Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 179172 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nirwanto K. Rahim
"Prevalensi HIV/AIDS di dunia semakin meningkat. Lelaki seks lelaki (LSL ) merupakan populasi yang paling mudah terkena HIV/AIDS. Penularan terjadi karena rendahnya penggunaan kondom. Penelitian ini bertujua untuk mengidentifkasi hubungan self-efficacy kondom dan spiritualitas
terhadap perilaku penggunaan kondom. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan teknik consecutive sampling pada 250 ODHA LSL.Hasil penelitian menunjukkan bawah ada hubungan yang signfikan antara self-efficacy kondom dengan perilaku penggunaan kondom p-value <0.05 (OR = 11.298; 95% CI: 4.35-20.1 ) dan spiritualitas terhadap perilaku penggunaan kondom p-value< 0.05 (OR = 3.405; 95% CI : 0.85-3.21). Pada analisis multivariat regresi logistik berganda, self-efficacy kondom merupakan faktor yang paling mempengaruhi perilaku penggunaan kondom. Sehingga untuk meningkatkan konsistensi penggunaan kondom perawat perlu mengedepankan intervensi misalnya kegiatan konseling yang berfokus pada peningkatan keyakinan diri (self-efficacy).

The prevalence of HIV/AIDS in the world is increasing. Men who have sex with men (MSM) is the populations most vulnerable to HIV/AIDS. Transmission occurs because of the low use of condoms. This study aimed to identify the relationship of condom self-efficacy and spirituality to condom use behaviour. This study used a cross-sectional design with consecutive sampling techniques in 250 ODHA MSM. The results show that there was a significant relationship between condom self-efficacy and condom use behavior p value <0.05 (OR = 11.298; 95% CI: 4.35-20.1 ) and spirituality towards condom use behavior p-value< 0.05 (OR = 3.405; 95% CI : 0.85-3.21). In multivariate analysis of multiple logistic regression, condom self-efficacy is the factor that most influences condom use behaviour. So to improve the consistency of condom use nurses need to prioritize interventions such as counselling activities that focus on increasing self-confidence (selfefficacy)."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sidabutar, Nadya Hanna Talitha
"Infeksi HIV akibat hubungan seksual lelaki dengan lelaki telah mengalami peningkatan dan menjadi salah satu penyebab tingginya transmisi HIV di dunia saat ini. Prevalensi HIV pada kelompok LSL di Indonesia merupakan yang tertinggi dibandingkan negara lain di Asia Tenggara. Salah satu penyebab tingginya prevalensi HIV pada LSL di Indonesia adalah penggunaan kondom konsisten yang masih rendah di bawah target nasional 60 penggunaan kondom konsisten pada populasi kunci, terutama dengan perilaku seksual LSL yang berganti-ganti pasangan. Rendahnya penggunaan kondom secara konsisten pada LSL dapat dipengaruhi oleh faktor predisposisi, faktor pemungkin, serta faktor penguat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara berbagai faktor tersebut dengan perilaku penggunaan kondom secara konsisten pada LSL di Tangerang, Yogyakarta, dan Makassar tahun 2013. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan menggunakan data STBP 2013. Sampel dalam penelitian ini adalah 303 LSL di 3 kota tersebut yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi untuk kemudian dianalisis secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian yang diperoleh adalah 38 LSL selalu menggunakan kondom setiap kali berhubungan seks, 87,8 LSL berusia 25 tahun, 81,8 LSL memiliki tingkat pendidikan tinggi ge; SMA , 43,6 LSL memiliki pengetahuan baik tentang HIV/AIDS, 70,6 LSL memiliki gejala IMS, 46,5 LSL memperoleh kondom gratis selama sebulan terakhir, 49,8 LSL memiliki akses yang baik ke sumber informasi mengenai HIV/AIDS, serta 38,3 LSL telah berpartisipasi dengan baik dalam program HIV/AIDS. Berdasarkan analisis bivariat yang dilakukan, hubungan dengan penggunaan kondom konsisten yaitu umur ge; 25 tahun PR=1,154; 95 CI=0,92-1,45 , tingkat pendidikan tinggi PR=1,142; 95 CI=0,93 ndash;1,4 , pengetahuan baik mengenai HIV/AIDS PR=1,301; 95 CI=1,08-1,57 , memiliki gejala IMS PR=1,241; 95 CI=1,04 ndash;1,48, menerima kondom gratis PR=1,734; 95 CI=1,4 ndash;1,9, mengakses sumber informasi mengenai HIV/AIDS secara baik PR=1,401; 95 CI=1,17 ndash;1,68, serta berpartisipasi baik dalam program HIV/AIDS PR=1,323; 95 CI=1,08-1,62 . Oleh karena itu, disarankan untuk meningkatkan kembali program IPP terutama distribusi kondom, menyebarluaskan informasi HIV/AIDS melalui media sosial yang saat ini lebih sering diakses masyarakat, serta memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada anak usia sekolah yang disesuaikan dengan umur. Selain itu, penelitian kualitatif juga perlu dilakukan untuk menggali lebih dalam mengenai alasan keengganan LSL menggunakan kondom secara konsisten.

