Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182590 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Risma Furi Nurnafiah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebiasaan sarapan dan faktor lainnya yang berhubungan dengan gizi lebih pada siswa-siswi di SMAN 39 Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional. Penelitian ini menggunakan data penelitian sekunder yang dilakukan di SMAN 39 Jakarta pada tahun 2019 dengan jumlah sampel sebanyak 130 responden. Pada penelitian ini, gizi lebih sebagai variabel dependen sedangkan kebiasaan sarapan, asupan energi, karbohidrat, protein, lemak, aktivitas fisik, dan jenis kelamin sebagai variabel independen. Data yang digunakan berupa hasil pengisian kuesioner, wawancara 24h-food recall, pengukuran berat badan dan tinggi badan yang dianalisis dengan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 26,9% siswa mengalami gizi lebih. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan sarapan, asupan protein, asupan lemak dan jenis kelamin dengan gizi lebih namun terdapat kecenderungan sebanyak 31% tidak selalu sarapan, 29% asupan protein lebih, 27% asupan lemak lebih dan 29,4% berjenis kelamin laki-laki mengalami gizi lebih. Untuk mencegah maupun menangani siswa-siswi yang mengalami gizi lebih disarankan bagi sekolah dan Dinas Kesehatan mengembangkan program edukasi mengenai gizi seimbang."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinuhaji, Ema Florenta
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor-faktor psikososial dengan status gizi lebih pada remaja. Penelitian ini dilakukan di SMAN 2 Depok pada April hingga Mei 2012. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain cross-sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 254 orang responden, yaitu siswa SMAN 2 Depok. Data diperoleh melalui pengisian kuesioner oleh responden serta pengukuran antropometri berat dan tinggi badan menggunakan timbangan digital SECA dan microtoise. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis, baik univariat maupun bivariat. Untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan dependen dilakukan analisis data menggunakan uji chi-square.
Penelitian ini menunjukkan gambaran status gizi siswa SMAN 2 Depok, yaitu 25,6% siswa memiliki status gizi lebih (overweight dan obesitas). Hasil penelitian ini memperlihatkan adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi dengan status gizi lebih pada siswa SMAN 2 Depok. Namun, tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara preferensi makanan, makna makanan, citra tubuh, dan efikasi diri dengan status gizi lebih pada siswa SMAN 2 Depok.

This study aims to determine the relationship between psychosocial factors and overnutrition in adolescents. This study was organized in SMAN 2 Depok on April until Mei 2012. This study used quantitative method with cross-sectional design. The sample in this study were 254 respondents who are students of SMAN 2 Depok. Data obtained by filling out the questionnaire by respondent and anthropometric measurements of weight and height using SECA digital scales and microtoise. Those data was analyzed, both univariate and bivariate. Chi-square test was conducted to see the relationship between the independent variables with the dependent.
This study shows picture of the nutritional status of students of SMAN 2 Depok which 25,6% of students having overnutrition (both overweight and obesity). The results of this study shows a significant relationship between knowledge of nutrition with overnutrition of students of SMAN 2 Depok. And there was no significant relationship between food preferences, meanings of food, body image, and self-efficacy with overnutrition of students of SMAN 2 Depok.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Kurnia Novianthy
"Kondisi ketidakbugaran pada remaja dapat menyebabkan meningkatnya risiko terkena penyakit kerdiovaskuler dan sindrom metabolik saat dewasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan proporsi status kebugaran serta faktor dominan perbedaan status kebugaran pada siswa/i SMAN 11 Jakarta Tahun 2015. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional pada 137 responden. Tes kebugaran yang digunakan adalah Tes Kesegaran Jasmani Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan 78,8% responden dalam kondisi tidak bugar. Variabel-variabel yang berhubungan dengan status kebugaran antara lain: jenis kelamin (p-value 0,034), status gizi (0,017), aktivitas fisik (0,000), kebiasaan sarapan (0,000), asupan karbohidrat (0,002), asupan vitamin B1 (0,041).

