Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165060 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shania Adhanty
"Menurut WHO, penyakit DM merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat yang disebabkan karena terjadi peningkatan kasus selama beberapa dekade terakhir dan telah menyumbang 4,2 juta kematian pada tahun 2019 dimana proporsi penderita DM terbanyak adalah DM tipe 2. Di Indonesia, penyakit DM merupakan salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang menyebabkan kematian utama. Diet merupakan salah satu komponen penatalaksanaan DM dan penting untuk mencegah terjadinya komplikasi penyakit. Kepatuhan terhadap diet menjadi perilaku yang sangat penting dan diperlukan kendali diri untuk melakukannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan lokus kendali diri untuk sehat baik dimensi internal, orang berpengaruh dan keberuntungan dengan kepatuhan diet pada pasien DM tipe 2 di RSUD Kota Depok tahun 2020 beserta faktor lain yang mempengaruhi. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan pendekatan kuantitatif dan pengambilan data dilakukan melalui convenience sampling pada 52 pasien DM tipe 2 yang berkunjung ke poli penyakit dalam RSUD Kota Depok. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner kepatuhan diet, multidimensional health locus of control form C, Diabetes Knowledge Questionnaire dan kuesioner dari peneliti sebelumnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien memiliki nilai kepatuhan diet yang cukup yaitu sebesar 66,23 dari skala 100. Hasil uji korelasi pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dengan kekuatan sedang dan positif antara lokus kendali untuk sehat dimensi internal dengan kepatuhan (r= 0,46) diikuti dengan dimensi orang berpengaruh yang menunjukkan hubungan dengan kekuatan sedang dan positif terhadap kepatuhan diet (r= 0,28) dan dimensi keberuntungan menunjukkan kekuatan sedang dan negatif terhadap kepatuhan diet (r= -0,28). Variabel usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, lama menderita DM dan pengetahuan DM tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan kepatuhan diet. Namun variabel jenis kelamin memiliki hubungan dengan kepatuhan diet (0,029) dan diduga menjadi variabel pengganggu hubungan antara lokus kendali diri untuk sehat dengan kepatuhan diet. Oleh karena itu diperlukan adanya penyuluhan dan edukasi yang dilakukan untuk meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab pasien terhadap kepatuhan diet.

According to WHO, Diabetes Mellitus (DM) is a disease that have been concerned as public health problem because of the number of cases continuously increased for decades and contributed 4,2 million deaths in 2019 where the largest proportion are people with type 2 diabetes. In Indonesia, DM is one of the non-communicable disease that cause major death. Diet is one of the important components of DM management to prevent disease complications. Adherence to diet becomes a very important behavior and requires self control to perform it. The purpose of this study is to determine the relationship between health locus of control on internal, powerful others and chance dimensions with dietary adherence among patients with type 2 DM at Depok City Hospital in 2020 along with another influencing factors. This study used a cross-sectional design with quantitative approach and data collection carried out through convenience sampling on 52 patients with type 2 DM who visited internist poly. The instrument used in this study are dietary adherence questionnaire, multidimensional health locus of control form C, diabetes knowledge questionnaire and questionnaire from the previous research. The results of this study indicate that patients have adequate dietary adherence values of 66,23 from scale of 100. Pearson correlation test results indicate that there are a significant relationship between health locus of control internal dimension with moderate and positive relationship with dietary adherence (r= 0,46) followed by powerful-others dimension which show moderate and positive relationship with dietary adherence (r= 0,28) while chance dimension show moderate and negative relationship with dietary adherence (r= -0,28). The other variables such as age, level of education, occupation, duration of DM and knowledge did not show a significant relationship with dietary adherence. However, sex variables show a significant relationship with dietary adherence with p value (0,029) and thought to be a disturbing variable of the relationship between health locus of control with dietary adherence. Therefore, an intervention and education are needed to increase awareness and patient responsibility towards adherence to diet."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhea Bethari Anjani
"Diabetes merupakan penyakit kronik yang menyerang jutaan penduduk di dunia. Oleh karena itu, pasien diabetes melitus harus melakukan program diet. Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku kepatuhan diet pasien yaitu dukungan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga terhadap kepatuhan menjalankan program diet diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional yang di lakukan pada April-Mei 2017 di Puskesmas Cisalak Pasar dengan sampel sebanyak 82 responden. Instrumen yang digunakan yaitu Hensarling Diabetes Family Support Scale, Food Frequency Questionnaire dan Food Form Recall. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 43,9 responden patuh terhadap program diet. Terdapat 28 responden yang mendapatkan dukungan keluarga baik. Terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diet p=0,007. Dalam penelitian ini menunjukan bahwa dukungan keluarga merupakan salah satu faktor penting dalam melakukan program diet bagi pasien diabetes melitus.

