Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 121905 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Milazwarni Aisyah
"Kesepian menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan masalah kesehatan jiwa pada warga binaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kesepian dengan kesehatan jiwa pada warga binaan di lembaga pemasyarakatan. Jenis penelitian ini kuantitatif dengan metode survei yang bersifat analitik dengan pendekatan crosssectional pada 216 warga binaan. Instrument pada penelitian ini ialah kuesioner UCLA Loneliness Scale Version 3 modifikasi untuk tingkat kesepian dan Self-Reporting Questionnaire untuk masalah kesehatan jiwa. Analisa data yang digunakan yaitu analisa univariat dan bivariat dengan uji chi-square. Hasil penelitian ini menunjukan ada hubungan kesepian dengan kesehatan jiwa (gangguan mental emosional, gangguan psikosis, serta gangguan PTSD) pada warga binaan dengan nilai p value < 0,05. Perlunya untuk mencegah atau mengurangi tingkat kesepian serta mempertahankan status kesehatan jiwa pada warga binaan.


Loneliness becomes one of the factors that can cause mental health problems in penitentiary. The research aims to find out the relationship between loneliness and mental health of inmates in penitentiary. This type of research is quantitative with an analytical method of analysis with a cross-sectional approach of 216 inmates. The research instrument is Loneliness Scale Version 3 modification for loneliness and SelfReporting Questionnaire for mental health problems. Analysis of the data used are univariate analysis and bivariate with chi-square test. The results of this research show the positive relationship between loneliness and mental health (emotional mental disorders, psychosis disorders, and PTSD disorders) in penitentiary with a value of p value < 0.05. Improve to prevent or reduce the level of loneliness and effort to maintain mental health status of inmates in penitentiary."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Himma Surya Asmoro
"Penelitian ini membahas mengenai layanan kesehatan mental di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang. Hak asasi manusia merupakan sebuah hak yang secara alami melekat pada diri, termasuk hak untuk narapidana. Hak asasi manusia terdiri dari berbagai macam, salah satunya adalah hak untuk mendapatkan layanan kesehatan mental tanpa diskriminasi. Menurut data dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia pada tahun 2019, terdapat narapidana dengan gangguan kesehatan mental sebanyak 269 orang dari 267.344 orang. Hal ini membuktikan bahwa layanan kesehatan mental bagi narapidana sangat dibutuhkan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif berupa wawancara dan studi pustaka. Dari hasil wawancara dan studi pustaka, data tersebut dianalisis menggunakan konsep The United Nations Standard Minimum Rules for the Treatment of Prisoners (the Nelson Mandela Rules) dan Handbook on Prisoners with special needs dari UNODC. Dalam dua konsep tersebut, terdapat beberapa peraturan yang seharusnya disediakan oleh lembaga pemasyarakatan/penjara supaya dapat melakukan layanan perawatan kesehatan mental kepada narapidana secara ideal. Peraturan tersebut di antaranya harus terdapat psikolog, psikiater, dokter, perawat dengan pengetahuan psikiatri, ruangan khusus, obat psikiatri, dan obat gawat darurat. Namun, hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa layanan kesehatan mental di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang masih belum memenuhi hak narapidana untuk mengakses kesehatan, khususnya kesehatan mental. Hal ini terjadi karena terdapat anggaran yang kurang dan tidak tersedianya sumber daya manusia yang kompeten dalam bidangnya.

This study discusses mental health services at the Cipinang Penitentiary. Human rights are rights that are naturally inherent in oneself, including the rights of convicts. Human rights consist of various kinds, one of which is the right to get mental health services without interference. According to data from the Ministry of Law and Human Rights in 2019, there were attenuation of mental health disorders by 269 people out of 267,344 people. This proves that mental health services for assistance are urgently needed. This research uses a qualitative approach in the form of interviews and literature. From the results of interviews and literature studies, the data was analyzed using the concept of The United Nations Standard Minimum Rules for the Treatment of Prisoners (the Nelson Mandela Rules) and the Handbook on Prisoners with special needs from UNODC. In these two concepts, there are several regulations that should be provided by correctional institutions/prisons in order to carry out mental health care services to complete them ideally. These regulations must include psychologists, psychiatrists, doctors, nurses with psychiatric knowledge, special rooms, psychiatric drugs, emergency medicine, and services without discrimination. However, the results of this study indicate that mental health services at the Cipinang Correctional Institution still have not fulfilled their right to access health, especially mental health. This happens because there is a lack of agreement and the unavailability of competent human resources in their fields."
