Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 116019 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yuliana Vonica
"Skripsi ini membahas mengenai sistem attachment yang terbentuk antara anak yang tinggal terpisah di panti dengan orang tua kandungnya. Studi ini dilakukan pada anak asuh yang tinggal di Panti Asuhan Putra Utama 3 Tebet. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menggambarkan mengenai proses attachment, tahapan pembentukan attachment yang terjadi pada anak dengan orang tuanya serta bentuk attachment yang terbangun diantara keduanya. Fenomena masuknya anak kedalam panti karena ketidakmampuan orang tua untuk memenuhi kebutuhan dasar anak membuat anak mengalami keterbatasan interaksi dengan orang tuanya. Terbatasnya interaksi dan tidak adanya upaya orang tua untuk menjaga komunikasi mereka inilah yang mempengaruhi kualitas attachment diantara keduanya. Akibatnya, kelekatan anak dengan orang tuanya menjadi tidak aman sehingga membuat mereka mencari kedekatan dengan figur lain seperti teman sebayanya. Penelitian ini juga menyarankan agar orang tua dan juga pihak panti sosial berupaya menjaga attachment yang aman antara anak asuh dengan orang tua kandungnya dengan mengadakan pertemuan rutin dan memberikan informasi, pengetahuan dan motivasi mengenai pentingnya attachment bagi pertumbuhan dan perkembangan anak dimasa yang akan datang.

This thesis discusses the attachment system that is formed between children who live separately in the orphanage with their biological parents. This study was conducted on foster children who live at Putra Utama 3 Tebet Orphanage. This research is qualitative research with a descriptive design. The results of the study illustrate the attachment process, the stages of attachment formation that occur in children with their parents, and the form of attachment that is built between them. The phenomenon of the entry of children into homes because of the inability of parents to meet the basic needs of children makes children experience limited interaction with their parents. Limited interaction and the absence of parental efforts to maintain their communication is what affects the quality of attachment between the two. As a result, the attachment of children to their parents becomes insecure so that it makes them look for closeness with other figurs such as their peers. This study also recommends that parents and social care institutions strive to maintain safe attachments between foster children and biological parents by holding regular meetings and providing information, knowledge, and motivation about the importance of attachments for the future growth and development of children.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Restu Ananda Wahyu Utamie
"Kelekatan merupakan salah satu kebutuhan psikologis yang harus dipenuhi pada anak di samping pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya seperti kebutuhan fisik dan aktualisasi diri. Anak-anak yang terlahir dari keluarga atau kondisi yang kurang betuntung membuat kebutuhan-kebutuhan dasar mereka tidak terpenuhi sehingga mereka memerlukan pengasuhan alternatif dari lembaga pengasuhan. Pengasuhan alternatif merupakan salah satu upaya pemerintah dalam mewujudkan kesejahteraan dan perlindungan anak bagi anak-anak yang berasal dari keluarga tidak mampu dan anak terlantar. Penelitian terdahulu menemukan bahwa anak yang mendapatkan pengasuhan alternatif berisiko memiliki masalah pada kelekatan, masalah kepribadian, kriminalitas, kesehatan mental, hingga rendahnya kompetensi pendidikan. Oleh karena itu, pengasuh sebagai pengganti orang tua kandung bertugas untuk untuk memberikan akses kepada anak untuk mengurangi masalah mental, mengubah outcome negatif menjadi positif, dan meningkatkan kesejahteraan mereka bagi masa depan anak melalui pembentukan kelekatan yang aman. Anak yang memiliki kelekatan aman akan memiliki kepercayaan dan perilaku positif serta meningkatnya kemampuan interpersonal dan emosonal yang efektif sehingga penting bagi anak untuk memiliki kelekatan aman dengan pengasuhnya. Penelitian ini membahas tentang proses pembentukan kelekatan yang dilakukan oleh pengasuh dalam membangun kelekatan dengan anak asuh di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama (PSAA PU) 3 Tebet. Anak asuh di PSAA PU 3 Tebet merupakan anak yang memiliki latar belakang keluarga tidak mampu, korban perceraian orang tua, dan anak yatim/piatu. Pengasuh berperan untuk memenuhi kebutuhan emosional anak dengan menciptakan hubungan yang dekat dan berkualitas antara orang tua dan anak. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan data melalui wawancara mendalam, studi literatur, serta observasi lapangan. Penelitian ini dilakukan selama enam bulan sejak Juli – Desember 2023. Terdapat delapan informan dalam penelitian ini yang terdiri dari seorang Kepala Satuan Pelaksana Pembinaan, satu orang Pekerja Sosial, dua orang pengasuh, serta empat orang anak asuh. Penelitian ini menemukan bahwa pengasuh melakukan berbagai upaya untuk membangun kelekatan dengan anak asuh sejak anak baru masuk ke panti. Bentuk upaya tersebut dimulai dengan melakukan pendekatan pada anak asuh baru, yaitu merangkul anak yang kesepian, membuat suasana panti yang nyaman bagi anak, dan membantu membuat anak menjadi mandiri. Kemudian, dalam melakukan interaksi dalam keseharian pengasuh dan anak asuh, yaitu menanyakan kabar dan kondisi anak, mendampingi kegiatan anak, membantu anak dalam menyelesaikan masalah, serta memberikan nasihat dan motivasi. Selanjutnya, pengasuh juga membantu anak untuk menaati aturan yang ada di panti. Upaya membangun kelekatan yang dilakukan oleh pengasuh menghasilkan kelekatan yang aman (secure attachment) dan kelekatan tidak aman (avoidant attachment) pada anak asuh. Anak dengan kelekatan aman memiliki ix Universitas Indonesia hubungan yang dekat, saling terbuka, dan percaya. Anak dengan kelekatan aman memiliki inisiatif tinggi untuk bercerita dan tidak ragu untuk menceritakan masalah pribadinya kepada pengasuh. Anak dengan kelekatan aman juga menganggap bahwa pengasuh merupakan orang tua mereka yang dapat dipercaya dan diandalkan. Sebaliknya, anak dengan kelekatan tidak aman sering menghindar dari pengasuh, tidak memiliki keterbukaan, dan tidak memiliki kepercayaan. Anak juga senang menyendiri di panti serta menganggap pengasuh sebagai orang asing yang mengganggu mereka. Di PSAA PU 3 Tebet, sebagian anak mengalami perubahan kelekatan dari tidak aman menjadi aman pada pengasuhnya setelah melalui proses interaksi yang dibangun pengasuh selama bertahuntahun. Pemenuhan hak dan kebutuhan anak asuh akan membuat anak mencapai kondisi well-being atau sejahtera di mana anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik serta dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki.

Attachment is one of the psychological needs that must be fulfilled in children, alongside the fulfillment of other basic needs such as physical needs and self-actualization. Children born into less fortunate families or conditions may have unmet basic needs, necessitating alternative caregiving from childcare institutions. Alternative caregiving is one of the government's efforts to realize the well-being and protection of children from economically disadvantaged families and those left without proper care. Previous research has found that children receiving alternative caregiving are at risk of issues related to attachment, personality, criminality, mental health, and low educational competence. Therefore, caregivers serving as substitutes for biological parents are tasked with providing access to children to reduce mental problems, transform negative outcomes into positive ones, and enhance their well-being for the future through the formation of secure attachments. Children with secure attachments tend to have trust, positive behavior, increased interpersonal and emotional effectiveness, making it crucial for children to have secure attachments with their caregivers. This study discusses the process of attachment formation carried out by caregivers in building attachments with foster children at the Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama (PSAA PU) 3 Tebet. Foster children at PSAA PU 3 Tebet come from low-income families, victims of parental divorce, and orphans. Caregivers play a role in fulfilling the emotional needs of children by creating close and quality relationships between parents and children. This research employs a qualitative approach with descriptive research. Data collection includes in-depth interviews, literature reviews, and field observations, conducted over six months from July to December 2023. The study involves eight informants, including the Head of the Implementation Unit for Development, a Social Worker, two caregivers, and four foster children. The findings reveal that caregivers make various efforts to build attachments with foster children from their initial entry into the shelter. These efforts include approaching new foster children, comforting