Unfit condition in adolescents may lead to increase the risk of cardiovascular disease and metabolic syndrome as adult. This study aims to determine fitness status differences and dominant factor in fitness status differences of students in Senior High School 11 Jakarta, year of 2015. This research uses cross-sectional study design on 137 respondents. Fitness test which is conducted is Tes Kesegaran Jasmani Indonesia.
The result shows 78,8% respondents were identified having unfit condition. Variabels which are significantly related to fitness status are: sex (p-value 0,034), nutritional status (0,017), physical activity (0,000), breakfast habit (0,000), carbohydrate intake (0,002) and vitamin B1 intake (0,041).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S60567
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Assyfa Azatil Ismah
"Anemia defisiensi besi adalah suatu kondisi tubuh kekurangan zat besi dalam aliran darah yang memiliki dampak antara lain mudah lelah, produktivitas menurun, risiko perdarahan selama dan setelah melahirkan, kelahiran bayi prematur dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), perkembangan anak dan remaja terhambat, hingga kematian. Prevalensi anemia di Provinsi DKI Jakarta pada perempuan menurut Riskesdas tahun 2007 mencapai 27,6%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat literasi gizi dan faktor lainnya (status gizi, asupan protein, asupan zat besi, siklus menstruasi, dan lama menstruasi) dengan status anemia pada siswi SMAN 34 Jakarta tahun 2019. Desain penelitian yang digunakan adalah desain studi cross sectional dengan pendekatan kuantitatif. Sampel penelitian tidak menggunakan random sampling, tetapi ditentukan melalui metode quota sampling yang disesuaikan dengan pihak sekolah. Jumlah responden yang terlibat sebanyak 122 siswi dari kelas 10 dan 11. Data diambil dengan melakukan proses pengukuran antropometri (berat badan dan tinggi badan), pengukuran kadar hemoglobin dengan HemoCue Hb 201+ System, pengisian kuesioner literasi gizi, dan wawancara kebiasaan makan dengan food recall 2x24 jam. Data yang terkumpul akan dianalisis univariat dan bivariat menggunakan uji chi-square. Prevalensi anemia pada siswi SMAN 34 Jakarta tahun 2019 sebesar 54,9%. Hasil penelitian bivariat menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat literasi gizi fungsional, status gizi, dan asupan zat besi dengan status anemia pada siswi SMAN 34 Jakarta tahun 2019 (p-value < 0,1).

Iron deficiency anemia is a condition of the body lacking iron in the bloodstream which has an impact including fatigue, decreased productivity, risk of bleeding during and after childbirth, birth of premature babies and Low Birth Weight (LBW), obstructed child and adolescent development, Dead. Anemia prevalence in DKI Jakarta Province for women according to Riskesdas in 2007 reached 27.6%. The purpose of this study was to determine the relationship between the level of nutritional literacy and other factors (nutritional status, protein intake, iron intake, menstrual cycle, and menstrual period) with anemia status in high school students of 34 Jakarta in 2019. The research design used was design cross sectional study with a quantitative approach. The study sample did not use random sampling, but was determined through a quota sampling method that was adjusted to the school. The number of respondents involved was 122 students from grades 10 and 11. The data was taken by conducting anthropometric measurements (weight and height), measuring hemoglobin levels with HemoCue Hb 201+ System, filling in nutrition literacy questionnaires, and interviewing eating habits with food recall 2x24 hours. The collected data will be analyzed univariate and bivariate using the chi-square test. The prevalence of anemia in students of SMAN 34 Jakarta in 2019 was 54.9%. The results of the bivariate study showed that there was a significant relationship between the level of functional nutrition literacy, nutritional status, and iron intake with anemia status in female students in SMAN 34 Jakarta in 2019 (p-value <0,1). "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdfpl;;;;;;;;;;;;
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arifa Rachma
"Kalsium merupakan zat gizi yang berperan penting dalam pertumbuhan khususnya pada remaja. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan proporsi asupan kalsium berdasarkan kebiasaan konsumsi susu, kebiasaan sarapan, konsumsi soft drink, literasi gizi, pengetahuan mengenai kalsium, pendidikan ayah, pendidikan ibu, penghasilan orang tua/wali serta jenis kelamin. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan total sampel 142 siswa SMAN 34 Jakarta selama bulan April 2019. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner dan asupan kalsium diukur melalui SQ-FFQ. Data dianalisis dengan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan 67.6% siswa memiliki asupan kalsium kurang dengan rata-rata 808.1 454 mg. Analisis bivariat menunjukkan adanya perbedaan proporsi asupan kalsium yang signifikan berdasarkan konsumsi susu (p=0.000, OR=6.05), konsumsi soft drink (p=0.013, OR=0.18), dan literasi gizi kritikal (p=0.049, OR=3.05).

