas) 2018, National Institute of Health Research and Development, Ministry of Health RI. The population of this study is all household member in North Sulawesi Province with the aged of 19-64 years old. Meanwhile, there were 10.870 samples that matched the inclusion and exclusion criteria of the study. Based on this study showed that the prevalence of hypertension in North Sulawesi Province year 2018 was 26,1% and the prevalence of obesity was 28,8%. Analystic result showed there was an association between obesity and hypertension with prevalence ratio (PR) of 2,126 (95% CI 1,865-2,424) after being adjusted by age (PR= 2,144; 95% CI 1,935-2,376) and interaction between obesity and age (PR= 0,687; 95% CI 0,585-0,806). It is necessary to do health promotion to educate people about obesity and hypertension, also the association between both, to increase public awareness about the danger of those diseases."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Junita Rosa Tiurma
"Berdasarkan Riskesdas 2018 terjadi peningkatan tren dari obesitas sentral yaitu 31,0%
dibandingkan tahun 2013 sebesar 26,6%. Seiring dengan meningkatnya prevalensi obesitas
sentral dapat meningkatkan penyakit degeneratif antara lain diabetes mellitus. Sebelum
terjadinya diabetes pada seseorang maka didahului oleh suatu keadaan yang disebut
prediabetes. prevalensi prediabetes lebih besar dibandingkan prevalensidiabetes mellitus.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi
prediabetes hampir dua kali lipat dari prevalensi Diabetes Melitus tipe 2 yaitu sebesar
10,2%. Sedangkan hipertensi secara substansial meningkatkan risiko morbiditas dari
beberapa penyakit, terutama penyakit kardiovaskular dan diabetes. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan obesitas sentral dengan kejadian prediabetes pada kelompok
hipertensi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan
data sekunder Riskesdas tahun 2018. Jumlah sampel 1678 orang yang menderita hipertensi
serta memenuhi kriterian inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini. Analisis data
menggunakan cox regression. Prevalensi prediabtes pada penderita hipertensi di Indonesia
sebesar 61,14%. Pada model akhir penelitian ini diketahui bahwa obesitas sentral tidak
mempunyai hubungan terhadap kejadian prediabetes dengan nilai p=0,081 dan PR=1,121
(95% CI; 0,986- 1,274).

Based on RISKESDAS (Basic Health Research) in 2018, there was an increasing trend of
central obesity, namely 31.0% compared to 2013, which was 26.6%. Along with the
increasing prevalence of central obesity, it could increase degenerative disease, such as
diabetes mellitus. Before diabetes occurred in a person, it was preceded by a condition
called prediabetes. Prediabetes prevalence was bigger than diabetes mellitus prevalence.
The result of the Basic Health Research in 2007 showed that prediabetes prevalence was
almost twice the type-2 diabetes mellitus prevalence, which was 10.2%. Meanwhile,
hypertension substantially increased the risk of morbidity from several diseases, especially
cardiovascular and diabetes. This research aimed to determine the relationship between
central obesity and prediabetes incident in the hypertension group in Indonesia. This
research used a cross-sectional study design with secondary data from RISKESDAS 2018.
The number of samples was 1678 people who suffered hypertension and met the inclusion
and exclusion criteria in this research. Data analysis used cox regression. The prediabetes
prevalence in hypertensive patients in Indonesia was 61.14%. In the final model of this
research, it was known that central obesity had no relationship with the incidence of
prediabetes with a value of p=0.081 and PR=1.121 (95% CI; 0.986-1.274)
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Betri Anita
"Sindrom metabolik mempakan sekumpulan gangguan metabolik yang dialami seseorang, meliputi obesitas, dislipidemia (rendahnya kadar I-IDL kolestcrol dan tingginya kadar trigiliserida), gangguan metabolisme glukosa serta hipertensi, yang dapat meningkadcan risiko tcrhadap pényakit kardiovaskuler. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan hubungan antam karalcteristik individu, asupan makan dan faktor lainnya terhadap sindrom metabolik pada pegawai negeri sipil (PNS) yang mengikuti pemeriksaau kesehatan di Rumah Sakit Balcd Yudha Kota Depok.
