Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 196210 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Deviena Nabila
"Berdasarkan hasil RISKESDAS 2018, prevalensi obesitas masyarakat Indonesia diatas 18 tahun meningkat dari 14,8% pada 2013 menjadi 21,8% pada 2018. Salah satu model intervensi obesitas adalah dengan konsep kesiapan perubahan perilaku Transtheoretical Model. Dalam konsep ini, proses perubahan perilaku yang penting antara lain adalah emotional reevaluation (kesiapan emosi untuk berubah), weight consequence evaluation (tahu akibar kegemukan). Dengan mengetahui seberapa skor masing-masing proses khususnya pada remaja obesitas, diharapkan dapat membantu perencana program untuk merancang intervensi obesitas yang sesuai tahap kesiapan perubahan perilaku. Penelitian ini dilakukan dengan metode potong lintang dengan menggunakan data sekunder untuk menilai skor emotional reevaluation (EMR) dan weight consequence evaluation (WCE) dengan menggunakan kuesioner berbahasa Indonesia yang sudah divalidasi. Data dianalisis menggunakan SPSS 20 menggunakan uji regresi liner. Tidak ditemukan perbedaan yang bermakna pada skor EMR dan WCE diantara murid SMA dan mahasiswa baru (p>0,05). Skor EMR murid SMA adalah 81(30-100) dan mahasiswa baru 78(25- 100). Skor WCE lebih tinggi pada mahasiswa baru, 78(20-96), sedangkan murid SMA adalah 63(30-100). BMI merupakan satu satunya variabel yang memiliki hubungan yang bermakna secara statistik dengan skor EMR dan WCE. Respon emosional dan pemahaman konsekuensi remaja akhir terhadap obesitas mereka merupakan hal yang kompleks dikarenakan usia transisi dari kanak-kanak menjadi dewasa merupakan masa dimana seseorang mulai berfikir dapat mengambil keputusan secara independen namun rentan terhadap pengaruh dari interaksi sosial terutama dari orang tua dan teman sebaya. Skor WCE masih rendah terutama di kalangan murid SMA sehingga diperlukan intervensi berupa edukasi untuk meningkatkan kesadaran terhadap obesitas mereka dan konsekuensi yang dapat muncul dari obesitas, dan diperlukan penilaian proses perubahan perilaku agar dapat menentukan intervensi yang sesuai.

RISKESDAS 2018 show the prevalence of obesity in Indonesian population >18 years old increased from 14,8% in 2013 to 21,8% in 2018. Transtheoretical model (TTM) represents behavioral change readiness of a person which can be used for an intervention. There are two main processes of change based on TTM which are emotional reevaluation (emotional readiness to change) and weight consequence evaluation (aware of their obesity and the consequences). We hope by knowing someone score of each process, especially in obese adolescence could help designing a weight management program that matches their current state of readiness to change. This is a cross- sectional study using secondary data of emotional reevaluation (EMR) and weight consequence evaluation (WCE) score using validated Indonesian version questionnaire. The data was tested with linear regression using SPSS Version 20. No significant difference for EMR and WCE score found between high school and college freshmen student (p>0,05). EMR score for high school student is 81(30-100) and college freshmen is 78(25-100). WCE score is higher in college freshmen, 78(20-96), meanwhile high school student scored 63(30-100). BMI is the only variable that has significant relationship with both EMR and WCE score. Emotional response and understanding of the consequences of their obesity is complex due to the transition from childhood to adulthood where they began to think to make their own decision but still vulnerable toward influences from social interaction, especially from parents and peers. Low WCE score, especially among high school students indicate the need of intervention through education to raise awareness of their obesity and the consequences from obesity, and the need of assessing their current process of change to make sure the right intervention was done."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Erlangga Putra Harimurti
"Obesitas, yang saat ini prevalensi dunianya semakin meningkat, termasuk di kalangan remaja, dapat menyebabkan banyak komplikasi di masa yang akan datang. Model transteoritik Prochaska merupakan salah satu model yang digunakan untuk menilai tahap dan proses perubahan perilaku, termasuk untuk masalah obesitas yang berhubungan dengan dua proses perilaku pada model tersebut yaitu proses supporting relationships (SR) dan weight management actions (WMA). Penelitian cross-sectional komparatif ini mempelajari faktor - faktor yang berhubungan dengan proses - proses perubahan yang telah disebutkan dengan menggunakan data sekunder yang dikumpulkan dengan kuesioner yang sudah ditranslasi dan divalidasi ke dalam Bahasa Indonesia. Terdapat 116 sampel yang terdiri dari 59 murid SMA dan 57 mahasiswa tahun pertama dengan rentang umur 15 sampai 21 tahun telah mengikuti penelitian ini, 71,6% dari total masuk ke grup obesitas tipe I dan 28,4% termasuk ke tipe II. Kebanyakan dari mereka ada di tahap aksi (31,9%), diikuti oleh kontemplasi (31%).