Calcium is one of nutrient that plays an important role in growth, especially in adolescents. This study aims to determine the differences of calcium intake based on milk consumption, breakfast, soft drink consumption, nutrition literacy, calcium-related knowledge, fathers eduaction, mothers education, parents income and gender. This research adapts cross-sectional design with a total of 142 students of SMAN 34 jakarta during April 2019. Data was collected using questionnaire and SQ-FFQ method to measure calcium intake. Data were analayzed by chi-square test. The results showed 67.6% of students had less calcium intake with an average of 808.1 454mg. Bivariate analysis showed that there was a significant difference of calcium intake based on milk consumption(p=0.000, OR=6.05), soft drinks consumption(p=0.013, OR=0.18), and critical nutrition literacy(p=0.049, OR=3.05).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Nursita Angesti
"Air merupakan zat gizi penting yang dibutuhkan oleh tubuh. Kekurangan cairan tubuh dapat menimbulkan kondisi dehidrasi sehingga menyebabkan penurunan performa fisik, kognitif dan mental termasuk tingkat konsentrasi. Kondisi dehidrasi tidak hanya terjadi pada anak-anak dan dewasa, tetapi juga pada remaja. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional untuk mengetahui hubungan status gizi dan faktor lainnya dengan status hidrasi pada remaja di 3 SMA di Kota Bekasi tahun 2013. Data yang dikumpulkan meliputi status hidrasi, status gizi, pengetahuan air dan dehidrasi, asupan air, kebiasaan minum, aktivitas fisik dan karakteristik responden (jenis kelain, usia, jumlah uang saku).
Status hidrasi diukur menggunakan grafik warna urin, status gizi dengan antropometri, dan asupan air dengan food recall 2x24 jam. Pengetahuan air dan dehidrasi, kebiasaan minum, aktivitas fisik dan karakteristik responden (jenis kelain, usia, jumlah uang saku) diukur menggunakan kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan dari 153 total responden terdapat 62,7% remaja yang mengalami dehidrasi. Faktor yang berhubungan secara bermakna adalah status gizi, pengetahuan air dan dehidrasi, asupan air, kebiasaan minum, jenis kelamin, dan usia. Proporsi remaja yang mengalami dehidrasi lebih tinggi pada remaja yang memiliki status gizi lebih, berpengetahuan air dan dehidrasi yang rendah, memiliki asupan air yang rendah, berjenis kelamin laki-laki dan berusia 16 tahun. Diperlukan perhatian atau upaya lebih untuk meningkatkan pengetahuan dan praktik mengenai gizi seimbang termasuk pentingnya memenuhi kebutuhan cairan tubuh.

Water is an important nutrient required for the body. Loss of water can lead dehydration and decrased physical, mental, and cognitive performance. Dehydration not only occurs in childresn and elderly, but also in adolescents. The study was a cross sectional design to determine the relation between of nutritional status and other factors to hydration status of 3 senior high school?s student at Bekasi 2013. Data include hydration status, nutritional status, knowledge of water and dehydration, water intake, drinking habits, physical activity, and characteristic of subjects (sex, age and amount of pocket money).
Hydration status was measured by urine color graph, nutritional status by anthropometri, and water intake by 2x24 hours food recall. Knowledge of water and dehydration, drinking habits, physical activity, and characteristic of subjects (sex, age and amount of pocket money) was measured by questionnare.