HIV infection in MSM has been increasing and becoming one of many reasons of high HIV transmission in the world recently. HIV prevalence in MSM in Indonesia is the highest among other countries in South East Asia. One of the cause of high HIV prevalence in MSM in Indonesia is the low percentage of consistent condom use under 60 national target of consistent condom use in key population, compounded by having multiple sexual partners. The low percentage of consistent condom use among MSM can be determined by predisposing factors, enabling factors, and reinforcing factors. This study aims to determine the relations among those factors with consistent condom use among MSM in Tangerang, Yogyakarta, and Makassar in 2013. This study used cross sectional design by using IBBS 2013 data. Samples in this study were 303 MSM in those 3 cities met the inclusion and exclusion criteria and analyzed by univariate and bivariate. From the result, there are 38 MSM using condom in every sexual intercourse, 87.8 MSM ge 25 years old, 81.8 MSM having high level education, 43.6 MSM having good knowledge about HIV AIDS, 70.6 MSM having STIs symptoms, 46.5 MSM getting free condom, 49.8 MSM having better access of HIV AIDS information, and 38.3 MSM with good participation in HIV AIDS program. Based on bivariate analysis, relationships with consistent condom use are MSM ge 25 years old PR 1.154 95 CI 0.92 ndash 1.45 , having high level education PR 1.142 95 CI 0.93 ndash 1.4, having good knowledge about HIV AIDS PR 1.301 95 CI 1.08 ndash 1.57, having STIs symptoms PR 1.241 95 CI 1.04 ndash 1.48, getting free condom PR 1.734 95 CI 1.4-1.9, having better access of HIV AIDS information PR 1.401 95 CI 1.17 ndash 1.68, and having good participation in HIV AIDS program PR 1.323 95 CI 1.08-1.62. Therefore, it is advised to improve IPP program especially for condom distribution, spread the information about HIV AIDS through social media which are more accessed nowadays, and give reproductive health education for students based on their age. Besides, qualitative study is also needed to dig up MSM motivation to not use condom consistently."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firda Azizah Ahmad
"Latar belakang: Pemerintah DKI Jakarta melakukan berbagai upaya untuk mengatasi HIV/AIDS melalui berbagai inisiatif: layanan tes HIV, pengobatan PrEP, dan kondom gratis. LSL di wilayah ini masih menghadapi tantangan dalam mengakses kondom gratis. Perilaku berganti-ganti pasangan melalui aplikasi meningkatkan risiko hubungan seksual tanpa kondom, yang berpotensi menyebabkan penularan HIV/AIDS yang lebih tinggi. Penelitian ini membahas faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pencegahan HIV/AIDS melalui perilaku seks aman menggunakan kondom pada LSL di DKI Jakarta. Metode: Studi cross-sectional melalui kuesioner pada bulan November 2023 melibatkan 208 responden, menganalisis perilaku seks aman menggunakan kondom, pengetahuan tentang HIV, dan persepsi pencegahan HIV/AIDS. Pengetahuan terkait HIV dinilai dengan menggunakan kuesioner HIV-K18 dan teori Health Belief Model. Menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan p-value <0,05 dianggap signifikan. Hasil: Di antara 189 responden yang memenuhi syarat, tingkat seks aman dengan menggunakan kondom termasuk moderat. Persepsi manfaat (p-value 0,006), persepsi hambatan (p-value 0,039), dan efikasi diri (p-value 0,015) memiliki korelasi positif dengan perilaku seks aman menggunakan kondom, sementara persepsi keparahan (p-value 0,035) berkorelasi negatif. Kesimpulan: Sebagian besar LSL di DKI Jakarta masih berisiko tinggi terinfeksi HIV/AIDS karena tidak menerapkan perilaku seks aman. Pemerintah perlu merancang program edukasi yang lebih spesifik dan relevan dengan konteks LSL, serta memastikan distribusi kondom gratis yang mudah diakses untuk mengatasi masalah ini.