Hasil analisis multivariat tidak menunjukkan hubungan statistik yang signifikan antara tingkatan pendidikan dan kedua proses, tetapi, ada hubungan yang signifikan antara status gizi berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) dengan skor SR (p = 0,02) dan skor WMA (p = 0,012). Dibandingkan dengan studi yang dibuat oleh Ana Andres dkk., hasil kami menunjukkan rerata skor lebih tinggi untuk kedua proses perubahan di semua tahapan perubahan dengan perbedaan demografis sampel. Bagaimanapun juga, dibutuhkan kajian lebih lanjut mengenai model transteoritikal yang memiliki potensi untuk dapat menjadi dasar pembuatan program intervensi serta edukasi berdasarkan tahap serta proses perubahan perilaku untuk remaja dengan obesitas.

Obesity, with an ever-increasing worldwide prevalence including in adolescents, might lead to further complications in the future. Prochaska’s transtheoretical model could be put in use for evaluating stages and processes of behavioural change for obesity that is related to two processes, which are supporting relationships (SR) and weight management actions (WMA). This comparative cross-sectional research studies the relationship between several factors and the two processes of change which used secondary data collected by an Indonesian-translated questionnaire in which was validated beforehand. There were 116 samples comprised of 59 high school students and 57 university freshmen aged 15 to 21 years old with 71,6% of them having type I obesity and the other 28,4% were type II obese. Most of the students were in action stage (31,9%) followed by contemplation (31%).
The multivariate analysis did not show a significant relationship between educational level and both scores, instead, a significant relationship was established between nutritional status represented by body mass index (BMI) and both supporting relationships (p = 0,02) and weight management actions scores (p = 0,012. Compared to the initial study by Ana Andres et al., our results show higher mean scores of both processes in all stages of change, along with the demographic differences. Regardless, further investigation is needed since the transtheoretical model holds many potentials to be a base for the creation of interventional and educational program according to stages and processes of change for adolescents with obesity.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kadek Ayu Erika
"Overweight dan obesitas pada anak merupakan suatu masalah yang kom-
pleks disebabkan multifaktor, yaitu interaksi genetik dan lingkungan. Gaya
hidup perkotaan dipicu oleh asupan makanan yang berlebih pada anak
overweight dan obesitas. Strategi untuk menurunkan asupan makan
berlebih pada anak adalah dengan pendekatan child healthcare model dan
transtheoretical model sehingga dapat mengendalikan gaya hidup anak.
Penelitian ini bertujuan membuktikan pengaruh pendekatan child health-
care dan transtheoretical model terhadap asupan karbohidrat anak over-
weight dan obesitas. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kecamatan
Biringkanaya dan Tamalanrea, Makassar, pada bulan Agustus 2013 sam-
pai Maret 2014. Desain yang digunakan adalah quasy experiment yaitu pre
test and posttest with control group design. Sampel dipilih secara purposive
sebanyak 31 anak overweight atau obesitas pada kelompok perlakuan dan
33 kontrol pada anak sekolah dasar kelas 4 - 6. Intervensi penelitian 6 bu-
lan dengan pemberian buku panduan gaya hidup sehat. Instrumen meng-
gunakan kuesioner food recall. Hasil uji-t berpasangan menghasilkan asu-
pan karbohidrat pada pre-post intervensi kelompok perlakuan dengan nilai
p 0,004 (< 0,05) sedangkan kelompok kontrol dengan nilai p 0,114.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada pengaruh pendekatan child health-
care model dan transtheoretical model terhadap asupan karbohidrat anak
overweight dan obesitas.
Overweight and obesity in children is a complex problem that is caused by
a multifactorial genetic and environmental interactions. Urban lifestyle
fueled by excessive food intake in overweight and obese children.
Strategies to reduce excessive food intake in children is the child healthcare
approach and the transtheoretical model so that the model can control the
child?s lifestyle. This study aimed to prove the effect of child healthcare
Pengaruh Pendekatan Child Healthcare Model dan
Transtheoretical Model terhadap Asupan Makan Anak
Overweight dan Obesitas
The Effect of Child Healthcare Model and Transtheoretical Model
Approaches to Food Intake of Overweight and Obese Children
Kadek Ayu Erika* Elly Nurachmah**
approach and the transtheoretical model of the food intake of overweight
and obese children. This research was conducted in the district area
Tamalanrea and Biringkanaya, Makassar fromAugust 2013 to March 2014.