lonely children, creating a comfortable environment, and assisting children in becoming more independent. Additionally, daily interactions involve checking on the child's well-being, accompanying them in activities, helping them solve problems, providing advice, and motivation. Caregivers also aid children in adhering to the institution's rules. The attachment-building efforts result in both secure attachment and avoidant attachment in foster children. Children with secure attachments have close, open, and trusting relationships. They show a high initiative in sharing and have no hesitation in discussing personal problems with caregivers, considering them trustworthy and reliable parental figures. Conversely, children with avoidant attachment often avoid caregivers, lack openness, and trust. They prefer solitude in the shelter and view caregivers as interfering strangers. In PSAA PU 3 Tebet, some children undergo a shift from insecure to secure attachment with their caregivers after years of interaction. Fulfilling the rights and needs of foster children xi Universitas Indonesia contributes to their well-being, allowing them to grow and develop optimally while maximizing their potential."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Dimas Bagus Prabowo
"Penelitian mengenai kualitas attachment dengan kemandirian sebelumnya masih sedikit yang memisahkan antara attachment ibu-anak dengan attachment ayah-anak. Pada studi ini, attachment orangtua dipisahkan menjadi attachment ibu-anak dan ayah-anak. Sampel pada studi ini adalah remaja akhir yang berusia 18-21 tahun di kota Depok (N=103). Responden diminta untuk mengisi kuesioner yang mengukur attachment ibu-anak dan ayah-anak serta kemandirian. Attachment ibu-anak dan ayah-anak diukur melalui adaptasi alat ukur Inventory of Parent and Peer Attachment-Revised (IPPA-R) dan kemandirian diukur melalui adaptasi alat ukur Adolescence Autonomy Questionnaire. Hasil penelitian menunjukkan attachmen ibu-anak memiliki hubungan signifikan dengan kemandiran, sedangkan attachment ayah-anak tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kemandirian.

There's not many studies that distinguish parent attachment as mother-child and father-child attachment in connection with autonomy. In this study, parent attachment has been separated into mother-child and father-child attachment. The samples of this study is late adolescents between 18 and 21 years old, who lives in Depok (N=103). Respondents are asked to fill the questionnaires which measures mother-child attachment, father-child attachment and autonomy. Mother-child attachment and father-child attachment were measured with adaptation version of Inventory of Parent and Peer Attachment-Revised (IPPA-R) and autonomy were measured with adaptation version of Adolescence Autonomy Questionnaire. This study found that mother-child attachment correlates significantly with autonomy, while father-child attachment didn’t correlates significantly with autonomy.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55808
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afini Wirasenjaya
"Memiliki anak autis membuat orang tua harus menjadi satu-satunya pengasuh bagi anak. Segala kebutuhan khusus yang harus dipenuhi anak dan menetapnya karakteristik keautisan dapat menimbulkan stres kronis bagi orang tua. Stres kronis ini dapat diatasi dengan mekanisme meaning-focused coping, yaitu positive reappraisal dan pembentukan makna baru yang dapat menghasilkan emosi positif pada individu. Kedua hal tersebut dapat dilakukan dengan berpikir kontrafaktual. Penelitian ini ingin membuktikan pengaruh berpikir kontrafaktual terhadap emosi pada orang tua dengan anak autis, sebagai upaya coping stress. Penelitian dirancang menjadi penelitian eksperimen between-subject. Sebanyak 53 orang tua dengan anak autis berpartisipasi dalam penelitian ini yang kemudian dibagi ke dalam dua kelompok secara acak. Seluruh partisipan pertama-tama diminta untuk menuliskan pengalamannya selama merawat anak autis. Kemudian partisipan di kelompok eksperimen diminta untuk berpikir kontrafaktual, dengan membayangkan alternatif kejadian ketika ia merawat anaknya dengan cara yang berbeda. Selanjutnya seluruh partisipan diminta untuk mengisi kuesioner tentang emosi, yaitu POMS Grove Prapavessis, 1992. Hasil uji independent sample t-test menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan dari emosi antara partisipan kelompok kontrol M=89,5; SD=12,8 dan kelompok eksperimen M=81,4; SD=7,8 ; t 51 =2,83, p.