Background: Despite the Jakarta government's efforts to address HIV/AIDS through various initiatives: HIV testing services, availability of PrEP treatment, and distribution of free condoms. MSM in the region still face challenges in accessing free condoms. The common practice of changing partners through applications increases the risk of unprotected sexual encounters, potentially leading to higher HIV/AIDS transmission. This study examined the factors that influence the behaviour of MSM in DKI Jakarta to prevent HIV/AIDS by practicing safe sex using condoms. Methods: A cross-sectional questionnaire was conducted in November 2023 with 208 respondents to assess safe sex behaviour using condoms, HIV knowledge, and perceptions of HIV/AIDS prevention. HIV-related knowledge was assessed using the HIV-K18 questionnaire and the Health Belief Model theory. Univariate and bivariate analyses were used and p-value < 0,05 was considered significant. Result: Among the 189 qualified respondents, the rate of safe sex practice with the use of condom was moderate. Perceived benefits (p-value 0.006), perceived barriers (p-value 0.039), and self-efficacy (p-value 0.015) were positively correlated to safe sex practice with the use of condom, while perceived severity (p-value 0.035) was negatively correlated. Conclusion: A significant number of MSM in DKI Jakarta remain at high risk of HIV/AIDS infection due to unsafe sex. The government should design more specific and contextualised education programmes for MSM and ensure that free condoms are easily accessible to address this public health concern."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifa Widya Waty Iqbal
"Pengetahuan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi dalam perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS pada lelaki seks lelaki LSL . Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional yang melibatkan 111 responden yang dipilih menggunakan purposive sampling. Alat ukur yang digunakan adalah kuisioner HIV-KQ-18 dan Safer Sex Behaviour Questionnaire SSBQ . Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS r = 0.202, p-value = 0.034 pada kelompok LSL di Kota Depok. Hasil penelitian ini menyarankan agar tenaga kesehatan khususnya perawat dapat memberikan kontribusi berupa edukasi tindakan pencegahan penularan HIV/AIDS pada LSL dengan berkolaborasi bersama pihak lembaga swadaya masyarakat LSM dan sekolah menegah sebagai pendukung dalam pemberian pendidikan seks.