The design used is quasy experiment pretest and posttest with control
group design. Purposively selected sample of 31 children as overweight or
obese in the treatment group and 33 controls on primary school children
grade 4 - 6. Intervention research was conducted during a six month peri-
od by providing guide books on healthy lifestyle. The instrument used food
recall questionnaire. Paired t-test results produced carbohydrate intake in
the pre-post intervention treatment groups with p value 0.004 (<0.05),
whereas the control group with p value of 0.114. This study concludes that
there is influence of CHM and TTM approaches to the intake of carbohy-
drates of overweight and obese children."
Universitas Hasanuddin, Fakultas Kedokteran, *Departemen Anak Program Studi Ilmu Keperawatan, 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmahwati
"Orang tua yang bekerja dapat memiliki waktu terbatas untuk memberikan perhatian pada anak remajanya dan berakibat menerapkan pola asuh yang keliru. Sehingga, remaja akhir yang masih memerlukan bimbingan dari orang tua dapat berisiko mengalami kebingungan dalam proses eksplorasi diri yang dapat menyebabkan masalah mental emosional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua bekerja dengan masalah gangguan mental emosional pada remaja akhir. Desain penelitian menggunakan desain cross sectional dengan sampel berjumlah 174 orang yang merupakan remaja usia 18-19 tahun. Instrumen penelitian menggunakan Parenting Style and Dimensions Questionnaire dan Self-Reporting Questionnaire-20. Hasil penelitian dengan uji Kolmogorov Smirnov menyatakan adanya hubungan antara pola asuh orang tua bekerja dengan masalah gangguan mental emosional pada remaja akhir dengan nilai p 0,007 (p<0,05). Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi bagi orang tua untuk dapat menerapkan pola asuh yang sesuai dan seimbang serta menjadi informasi penunjang bagi perawat dalam perawatan pada remaja akhir.

Working parents may have limited time to pay attention to their adolescents which results in wrong parenting. Thus, late adolescents who still need guidance from their parents can be at risk of experiencing confusion in the self-exploration process which can cause mental emotional problems. This study aimed to determine the relationship between parenting working parents with mental emotional distress in late adolescents. The research design used a cross-sectional design with a sample of 174 people who were adolescents aged 18-19 years. Parenting Style and Dimensions Questionnaire was used in identifying parenting style and Self-Reporting Questionnaire-20 to explore mental emotional problem. The results showed that there was a significant relationship between the parenting pattern of working parents with mental emotional disorders in late adolescence (p<0.05). The results of this study can be used as information for parents to apply appropriate and balanced parenting styles as well as supporting information for nurses in the care of late adolescents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samuel Oetoro
"Latar belakang. Obesitas merupakan masalah kesehatan masyarakat dunia dengan prevalensi yang semakin meningkat. Obesitas meningkatan risiko sindrom metabolik dan penyakit kardiovaskular, yang diyakini akibat inflamasi dan stres oksidatif. Penurunan berat badan (BB) dengan cara diet dan olahraga merupakan strategi dasar dalam manajemen obesitas. Penyandang obesitas seringkali mengalami peningkatan dan penurunan BB yang dikenal sebagai weight cycling (WC). Penelitian menunjukkan risiko sindrom metabolik dan penyakit kardiovaskular meningkat pada WC dibandingkan dengan penyandang obesitas pemula [first encounter obesity (FEO)]. Penelitian ini bertujuan untuk menilai pengaruh program penurunan BB terhadap komposisi tubuh, petanda sindrom metabolik, petanda inflamasi dan stres oksidatif pada penyandang obesitas WC dibandingkan dengan FEO.
Metode. Penelitian ini merupakan uji klinis terbuka selama delapan minggu yang dilakukan di Balai Kota DKI Jakarta. Subyek penelitian diambil secara konsekutif dan diklasifikasikan menjadi kelompok WC dan FEO. Kedua kelompok diberikan program penurunan BB yang terdiri dari pengurangan asupan energi sebesar 1000 kkal/hari dan olah raga intensitas ringan - sedang tiga kali seminggu selama 45 menit. Pengukuran antropometri dan komposisi tubuh (BB, indeks massa tubuh/IMT, massa lemak/ML, massa bebas lemak/MBL, massa otot/MO, rating lemak viseral, intracellular water /ICW yang merupakan indikator anabolisme protein ), petanda sindrom metabolik (kadar trigliserida/TG dan LP), petanda inflamasi (high sensitivity C-reactive protein/hs-CRP, interleukin/IL-6), dan stres oksidatif (F2-isoprostan) dilakukan pada awal penelitian, minggu ke-4 dan pada akhir penelitian (minggu ke-8).