Diabetes is a chronic disease that affects millions of people in the world. Therefore, diabetes mellitus patients should do a diet program. One of the factors that influence patient's dietary compliance behavior is family support. This study aims to determined the relationship of family support for adherence to run the type 2 of diabetes mellitus diet program. This study used a cross sectional study design that was conducted in April May 2017 at Puskesmas Cisalak Pasar with a sample of 82 respondents. The instruments used are Hensarling Diabetes Family Support Scale, Food Frequency Questionnaire and Food Form Recall. The results showed that as many as 43.9 of respondents are obedient to the diet program. There are 28 of respondents who get good family support. There is a significant relationshipbetween family support and dietary adherence p 0.007 . In this study showed that family support is one important factor in conducting a diet program for patients with diabetes mellitus.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S68194
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Fitriani Haque
"Skripsi ini membahas hubungan antara faktor pelayanan kesehatan dan faktor lainnya dengan kepatuhan menjalankan diet DM pada anggota Persadia penyandang DM tipe 2 di wilayah Depok Tahun 2013. Penelitian ini dilakukan berdasarkan kenyataan tingkat pengontrolan penyandang DM di daerah Depok yang masih tergolong buruk, sehingga kepatuhan menjalankan diet sebagai salah satu cara penanganan diabetes perlu diteliti.
Penelitian ini menggunakan disain cross sectional dengan melibatkan 90 anggota Persadia penyandang DM tipe 2 di wilayah depok yang didapat dengan purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan kuesioner form food recall 24 jam dan kuesioner daftar makananan yang tidak dianjurkan serta pengukuran antropometri.
Kunjungan konsultasi gizi merupakan satu satunya variabel yang memiliki hubungan dengan kepatuhan menjalankan diet DM. Responden yang memilliki kunjungan konsultasi gizi teratur memiliki peluang 4 534 kali lebih patuh mengikuti rekomendasi diet dibandingkan responden dengan kunjungan konsultasi gizi tidak teratur.
Disarankan adanya peran aktif penyandang DM tipe 2 keluarga Persadia Cabang Depok Puskesmas maupun Rumah Sakit untuk membantu meningkatkan jumlah kunjungan gizi yang dilakukan oleh penyandang DM baik, itu dengan memberikan dukungan maupun menyelenggarakan kegiatan bersifat edukatif dan aplikatif untuk meningkatkan motivasi dan efikasi diri penyandang DM untuk menjalankan anjuran diet. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52737
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Youvita Indamaika
"Tingkat kepatuhan diet di Indonesia rata-rata masih rendah. Diet dalam menjaga makanan seringkali menjadi kendala karena masih tergoda dengan segala makanan yang dapat memperburuk kesehatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini menggunakan disain cross-sectional. Sampel yang diteliti adalah seluruh penderita diabetes melitus tipe 2 dengan rentang usia 25-65 tahun yang sedang rawat jalan, sampel diambil dengan metode non-random sampling dengan teknik purposive sampling sebanyak 130 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran antropometri, pengisian kuesioner, form food recall 1x24 jam dan semiquantitative food frequency questionnaire (SFFQ).
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 13,8% responden yang patuh diet. Hasil uji chi-square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara kepatuhan diet diabetes melitus tipe 2 dengan jenis kelamin (p=0,008) dan lama menderita (p=0,044). Hasil uji regresi logistik menunjukkan lama menderita merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan kepatuhan diet diabetes melitus tipe 2. Penderita diabetes melitus diharapkan untuk memperhatikan pola makan yang dianjurkan dan melaksanakannya dengan baik, mampu secara aktif untuk meningkatkan pengetahuannya terkait penyakit diabetes melitus dan faktor-faktor terkait lainnya dan tetap mempertahankan pola makan yang sudah dijalankan bagi yang sudah lama menderita diabetes melitus tipe 2.