With 153 subjects this study showed 62,7% of adolescents are dehydration. Factor associated are nutritional status, knowledge of water and dehydration, water intake, drinking habits, sex and age. However, dehydration higher at overnutrition adolescents, low level of knowledge, low of water intake, bad habit of drinking, male, and 16 years old. Required more attention and effort to improve knowledge and practical about nutrition balanced included the important fluid balance.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52881
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risma Berliana
"Status gizi lebih menjadi masalah kesehatan global dan membawa dampak buruk bagi kesehatan maupun psikososial bagi remaja. Prevalensi kegemukan dan obesitas pada anak usia 5-12 tahun di Jakarta Utara tahun 2018 sebesar 29.03%, yang mana angka ini melampaui prevalensi nasional dan provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini membahas mengenai faktor yang berkaitan dengan kejadian status gizi lebih berdasarkan pengukuran persen lemak tubuh pada siswi kelas 6 sekolah dasar di Jakarta Utara pada tahun 2018. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari penelitian tentang kegemukan dan obesitas pada anak sekolah dasar dengan indikator indeks massa tubuh menurut umur. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 25.43% siswi di Jakarta Utara mengalami status gizi lebih. Terdapat perbedaan proporsi yang signifikan antara asupan lemak (p-value 0.015) dan status menarche (p-value 0.006) terhadap kejadian status gizi lebih, dengan status menarche sebagai faktor dominan. Tidak terdapat perbedaan yang signfikan antara asupan energi, asupan protein, asupan karbohidrat, kebiasaan sarapan, konsumsi buah dan sayuran, konsumsi minuman manis dalam kemasan, aktivitas fisik, durasi menonton TV, dan menggunakan gawai dengan kejadian status gizi lebih. Hasil penelitian ini menyarankan bahwa perlu dilakukan edukasi terkait pola makan seimbang dan aktivitas fisik bagi remaja putri untuk menjaga status gizi normal.

Over nutritional status has been the global health problem and will become a negative impact on health and psychosocial for adolescents. Based on Riskesdas 2018, prevalence of overweight and obesity in children aged 5-12 years in North Jakarta is 29.03%, which is higher prevalence than the national and province DKI Jakarta. This research objectively investigated factors that related with over nutritional status in grade 6 elementary school students in North Jakarta in 2018 that used body fat percentage assessment. This study used secondary data from rencetly research about obesity in student grade 6 elementary school in North Jakarta. This study used a cross sectional method.
The results showed that 25.43% of female students in North Jakarta changed obesity. There was a significant difference between fat intake (p-value 0.015) and menstrual status (p-value 0.006) to the incidence of over nutritional status, with menstrual status as a dominant factor. There is no significant proportional differences between energy intake, protein intake, carbohydrate intake, breakfast, fruit and vegetable consumption, consumption of sugar sweetened beverages, physical activity, TV viewing and gadget time, with over nutritional status. The results of this study prove that education related to balanced diet and physical activity isimportant for adolescent girl according their needs to normal nutritional status.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mia Suminarti
"Gizi lebih merupakan kondisi tubuh dengan berat badan yang berlebih dibandingkan dengan usia atau tinggi badan akibat asupan gizi relatif melebihi jumlah yang diperlukan untuk pertumbuhan normal, perkembangan, dan metabolisme. Gizi lebih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena berhubungan dengan meningkatnya risiko terjadinya kesakitan dan kematian. Tujuan umum penelitian ini adalah diketahuinya hubungan antara kebiasaan makan (frekuensi makan, kebiasaan minum susu dan hasil olahannya, kebiasaan makan fast food, kebiasaan makan jajanan, kebiasaan makan camilan saat menonton TV) dan durasi menonton TV dengan gizi lebih pada anak usia prasekolah.
Penelitian ini merupakan studi cross-sectional terhadap 148 anak usia prasekolah dari 2 sekolah di Garut. Pengukuran berat dan tinggi badan anak dilakukan oleh petugas sedangkan informasi karakteristik anak dan orang tua, kebiasaan makan dan aktivitas fisik anak diperoleh melalui kuesioner yang diisi oleh responden sendiri. Pengolahan dan analisis data menggunakan uji chi-square (bivariat) dan regresi logistik ganda (multivariat).