Hasil. Dari total 73 subyek (34 subyek kelompok WC dan 39 subyek kelompok FEO) didapatkan karakteristik yang setara dalam hal usia, riwayat obesitas pada keluarga, asupan makanan, proporsi komposisi makronutrien, dan aktivitas fisik, namun tidak terdapat kesetaraan dalam hal distribusi subyek laki-laki dan perempuan, riwayat lamanya obes. Kelompok WC memiliki ML yang lebih tinggi , MBL, MO dan ICW yang lebih rendah, serta petanda inflamasi yang lebih buruk dibanding kelompok FEO, sebaliknya kelompok FEO memiliki kadar TG, F2-isoprostan lebih tinggi daripada WC. Setelah intervensi diet dan olah raga selama 8 minggu, penurunan BB, IMT, ML, MBL, MO, rating lemak viseral dan kadar ICW pada kelompok WC cenderung lebih rendah daripada kelompok FEO (p >0,05). Penurunan LP pada kelompok WC cenderung lebih rendah daripada kelompok FEO (p = 0,23). Kadar TG pada kelompok WC meningkat, sedangkan pada kelompok FEO terjadi penurunan kadar TG, namun perbedaannya tidak bermakna (p = 0,055). Penurunan kadar hs-CRP dan IL-6 pada kelompok WC cenderung lebih besar daripada FEO (p >0,05). Penurunan kadar F2-isoprostan lebih tinggi pada kelompok FEO daripada kelompok WC (p = 0,017).
Kesimpulan: Penyandang obesitas WC memiliki ML yang lebih tinggi dari FEO, disamping itu memiliki anabolisme protein yang lebih rendah, oleh karena itu program diet dan olahraga pada WC harus mempertimbangkan modalitas yang mampu meningkatkan anabolisme protein.Penyandang WC memiliki petanda inflamasi yang lebih buruk dibanding FEO, sedangkan setelah menjalani program diet dan olahraga selama 8 minggu pada penelitian ini tidak didapatkan perbedaan perubahan BB, komposisi tubuh, petanda sindrom metabolik, dan petanda inflamasi, kecuali perubahan petanda stres oksidatif yang lebih baik pada penyandang FEO.

Background. The worldwide prevalance obesity is increasing rapidly and has become serious health burden globally. Obesity increases risks of metabolic syndrome and cardiovascular diseases which may partly caused by inflammation and oxidative stress. Effective weight loss programs include diet and exercise,and these interventions are considered as first line strategy of obesity management. Obese individuals often experience repeated cycles of weight loss followed by weight regain, which is recognized as weight cycling (WC). Several studies demonstrated that weight cycler has higher risk of metabolic syndrome and cardiovascular diseases than individuals with first encounter obesity (FEO). This study aimed to assess the effect of weight loss programs using diet and exercise on body composition, selected markers of metabolic syndrome, inflammation, and oxidative stress in obese subjects with WC and FEO.
Methods.This study was an 8-week open clinical trial held at Balai Kota DKI Jakarta. Subjects were recruited consecutively and classified into WC and FEO groups. All subjects were assigned to receive weight loss programs with the following goals: 1,000 Kcal reduction of total energy intake/day and 45-minute mild-to-moderate intensity exercise, three times a week. Antropometric and body composition (body weight/BW, body mass index/BMI, fat mass, fat free mass, muscle mass, visceral fat rating, intracellular water/ICW as indicator of protein anabolism), markers of metabolic syndrome (triglyceride/TG levels and waist circumference), inflammation (high sensitivity C-reactive protein/hs-CRP, interleukin/IL-6), and oxidative stress(F2-isoprostane)were measured at baseline, week 4, and the end of study (week 8).