Having an autistic child makes the parents to be the only caregiver. Every special needs that have to be met and the abiding of the autism characteristics can cause a chronic stress for the parents. It can be overcome by mechanisms of meaning focused coping, i.e. positive reappraisal and creation of new meaning that generates positive emotion. Both can be done through counterfactual thinking. This research wants to verify the effect of counterfactual thinking on emotion in parents with autistic child, as a coping stress attempt. This research has experimental between subject design. A total of 53 parents with autistic child participated in this research that randomly divided into two groups. First, all participants were asked to write their experience in taking care of their child. Next, the participants in the experiment group were asked to think counterfactually by imagining if they do different things when taking care of their child. Hereafter, all participants were asked to fill a questionnaire about emotion i.e. POMS Grove Prapavessis, 1992. Independent sample t test indicates there is a significant difference in emotion between participants in control group M 89,5 SD 12,8 and participants in experiment group M 81,4 SD 7,8 t 51 2,83, p<0,05. That result support this research hypothesis that participants in the experiment group have different emotion score with the particiants in control group."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nidia Robertina
"ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara kualitas attachment ayah-anak dan ibu-anak dengan kualitas persahabatan pada remaja madya. Partisipan pada penelitian ini adalah remaja yang berusia 15 hingga 17 tahun, sebanyak 97 partisipan. Kualitas Attachment pada ayah-anak dan ibu-anak diukur dengan alat ukur Inventory of Parent and Peer Attachment yang disusun oleh Armsden dan Greenberg (1987). Kualitas persahabatan diukur dengan alat ukur Friendship Quality Questionnaire dari Parker dan Asher (1989) yang dibagi menjadi dua dimensi, yakni dimensi kualitas persahabatan positif yang terdiri aspek validation and caring, companionship and recreation, help and guidance, intimate exchange, dan conflict resolution, serta dimensi kualitas persahabatan negatif yang memiliki aspek conflict and betrayal. Hasil utama pada penelitian ini menemukan bahwa kualitas attachment ibu-anak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kualitas persahabatan positif dan memiliki hubungan yang signifikan terhadap kualitas persahabatan negatif. Kemudian pada kualitas attachment ayah-anak, ditemukan hasil yang signifikan terhadap dimensi kualitas persahabatan positif, namun tidak signifikan terhadap dimensi kualitas persahabatan negatif.

ABSTRACT
This research aimed to see the relationship between the attachment quality of father-child and mother-child with friendship quality among middle adolescence. The participants of this research were 97 adolescents aged 15 to 17 years old. Attachment quality of father-child and mother-child were measured using Inventory of Parent and Peer Attachment which developed by Armsden and Greenberg (1987). The friendship quality was measured using Friendship Quality Questionnaire developed by Parker and Asher (1989) which consists of two dimensions: positive friendship quality that consisting of aspects validation and caring, companionship and recreation, help and guidance, intimate exchange, conflict resolution; and negative friendship quality that having an aspect conflict and betrayal. The main result of this research found that the attachment quality on mother-child significantly correlated with positive friendship quality and also significantly correlated with negative friendship quality Attachment quality on father-child significantly correlated with positive dimension of friendship quality, but it there is no correlation with negative dimension of friendship quality."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56201
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rizki Alfiansyah
"Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa yang menjadi masa kritis dan rentan bagi setiap individu. Masa ini turut menjadi tantangan bagi individu dengan menghadirkan sejumlah konflik dan perubahan pada beragam aspek kehidupan, seperti halnya masalah peralihan, kebingungan identitas serta masalah psikologis lainnya. Salah satu kelompok yang terdampak atas hal ini ialah remaja yang tinggal di panti asuhan dengan segala kompleksitas masalah yang dihadapinya sebagai anak telantar. Sehubungan dengan ini, terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa segala tantangan yang dihadapi remaja dapat diatasi dengan tingkat kesejahteraan subjektif yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial yang dirasakan dari keluarga, pengasuh, dan teman sebaya serta tingkat optimisme dengan kesejahteraan subjektif pada remaja yang tinggal di Panti Asuhan Sosial Anak Putra Utama 3 Tebet. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif dengan pengumpulan data melalui sebaran angket (kuesioner) dan penentuan sampel menggunakan teknik total sampling terhadap 63 responden. Alat ukur kesejahteraan subjektif disusun berdasarkan instrumen SWLS (Satisfaction with Life Scale), sementara dukungan sosial mengacu pada ISEL (Interpersonal Support Evaluation), dan optimisme mengacu pada ASQ (Attributional Style Question). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar remaja PSAA PU 3 Tebet memiliki tingkat yang rendah pada keseluruhan variabel mencakup kesejahteraan subjektif, dukungan sosial, dan optimisme. Selain itu, uji korelasi bivariat menggunakan Kendall’s tau-b menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan kesejahteraan subjektif, didasari dengan nilai R=0,269 dan sig. 0,035<0,05. Kemudian, terdapat pula hubungan signifikan antara dukungan sosial pengasuh dengan kesejahteraan subjektif, didasari dengan nilai R=0,331 dan sig. 0,009<0,05. Selain itu, ditemukan hubungan signifikan antara dukungan sosial teman sebaya dengan kesejahteraan subjektif, didasari dengan nilai R=0,364 dan sig. 0,004<0,05. Sementara itu, uji korelasi pada variabel optimisme menunjukkan tidak terdapat hubungan antara optimisme dengan kesejahteraan subjektif dengan nilai sig. 0,924>0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa Ha₁, Ha₂, Ha₃ ditolak dan Ho₁, Ho₂, Ho₃ diterima, sementara Ha₄ diterima dan Ho₄ ditolak.

Adolescence is a transitional period from childhood to adulthood that is critical and vulnerable for every individual. This phase presents various challenges, including conflicts and changes in multiple aspects of life, such as transition problems, identity issues and other psychological problems. One group significantly affected by these challenges is adolescents living in orphanages, facing the complexities of being abandoned children. Findings indicate that high levels of subjective well-being can help adolescents overcome these challenges. This study aims to examine the relationship between the perceived social support from family, caregivers, and peers, as well as the level of optimism, and the subjective well-being of adolescents residing at the Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet orphanage. This research employs a descriptive quantitative approach, collecting data through questionnaires and using total sampling to select 63 respondents. The subjective well-being measurement tool is based on the Satisfaction with Life Scale (SWLS), while social support is evaluated using the Interpersonal Support Evaluation List (ISEL), and optimism is measured using the Attributional Style Questionnaire (ASQ). The results indicate that most adolescents at PSAA PU 3 Tebet exhibit low levels across all variables, including subjective well-being, social support, and optimism. Furthermore, bivariate correlation tests using Kendall’s tau-b reveal significant relationships between family social support and subjective well-being (R=0.269, p=0.035<0.05), caregiver social support and subjective well-being (R=0.331, p=0.009<0.05), and peer social support and subjective well-being (R=0.364, p=0.004<0.05). However, the correlation test for the optimism variable shows no significant relationship with subjective well-being (p=0.924>0.05). These findings indicate that hypotheses Ha₁, Ha₂, and Ha₃ are rejected, while hypotheses Ho₁, Ho₂, and Ho₃ are accepted. Conversely, hypothesis Ha₄ is accepted, and hypothesis Ho₄ is rejected."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silmina Azyyati
"Penelitian ini mengenai peran pengasuh dalam menangani anak terlantar di PSAA PU 3 Tebet yang dibahas dari disiplin ilmu Kesejahteraan Sosial. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tingginya jumlah anak terlantar di Jabodetabek, dan bagaimana pemerintah menangani permasalah anak terlantar di Jakarta. Dinas Sosial Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyiapkan 9 Panti asuhan yang dapat memberikan fasilitas pemenuhan kebutuhan anak. Namun karena faktor kurangnya jumlah sumber daya manusia, pengasuh harus memiliki peran-peran tambahan selain pengasuh yaitu administrator yang dampaknya pada optimalisasi pengasuhan anak. Tujuan dari penelitian ini ingin menggambarkan peran pengasuh dalam menangani anak terlantar d PSAA PU 3 Tebet, baik peran sebagai pengasuh maupun peran lain yang dijalankan. Penelitian ini berlangsung sejak bulan Oktober 2021-Juni 2021 dengan metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dan jenis penelitian kualitatif deskriptif, serta metode pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumen. Pemilihan informan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, dengan kriteria pengasuh yang sudah bekerja selama 4 tahun atau lebih, pernah mengalami pergantian anak asuh, serta memiliki peran sebagai administrator. Konsep yang menjadi acuan dalam menganalisis penelitian ini adalah konsep peran pengasuh, konsep anak terlantar dan konsep pola asuh. Hasil dari penelitian ini adalah peran pengasuh dibagi menjadi 2 yaitu peran pengasuhan dan peran administrasi. Peran pengasuhan merujuk pada bagaimana pengasuh memenuhi kebutuhan anak dan mendukung anak agar dapat berkembang serta bagaimana pengasuh mendidik anak agar dapat mandiri dengan menerapkan pola asuh yang tepat. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai sumbangsih ilmu pada mata pelajaran Tingkah Laku Manusia dan Lingkungan Sosial (TLM&LS) serta menjadi pertimbangan bagi panti sosial asuhan anak untuk melakukan pengasuhan.