Studi potong lintang ini berlangsung pada bulan Mamet-Mei 2009, menggunakan data sekunder terhadap 164 responden dari RS Bakti Yudha, meliputi data kadar kolesterol total, HDL kolesterol, trigliserida diukur dcngan metode enzimatik colorimen-ik, kadar gula darah puasa menggunakan glucose dehydrogenase oxidize phosphate (GO D-PAP). Tekanan darah diukur dengan Nova Presameter air raksa (manual) can IMT mmggumim mocks BB/TB2 Bam badan dan finggi badan cliukur menggunakan alat Weighing Machine Mode? ZT-I20. Untuk data primer meliputi karakteristik responden, kebiasaan merokok, kehiasaan olahraga, dan riwayat penyaldt keluarga, diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner. Asupan makan dan pola konsumsi makanan indeks glikemik tinggi diperoleh melalui wawancara menggunakan food recall lx 24 jam dan food jiequency questionnaire. Analisis data dengan uji kai kuadrat, uji T- independcn Lmtuk analisis bivariat dan regrcsi logistik ganda model prediksi untuk analisis multivariat.
Hasil siudi menunjukkan prevalensi sindrom metabolik sebesar 23,8%. Hasil analisis multivariat model prediksi diperoleh ada hubungan antara umur (p value =0,027 95% CI l,l 1-5,55), kadar total kolestcrol (p value =0,o4s 95% Cl 1,01- 2l,48), kebiasaan olahraga (p value =0,010 95% CI 1,50-20,26) dan pola konsumsi makanan indeks glikemik tinggi (p value =0,009 95% CI 1,31-6,59) dengan kejadian sindrom metabolik. Faktor paling dominan berhubungan dengan sindrom metabolik adalah olahraga, dengan nilai OR = 5,5, dapat diartikan rcsponden yang tidak olahraga berisiko sebesar 5,5 kali uniuk rnengalami sindrom metabolik dibandingkan responden yang berolahraga setelah dikontrol oleh umur, kadar kolesterol total dan iiekuensi konsumsi makanan indeks glikemik.

The metabolic syndrome is a constellation of metabolic disturbances in persons, it typically includes obesity, dyslipidemia (characterized by reduced HDL cholesterol and elevated triglyceride concentration), elevated fasting glucose and raised blood pressure which increase the risk of developing cardiovascular disease. The objective of this study was to assess prevalence of metabolic syndrome and the associations between individual characteristic, dietary intake and the other related factors to metabolic syndrome among civil servant who attended health examination at Balcti Yudha Hospital Depok City.
Cross sectional study conducted in March - May 2009. This study used secondary data fiom 164 subject at Bakti Yudha Hospital which included information of cholesterol total, HDL cholesterol, triglyceride concentration using the enzymatic colorimetric method, fasting glucose using glucose dehydrogenase oxidize phosphate (GO D-PAP). Blood pressure were measured with a standard mercmy sphygmomanometer and BMI expressed in weight/height (kg/mz). Weight and height was measured use Weighing Machine Model ZT-120. Primary data such as characteristic of study participants, smoking habits, physical exercise dan family history of disease, was obtained from interview by using questiormaire guidelines. Dietary intake and high glicemic index dietary habits data 'dom 24-h recall and food frequency questionnaire. Statistical analysis used were chi-square, independent T-test for bivariate analysis and multiple logistic regression prediction model for multivariat analysis.