2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyan Probosari
"Skripsi ini bertujuan untuk menjelaskan pemenuhan hak kesehatan mental yang sudah dilakukan Lapas Klas I Cipinang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan wawancara mendalam untuk pengumpulan data. Model rehabilitasi, Upaya Kesehatan, dan konsep-konsep relevan lainnya digunakan untuk menganalisis penelitian ini.
Hasil penelitian menemukan bahwa narapidana memiliki berbagai masalah yang berisiko menimbulkan gangguan jiwa. Bedasarkan peraturan perundangan, upaya kesehatan mental yang mencakup promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif belum terpenuhi dengan baik. Kesehatan mental sebagai bagian penting criminogenic needs belum diintervensi secara memadai oleh pihak Lapas sebagai bagian pembinaan model rehabilitasi.

This thesis aims to explain the fulfillment of inmate`s mental health right that has been done by Cipinang Penitentiary Institution. This research use qualitative approach with depth interview for collecting the data. Rehabilitation Model, Health Efforts, and other relevant concepts are used to analyze this research.
The result shows that inmates have range of problem which risking their mental health. Mental health efforts, which include health promotion, health prevention, curative care, and rehabilitative care, haven`t been well done by Cipinang Penitentiary Institution. Mental health as an important part of criminogenic needs hasn`t been well intervened by Penitentiary Institution as a part of rehabilitation model of correction.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S68772
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Nida Rafida
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kesehatan mental pada masa remaja dengan pendapatan yang diperoleh pada masa dewasa. Menggunakan data IFLS 4 dan 5, penelitian ini menggunakan metode 2-Stage Least Squares (2SLS) untuk memahami hubungan antara kesehatan mental pada usia 16 – 24 tahun dengan pendapatan tahunan masa depan dengan menggunakan kesehatan mental di masa dewasa sebagai variabel instrumen. Skrining gejala depresi diperoleh dari skor CESD-10 dengan nilai cutoff 10. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 925 individu remaja yang aktivitas utamanya bekerja di IFLS 5. Analisis menggunakan metode 2SLS menunjukkan bahwa kesehatan mental remaja memiliki hubungan yang signifikan dengan pendapatan tahunan orang dewasa melalui perannya dalam menentukan tingkat kesehatan mental di masa dewasa. Tidak hanya itu, pada studi ini, ditemukan korelasi positif signifikan terhadap variabel riwayat penyakit kronis.

This study aims to analyze the relationship between mental health during adolescence and the income earned in adulthood. Using IFLS 4 and 5 data, this study uses 2-Stage Least Squares (2SLS) method to understand the association between mental health at age 16 – 24 and the future annual income with adult mental health as its instrument variables. Screening for depressive symptoms was obtained from the CESD-10 score with a cutoff point of 10. The total sample in this study is 925 adolescent individuals whose main activity is working in IFLS 5. Analysis using the 2SLS method shows that adolescent mental health has a significant relationship with adult annual income through its role in determining the level of adult mental health. Moreover, the study also found that having a history of chronic diseases might lead to a higher income.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trisni Handayani