Results. A total of 73 subjects consisting of 34 subjects with WC (WC group) and 39 subjects with FEO (FEO group). Both groups had similar characteristics in age, family history of obesity, dietary intakes, macronutrient composition, and physical activities; meanwhile, gender and duration of obesity were significantly different between groups. WC group had more body fat, less fat free mass, muscle mass and ICW, higher markers of inflammation than FEO group. On the other hand, TG and F2-isoprostane levels in FEO group were higher than WC group. Following 8-week intervention with diet and exercise, the reduction in BW, BMI, fat free mass, muscle mass, visceral fat rating, and ICW in WC group was comparable with FEO group (p>0.05). The reduction of waist circumference in WC group tended to be lower than FEO group (p = 0.23). Triglyceride levels in WC group increased, but it declined in FEO group. However, these differences were not statistically significant(p= 0.055). The decline in hs-CRP and IL-6 levels in WC group tended to be higher than FEO group (p>0.05). Meanwhile, the decrease in F2-isoprostane levels in FEO group was significantly higher than WC group (p=0.017).
Conclusion.Obese subjects with WC had more body fat but lower protein anabolic capacity than those with FEO. These results suggest that diet and exercise program for weight cycler should consider effective ways to enhance protein anabolism.In addition, obese subjects with WC had higher inflammatory process than those with FEO.Using the current model of 8-week intervention with diet and exercise, this study was not able to demonstrate differences between WC and FEO groupsin the magnitude of changes in body composition and inflammation indicators, except oxidative stress indicator.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joan Jutamulia
"Latar Belakang : Prevalensi obesitas pada populasi dewasa di dunia pada tahun 2014 hampir mencapai 13, sementara di Indonesia telah mencapai 32,9 pada tahun yang sama. Obesitas merupakan faktor risiko berbagai penyakit tidak menular yaitu diabetes tipe 2 ataupun penyakit kardiovaskular. Sebagian besar orang yang berhasil menurunkan berat badan gagal mempertahankannya dan mengalami kenaikan berat badan berulang weight cycling. Berbagai penelitian tentang program diet memberikan hasil yang berbeda-beda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi perubahan komposisi tubuh dengan diet kalori rendah protein tinggi dibandingkan dengan protein standar pada penyandang obesitas dengan riwayat weight cycling.
Metode: Penelitian ini merupakan uji coba klinis acak terbuka pada penyandang obesitas dengan weight cycling. Sebanyak 61 penyandang obesitas mengikuti penelitian ini. Subjek diberikan diet kalori rendah dan secara acak didistribusikan ke dalam dua kelompok intervensi, yaitu kelompok protein tinggi 22 ndash;30 dari total asupan kalori dan kelompok protein seimbang 12 ndash;20 . Antropometri dan data komposisi tubuh diambil pada awal dan akhir penelitian. Subyek diikuti hingga 8 minggu, diberikan buku catatan makan harian dan konseling seminggu sekali.
Hasil: 54 peserta menyelesaikan penelitian. Terdapat penurunan yang signifikan dalam berat badan dan indeks massa tubuh IMT , massa lemak, persentase massa lemak, massa otot, dan kenaikan persentase massa otot terjadi pada kedua kelompok protein seimbang: p

Background: The world prevalence of obesity in the adult population in 2014 was nearly 13 while in Indonesia, it has reached 32.9 in the same year. Obesity is an established risk factor for cardiovascular diseases. A large proportion of people who had succeeded to reduce body weight failed to maintain it and underwent weight gain repeatedly weight cycling. Studies have been inconclusive about the best diet programme for such people. The purpose of this research was to evaluate the body composition changes resulting from low calorie high protein and standard protein diet programme in obese people with a history of weight cycling.
Methods: This is an open randomized clinical trial of a weight loss program in obese individuals with weight cycling. A total of 61 adult obese individuals with a history of weight cycling were recruited. Subjects were assigned to a low calorie diet and were randomly distributed into two intervention groups, namely high protein group 22 ndash 30 of total caloric intake and standard protein group 12 ndash 20. Anthropometry and body composition data were taken at baseline and at the end of the study. Subjects were followed up to 8 weeks, with daily reminders and weekly counselling.
Results: 54 participants completed the study. Significant reductions in body weight and body mass index BMI , fat mass, fat mass percentage, muscle mass, and gain in muscle mass percentage occurred in both groups Standard protein p
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Fitri Nugraheni
"Hubungan antara self-disclosure di Facebook dengan kepribadian narcissistic sudah pernah diteliti, namun belum ada penelitian mengenai hubungan antara self-disclosure berdasarkan topik dengan kepribadian narcissistic. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui apakah terdapat hubungan antara self-disclosure dalam topik beliefs, relationships, personal matters, interests, dan intimate feelings dengan kecenderungan kepribadian narcissistic. Penelitian dilakukan terhadap 126 partisipan berusia 18-22 tahun yang menggunakan Facebook. Alat ukur yang digunakan adalah Self-Disclosure Scale (SDS) dan Narcissistic Personality Inventory 16 item (NPI-16). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara tiap topik self-disclosure dengan kepribadian narcissistic.