Knowledge is one of the important factors that influence the preventive behavior of HIV AIDS transmission. This study aimed to analyze the correlation between knowledge level and preventive behavior of HIV AIDS among men who have sex with men MSM . The research design used cross sectional, involved 111 respondents whom selected by purposive sampling. The instrument used the HIV KQ 18 questionnaire and the Safer Sex Behavior Questionnaire SSBQ . The result showed that there was a significant correlation between the level of knowledge with the preventive behavior of HIV AIDS r 0.202, p value 0.034 among MSM in Depok City. This study suggests that other healthcare providers especially nurses can contribute to provide the education about preventive behaviour of HIV AIDS transmission among MSM and collaborate with non goverment organizations and school Senior High School as the main enabling factors to provide sex education."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S67227
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edis Mari Eko
"Pendahuluan: Laki Seks Laki Orang Dengan HIV/AIDS (LSL ODHA) merupakan populasi yang paling rentan tertular melalui hubungan seks anal. Penggunaan kondom secara konsisten dapat memberikan perlindungan paling efektif terhadap infeksi serta dengan penanganan stigma dan komunikasi. Tujuan: Penelitian ini untuk mengetahui efektivitas hubungan antara stigma dan komunikasi terhadap perilaku penggunaan kondom pada pasangan Laki Seks Laki Orang Dengan HIV/AIDS. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan metode purpossive sampling dengan jumlah sampel 144 responden. Instrumen yang digunakan: HIV Berger Stigma Scale, Communication Pattern Questionnaire–Short Form (CPQ-SF) dan kuesioner penggunaan kondom dengan pengambilan data pada bulan April 2023. Rata-rata responden berusia dewasa awal 18-40 tahun. Data dianalisis dengan SPSS 27.0. Hasil: ada hubungan yang bermakna antara stigma dan komunikasi terhadap perilaku penggunaan kondom pada Laki Seks Laki Orang Dengan HIV/AIDS (p=0,001; α =0,05). Hasil uji chi-square antara stigma dan komunikasi terhadap perilaku penggunaan kondom yang tidak konsisten (OR=0.09; 95% CI= 0.042-0,.226; p=0.001 dan OR= 0.08; 95% CI= 0.040-0,19; p=0.001). Diperlukan pengembangan intervensi yang berkontribusi lebih positif terhadap peningkatan penggunaan kondom. Uji RCT tambahan dengan desain yang lebih ketat dan ukuran sampel yang lebih besar diperlukan di masa mendatang. Program dukungan komunikasi yang meminimalkan stigma dapat berguna bagi LSL ODHA sebagai bentuk pendekatan dukungan untuk pendidikan kesehatan tradisional yang selama ini telah dilakukan.

Pendahuluan: Laki Seks Laki Orang Dengan HIV/AIDS (LSL ODHA) merupakan populasi yang paling rentan tertular melalui hubungan seks anal. Penggunaan kondom secara konsisten dapat memberikan perlindungan paling efektif terhadap infeksi serta dengan penanganan stigma dan komunikasi. Tujuan: Penelitian ini untuk mengetahui efektivitas hubungan antara stigma dan komunikasi terhadap perilaku penggunaan kondom pada pasangan Laki Seks Laki Orang Dengan HIV/AIDS. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan metode purpossive sampling dengan jumlah sampel 144 responden. Instrumen yang digunakan: HIV Berger Stigma Scale, Communication Pattern Questionnaire–Short Form (CPQ-SF) dan kuesioner penggunaan kondom dengan pengambilan data pada bulan April 2023. Rata-rata responden berusia dewasa awal 18-40 tahun. Data dianalisis dengan SPSS 27.0. Hasil: ada hubungan yang bermakna antara stigma dan komunikasi terhadap perilaku penggunaan kondom pada Laki Seks Laki Orang Dengan HIV/AIDS (p=0,001; α =0,05). Hasil uji chi-square antara stigma dan komunikasi terhadap perilaku penggunaan kondom yang tidak konsisten (OR=0.09; 95% CI= 0.042-0,.226; p=0.001 dan OR= 0.08; 95% CI= 0.040-0,19; p=0.001). Diperlukan pengembangan intervensi yang berkontribusi lebih positif terhadap peningkatan penggunaan kondom. Uji RCT tambahan dengan desain yang lebih ketat dan ukuran sampel yang lebih besar diperlukan di masa mendatang. Program dukungan komunikasi yang meminimalkan stigma dapat berguna bagi LSL ODHA sebagai bentuk pendekatan dukungan untuk pendidikan kesehatan tradisional yang selama ini telah dilakukan."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mevi Lilipory
"ABSTRAK
Prevalensi HIV pada kelompok Lelaki Seks Lelaki (LSL) di Indonesia semakin
meningkat. Tingginya prevalensi tersebut berkaitan dengan rendahnya penggunaan
kondom dan perilaku seksual berisiko HIV yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui adanya hubungan antara efikasi penggunaan kondom dengan perilaku
seksual berisiko HIV pada LSL. Desain penelitian ini adalah deskripsi korelasional
dengan pendekatan kuantitatif yang melibatkan 181 responden yang dipilih secara non
probability sampling. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan
antara efikasi penggunaan kondom dengan perilaku seksual berisiko HIV (p-value =
0,000). Analisis bivariate untuk faktor konfonding menunjukkan terdapat hubungan
yang signifikan antara umur, pekerjaan, dan tipe pasangan dengan perilaku seksual
berisiko (p-value 0.000; 0,000; 0,020). Pekerjaan dan efikasi penggunaan kondom
merupakan faktor yang dominan mempengaruhi perilaku seksual berisiko HIV
(OR=1,302, OR=12,790). Rekomendasi dari penelitian ini adalah pentingnya peran
perawat dalam meningkatkan edukasi terkait efikasi penggunaan kondom pada
penderita HIV.