"Latar belakang: Menurut WHO (2015) literasi kesehatan merupakan salah satu isu prioritas kesehatan di wilayah Uni Eropa yang berdampak pada outcome kesehatan. Sebuah studi komunitas pengungsi yang berasal dari Asia Tenggara di Amerika Serikat telah menemukan bahwa rendahnya pengguna layanan kesehatan karena kurangnya literasi kesehatan mental. Pentingnya meningkatkan literasi kesehatan mental, sesuai dengan rencana WHO karena kesehatan mental adalah komponen esensial dari ikatan (kohesi) sosial, produktivitas, kedamaian dan stabilitas lingkungan, yang berkontribusi pada perkembangan sosial dan ekonomi di masyarakat. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan literasi kesehatan mental dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan jiwa oleh ODMK di Kecamatan Bogor Timur Kota Bogor setelah variabel perancu dikendalikan. Metode: penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dan sampel adalah orang dengan masalah kejiwaan yang bertempat tinggal di Kecamatan Bogor Timur Kota Bogor. Jumlah Sampel 139 orang responden. Tekhnik pengambilan sampel adalah multistage random sampling. Pengumpulan data dilakukan secara wawancara menggunakan kuesioner. Data dianalisis menggunakan Uji regresi logistik ganda untuk seleksi model untuk multivariat. Hasil: Nilai rata-rata literasi kesehatan mental sebesar 73,08. sebanyak 56,1% ODMK telah memanfaatkan pelayanan kesehatan jiwa. sebanyak 57,6% responden berumur ≥30 tahun dan 43,2% memiliki pendidikan tamat SMA. Terdapat 64,9% yang mempunyai literasi kesehaatan mental tinggi telah memanfaatkan pelayanan kesehatan jiwa. Kesimpulan: Terdapat hubungan signifikan antara literasi kesehatan mental dengan perilaku pemanfaatam pelayanan kesehatan jiwa pada ODMK di Kecamatan Bogor Timur Kota Bogor setelah variabel jenis kelamin dan ketersediaan pelayanan kesehatan jiwa dikendalikan.

Background: According to WHO (2015) health literacy is one of the priority health issues in the Uni Eropa region which has an impact on health outcomes. A study of refugee communities from Southeast Asia in the United States has found that low levels of health care users are due to a lack of mental health literacy. The importance of increasing mental health literacy, in accordance with the WHO plan because mental health is an essential component of social cohesion, productivity, peace and environmental stability, which contributes to social and economic development in society. Objective: This study aimed to determine the relationship of mental health literacy with the utilization of mental health services by insanity in the Bogor East District of Bogor City after confounding variables were controlled. Method: This study used a cross sectional design with a quantitative approach. The population and sample are people with psychiatric problems who reside in the East Bogor District of Bogor City. The total sample of 139 respondents. The sampling technique is multistage random sampling. Data collection was conducted by interview using a questionnaire. Data were analyzed using multiple logistic regression tests for model selection for multivariate. Results: The average mental health literacy score is 73.08. 56.1% of insanity have utilized mental health services. 57.6% of respondents were responden 30 years old and 43.2% had high school graduation. There are 64.9% who have high mental health literacy that has utilized mental health services. Conclusion: There is a significant relationship between mental health literacy and the utilization of mental health services by insanity in Bogor East District, Bogor City after gender variables and the availability of mental health services are controlled."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52839
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilla Maryam Purboningsih Mudaffar Syah
"Terlepas dari pengalaman yang menghibur, penggunaan TikTok memiliki sejumlah konsekuensi yang merugikan bagi kesehatan mental penggunanya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji korelasi antara kesepian, neurotisisme, dan penggunaan TikTok. Penelitian ini memiliki 381 partisipan dan data dikumpulkan dari survei online yang dikirim melalui media sosial, email, dan kontak pribadi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi antara konsumsi TikTok dan hubungannya terhadap kesepian dan neurotisme. Implikasi praktis dari temuan ini sangat penting karena banyak pengguna TikTok mungkin tidak sepenuhnya mengenali bagaimana kesepian dan neurotisisme dapat memengaruhi konsumsi TikTok. Memahami implikasi ini sangat penting untuk meningkatkan kesadaran di antara pengguna dan mempromosikan penggunaan TikTok yang terinformasi, yang berpotensi mengarah pada peningkatan kesejahteraan mental di antara audiensnya.