This research is about the role of caregivers in dealing with neglected children in PSAA PU 3 Tebet which is discussed from the discipline of Social Welfare. This research is motivated by the high number of neglected children in Jabodetabek, and how the government handles the problem of neglected children in Jakarta. The Social Service of the DKI Jakarta Provincial Government has prepared 9 orphanages that can provide facilities to meet the needs of children. However, due to the lack of human resources, caregivers must have additional roles besides caregivers, namely administrators whose impact on optimizing child care. The purpose of this study is to describe the role of caregivers in dealing with neglected children at PSAA PU 3 Tebet, both the role as a caregiver and other roles that are carried out. This research took place from October 2021-June 2021 with the methods used were qualitative research methods and descriptive qualitative research types, and the data collection methods used were in-depth interviews, observation, and document studies. The selection of informants in this study was purposive sampling, with criteria for caregivers who had worked for 4 years or more, had experienced a change in foster children, and had a role as administrator. The concept that becomes the reference in analyzing this research is the concept of the role of caregivers, the concept of abandoned children and the concept of parenting. The result of this research is that the role of the caregiver is divided into 2, namely the role of caregiving and the role of administration. The role of nurturing refers to how caregivers meet the needs of children and support children to develop and how caregivers educate children to be independent by implementing appropriate parenting patterns. The results of this study are expected to be useful as a contribution to knowledge in the subject of Human Behavior and the Social Environment (TLM&LS) as well as a consideration for child care social institutions to provide care."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifqi Aulia Zaki
"ABSTRACT
Pada saat ini, seiring dengan perkembangan zaman yang ada, semakin sering terjadi hubungan antara laki-laki dan perempuan yang terjadi di luar pernikahan, sehingga melahirkan seorang anak yang dikenal juga dengan istilah anak luar kawin. Pengaturan mengenai anak luar kawin ini tersebar ke dalam beberapa peraturan, di antaranya KUH Perdata, Undang-Undang Perkawinan, dan juga Undang-Undang Adminstrasi Kependudukan. Masalah yang timbul adalah apabila terhadap anak luar kawin tersebut, demi kesejahteraannya, ingin diakui dan disahkan sebagai anak sah. Dalam beberapa kasus, orang tua dari anak luar kawin tersebut melakukan pernikahan dengan tujuan untuk melakukan pengakuan agar anak luar kawinnya diakui dan disahkan oleh Pengadilan. Penelitian ini mencoba untuk mengetahui dampak dan akibat hukum yang terjadi setelah adanya pernikahan tersebut. Penelitian ini juga akan membahas mengenai Penetapan No. 37/Pdt.P/2015/PN.BDG sebagai salah satu contoh kasus. Metode penelitian ini bersifat yuridis normatif dengan tipe penelitian deskriptif analitis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pernikahan kedua orang tua biologis akan mengubah status anak luar kawin menjadi sah demi hukum selama sebelum pernikahan atau dalam akta pernikahan dilakukan pengakuan terhadapnya. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa amar penetapan Hakim dalam Penetapan No. 37/Pdt/P/2015/PN.BDG kurang tepat. Sebaiknya dilakukan peninjauan terhadap Undang-Undang Perkawinan, khususnya terhadap pengaturan mengenai pengakuan dan pengesahan anak, dan hendaknya hakim lebih cermat dan teliti dalam memutus perkara pengenai pengakuan dan pengesahan anak.

