Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 74182 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ignasia Damara
"Fitspiration menjadi konten yang terus berkembang pada media sosial dan Influencer fitspiration merupakan bagian besar dalam perkembangan konten tersebut. Pada konten fitspiration , para influencer melakukan manajemen impresi mengenai diri mereka agar konten mengenai gaya hidup sehat yang diproduksi mereka dapat diterima secara efektif. Makalah ini menganalisis konten dan interaksi antara seorang influencer fitspiration: @yuliabaltschun dengan pengikutnya untuk melihat bagaimana manajemen impresi untuk terlihat autentik dan relatable dilakukan dan bagaimana hal tersebut membantu mereka dalam penyampaian konten fitspiration.

Fitspiration content has continuously grown on social media, and fitspiration influencers have been a big part of that content's growth and development. In looking at fitspiration content, influencers manage impressions about themselves so that the content that they craft about the healthy lifestyle can be accepted effectively. This paper analyzes the content and interactions between a fitspiration influencer: @yuliabaltschun and her followers, to see how impression management efforts that aim for authenticity and relatability helps them deliver fitspiration content."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Utaminingsih
"ABSTRAK
Artikel ini membahas tentang identitas diri yang berusaha dibentuk dan ditampilkan melalui unggahan foto perjalanan wisata terlebih lagi setelah media sosial berkembang pesat di Indonesia. Artikel ini ditulis berdasarkan penelitian sebelumnya yang membahas tentang unggahan foto di media sosial. Penelitian sebelumnya membahas bagaimana makna dari foto yang diunggah baik untuk merepresentasikan diri dan juga konstruksi identitas didalam media sosial. Penelitian sebelumnya tidak menggunakan foto sebagai intrumen utama namun masih didukung hal-hal lainnya seperti unggahan status di media sosial. Oleh karena itu didalam artikel ini akan berfokus pada foto sebagai instrumen penting untuk membangaun identitas diri didalam masyarakat digital. Penulis berargumen unggahan foto berwisata memiliki makna tersendiri bagi masyarakat digital untuk itu adanya identitas yang dibangun dari unggahan foto di media sosial berkaitan dengan adanya identitas yang ingin ditunjukkan seseorang didalam media sosial. Artikel ini akan membahas mengenai makna foto perjalanan yang diunggah ke media sosial Instagram. Artikel ini menggunakan metode kualitatif, data dikumpulkan dengan wawancara mendalam pada individu dengan rentang usia 19-34 tahun yang melakukan perjalanan wisata dalam satu tahun terakhir dan mengunggah hasil foto kedalam media sosial khususnya Instagram.

ABSTRACT
This article discusses the self identity trying to be formed and displayed through uploaded photos of travel tours even more so after the rapidly growing social media in Indonesia. This article is written based on previous research that discusses photo uploads on social media. Previous research discussed how the meaning of the uploaded images both to represent themselves as well as the construction of identity in social media. Previous research did not use photos as the main instrument but still supported other things like status uploads on social media. Therefore in this article will focus on the image as an important instrument to build identity within the digital community. The authors argue that travel photo uploads have their own meaning for the digital community for that identity built from photo uploads in social media related to the identity that someone wants to show in social media. This article will discuss the meaning of travel photos uploaded to Instagram as social media. This article uses qualitative methods, data collected by in-depth interviews on individuals with age range 19-34 years who traveled in the last year and uploaded photos into social media, especially Instagram. "
2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Joanna Jo
"ABSTRAK
Perkembangan pesat media sosial telah memunculkan tren pemasaran influencer marketing yang menitikberatkan pada peranan individu yang berpengaruh influencer dan word-of-mouth. Hal ini menimbulkan persepsi bahwa menjadi individu yang terkenal dan berpengaruh di media sosial sangat penting dan dapat dilakukan oleh siapapun. Setiap individu kini memosisikan diri mereka sebagai sebuah merek brand dan menjadi pemasar bagi dirinya sendiri dengan menyusun strategi pemasaran dan personal branding. Oleh karena itu, tulisan ini membahas strategi pemasaran dan personal branding pada influencer Instagram. Dalam studi ini, ditemukan bahwa influencer Instagram @awkarin menggunakan strategi pemasaran micro-celebrity dan authentic personal branding yang pada intinya berfokus pada khalayak, konten, dan jejaring network . Konsistensi dalam mengunggah konten-konten kontroversial dan pemanfaatan media sosial lain YouTube, Ask.fm, dan Snapchat inilah yang berperan penting dalam kesuksesan proses selebrifikasi akun Instagram @awkarin.