Despite the entertaining experience, TikTok usage has a number of detrimental consequences for its users’ mental health. The purpose of this study was to examine the correlation between loneliness, neuroticism, and TikTok usage. The study had 381 participants and data was collected from online surveys sent via social media, email, and personal contact. The results showed that there is a correlation between TikTok consumption and its relationship to loneliness and neuroticism. The practical implications of these findings are significant as many TikTok users may not fully recognize how loneliness and neuroticism can impact TikTok consumption. Understanding these implications is crucial to raising awareness among users and promoting informed TikTok usage, potentially leading to improved mental well-being among its audience."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Elvira Dewina
"Kesepian merupakan salah satu gangguan psikososial yang disebabkan oleh isolasi sosial dan emosional. Pandemi COVID-19 memberikan dampak berupa isolasi sosial akibat dari pembatasan sosial. Lansia termasuk dalam kelompok rentan terdampak COVID-19. Selama masa pandemi COVID-19 lansia mengalami pembatasan interaksi sosial sehingga berdampak mengalami kesepian. Kesepian dapat diatasi oleh beberapa faktor diantaranya dengan dukungan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara kesepian dengan dukungan sosial pada lansia di Pelayanan Kesehatan Sosial di Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain cross-sectional. Jumlah responden penelitian ini sebanyak 95 lansia (> 60 tahun), dikumpulan dengan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah The University of California Los Angeles Loneliness Scale version 3 dan Social Support Quistionaire. Hasil penelitian didapatkan nilai p value 0,000 (p<0,05). Sehingga, dapat disimpulkan terdapat hubungan antara kesepian dengan dukungan sosial pada lansia. Dukungan sosial dapat dtingkatkan selama masa transisi dan atau sudah mulai selesainya PPKM untuk mnegurangi risiko kesepian pada lansia.

Loneliness is one of the psychosocial disorders caused by social and emotional isolation. The COVID-19 pandemic has had an impact in the form of social isolation due to social distancing. The elderly are among the vulnerable groups affected by COVID-19. During the COVID-19 pandemic, the elderly experienced restrictions on social interactions, which resulted in experiencing loneliness. Loneliness can be overcome by several factors including social support. This study aims to identify the relationship between loneliness and social support in the elderly at the Social Health Service in Jakarta. This study uses quantitative methods with cross-sectional design. The number of respondents to this study was 95 elderly (> 60 years), collected using purposive sampling techniques. The instruments used are The University of California Los Angeles Loneliness Scale version 3 and Social Support Quistionaire. The results of the study obtained a p value of 0.000 (p<0.05). Thus, it can be concluded that there is a relationship between loneliness and social support in the elderly. Social support can be increased during the transition period and or the completion of PPKM to reduce the risk of loneliness in the elderly."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inne Irmawanti Febriana
"Kecerdasan emosi dan pola asuh orang tua menjadikan remaja memiliki kesehatan jiwa yang baik. Tujuan dari penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan antara kecerdasan emosi dan pola asuh orang tua dengan kesehatan jiwa remaja. Metode penelitan yang digunakan adalah deskriptif korelatif dan desain cross sectional. Sampel sebanyak 474 siswa SMP di wilayah Bekasi Tambun Selatan yang dipilih melalui Teknik consecutive sampling. Responden mengisi kuesioner Strengths and Difficulties Questionnare (SDQ) untuk masalah kesehatan jiwa, Assessing Emotion Scale (AES) untuk kecerdasan emosi, dan pola asuh orang tua. Analisis data yang digunakan yaitu analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji chi square. Hasil penelitian menunjukan52,7% remaja dengan kecerdasan emosi baik dan 47,3% remaja dengan kecerdasan emosi kurang, pola asuh orang tua di wilayah Bekasi Tambun Selatan terdapat pola asuh authoritative 27,0%, pola asuh permissive 24,1%, pola asuh authoritarian 24,5%, dan pola asuh uninvolved 24,55, kesehatan jiwa remaja di wilayah tersebut terdapat 42,8% dengan kategori normal, borderline 25,5%, dan abnormal 31,6%. Didalam penelitian ini tidak tedapat hubungan yang signifikan (p value 0,849) antara kecerdasan emosi dengan kesehatan jiwa remaja, sedangkan terdapat hubungan yang signifikan (p value 0,009) antara pola asuh orang tua dengan kesehatan jiwa pada remaja. Diperlukan pengetahuan secara mendalam mengenai kecerdasan emosi para remaja dan sosialisasi terhadap pemahaman orang tua terkait pola asuh yang digunakan untuk memberikan pemahaman tentang faktor protektif dari kesehatan jiwa remaja.