The level of dietary adherence in Indonesia is still low. Diet in maintaining food is often become an obstacles because the patient is still tempted by all food that can worsen their health. The purpose of this study is to determine the factors that associated with dietary adherence in type 2 diabetes mellitus patients. This study was using a cross-sectional design. The samples studied were all type 2 diabetes mellitus type 2 with the age range 25-65 years was outpatient, samples were taken with non-random sampling method with purposive sampling of 130 people. Data were collected through anthropometric measurements, filling-out questionnaires, 1x24 hour food recall and dan (semiquantitative food frequency questionnaire) SFFQ form.
The results showed 13.8% of respondents were diet-compliant. There were significant relationship between gender (p=0.008) and length of suffering (p=0.044) with between dietary adherence. The result of logistic regression test showed that the duration of suffering is the dominant factor associated with dietary adherence in type 2 diabetes mellitus patients. Type 2 diabetes mellitus patients were expected to pay attention to the diet recommended and carry it out well, to actively to improve the knowledge related to the disease diabetes mellitus and related to the other factors and still preserve diet that has been run for who has long been suffering from type 2 diabetes mellitus.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52016
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fanny Mustikaningtyas
"ABSTRAK
Diabetes Melitus merupakan penyakit tidak menular penyebab kematian terbesar keempat di dunia. Depok menduduki peringkat 2 di Jawa Barat dengan jumlah penderita diabetes mellitus tipe 2 terbanyak. Insulin direkomendasikan sebagai salah satu terapi diabetes lini pertama untuk mengontrol kadar glukosa. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui tingkat kepatuhan terapi insulin pada penderita diabetes mellitus tipe 2 agar tercapai hasil terapi sesuai dengan yang direncanakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran kepatuhan terapi insulin pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Kota Depok. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian model cross sectional dan menggunakan teknik consecutive sampling sebagai teknik dalam pengambilan sampel. Jumlah sampel 79 orang pasien diabetes mellitus tipe 2 yang berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kepatuhan insulin masih rendah sebanyak 52 orang 65,8 . Adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi kepada Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok, Dinas Kesehatan Depok, perawat, dan masyarakat untuk meningkatkan kepatuhan terapi insulin.

ABSTRAK
Abstract Diabetes Mellitus is the fourth leading non infectious diseases cause of death in the world. Depok was ranked 2nd in West Java with the highest number of people with type 2 diabetes mellitus. Insulin is recommended as one of the first line diabetes therapy to control glucose levels. Therefore, it is important to know the adherence level of insulin therapy in people with type 2 diabetes mellitus in order to achieve the satisfied results of therapy. This study aimed to identify the level of adherence in insulin therapy among people with type 2 diabetes mellitus in Depok City. This research was a quantitative research using a cross sectional design and using consecutive sampling as a technique in sampling. The number of samples were 79 patients with type 2 diabetes mellitus who came to the Regional General Hospital of Depok City. The result showed that the level of insulin adherence came still low as many as 52 people 65.8 . This study is expected to provide information to the Regional General Hospital of Depok City, Depok Health Office, nurses, and the community to improve adherence to insulin therapy."