The results of study shows prevalence of metabolic syndrome was 23,8%. From multivariat analysis results, age (p value =0,027; 95%CI 1,11-5,55), total cholesterol (p value =0,048; 95%CI 1,01-2I,48), physical exercise (p value =0,0l0; 95%CI l,50~20,26) and high glicemic index dietary habits (p value =0,009; 95%CI 1,31-6,59) was assocciated with syndrome metabolic. Dominant factor was assocciated with syndrome metabolic is physical exercise and largest OR = S,5, means that the respondents who do not physical exercise have risk of 5,5 times for the metabolic syndrome than respondents do physical exercise, after controlling age, total cholesterol and high glicemic index dietary habits.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T32086
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniawati Santi Andriani
"Pemerintah sejak tahun 2010 telah menunjukan keseriusannya dalam memajukan kesetaraan gender melalui strategi kebijakan pengarusutamaan gender di Indonesia. Strategi ini telah menghasilkan serangkaian kebijakan pengarusutamaan gender yang diperkenalkan ke semua instansi pemerintahan terkait. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana praktik kerja birokrasi saat ini dapat mendukung atau menghalangi gender untuk berkembang dalam instansi dan implikasinya kepada pegawai. Tidak semua pegawai memiliki sudut pandang yang sama, mengingat realitas sosial bersifat plural. Kajian penelitian ini melihat perspektif ASN terhadap kebijakan yang bertolak belakang dengan narasi positif. Dengan pendekatan kualitatif interpretivisme, kuesioner dengan 167 responden dan wawancara semi terstruktur dengan 15 ASN dari instansi Pemerintah Pusat, Lembaga dan Pemerintah Daerah dilakukan dan data dianalisis menggunakan analisis tematik. Kesimpulan yang dapat diambil adalah meskipun terdapat niat baik dalam kebijakan tersebut, kebijakan ini mungkin belum dapat sepenuhnya dapat dilakukan dalam organisasi. mengingat hal tersebut diharapkan pemerintah dapat meninjau pengelolaan sistem birokrasi guna mendukung kebijakan pengarusutamaan gender kearah yang lebih baik. Penelitian ini diharapkan dapat membantu organisasi dalam mengembangkan dan menerapkan kebijakan pengarusutamaan gender di internal organisasi sehingga memberi dampak positif meskipun dilakukan di sektor publik.

Since 2010, the Indonesian government has demonstrated its commitment to gender equality by implementing a gender mainstreaming policy approach. As a result of this policy, all relevant government agencies have implemented a number of gender mainstreaming policies. The goal of this research is to see how present bureaucratic work methods can help or impede gender development inside the agency, as well as what this means for personnel. Given the plural nature of social reality, not all employees share the same point of view. This research project examines ASN's viewpoint on policies that contradict positive narratives. A questionnaire with 167 respondents and semi-structured interviews with 15 ASN from Central Government agencies, Institutions, and Local Governments were done using a qualitative interpretivism approach, and the data were processed using theme analysis. The conclusion to be reached is that, even though the policy is well-intentioned, it may not be properly implemented inside the business. In light of this, it is hoped that the government will conduct a review of the bureaucratic system's administration in order to better support gender mainstreaming programs. Even though it is conducted in the public sector, this research is meant to aid organizations in designing and executing gender mainstreaming policies within the organization so that it has a positive impact."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Astheria
"Obesitas merupakan kelebihan lemak dalam tubuh yang dapat berdampak pada berbagai penyakit degeneratif, salah satunya kardiovaskular. Nilai ambang batas obesitas menurut persen lemak tubuh yang umumnya berlaku pada pria yaitu 25%, namun belum spesifik pada populasi Asia, khususnya Indonesia.
Skripsi ini bertujuan untuk menentukan nilai ambang batas (cut off point) dari persen lemak tubuh yang tergolong obesitas dan hubungannya dengan berbagai faktor penyebab obesitas pada pegawai negeri sipil (PNS) pria berusia 22-54 tahun di Kantor Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan pada tahun 2013. Penelitian ini menggunaan disain studi cross-sectional.
Hasil penelitian menunjukkan nilai ambang batas obesitas sebesar 24,1% pada pria usia 22-54 tahun. Adanya hubungan ditemukan pada faktor usia (p=0,0005; CI 95%), pengetahuan mengenai obesitas (p=0,043; CI 95%), asupan energi (p=0,012; CI 95%), asupan protein (p=0,005; CI 95%) dan asupan lemak (p=0,0005; CI 95%) dengan obesitas menurut persen lemak tubuh. Dianjurkan bagi para pegawai untuk mengontrol asupan makan, khususnya makanan yang tinggi lemak.