ABSTRACT
HIV prevalence in the Men who have sex with Men (MSM) group in Indonesia is
increasing each year. The high prevalence is associated with the low use of condom and
the high sexual HIV risk behaviors. This research aimed to know the relationship
between condom use efficacy and the sexual HIV risk behaviors on the Men who have
sex with the Men (LSL). The research design was correlation description with the
quantitative approach involving 181 respondents that were selected through
nonprobability sampling. The research result showed the significant relationship
between condom use efficacy and the sexual HIV risk behaviors (p-value = 0.000).
Bivariate analysis for the confounding factor showed significant relationship between
age, occupation, and type of partner with sexual risk behaviors (p-value 0.000; 0.000;
0.020). Occupation and condom use efficacy were the most dominant factors that affect
the sexual HIV risk behaviors (OR=1.302, OR=12.790). The research results suggest
the importance of nurses in improving the education related to the condom use efficacy
in people with HIV."
2018
T49264
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rivi Maharani Amri
"Prevalensi kejadian HIV pada kelompok lelaki seks lelaki LSL secara global termasuk di Indonesia terjadi peningkatan. Faktor yang menyebabkan kenaikan prevalensi HIV pada LSL antara lain adalah perilaku seks berisiko yang dilakukan. Namun di sisi lain juga terdapat beberapa perilaku pencegahan yang juga telah dilakukan oleh LSL tersebut maupun oleh petugas kesehatan untuk mencegah terjadinya penularan HIV. Skripsi ini bertujuan untuk mengatahui hubungan antara perilaku berisiko dan perilaku pencegahan HIV/AIDS dengan status HIV pada lelaki seks lelaki LSL di 6 kota di Indonesia tahun 2015. Penelitian ini menggunakan rancangan potong lintang Cross Sectional dari data Survei Terpadu Biologis dan Perilaku STBP tahun 2015 pada kelompok LSL di 6 kota di Indonesia. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat untuk melihat distribusi serta analisis bivariat menggunakan uji Chi Square untuk melihat kemaknaan hubungan antara variabel independen dan dependen. Variabel independen meliputi perilaku berisiko usia seks pertama, jenis pasangan seks pertama, jenis dan status pasangan seks, usia seks komersial pertama, durasi seks komersial, serta mobilisasi hubungan seks dan perilaku pencegahan konsistensi penggunaan kondom, kehadiran program intervensi HIV, penerimaan kondom gratis, serta keikutsertaan tes HIV. Sedangkan variabel dependen adalah status HIV. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi LSL yang memiliki status HIV positif sebesar 34,7. LSL dengan status HIV positif yang melakukan perilaku berisiko HIV tertinggi pada LSL dengan usia seks pertama lebih atau sama dengan 20 tahun, jenis pasangan seks pertama laki-laki, jenis dan status pasangan seks adalah pasangan seks tetap laki-laki, usia seks komersial pertama lebih atau sama dengan 20 tahun, durasi seks komersial lebih dari 2 tahun, serta pernah melakukan mobilisasi hubungan seks. Sedangkan yang melakukan perilaku pencegahan HIV tertinggi pada LSL yang konsisten menggunakan kondom, hadir dalam program intervensi HIV, pernah menerima kondom gratis, serta pernah mengikuti tes HIV. Perilaku berisiko yang berhubungan dengan status HIV pada LSL adalah jenis pasangan seks pertama PR= 1,23; 95 CI 1,02 ndash; 1,47, jenis dan status pasangan seks PR= 1,42; 95 CI 1,12-2,49 dan PR= 1,35; 95 CI 1,01-1,07, usia seks komersial pertama PR= 0,69; 95 CI 0,51-0,96, serta durasi seks komersial PR= 1,49; 95 CI 1,11-2,03. Sedangkan perilaku pencegahan yaitu penerimaan kondom gratis PR= 0,84; 95 CI 0,71-0,99 dan keikutsertaan tes HIV PR= 0,69; 95 CI 0,57-0,86.