2017
S67065
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Natasya
"Diabetes Melitus DM penyakit kronis yang membutuhkan terapi jangka panjang dan intervensi untuk adaptasi perubahan gaya hidup dan pengobatan untuk meningkatkan target terapi. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh konseling oleh apoteker pada perbaikan kepatuhan, kadar HbA1c dan kualitas hidup pasien DM tipe 2 di RSUD Kota Depok. Penelitian dilakukan dengan desain pretest-posttest control group design pada 81 responden dengan alat ukur pill count untuk kepatuhan, pemeriksaan darah untuk kadar HbA1c dan kuesioner EQ-5D-5L untuk kualitas hidup. Karakteristik sosiodemografi dan klinis responden DM tipe 2 di RSUD Kota Depok antara kelompok uji dan kontrol tidak terdapat perbedaan yang signifikan p>0,05 . Pasien kelompok uji menunjukkan peningkatan kepatuhan terapi, penurunan kadar HbA1c dan peningkatan kualitas hidup secara signifikan, sementara pada kelompok kontrol hanya kadar HbA1c peningkatan yang signifikan sementara kepatuhan dan kualitas hidup tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. Kepatuhan terapi responden dipengaruhi oleh konseling apoteker secara signifikan. Kadar HbA1c responden dipengaruhi oleh kepatuhan terapi dan pola makan secara signifikan. Kualitas hidup responden berdasarkan nilai deskriptif dan nilai VAS dipengaruhi oleh kadar HbA1c secara signifikan. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan konseling oleh apoteker menyebabkan perbaikan pada kepatuhan, kadar HbA1c dan kualitas hidup responden pasien DM tipe 2 di RSUD Kota Depok.

Diabetes Mellitus DM a chronic disease requiring long term therapy and interventions for the adaptation of lifestyle changes and medications to improve therapeutic targets. The aim of this research is to know the influence of counseling by pharmacist on improvement of adherence, HbA1c level and quality of life of DM type 2 patient in RSUD Kota Depok. The research was done by pretest posttest control group design design on 81 respondents with pill count methods for adherence, blood tests for HbA1c levels and EQ 5D 5L questionnaires for quality of life. Sociodemographic and clinical characteristics of DM type 2 respondents in RSUD Kota Depok between test and control group were not significantly different p 0,05 . Patients in the test group showed improved adherence to therapy, decreased HbA1c levels and improved quality of life significantly, while in the control group only HbA1c levels were a significant increase while adherence and quality of life did not show significant change. Adherence of respondents influenced by pharmacist counseling significantly. HbA1c levels of respondents is influenced by adherence of therapy and diet significantly. The quality of life of respondents based on descriptive value and VAS value influenced by HbA1c level significantly. The results of this study can be concluded by the pharmacist counseling led to improvements in adherence, HbA1c levels and quality of life of DM type 2 patients in Depok City Hospital. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
T51627
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwiet Nurwidya Hening
"Peran apoteker dalam upaya peningkatan kepatuhan pengobatan dan perbaikan luaran klinis pasien di Indonesia perlu dievaluasi. Penelitian bertujuan mengevaluasi pengaruh konseling apoteker terhadap peningkatan kepatuhan pengobatan, mengontrol kadar kontrol glikemik, profil lipid dan tekanan darah pasien DM tipe 2 di RSUD Kota Depok dari April-Oktober 2018. Penelitian dilakukan dengan desain kuasi-eksperimental dengan pretest-posttest pada 77 responden terdiri atas kelompok intervensi (KI) (n=39 orang) mendapatkan konseling dan buklet dari apoteker dan kelompok kontrol (KK) (n=38 orang) yang hanya diberikan buklet saja, dengan alat ukur Medication Adherence Questionnaire (MAQ) untuk kepatuhan, pemeriksaan darah untuk gula darah puasa (GDP), gula darah dua jam post prandial (GDPP), glycosylated hemoglobin A1 (HbA1c) dan profil lipid serta pengukuran tekanan darah. KI mengalami perbaikan parameter kepatuhan, HbA1c dan profil lipid sedangkan pada KK tidak ada perubahan yang bermakna pada parameter klinis bahkan mengalami peningkatan ketidakpatuhan (p=0,008) posttest dibandingkan pretest. Hasil uji beda rerata antara KI dan KK menunjukkan perbedaan bermakna pada parameter kepatuhan, GDP, GDPP dan HbA1c. Berdasarkan uji kai kuadrat, KI menunjukkan perubahan signifikan pada GDP (p=0,05) dan HbA1c (<0,0001) terkontrol dibandingkan KK. Hasil analisis multivariat, konseling apoteker memberikan pengaruh 2,0 kali (95% CI: 0,603-7,059) dan 3,5 kali (95% CI: 0,880-14,045) pada kondisi terkontrol GDP dan HbA1c. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan konseling apoteker merupakan faktor yang mempengaruhi perubahan GDP dan HbA1c menjadi lebih terkontrol.