The relationship between self-disclosure on Facebook with narcissistic personality has already empirically supported. However, there’s no research about the relationship between topic-based self-disclosure with narcissistic personality yet. This present research purpose was to find whether each self-disclosure topic (beliefs, relationships, personal matters, interests, and intimate feelings) correlated with narcissistic personality. Participants were 126 late adolescents ages 18-22 using Facebook. The instruments used were Self-disclosure Scale (SDS) and Narcissistic Personality Inventory 16 items (NPI-16). Result showed that there was relationship between each self-disclosure topic with narcissistic personality.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57832
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Clarissa Josephine Aditya
"[Pendahuluan: Obesitas adalah suatu permasalahan pandemik yang ditemukan di
negara maju maupun berkembang, dengan peningkatan prevalensi dalam dua
dekade terakhir. Obesitas pada anak dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit
kronik, baik fisik maupun psikis. Gangguan psikososial yang berkaitan dengan
obesitas pada anak meliputi: depresi, cemas, rendah diri, gangguan hiperkinetik,
serta peningkatan agresivitas. Diperkirakan obesitas berhubungan dengan
gangguan perilaku dan emosional akibat ekspresi genetik rentan pada individu
obes. Metode: Penelitian potong lintang dilakukan pada anak usia sekolah dasar
di SDN 01 Menteng Jakarta untuk mengetahui hubungan tersebut. Penelitian
dilakukan dengan membandingkan status gizi anak dengan skrining gangguan
perilaku dan emosional melalui kuesioner PSC-17. Hasil: Sebaran anak obes di
SDN 01 Menteng Jakarta mencapai 23,18%. Hasil analisis obesitas pada anak
terhadap gangguan perilaku secara signifikan bermakna untuk subskala
eksternalisasi (p = 0,036). Sedangkan obesitas pada anak tidak memiliki hubungan
bermakna secara statistik untuk subskala internalisasi (p = 0,428), perhatian (p =
0,233), dan skor total PSC-17 (p = 0,824). Secara umum, obesitas tidak
berhubungan dengan gangguan perilaku dan emosional pada anak (p = 0,602).
Diskusi: Obesitas tidak berhubungan dengan gangguan perilaku dan emosional
pada anak secara general menunjukkan bahwa ada faktor-faktor lain yang
berperan dalam menimbulkan gangguan psikis pada anak. Namun, penggunaan
kuesioner PSC-17 yang singkat dapat menunjukkan adanya kemungkinan negatif
palsu, terutama untuk gangguan cemas. Obesitas berhubungan dengan gangguan
subskala eksternalisasi (agresivitas, dissosial) yang diduga berhubungan dengan
sosial stigma dari peer group;Introduction: Obesity has become a pandemic problem, which is common in
both developed and developing countries. The prevalence of obesity in children
has increased in the last two decades. Obesity in children can increase the risk of
various chronic diseases, both physically and mentally. Psychosocial disorders
associated with childhood obesity include: depression, anxiety, low self-esteem,
hyperkinetic disorder, as well as increased aggressiveness. It is estimated that
obesity is associated with behavioral and emotional disorders are due to
vulnerable genetic expression in obese individuals. Method: A cross-sectional
study conducted in primary school age children in SDN 01 Menteng Jakarta to
determine the relationship. The study was conducted by comparing the nutritional
status of children and behavioral/emotional disorders screening through PSC-17
questionnaires. Result: Distribution of obese children in SDN 01 Menteng Jakarta
reached 23.18%. Association between childhood obesity and behavioral disorders
is significant for externalizing subscale (p = 0.036). On the other side, childhood
obesity did not have a statistically significant relationship for internalization
subscale (p = 0.428), attention (p = 0.233), and PSC-17 total score (p = 0.824). In
general, obesity is not associated with behavioral and emotional disorders in
children (p = 0.602). Discussion: No associations between obesity and
behavioral/emotional disorders in children suggest that there are other factors
playing a role in causing mental disorders in children. However, the use of brief
PSC-17 questionnaires may indicate the possibility of false negatives, especially
for anxiety disorders. Association between obesity and externalizing subscale
disorders (aggresiveness, dissocial behavior) may be caused by the social stigma
of the peer group, Introduction: Obesity has become a pandemic problem, which is common in
both developed and developing countries. The prevalence of obesity in children
has increased in the last two decades. Obesity in children can increase the risk of
various chronic diseases, both physically and mentally. Psychosocial disorders