Obesity defined as excess of fat in the body that may impact to many degenerative diseases, in particular cardiovascular disease. The cut off point of body fat percent considered as obese in male is 25%, however it is not specifically for Asian population, especially Indonesian.
This thesis purposes to set the cut off point of body fat percent which is classified as obese and the association of its cut off value with factors that cause obesity on male civil employee age 22-54 years at Directorate of Finance Balance Office, Jakarta 2013. This study used the cross-sectional design.
The results found the cut off point for obesity is 24.1% for male age 22-54 years. A relationship found between age (p=0,0005; CI 95%), obesity related knowledge (p=0,043; CI 95%), energy intake (p=0,012; CI 95%), protein intake (p=0,005; CI 95%), and fat intake (p=0,0005; CI 95%) with obesity in body fat percent. It is recommended that employee could control their nutrient intake, also their fat intake.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47581
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas Billy Falian
"Pendahuluan: Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak diinginkan sebagai suara yang tidak diinginkan yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran dan gangguan non-pendengaran, seperti kondisi fisiologis, psikologis, dan komunikasi. Gangguan fisiologi dan psikologi dapat meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah. Dampak fisik yang mungkin terjadi dari pajanan kebisingan, adalah kram otot, pusing, mual, muntah dan peningkatan sekresi katekolamin dan kortisol, di mana akan mempengaruhi sistem saraf yang kemudian berpengaruh pada detak jantung, dan akan meningkatkan tekanan darah. Menurut WHO, hipertensi diperkirakan menyebabkan 7.5 juta kematian, sekitar 12.8 dari total semua kematian. Hipertensi merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25.8 , sesuai dengan data Riskesdas 2013. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan kebisingan >85 dB terhadap kejadian hipertensi.
Metode: Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah kombinasi metode kuantitatif dan kualitatif, dengan desain penelitian potong lintang. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah proportionate stratified random sampling dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Pengolahan data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat dengan interval kepercayaan 95 . Dalam penelitian ini juga dilakukan tes laboratorium untuk memvalidasi dan mendapatkan data kondisi stres biologis pada pekerja melalui pengujian hormon kortisol dari air liur.
Hasil: Seluruh variabel independen memiliki faktor risiko > 1 terhadap variabel dependen. Terdapat hasil yang signifikan dari variabel independen kebisingan, lama kerja, umur, riwayat keturunan hipertensi, aktivitas fisik, penggunaan APT, indeks massa tubuh, dan kadar hormon kortisol terhadap hipertensi, melalui pengujian secara statistik dengan p value < 0.05. Sedangkan, untuk variabel perilaku merokok dan konsumsi alkohol memiliki p value > 0.05. Kebisingan sebagai variabel utama memiliki OR 19.067 melalui uji multivariat, setelah dilakukan kontrol oleh variabel perancu lama kerja, riwayat keturunan hipertensi, aktivitas fisik, penggunaan APT, dan indeks massa tubuh terhadap hipertensi.
Kesimpulan: Pekerja yang terpapar kebisingan berisiko untuk mengalami hipertensi. Pekerja yang memiliki lama kerja lebih dari lima tahun, tidak melakukan aktivitas fisik, tidak menggunakan APT, dan memiliki indeks massa tubuh yang tidak normal berisiko lebih besar untuk mengalami hipertensi.

Introductions: Noise is defined as an unwanted noise that can cause auditory and non auditory disorders, such as physiological, psychological, and communication conditions. Physiology and psychology disorders can increase heart rate and blood pressure. Possible physiological effects of noise exposure are muscle cramps, dizziness, nausea, vomiting and increased secretion of catecholamines and cortisol, which affects the nervous system which then affects the heart rate, and increases blood pressure. According to WHO, hypertension is estimated to cause 7.5 million deaths, about 12.8 of all deaths. Hypertension is a health problem with a high prevalence of 25.8 , in accordance with Basic Health Research Republic of Indonesia rsquo s 2013 data. The objective in this study to analyze relationship between noise 85 dB to hypertension.