The role of the pharmacist to improve medication adherence and clinical outcome of patients in Indonesia needs to be evaluated. The study aimed to evaluate the effect of pharmacist counseling on improving medication adherence, controlling the level of glycemic control, lipid profile and blood pressure of type 2 DM outpatient at RSUD Kota Depok from April-October 2018. The study was conducted with quasi-experimental design with pretest-posttest on 77 respondents divided into intervention groups (IG) (n = 39 people) getting counseling and booklets from pharmacists and control groups (CG) (n = 38 people) who were given booklets only, with a MAQ questionnaire for medication adherence, blood tests for fasting blood glucose (FBG), post prandial blood glucose (PPBG), glycosylated hemoglobin A1 (HbA1c) and lipid profiles and blood pressure measurements. IG improved adherence parameters, HbA1c and lipid profile whereas in CG there were no significant changes in clinical parameters and even increased non-adherence (p = 0.008) on posttest. Mean Whitney test between IG and CG showed significant differences in parameters of medication adherence, fasting blood glucose (FBG), post prandial blood glucose (PPBG) and glycosylated hemoglobin A1 (HbA1c). Based on the chi square test, IG shows a significant change in controlled GDP (p = 0.05) and HbA1c (<0,0001) compared to CG. Based on multivariate analysis, counseling of pharmacists had an effect of 2,0 times (95% CI: 0,603-7,059) and 3,5 times (95% CI: 0,880-14,045) on changes in FBG and HbA1c. Pharmacist counseling is a factor that affects changes in FBG and HbA1c to be more controlled. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
T52327
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shalihana Ramadita
"Latar Belakang Diabetes melitus tipe 2 merupakan salah satu faktor risiko dari infeksi COVID-19. Studi ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara diabetes melitus tipe 2 dengan tingkat keparahan COVID-19 pada pasien RSUI tahun 2020. Metode Penelitian ini dilakukan melalui studi cross-sectional analitik menggunakan rekam medis pasien COVID-19 di RSUI antara Juni hingga September 2020. Uji Chi-square atau Fisher digunakan untuk menguji hubungan antara diabetes melitus tipe 2 dan keparahan COVID-19. Faktor risiko lain juga dianalisis bivariat dan analisis regresi logistik multivariat. Hasil Hasil analisis data bivariat menunjukkan nilai OR = 2.494 yang menunjukkan terdapat kecenderungan asosiasi antara diabetes melitus tipe 2 dengan keparahan COVID-19 pada pasien RSUI tahun 2020, namun tidak bermakna secara statistik (p = 0.071; 95% CI = 0.903 – 6.890). Mayoritas dari 172 pasien COVID-19 di RSUI berjenis kelamin laki-laki (59.3%) dan berusia dibawah 60 tahun (89.4%). Ditemukan 19 pasien memiliki riwayat penyakit diabetes melitus tipe 2 (11.0%) pada keseluruhan pasien COVID-19. Faktor risiko lain yang diteliti, seperti berjenis kelamin laki-laki, lansia, hipertensi, PPOK, penyakit autoimun, keganasan, penyakit ginjal, dan gagal jantung tidak ditemukan memiliki hubungan signifikan dengan keparahan COVID-19 (p > 0.05). Kesimpulan Pada populasi pasien COVID-19 dengan diabetes melitus tipe 2 di RSUI tahun 2020, meskipun terdapat kecenderungan asosiasi dengan keparahan COVID-19, namun tidak bermakna secara statistik. Faktor risiko lain juga tidak ditemukan kemaknaan secara statistik.