associated with childhood obesity include: depression, anxiety, low self-esteem,
hyperkinetic disorder, as well as increased aggressiveness. It is estimated that
obesity is associated with behavioral and emotional disorders are due to
vulnerable genetic expression in obese individuals. Method: A cross-sectional
study conducted in primary school age children in SDN 01 Menteng Jakarta to
determine the relationship. The study was conducted by comparing the nutritional
status of children and behavioral/emotional disorders screening through PSC-17
questionnaires. Result: Distribution of obese children in SDN 01 Menteng Jakarta
reached 23.18%. Association between childhood obesity and behavioral disorders
is significant for externalizing subscale (p = 0.036). On the other side, childhood
obesity did not have a statistically significant relationship for internalization
subscale (p = 0.428), attention (p = 0.233), and PSC-17 total score (p = 0.824). In
general, obesity is not associated with behavioral and emotional disorders in
children (p = 0.602). Discussion: No associations between obesity and
behavioral/emotional disorders in children suggest that there are other factors
playing a role in causing mental disorders in children. However, the use of brief
PSC-17 questionnaires may indicate the possibility of false negatives, especially
for anxiety disorders. Association between obesity and externalizing subscale
disorders (aggresiveness, dissocial behavior) may be caused by the social stigma
of the peer group]"
[, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simatupang, Atikah Mawaddah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi keberfungsian keluarga terhadap autonomy pada remaja akhir. Keberfungsian keluarga diukur dengan Family Assessment Device Eipstein, Baldwin, Bishop, 1983 sedangkan autonomy diukur dengan Adolescent Autonomy Questionnaire yang dikembangkan oleh Noom, Dekovic dan Meeus 1999 dan telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia oleh Sumayyah 2014. Sebanyak 192 remaja 18-21 tahun menjadi responden dalam penelitian ini M=19.45 tahun, SD=1.20 tahun. Analisis dengan teknik regresi menunjukkan bahwa keberfungsian keluarga dapat menjadi prediktor autonomy pada remaja akhir R= 0.312.

The aim of this study was to examine the contribution of family functioning towards autonomy in late adolescence. Family functioning was measured by using Family Assessment Device Eipstein, Baldwin, Bishop,1983 while autonomy was measured by Adolescent Autonomy Questionnaire Noom, Dekovic, Meeus,1999 and had been adapted into Indonesian by Sumayyah 2014. The participants in this study consist of 192 late adolescents aged 18 21 years old M 19.45 years, SD 1.20 years. By using regression analysis, the results of this study indicated that family functioning could predict autonomy in late adolescence R 0.312."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S69408
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Britta Widyadhari
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran dari identitas seksual dan proses coming out pada remaja akhir dalam kelompok minoritas seksual di Jakarta. Penelitian ini didasari oleh minimnya penerimaan dan toleransi terhadap kelompok minoritas seksual, yang salah satunya adalah kelompok homoseksual, yang dapat berpengaruh terhadap proses coming out dan perkembangan identitas seksual pada remaja dengan orientasi homoseksual. Pengukuran identitas seksual menggunakan Measure of Sexual Identity Exploration and Commitment (Worthington, Savoy, Navarro, & Hampton, 2008) dan pengukuran proses coming out menggunakan metode wawancara yang didasari oleh teori-teori terkait proses coming out dari berbagai literatur. Pengolahan statistik deskriptif menunjukan bahwa terdapat tiga subskala dengan nilai mean yang tergolong tinggi, yakni integrasi, komitmen, dan eksplorasi, namun mean dengan skor tertinggi berada subskala integrasi (mean= 3,45). Dari hasil kuantitatif deskriptif yang didapatkan, dilakukan wawancara terhadap empat responden yang memiliki skor rata-rata tertinggi pada subskala integrasi untuk melihat proses coming out responden hingga dapat berkomitmen terhadap orientasi homoseksualnya dan mengintegrasikan aspek seksual dengan aspek-aspek lain dalam identitas diri seseorang. Dari hasil analisis antara data kuantitatif dan kualitatif yang didapatkan dalam penelitian ini, didapatkan bahwa penerimaan dan dukungan sangat dibutuhkan oleh remaja akhir dengan orientasi homoseksual di Jakarta agar individu dapat berkomitmen kepada orientasi seksualnya dan mengintegrasikan aspek seksualnya dengan aspek keseluruhan dalam identitas dirinya. Diharapkan implikasi dari hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menyusun program intervensi yang dapat menolong kelompok homoseksual agar kesejahteraan psikologis mereka tetap terpelihara.