The prevalence of HIV among population of Men Who Have Sex with Man MSM has increased globally including in Indonesia. Factor leading to an increase in HIV prevalence among MSM is, among other things, risky sex behaviors. In addition, there are also some preventive behaviors that have been done by the MSM group and the health workforce to prevent HIV transmission. This study aims to determine the Association between Risk Behavior and Preventive Behaviors of HIV AIDS and the Status of HIV among Men Who Have Sex with Man MSM in Six Cities of Indonesia in 2015. This study used cross sectional design from Integrated Biological and Behavioural Surveillance IBBS 2015 on MSM groups in 6 cities in Indonesia. Data analysis were done by univariate analysis to see the distribution and bivariate analysis using Chi Square test to see the significance of the relationship between independent and dependent variables. Independent variables includes risk behaviors age of first sexual intercourse, gender of first sexual partner, gender and status of sexual partner, age of first commercial sex, commercial sex duration mobilization of sexual activity and preventive behaviors consistency of condom use, participation in HIV intervention program, received a free condom, participation in HIV testing. While the dependent variable is the HIV status. The result of this study showed that 34.7 of MSM have a positive HIV status. MSM with HIV positive status who perform the highest HIV risky behaviors are the MSM group with the age of first sexual intercourse are more than or equal to 20 years, the gender of first sexual partner is men, status of the sex partners are male fixed sex partners, first commercial sex age are more than or equal to 20 years, commercial sex duration are more than 2 years, and have ever conducted in sexual mobilization. While those who did the highest HIV preventive behavior in MSM are the ones who consistently used condoms, participated in HIV intervention program, had received free condoms, and had done HIV test. In conclusion, significance risk behaviors associated with HIV status in MSM are the gender of first sexual partner PR 1,23 95 CI 1,02-1,47 , gender and status of sexual partner PR 1,42 95 CI 1,12-2,49 dan PR 1,35 95 CI 1,01-1,07, age of first commercial sex PR 0,69 95 CI 0,51-0,96, and commercial sex duration PR 1,49 95 CI 1,11-2,03. While the preventive behaviors that are statistically significant is free condom acceptance PR 0,84 95 CI 0,71-0,99 and HIV test participation PR 0,69 95 CI 0,57-0,86."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shena Masyita Deviernur
"Perilaku seksual berisiko HIV/AIDS pada LSL dapat dipengaruhi oleh pengetahuan pencegahan dan miskonspsi terkait HIV/AIDS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan HIV/AIDS dengan perilaku seksual berisiko HIV/AIDS pada LSL di 3 kota Yogyakarta, Tangerang, Makassar di Indonesia tahun 2013. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan menggunakan data STBP 2013. Sampel dalam penelitian ini adalah 343 LSL di 3 kota di Indonesia yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dan dianalilsis secara univariat, bivariat, dan stratifikasi. Hasil penelitian yang didapatkan adalah 16 LSL memiliki tingkat perilaku seksusal berisiko tinggi, 30.9 LSL memiliki pengetahuan pencegahan dan miskonsepsi kurang, 52.5 LSL berusia >24 tahun, 48 LSL kurang berpartisipasi dalam program pelayanan kesehatan HIV/AIDS, 51 LSL mendapat sumber informasi kurang. Berdasarkan analisis bivariat yang dilakukan hubungan dengan perilaku seksual berisiko HIV AIDS yaitu kurang memiliki pengetahuan HIV/AIDS PR=2.0;95 CI 1.2-3.2 , usia le; 24 tahun PR=1.7 ; 95 CI 1.0-2.7 , kurang berpartisipasi pada program kesehatan PR=2.0 ; 95 CI 1.2-3.4 , kurang mendapatkan sumber media informasi PR=0.6 ; 95 CI 0.4-1.0 . Hasil stratifikasi antar strata pada variabel kovariat yaitu PR lebih tinggi pada LSL berusia >24 tahun PR=2.14 ; 95 CI 0.98-4.66 , LSL yang kurang mengikuti program pelayanan kesehatan PR=2.10; 95 CI 1.17-3.77 , dan LSL yang baik mendapat media sumber informasi PR=2.05 ; 95 CI 1.11-3.77 . Oleh karena itu disarankan untuk meningkatkan kembali program IPP, memberikan edukasi sesuai dengan usia, dan memberikan sumber informasi yang lebih efektif dan massive.Kata kunci: Lelaki Seks Lelaki LSL ; pengetahuan HIV/AIDS; perilaku seksual berisiko.

Sexual risk behavior HIV AIDS among MSM can be influenced by prevention and misconception knowledge of HIV AIDS. This study aims to determine the relations about knowledge of HIV AIDS and sexual risk behavior HIV AIDS among MSM in 3 cities Yogyakarta, Tangerang, Makassar in Indonesia on 2013. This study used cross sectional design by using data IBBS 2013. Samples in this study were 343 MSM in 3 cities in Indonesia meet the criteria inclusion and exclusion and analyzed by univariate, bivariate, and stratification. Form the result, the percentage were 16 MSM have high risk of sexual risk behavior, 30.9 MSM have prevention and misconception knowledge less, 52.5 MSM 24 years, 48 MSM less participate in the health services HIV AIDS, 51 MSM less of source information. Based on analysis bivariate relationships with sexual risk behavior HIV AIDS less having knowledge HIV AIDS PR 2.0 95 CI 1.2 3.2 , age le 24 years PR 1.7 95 CI 1.0 2.7 , less participate in the health program PR 2.0 95 CI 1.2 3.4 , less get media source information PR 0.6 95 CI 0.4 1.0 . Stratification results of the strata on the variables of covariate variable have higher PR on MSM aged 24 years PR 2.14 95 CI 0.98 4.66 , MSM less follow the program health service PR 2.10 95 CI 1.17 3.77 , and MSM got a better media source information PR 2.05 95 CI 1.11 3.77 . It is therefore advisable to improve program IPP back, give education in according by age, and provide a source of information that is more effective and massive.Keywords Men Sex with Men MSM , sexual behavior risk HIV AIDS, knowledge of HIV AIDS."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S66466
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fallon Victoryna
"Kualitas hidup merupakan indikator penting bagi kesehatan dan banyak aspek kehidupan ODHA LSL. Kualitas hidup dapat terganggu karena berbagai kondisi stres yang dialami ODHA LSL. Stres pada ODHA LSL terjadi karena masalah yang terkait dengan penyakit dan status orientasi seksual. Kondisi stres yang terus menerus terjadi, dapat berdampak pada penurunan kualitas hidup.
Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan antara tingkat stres dengan kualitas hidup ODHA LSL di Kota Medan. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan metode purposive sampling, jumlah sampel penelitian 176 responden. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner Perceived Stress Scale dan WHOQOL-HIV BREF. Rata-rata responden berusia dewasa awal 18-40 tahun, berpendidikan menengah SMP-SMA, sebagian besar bekerja, terbanyak sebagai karyawan swasta, dan rata-rata terdiagnosis HIV selama 12 bulan.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara tingkat stres dengan kualitas hidup ODHA LSL p=0,021. Penelitian ini merekomendasikan pentingnya memperhatikan aspek psikososial ODHA LSL, mengembangkan intervensi yang berkontribusi lebih positif dalam menurunkan stres serta mengidentifikasi faktor-faktor lain yang mempengaruhi kualitas hidup ODHA LSL.