Introduction Type 2 diabetes mellitus is one of the risk factors for COVID-19 infection. This study aimed to analyze the association between type 2 diabetes mellitus and the severity of COVID-19-infected patients in RSUI in 2020. Method This cross-sectional analytical study uses medical records of COVID-19 patients in RSUI from June to September 2020. The chi-square test and Fisher’s exact test are utilized to test the association between type 2 diabetes mellitus and the severity of COVID-19. A bivariate analysis is conducted to analyze the other risk factors of COVID-19 that may affect the severity of COVID-19, followed by a multivariate logistic regression analysis. Result Data analysis found an OR = 2.494, indicating a tendency to have an association between type 2 diabetes mellitus and COVID-19 severity that is not statistically significant (p = 0.071; 95% CI = 0.903 – 6.890). Most of the 172 COVID-19 patients from RSUI are male-gendered (59.3%) and aged below 60 (89.4%). It is found that 19 patients have a history of type 2 diabetes mellitus (11.0%). Other risk factors analyzed, including male gender, geriatrician, hypertension, COPD, autoimmune disease, malignancy, kidney disease, and heart failure, lack significant association with COVID-19 severity (p > 0.05). Conclusion In this population of COVID-19 patients with type 2 diabetes mellitus in RSUI in 2020, although there is a tendency for an association with the severity of COVID-19, the value is statistically insignificant. Other risk factors studied are also found to lack a statistically significant association."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Novanza Rayhan Natasaputra
"Latar belakang: Diabetes melitus tipe 2 (DMT2) disandang oleh 10,7 juta orang di Indonesia dan menjadi tiga besar penyakit tidak menular penyebab kematian. Sebagian besar kematian terjadi akibat komplikasi yang diawali oleh kontrol glikemik kadar HbA1c yang tidak adekuat, dan diasosiasikan dengan aspek multifaktorial seperti karakteristik sosiodemografi maupun perilaku individu dalam merawat diri—Self-Care Behaviour. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara tingkat kontrol glikemik pada penyandang DMT2 dengan karakteristik sosiodemografi dan perilaku self-care yang dimiliki. Metode: Studi ini menggunakan desain potong-lintang terhadap data sekunder yang dikumpulkan sebelumnya pada Kohor Penyakit Tidak Menular Bogor 2021. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner Self-Care Behaviour yang divalidasi dalam bahasa Indonesia, pengukuran kadar HbA1c serta karakteristik penyandang. Populasi studi adalah penyandang DMT2 di lima fasilitas kesehatan primer di Kota Bogor. Sampel dianalisis menggunakan uji Chi-Square dan perhitungan odds ratio. Hasil: Analisis dilakukan pada 237 responden, terdiri atas 90 responden kelompok usia lansia (38%) dan 147 dewasa (62%). Jenis kelamin responden didominasi perempuan sebanyak 171 responden (72,2%) dan 66 responden laki-laki (27,8%). Sebanyak 149 responden (62,9%) memiliki skor Self-Care Behaviour yang baik. Sejumlah 134 responden (56,6%) memiliki kadar HbA1c yang terkontrol. Empat dari tujuh komponen Self-Care Behaviour—pengetahuan, motivasi, dukungan, dan efikasi—berhubungan dengan kontrol glikemik (p<0,001). Efikasi menjadi prediktor kadar HbA1c terkontrol paling kuat (Odds ratio [OR]: 9,7; 95% Confidence Interval [CI] 5,27–17,67). Skor keseluruhan Self-Care Behaviour yang baik meningkatkan probabilitas kadar HbA1c terkontrol 9,1 kali (95% CI 4,94–16,7) dibanding skor kurang baik. Komponen komunikasi, sikap, dan pembiayaan tidak memiliki hubungan signifikan. Tingkat pendidikan dan riwayat DMT2 di keluarga berhubungan dengan tingkat keseluruhan Self-Care Behaviour dan dengan kontrol kadar HbA1c. Kesimpulan: Aspek perilaku self-care pada penyandang DMT2 mempunyai dampak substansial dan signifikan terhadap kontrol glikemik yang dimiliki penyandang.