Hasil analisis menunjukkan bahwa berdasarkan indeks IMT/U prevalensi gizi lebih (kelebihan berat dan kegemukan) anak prasekolah mencapai 25,7%. Ada hubungan antara frekuensi makan, kebiasaan minum susu, kebiasaan makan fast food, kebiasaan makan camilan saat menonton TV, dan durasi menonton TV dengan gizi lebih anak prasekolah. Frekuensi makan utama merupakan faktor yang dominan berhubungan dengan gizi lebih setelah dikontrol variabel kebiasaan makan fast food, kebiasaan minum susu, durasi menonton TV dan status pekerjaan ibu dalam analisis multivariat.

Overnutrition is the condition of body with excess weight compared with age or height due to oversupplied of nutrients relative to the amounts required for normal growth, development, and metabolism. Overnutrition is a public health issue because it deals with an increased risk of morbidity and mortality. The general objective of this research is to know the relationship between eating habits (frequency of eating, milk-drinking habits, fast food eating habits, snack eating, habits of snacking while watching TV), and duration of watching TV with overnutrition in preschoolers.
This was a cross-sectional study of 148 preschoolaged children from two kindergarden in Garut. A measurement of children`s heights and weights were collected by trained personnel, while the information characteristics of children and parents, childrens eating habits and physical activities were collected from self-administered questioner. Processing and analyzing data using chi-square test (bivariate) and multiple logistic regression (multivariate).
The analysis showed that based on the index BMI/age, prevalence rates of overnutrition (overweight and obesity) were 25,7%. The results of chisquare tes showed significant relationship between overnutrition with frequency of eating, milk-drinking habits, fast food eating habits, habits of snacking while watching TV and duration of watching TV. Frequency of eating variable is the dominant factor associated with overnutrition after being controlled by fast food eating habits, milk-drinking habits, duration of watching TV and maternal employment status in the multivariate analysis.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47385
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khansa Zahroosita Fatikasari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsumsi Sugar-Sweetened Beverages (SSBs) dengan beberapa faktor dan menentukan faktor yang paling dominan pada siswa SMAN 25 Jakarta. Pada penelitian ini, konsumsi Sugar-Sweetened Beverages (SSBs) merupakan variabel dependen, sedangkan pengaruh paparan media sosial, frekuensi online food ordering, konsumsi fast food, pengetahuan mengenai SSBs, screen time, pengaruh teman, uang jajan, dan jenis kelamin merupakan variabel independen. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan pada bulan April 2020 kepada 226 siswa-siswi kelas 10, 11, dan 12 SMAN 25 Jakarta yang dipilih secara tidak acak. Data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner secara daring (online). Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara univariat, bivariat menggunakan chi-square, dan multivariat dengan uji regresi logistik ganda. Hasil menunjukkan bahwa sebanyak 75,2% responden memiliki tingkat konsumsi yang tinggi yaitu mengonsumsi SSBs ≥ 3 kali per minggu. Hasil juga menunjukkan bahwa pengaruh paparan media sosial, konsumsi fast food, dan screen time berhubungan dengan konsumsi SSBs pada remaja. Analisis multivariat menunjukkan pengaruh paparan media sosial sebagai faktor dominan yang memengaruhi konsumsi SSBs pada remaja. Peneliti menyarankan kepada pihak sekolah untuk dapat menambah edukasi kepada siswanya mengenai perilaku makan yang sehat khususnya dalam pemilihan jenis minuman yang sehat. Pemerintah disarankan untuk memanfaatkan media sosial sebagai media untuk intervensi mengenai pemilihan jenis makan dan minuman yang sehat untuk remaja serta merancang regulasi untuk mencegah penyebaran konten maupun iklan mengenai SSBs agar remaja tidak terpapar oleh konten maupun iklan SSBs yang dapat memengaruhi konsumsi SSBs.