ABSTRACT
During the recent times, there has been more cases in which a man and a woman are having a pre-marital sex. This results into a child born outside of a marriage, as known as illegitimate child. In Indonesia, the regulation regarding illegitimate child is spread into several regulations, including the Civil Code, Marriage Law, and also the Population Administration Law. The problem is that if the illegitimate child, for the sake of his welfare, wants to be recognized and ratified as a legitimate child. In some cases, the parents decide to have a marriage with the aim of acknowledging the child and authorized by the Court. This study tries to find out the legal effects and consequences that occur after the marriage. This study will also analyze the Court Determination No. 37/Pdt.P/2015/PN.BDG as one case example. This research method is normative juridical with a type of analytical descriptive research. The result of the study indicates that the marriage of the two biological parents will change the status of the illegitimate child to be legally valid if a child acknowledgement is done before the marriage or during the marriage. The result of the study also shows that the Judge is not accurate in granting the verdict of the Court Determination No. 37/Pdt.P/2015/PN.BDG. It`s adviseable for the government to conduct a review of the Marriage Law, particularly on the child acknowledgement rules, and the judge should be more careful and conscientious in deciding on the acknowledgment and confirmation of the child."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Artama Firsa Fatma Putri
"Skripsi ini membahas tentang gambaran keterikatan caregiver pada anak di panti sosial. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka, observasi, dan wawancara mendalam. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa terdapat beberapa kondisi yang menyebabkan terjadinya safe attachment, namun ada juga kondisi yang menyebabkan unsafe attachment. Keterikatan ini terlihat dari aktivitas sehari-hari pengasuh dengan anak. Setiap pengasuh memiliki cara berbeda dalam membangun keterikatan dengan anak-anak. Penelitian ini menyarankan agar panti asuhan dapat mengevaluasi layanan yang diberikan dengan mengkaji regulasi yang dapat memicu keterikatan antara pengasuh dan anak di panti asuhan. Sehingga panti sosial dapat memenuhi hak anak untuk mencapai kebutuhannya sesuai dengan kondisi yang dimiliki anak.

This thesis discusses the description of caregiver attachment to children in social institutions. This research is a qualitative research with descriptive research type. Data collection methods used are literature study, observation, and in-depth interviews. The results of this study illustrate that there are several conditions that cause safe attachment, but there are also conditions that cause unsafe attachment. This attachment can be seen from the daily activities of the caregiver with the child. Each caregiver has a different way of bonding with children. This study suggests that orphanages can evaluate the services provided by examining regulations that can trigger bondage between caregivers and children in the orphanage. So that social institutions can fulfill children's rights to achieve their needs according to the conditions the children have."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"School bullying merupakan masalah serius di Indonesia dan membutuhkan perhatian ahli dari berbagai ilmu untuk mencari solusinya. School bullying melibatkan perilaku agresif yang dianggap normal pada anak muda. Perilaku siswa di sekolah dipengaruhi oleh kondisi sekolah maupun peer group yang ada yang terbentuk mulai dari lingkungan terkecil yaitu keluarga. Salah satu hubungan yang dimiliki anak dengan orangtuanya disebut sebagai pola attachment dengan tiga pola utama yaitu secure, avoidant atau ambivalent attachment. Penelitian ini ingin melihat hubungan pola attachment terhadap orang tua dan perilaku agresi pada pelau school bullying. Penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan populasi penelitian siswa-siswi pelaku school bullying di Jakarta. Responden penelitian berusia antara 15-18 tahun. Penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pelau bullying adalah anak perempuan (n-35, 66%) karena mungkin mereka cenderung berperilaku membully secara verbal. Sedangkan hubungan antara pola avoidant attachment dan pola ambivalent terhadap tendensi perilaku agresi tidak dapat dilakukan karena jumlah responden tidak memadai. Penelitian selanjutnya perlu menambah jumlah responden pada kelompok ini, karena mereka yang mempunyai pola non-secure attachment sangat mungkin lebih agresif dan beresiko menjadi bullies yang bersifat fisik."
JIPM 1:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>