Introduction: Type 2 diabetes mellitus (T2DM) affects 10.7 million individuals in Indonesia and ranks among the top three non-communicable diseases leading to death. Most of mortality result from complications initiated by inadequate glycemic control, associated with multifactorial aspects such as sociodemographic characteristics and individual self-care behaviour. This study aims to explore the relationship between glycemic control levels in individuals with T2DM and their sociodemographic characteristics and self-care behavior. Method: This study is a cross-sectional study utilizing previously collected secondary data from the Non-Communicable Disease Cohort in Bogor 2021 Data were collected using a validated Self-Care Behaviour questionnaire in Bahasa Indonesia, along with primary data of HbA1c levels and respondent socio-characteristics. The study population consisted of individuals with T2DM from five primary healthcare facilities in Bogor city. The samples were analyzed using Chi-Square test and risk calculation. Result: The research analysis included 237 respondents, consisting of 90 elderly (38%) and 147 adults respondents (62%). The respondents were predominantly female, with 171 respondents (72.2%) compared to 66 male respondants (27.8%). A total of 149 respondents (62.9%) exhibited good Self-Care Behaviour scores. Approximately 134 respondents (56.6%) maintained controlled HbA1c levels. Four out of seven Self-Care Behaviour components—knowledge, motivation, support, and efficacy—were associated with glycemic control (p<0.001). Efficacy identified as the most influential predictor for controlled HbA1c levels (odds ratio [OR]: 9.7, 95% Confidence Interval [CI] 5.27–17.67). An overall good Self-Care Behaviour score is associated with a 9.1-fold increased probability of achieving controlled HbA1c levels (95% CI 4.94–16.7) compared to group with poor score. Self-Care Behaviour components of communication, attitude, and financing were not signicifantly associated. Education level and a family history of T2DM were associated with overall Self-Care Behaviour and with HbA1c control."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natasya Setyamarta
"ABSTRAK
Diabetes mellitus tipe 2 DM tipe 2 merupakan penyakit kronis yang membutuhkan perawatan berkelanjutan seumur hidup untuk mencegah komplikasi akut dan kronik. Manajemen perawatan diri merupakan aspek dasar dari perawatan diabetes. Salah satu faktor yang dapat meningkatkan perilaku perawatan diri yaitu dukungan sosial yang diperoleh dari keluarga, tenaga kesehatan, teman, atau sesama pasien diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku perawatan diri pasien DM tipe 2 di Persadia Depok. Penelitian kuantitatif deskriptif ini menggunakan desain cross-sectional, melibatkan 52 responden pasien DM tipe 2 yang begabung di Persadia kota Depok. Instrumen yang digunakan untuk mengukur perilaku perawatan diri yaitu kuesioner The Summary of Diabetes Self-Care Activities. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas perawatan diri responden dalam satu minggu terakhir adalah 4,4 hari Median 4,4; Minimal-Maksimal 2,6-5,4; 95 CI 4,1-4,5 , dan hanya setengah 50 responden yang memiliki perilaku perawatan diri kategori baik. Perilaku yang sudah baik yaitu diet, latihan fisik, dan kepatuhan medikasi, sedangkan perilaku yang masih buruk yaitu pemantauan glukosa darah mandiri dan perawatan kaki. Penelitian ini merekomendasikan agar perawat dan tenaga kesehatan lainnya meningkatkan edukasi dan dukungan terkait perilaku perawatan diri pasien diabetes, terutama pemantauan glukosa darah dan perawatan kaki.

ABSTRACT
Type 2 diabetes mellitus type 2 DM is a chronic disease that requires long term management throughout the life to prevent acute and chronic complications. Self care is a fundamental and integral part of diabetes management. Social support obtained from family, health professional, friends, or diabetic peers may predict good self care behaviour. The purpose of this study is to evaluate the self care behaviour of adult with type 2 DM in Persadia Depok. This quantitative study used a cross sectional design. A consecutive sample of 52 subjects with type 2 DM who joined in Persadia Depok was included. The instrument used to measure self care behaviour is The Summary of Diabetes Self Care Activities questionnaire. The results showed that self care behaviour of participants in the last seven days is 4,4 days Median 4.4, Minimal Maximum 2.6 5.4, 95 CI 4.1 4.5 . Self care was described as ldquo good rdquo in only half of the participant 50 . Self care behaviour was reported good in diet, physical exercise, and taking medication, but it was poor in self monitoring of blood glucose SMBG and foot care. This study recommends that nurses and other health professionals should promote education and support to improve patients self care behaviour, especially SMBG and foot care."
2017
S67620
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>