Quality of life is an important indicator for health and many aspects of MSM living. Quality of life can be disrupted due to various stress conditions experienced by PLWHA MSM. Stress on MSM is due to problems related to disease and sexual orientation status. Stressful conditions that occur continuously can have an impact on the decline in quality of life.
The purpose of this study was to see the relationship between stress level and quality of life of PLWHA in Medan City. This research uses cros sectional design with purposive sampling method, the number of research sample is 176 respondents. The instruments used are the Perceived Stress Scale questionnaire and WHOQOL HIV BREF. The average early adult respondents 18 40 years old, middle schooled SMP SMA, mostly worked, most were private employees, and were on average diagnosed with HIV for 12 months.
The result of this research that there is a correlation between stress level and quality of life of PLWHA p 0,021. This study recommends the importance of taking into account the psychosocial aspects of PLWHA MSM, developing interventions that are more positive in reducing stress and identifying other factors that affect the quality of life of PLWHA.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Wayan Putri Larassita Parwangsa
"Pendahuluan : Sebagian besar LSL merupakan orang-orang yang menjalankan prinsip hidup bebas dimana 88% gaya seksual pada LSL tidak aman yaitu memiliki pasangan seks multipel. Kecenderungan perilaku seksual berisiko dengan banyak pasangan yang dilakukan oleh kelompok LSL ini dapat dikaitkan dengan perilaku penggunaan kondom secara konsisten dalam rangka pencegahan penularan HIV dan IMS pada kelompok LSL. Penelitian ini bertujuan ntuk mengetahui hubungan Pasangan Seks Multipel dengan Perilaku Penggunaan Kondom pada kelompok LSL di 5 Kota Besar di Indonesia tahun 2015.
Metodologi : Penelitian ini menggunakan cross sectional design. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di 5 Kota Besar di Indonesia yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Denpasar dengan menggunakan data sekunder. Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari data Survey Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) pada tahun 2015.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi LSL yang tidak konsisten menggunakan kondom di 5 Kota Besar di Indonesia tahun 2015 yaitu sebesar 67,55%, proporsi LSL yang memiliki pasangan seks multipel yaitu sebesar 83,80%, dan pasangan seks multipel memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku penggunaan kondom dengan nilai PR sebesar 1,571 (95% CI 1,171 – 2,108) setelah dikontrol variabel riwayat IMS.
Kesimpulan : Kesimpulan dari penelitian ini yaitu LSL yang memiliki pasangan seks multipel berisiko 1,571 kali lebih besar untuk berperilaku tidak konsisten dalam menggunakan kondom dibandingkan dengan LSL yang tidak memiliki pasangan seks multipel setelah dikontrol variabel riwayat IMS.

Background : Most MSM are people who live the principle of free life where 88% of sexual styles in MSM are unsafe, namely having multiple sex partners. The tendency of risky sexual partners with multiple partners conducted by MSM groups can be associated with consistent behavior of condom use in the context of preventing HIV and STI transmission in MSM groups. This study aims to find out the relationship of Multiple Sex Couples with Condom Use Behavior in MSM groups in 5 Big Cities in Indonesia in 2015.
Methods : This study used a cross sectional design. The location of this study was carried out in 5 major cities in Indonesia, namely Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, and Denpasar using secondary data. Secondary data in this study were obtained from data from the Biological and Behavior Integrated Survey (STBP) in 2015.
Results : The results showed that the proportion of MSM who were inconsistent in using condoms in 5 big cities in Indonesia in 2015 was 67.55%, the proportion of MSM who had multiple sex partners were 83.80%, and multiple sex partners had a significant relationship with condom use behavior with a PR value of 1.571 (95% CI 1.171 - 2.108) after being controlled by STI History.
Conclusion : The conclusion of this study is that MSM who have multiple sex partners have a risk of 1.571 times greater behavior that is not consistent in using condoms compared with MSM who do not have multiple sex partners after being controlled by STI History.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52760
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>