Methods: The research approach used in this research is quantitative approach. The research method used is a combination of quantitative and qualitative methods, with cross sectional study design. The sampling technique used in this research is proportionate stratified random sampling with inclusion and exclusion criteria. Data processing was done by univariate, bivariate, and multivariate analysis with 95 confidence interval. In the experiment also conducted laboratory tests to validate and get the biological stress condition data on workers through testing the hormone cortisol by its saliva.
Results: All independent variables have risk factor 1 to dependent variable. There were significant results by statistical testing with p value 0.05. Noise as the main variable has OR 19.067 through multivariate test, after controlled by long working confounding variables, hereditary factors, physical activity, PPE usage, and body mass index on hypertension.
Conclusions: Workers exposed to noise are at risk for hypertension. The risk for having hypertension will be greater in workers who have worked longer than five years, do no physical activity, do not use PPE, and have an abnormal body mass index.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qisty Afifah Noviyanti
"Ketahanan pangan sampai saat ini masih menjadi masalah dunia, terutama di negara miskin dan berkembang. Rumah tangga yang tidak tahan pangan memiliki kecenderungan untuk melakukan perilaku food coping strategy sebagai respon jangka pendek menghadapi penurunan akses pangan tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan beberapa faktor dengan skor food coping strategy di permukiman kumuh Kelurahan Depok. Pengambilan data dilakukan pada bulan April-Mei 2018 dengan subjek yaitu ibu rumah tangga atau wanita pengurus makan rumah tangga yang memenuhi kriteria inklusi. Sejumlah 115 orang responden dipilih secara acak sederhana. Data penelitian diperoleh melalui wawancara kuesioner Coping Strategies Index CSI Maxwell tahun 2008, karakteristik rumah tangga, penerima bantuan sosial, dan Household Food Insecurity Access Scale HFIAS oleh FANTA. Untuk mengetahui hubungan antarvariabel dilakukan analisis menggunakan uji t indepen, uji one-way ANOVA, dan uji korelasi pearson two-tailed. Uji regresi linear sederhana dilakukan untuk memprediksi skor food coping strategy terhadap variabel pendapatan rumah tangga.
Hasil penelitian menunjukkan sebesar 78,3 rumah tangga melakukan food coping strategy dalam 7 hari terakhir dengan skor rata-rata 11. Perilaku yang paling sering dilakukan antara lain memilih makanan yang lebih murah dan kurang disukai, membatasi konsumsi orang dewasa agar anak bisa makan dan membatasi porsi makan. Dalam penelitian ini ditemukan adanya hubungan bermakna antara pendidikan kepala keluarga p=0,018, pendapatan rumah tangga p=0,000, dan ketahanan pangan p= 0,000 dengan skor food coping strategy. Hubungan antara pendapatan dengan skor food coping strategy adalah semakin tinggi pendapatan, skor food coping strategy semakin rendah.

Food insecurity has been a worldwide issue, especially in least developed and developing countries. Food insecure households tend to do food coping strategy as a response to decrease of food access.This study was conducted to find out the association between some factors with food coping strategy in Kelurahan Depok rsquo s slum area. This was a quantitative research with cross sectional study design which was taken from April to May 2018. 115 housewives or main food caretakers of household whom meet the inclusion criterias was selected by simple random sampling. Data of this study obtained by questionnaires using Coping Strategies Index CSI 2008 by Maxwell, household characteristics, social assistance program beneficiaries status, and Household Food Insecurity Access Scale HFIAS by FANTA. Bivariate analysis was conducted by independent t test, oneway ANOVA, and pearson correlation two tailed. Simple linear regression was done to predict food coping strategy score with household income.
The result of this study showed that 78,3 households had done food coping strategy on the last 7 days with an average score was 11. The most common behaviours were rely on less preferred and cheaper food, restrict consumption by adults in order for small children to eat, and limit portion size. Bivariate results showed a significant association between household head rsquo s education p 0,018, income p 0,000, food security status p 0,000 with food coping strategy. Food coping strategy score and income has shown negative association as every increase of households income, decrease of food coping strategy score.