This study aims to determine factors associated with Sugar-Sweetened Beverages (SSBs) consumption and to determine the dominant factor among students of SMAN 25 Jakarta. The dependent variable in this study is Sugar-Sweetened Beverages (SSBs) consumption, and the independent variables are frequency of online food ordering, fast food consumption, knowledge about SSBs, screen time, peer influence, pocket money, and sex. This is a quantitative study with cross-sectional design. This study conducted in April 2020 at SMAN 25 Jakarta with a total of 226 respondents who were not selected randomly from the first grade until third grade. Data were collected through filling out online questionnaires. The data obtained were then analyzed by univariate, bivariate analysis using chi-square, and multivariate analysis using multiple logistic regression. The results show that 75,2% of the respondents had a high level of SSB consumption ie consuming SSBs ≥ 3 times per week. The results also show the influence of social media exposure, fast food consumption, and screen time related to the consumption of SSBs in adolescents. Multivariate analysis shows the influence of social media exposure as a dominant factor influencing SSB consumption among adolescents. This study suggests to the school to be able to increase education to students about healthy eating behavior, especially in choosing healthier drinks. The government is advised to use social media as a medium for interventions regarding the selection of healthy foods and drinks for adolescents and to design regulations to prevent the distribution of content and advertisements regarding SSBs so that adolescents are not exposed to SSB content or advertisements that can affect SSB consumption.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melvin Junior Tanner
"Penelitian dengan menggunakan data sekunder ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen yang terdiri atas jenis kelamin, status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U), kebiasaan sarapan, aktivitas fisik, dan asupan gizi (energi, karbohidrat, protein, lemak) terhadap variabel dependen persen lemak tubuh (PLT) pada remaja. Desain studi yang digunakan adalah cross-sectional dengan melibatkan 131 siswa-siswi SMAN 39 Jakarta Tahun 2019. Hasil menunjukkan 53,4% responden memiliki PLT berlebih dengan rata-rata PLT perempuan 28,59±5,02% yang tergolong berlebih dan rata-rata PLT laki-laki 20,8±5,94% tergolong tidak berlebih. Terdapat hubungan yang bermakna (p-value <0,05) pada jenis kelamin dan IMT/U dengan PLT pada remaja, sedangkan tidak terdapat hubungan yang bermakna (p-value >0,05) pada kebiasaan sarapan, aktivitas fisik, dan asupan gizi (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) dengan PLT pada remaja. IMT/U merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan PLT pada remaja. Peneliti menyarankan untuk mengupayakan IMT dan PLT berada di keadaan normal dengan dilakukan monitoring penimbangan berat badan dan tinggi badan secara rutin, mengadakan kegiatan olahraga satu kali dalam seminggu, mewajibkan siswa-siswi untuk mengikuti ekstrakulikuler olahraga, dan memberikan edukasi terkait pola makan dan olahraga sebagai pencegahan obesitas. Penelitian selanjutnya diperlukan untuk mengetahui pengaruh kualitas dan kuantitas asupan gizi makro terhadap persen lemak tubuh.

This study using the secondary data aims to determine the relationship between the independent variables that included gender, body mass index for age (BMI-for-age), breakfast habits, physical activity, and nutritent intake (energy, carbohydrates, proteins, and fats) with the dependent variable that included body fat percentage (%BF) in adolescents. This is a cross-sectional study that conducted on 131 students of SMAN 39 Jakarta in 2019. The results showed that 53,4% respondents had excess %BF with the average on females 28,59±5,02% were classified excessive and males 20,8±5,94% were classified not excessive. There was a significant relationship (p-value <0,05) on gender and BMI-for-age with %BF in adolescents, while there was no significant relationship (p-value >0,05) on breakfast habits, physical activity, and nutrients intake (energy, carbohydrates, proteins, and fats) with %BF in adolescents. BMI-for-age is the dominant factor associated with %BF in adolescents. This study suggested that BMI and %BF to stay in normal range by monitoring the body weight and height regularly, conduct sports activities once a week, students should join sports extracurricular, and providing education related to diet and exercise as a prevention of obesity. Further studies are required to evaluate the effects of macronutrients’ quality and quantity on %BF."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>