ABSTRACT
This research has objectives to get the description of sexual identity and the coming out process among late adolescence of sexual minority group in Jakarta. This research was based on the fact that the absence of acceptance and tolerance in society to homosexuality might influence the coming out process and the development of sexual identity among homosexual late adolescence. Sexual identity variable is measured by an instrument that was developed by Worthington, Savoy, Navarro, & Hampton (2008) called Measure of Sexual Identity Exploration and Commitment and the coming out process was measured using an interview method which questions were constructed by the researcher based on the literatures of coming out process. Respondents are consisted of 31 homosexual late adolescence with the purposive type. Descriptive statistics showed that there are three subscales which are categorized as high; integration, commitment, and exploration, and one subscale which is categorized as low; sexual orientation identity uncertainty. However, subscale with the highest mean score is integration (mean= 3,45). Researcher then chose four respondents whose score is the highest in integration subscale to see the coming out process of each respondent until they finally could be commited to their homosexual identity and integrate the sexual aspect of identity with other aspects of identity. Results from quantitative and qualitative shown that acceptance and tolerance of homosexuality is needed by homosexual late adolescence to be commited to their sexual identity and integrate their sexual aspect of identity to other aspects of identity. Hopefully, this research could be used to construct an intervention program that could help homosexual group so their well-being could be maintained.;ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran dari identitas seksual dan proses coming out pada remaja akhir dalam kelompok minoritas seksual di Jakarta. Penelitian ini didasari oleh minimnya penerimaan dan toleransi terhadap kelompok minoritas seksual, yang salah satunya adalah kelompok homoseksual, yang dapat berpengaruh terhadap proses coming out dan perkembangan identitas seksual pada remaja dengan orientasi homoseksual. Pengukuran identitas seksual menggunakan Measure of Sexual Identity Exploration and Commitment (Worthington, Savoy, Navarro, & Hampton, 2008) dan pengukuran proses coming out menggunakan metode wawancara yang didasari oleh teori-teori terkait proses coming out dari berbagai literatur. Pengolahan statistik deskriptif menunjukan bahwa terdapat tiga subskala dengan nilai mean yang tergolong tinggi, yakni integrasi, komitmen, dan eksplorasi, namun mean dengan skor tertinggi berada subskala integrasi (mean= 3,45). Dari hasil kuantitatif deskriptif yang didapatkan, dilakukan wawancara terhadap empat responden yang memiliki skor rata-rata tertinggi pada subskala integrasi untuk melihat proses coming out responden hingga dapat berkomitmen terhadap orientasi homoseksualnya dan mengintegrasikan aspek seksual dengan aspek-aspek lain dalam identitas diri seseorang. Dari hasil analisis antara data kuantitatif dan kualitatif yang didapatkan dalam penelitian ini, didapatkan bahwa penerimaan dan dukungan sangat dibutuhkan oleh remaja akhir dengan orientasi homoseksual di Jakarta agar individu dapat berkomitmen kepada orientasi seksualnya dan mengintegrasikan aspek seksualnya dengan aspek keseluruhan dalam identitas dirinya. Diharapkan implikasi dari hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menyusun program intervensi yang dapat menolong kelompok homoseksual agar kesejahteraan psikologis mereka tetap terpelihara.

ABSTRACT
This research has objectives to get the description of sexual identity and the coming out process among late adolescence of sexual minority group in Jakarta. This research was based on the fact that the absence of acceptance and tolerance in society to homosexuality might influence the coming out process and the development of sexual identity among homosexual late adolescence. Sexual identity variable is measured by an instrument that was developed by Worthington, Savoy, Navarro, & Hampton (2008) called Measure of Sexual Identity Exploration and Commitment and the coming out process was measured using an interview method which questions were constructed by the researcher based on the literatures of coming out process. Respondents are consisted of 31 homosexual late adolescence with the purposive type. Descriptive statistics showed that there are three subscales which are categorized as high; integration, commitment, and exploration, and one subscale which is categorized as low; sexual orientation identity uncertainty. However, subscale with the highest mean score is integration (mean= 3,45). Researcher then chose four respondents whose score is the highest in integration subscale to see the coming out process of each respondent until they finally could be commited to their homosexual identity and integrate the sexual aspect of identity with other aspects of identity. Results from quantitative and qualitative shown that acceptance and tolerance of homosexuality is needed by homosexual late adolescence to be commited to their sexual identity and integrate their sexual aspect of identity to other aspects of identity. Hopefully, this research could be used to construct an intervention program that could help homosexual group so their well-being could be maintained."
2016
S62802
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>