Emotional intelligence and parenting style make teenagers have good mental health. The purpose of this study was to identify the relationship between emotional intelligence and parenting style with adolescent mental health. The research method used is correlative descriptive and cross sectional design. A sample of 474 junior high school students in the Bekasi Tambun Selatan area were selected through the consecutive sampling technique. Respondents filled out the Strengths and Difficulties Questionnare (SDQ) for mental health problems, the Assessing Emotion Scale (AES) for emotional intelligence, and parenting styles. The data analysis used was univariate analysis and bivariate analysis with the chi square test. The results showed that 52.7% of adolescents with good emotional intelligence and 47.3% of adolescents with less emotional intelligence, parenting parents in the Bekasi Tambun Selatan region had authoritative parenting 27.0%, permissive parenting 24.1%, parenting authoritarian 24.5%, and uninvolved parenting 24.55, adolescent mental health in the region is 42.8% in the normal category, 25.5% borderline, and 31.6% abnormal. In this study there was no significant relationship (p value 0.849) between emotional intelligence and adolescent mental health, while there was a significant relationship (p value 0.009) between parenting style and mental health in adolescents. In-depth knowledge of adolescents' emotional intelligence is needed and socialization of parents' understanding of parenting styles is used to provide an understanding of the protective factors of adolescent mental health."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jane Kezia
"Pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan memiliki kewajiban untuk menjamin segala bentuk pelayanan publik yang berkualitas termasuk dalam bidang kesehatan. Kesehatan yang dimaksud tidak hanya selalu mengenai kesehatan fisik, melainkan juga kesehatan jiwa yang akan menjadi fokus pembahasan dalam penelitian ini. Secara umum kesehatan jiwa dikaitkan dengan kondisi seorang yang mengalami masalah gangguan jiwa. Gangguan jiwa sendiri merupakan masalah kesehatan yang cukup serius sampai saat ini. Namun sayangnya, kesehatan jiwa belum menjadi fokus perhatian, baik dari pemerintah maupun masyarakat khususnya dalam hal pemenuhan layanan kesehatan dan rehabilitasi bagi para penderitanya. Salah satu daerah di Indonesia yang pernah menjadi daerah dengan jumlah penderita Orang Dengan Gangguan Jiwa berat se-Indonesia adalah Provinsi Bali. Skripsi ini membahas mengenai pelaksanaan pelayanan publik terkait pelayanan kesehatan dan pelayanan kesehatan jiwa khususnya bagi Orang Dengan Gangguan Jiwa berat di Provinsi Bali. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah yuridis-normatif yang menekankan pada norma hukum dengan disajikan secara deskriptif dan analisis. Penelitian ini juga turut membahas peraturan- peraturan baik secara nasional maupun daerah terkait penanganan terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa. Hasil penelitian ini menyimpulkan para penyelenggara pelayanan kesehatan jiwa baik pihak fasilitas kesehatan, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial termasuk Pemerintah Daerah sudah menjalankan kewajibannya dengan cukup baik walaupun belum sempurna. Perihal pelaksanaan layanan kesehatan dan rehabilitasi di fasilitas kesehatan jiwa yang tersedia juga sudah dilaksanakan dengan cukup baik dan sesuai dengan standar pelayanan serta ketentuan yang diatur dalam UU Kesehatan, UU Kesehatan Jiwa, UU Pelayanan Publik dan PERMENPAN Nomor 15 Tahun 2014. Namun dalam pelaksanaannya masih terdapat kendala yang menjadi penghambat dalam pemberian layanan seperti masalah transportasi yang kurang memadai, kurangnya pengetahuan masyarakat serta keterbatasan sarana fasilitas kesehatan. Atas kendala tersebut terdapat beberapa upaya optimalisasi yang dapat dilakukan khususnya bagi Pemerintah Daerah sebagai penyelenggara utama pelayanan publik.