"
Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nada Ariqa
"Prevalensi obesitas pada remaja usia 16-18 tahun di Indonesia terus meningkat dalam lima tahun terakhir, begitu pula dengan prevalensi depresi pada remaja. Remaja rentan mengalami ketidakstabilan psikologis sehingga rentan mengalami depresi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara depresi dengan obesitas pada remaja usia 16 - 18 tahun di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan data sekunder yaitu Riskesdas 2018. Sampel penelitian ini adalah remaja usia 16 - 18 tahun di Indonesia yang menjadi sampel Riskesdas sebanyak 43010 remaja. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 4,3% remaja mengalami obesitas. Depresi secara signifikan berhubungan dengan obesitas (p = 0,009). Hasil analisis multivariat menunjukkan remaja yang depresi 1,28 kali (95% CI; 1,068 – 1,535) lebih memungkinkan untuk menjadi obesitas setelah mengontrol konsumsi makanan manis, minuman manis, makanan berlemak, makanan instan, konsumsi sayur, aktivitas fisik, status merokok, dan konsumsi alkohol. Disimpulkan terdapat hubungan antara depresi dengan obesitas pada remaja usia 16-18 tahun di Indonesia.

ABSTRACT
The prevalence of obesity among adolescence in Indonesia has increased in the last five years, as well as the prevalence of depression. Adolescences are prone to experiencing psychological imbalance so they are prone to depression. The aim of this study is to analyze the association between depression and obesity among 16-18 years old adolescences in Indonesia. This study used a cross-sectional design and used secondary data from Riskesdas 2018. The sample in this study is 16-18 years old adolescences who were taken as the sample of Riskesdas 2018. The study shows that 4,3% of adolescences are obese. Depression is significantly associated with obesity (p=0,009) and depressed adolescences are 1,28 times (95%CI;1,068–1,535) more likely to become obese after controlled by consumption of sugary food, sweetened beverages, fatty food, instant food, consumption of vegetable, physical activity, smoking habit, and alcohol consumption. To conclude, there is an association between depression and obesity among 16-18 years old adolescences in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Yanci
"Obesitas adalah faktor risiko penyakit kardiovaskular. Skripsi ini merupakan penelitian dengan desain studi cross-sectional yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan kejadian obesitas berdasarkan asupan gizi, aktivitas fisik, dan faktor lainnya. Penelitian ini melibatkan 104 responden yang merupakan PNS di Kantor Dinas Kesehatan kota Depok. Obesitas diukur menggunakan Indeks Massa Tubuh. Sebanyak 50% PNS mengalami obesitas (IMT > 25 kg/m2). Dari beberapa variabel yang diuji, terdapat perbedaan bermakna kejadian obesitas berdasarkan asupan energi, karbohidrat, dan lemak, serta kebiasaan makan di luar rumah baik pada pria maupun wanita. Setelah dikontrol oleh jenis kelamin, perbedaan tersebut hanya bermakna pada wanita. Berdasarkan hasil penelitian, PNS disarankan untuk mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat dan lemak yang berlebihan, serta mengurangi frekuensi makan di luar rumah untuk mencegah obesitas.

Obesity is an independent risk factor for cardiovarcular disease. The purpose of this cross-sectional study is to identify the difference in the incidence of obesity based on dietary intake, physical activity, and some other factors. A total of 104 civil servants of Depok Health Department were included in this study. Obesity was measured using Body Mass Index. The prevalence of obesity (BMI > 25 kg/m2) was 50%. From the tested variables, there were significant differences in proportion of energy, carbohydrate, and protein intake, as well as eating out of home on the prevalence of obesity in both men and women. After controlled by sex, the differences were only significant in women, but not in men. The results suggest that civil servants to reduce energy, carbohydrate, and fat intake, as well as the frequency of eating out of home."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60158
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>