The government as a service provider has an obligation to ensure all forms of quality public services, including in the health sector. Health in question is not only about physical health, but also mental health which will be the focus of discussion in this study. In general, mental health is associated with the condition of a person experiencing mental disorders. Mental disorder itself is a health problem that is quite serious to date. But unfortunately, mental health has not become the focus of attention, both from the government and society, especially in terms of fulfilling health services and rehabilitation for sufferers. One of the areas in Indonesia that was once the area with the most sufferers of people with severe mental disorders in Indonesia is the Province of Bali. This thesis discusses the implementation of public services related to health services and mental health services, especially for people with severe mental disorders in the Province of Bali. The research method used in this paper is juridical-normative which emphasizes legal norms presented descriptively and analytically. This research also discusses regulations both nationally and regionally related to the treatment of people with mental disorders. The results of this study concluded that mental health service providers, including facilities, office, the Social Service, including the Regional Government, had carried out their obligations quite well, although not yet perfect. Regarding the implementation of health and rehabilitation services in available mental health facilities, they have also been carried out quite well and in accordance with service standards and provisions stipulated in the Health Law, Mental Health Law, Public Service Law and PERMENPAN Number 15 of 2014. However, in practice there are still obstacles in providing services such as inadequate transportation problems, lack of public knowledge and limited health facilities. Due to these constraints, there are several optimization efforts that can be made, especially for the Regional Government as the main provider of public services."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amyra Luthfia Mumpuni
"Adiksi media sosial merupakan suatu perilaku individu yang tidak dapat mengontrol diri sendiri untuk penggunaan media sosial sehingga terlalu banyak menghabiskan waktu dan usaha untuk mengakses yang dapat menganggu aktivitas sehari-hari. TikTok menjadi salah satu media sosial yang memiliki peningkatan pengguna semenjak pandemi COVID-19 dan mayoritas penggunanya adalah remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan adiksi media sosial TikTok dengan masalah kesehatan jiwa pada remaja di Jakarta Selatan. Metode penelitian menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan metode Cross Sectional kepada 292 siswa SMAN 49 Jakarta, SMAN 70 Jakarta, dan SMAN 90 Jakarta. Adiksi media sosial TikTok diukur dengan kueisoner Bergen Social Media Addiction Scale (BSMAS) (t>1,96) dan masalah kesehatan jiwa diukur dengan Depression, Anxiety, and Stress Scale (DASS-21) (ɑ = 0,894). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar remaja masih termasuk dalam kategori adiksi media sosial TikTok ringan serta kecemasan normal, depresi normal, dan stres normal. Uji korelasi antara adiksi media sosial TikTok dengan masalah kesehatan jiwa diukur menggunakan uji Chi Square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan (p 0,001 < ɑ). Hasil tersebut menunjukkan bahwa jika adiksi media sosial TikTok tinggi, maka tingkat masalah kesehatan jiwa yang dirasakan akan cenderung tinggi. Penelitian selanjutnya dapat menganalisis tiap aspek perilaku adiksi media sosial TikTok dan mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat memengaruhi tingkat adiksi media sosial TikTok dengan cakupan populasi yang lebih luas.

Social media addiction is a behavior of individual who cannot control themselves so they spend too much time and effort to access which can interfere daily activities TikTok became one of social media that has increased users during pandemic of COVID-19 and major of users are adolescent. This study aims to determine the correlation between social media addiction of TikTok and mental health problems in adolescent in South Jakarta. The study method is a quantitative with cross sectional method to 292 students of SMAN 49 Jakarta, SMAN 70 Jakarta, and SMAN 90 Jakarta. TikTok social media addiction was measured by the Bergen Social Media Addiction Scale (BSMAS) ) (t>1,96), meanwhile mental health problems was measured by the Depression, Anxiety, and Stress Scale (DASS-21) (ɑ = 0,894). The results showed that most of the adolescent were included in the category of low in the social media addiction also still category normal for anxiety, depression, and stress. The correlation between TikTok social media addiction and mental health problems was measured by Chi Square showed that there is significant relationship (p 0,001 < ɑ). These results indicate that if TikTok’s social media addiction is high, then the perceived level of mntal health problems will tend to be high. Further study can analyze each aspect of behavior of social media addiction and examine more about the factors that influence TikTok social media addiction with wider population scope."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>