ABSTRACT
The rapid spread of social media has brought influencer marketing into trend which emphasize on the role of influencer and word of mouth. Thus, being hyped and influential in social media is perceived as an essential part and can be practiced by everyone. Individuals nowadays posit theirselves as a brand and their role is to be the marketer for their own self by planning their marketing and personal branding strategy. Therefore, this paper discusses the marketing and personal branding strategy on Instagram influencer. This study discovers that Instagram influencer awkarin use micro celebrity and authentic personal branding strategy which focused on audience, content, and network. Consistency in uploading controversial contents and the use of other social media YouTube, Ask.fm, and Snapchat play pivotal role in the success of celebrification process of awkarin Instagram account."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Ibnu Adam
"Penelitian ini ingin mengkaji peranan tagar dan akun dalam menggiring viral marketing pada media sosial. Apakah tagar yang digerakkan akun bisa menciptakan viralitas pada suatu kampanye pemasaran di platform digital. Untuk menguji itu, akan dibandingkan juga dengan perbincangan tanpa tagar atau melalui kata kunci organik terkait kampanye pemasaran yang sama. Teori yang dipergunakan adalah Keterikatan Preferensial atau Preferential Attachment (PA), yakni sebuah model untuk menjelaskan pola jaringan sosial dalam suatu perbincangan atau percakapan isu yang berjumlah besar serta melihat akun dominan dari perbincangan tersebut. Kasus yang diteliti adalah pemasaran digital ajang PON Papua dengan tagar #TorangBisa vs kata kunci organik terkait PON Papua. Metode yang dipakai adalah Analisis Jaringan Sosial (Social Network Analysis/SNA). Hasil penelitian ini ingin mengungkap jaringan perbincangan pada pemasaran digital #TorangBisa dibandingkan dengan jaringan perbincangan melalui kata kunci bebas organik terkait PON Papua serta mengungkap apakah ada akun utama (influencer) yang memiliki pengaruh terhadap akun lainnya dalam menggerakkan viralitas tersebut. Sehingga, penelitian ini memberikan gambaran lebih menyeluruh dalam keberhasilan dari pemasaran digital yang dilakukan PON Papua atau justru yang terjadi lebih didominasi percakapan di luar dari kampanye pemasaran yang dilakukan penyelenggara PON Papua.

This research wants to examine the role of hashtags and accounts in driving viral marketing on social media. Can account driven hashtags create virality in a marketing campaign on a digital platform. To test this, we will also compare conversations without hashtags or through organic keywords related to the same marketing campaign. The theory used is Preferential Attachment (PA), which is a model to explain social network patterns in a large number of conversations or issues and see the dominant account of the conversation. The case studied is digital marketing for the Papua PON event with the hashtag #Torang Bisa vs organic keywords related to the Papua PON. The method used is Social Network Analysis (SNA). The results of this study want to reveal the conversation network in digital marketing #Torang Bisa compared to the discussion network through organic free keywords related to PON Papua and reveal whether there are main accounts (influencers) that have influence on other accounts in driving this virality. Thus, this research provides a more comprehensive picture of the success of digital marketing carried out by PON Papua or precisely what is happening is more dominated by conversations outside of marketing campaigns carried out by PON Papua organizers."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Rizki Yoga
"Ujaran kebencian merupakan ujaran yang dapat menimbulkan kebencian. Fenomena ujaran kebencian dapat muncul dalam berbagai konteks, seperti hukum, psikologi, hingga olahraga, terutama sepak bola. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui/menjelaskan bentuk ujaran kebencian dan medan makna yang digunakan oleh suporter sepak bola ketika menuturkan ujaran kebencian di kolom komentar media sosial Instagram. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini adalah komentar suporter sepak bola yang berisi ujaran kebencian di kolom komentar media sosial Instagram. Sumber data penelitian ini berasal dari kolom komentar dalam unggahan foto di akun Instagram @plesbol.inc selama periode 1—29 Februari 2024. Pengumpulan data dilakukan pada 1—10 Maret 2024 dengan memilih 100 komentar, baik dalam bentuk frasa maupun kalimat. Analisis data dilakukan dengan tiga tahapan, yaitu mengidentifikasi makna literal dan kontekstual, mengidentifikasi bentuk ujaran kebencian, serta mengidentifikasi medan makna dari masingmasing data yang sudah dikumpulkan. Hasil analisis menunjukkan tiga bentuk ujaran kebencian yang berbeda, yaitu menghina, mengumpat, dan mencemarkan nama baik. Hasil analisis juga menunjukkan terdapat sebelas medan makna yang digunakan, yaitu sifat/ keadaan, binatang, kekerabatan, benda, aktivitas, pelaku kegiatan, anggota tubuh, perilaku komunikasi, penyakit, makhluk halus, dan penampilan fisik.

Hate speech is speech that can cause hatred. The phenomenon of hate speech can appear in various contexts, such as law, psychology, and sports, especially soccer. This paper aims to find out/explain the form of hate speech and the meaning field used by soccer supporters when saying hate speech in the Instagram social media comment section. The method used in this research is descriptive qualitative. The data in this study are soccer supporters' comments containing hate speech in the Instagram social media comment section. The data source of this research comes from the comments column in photo uploads on the @plesbol.inc Instagram account during the period February 1—29, 2024. Data collection was carried out on March 1—10, 2024 by selecting 100 comments, both in the form of phrases and sentences. Data analysis was carried out in three stages, namely identifying literal and contextual meanings, identifying forms of hate speech, and identifying the meaning field of each data that has been collected. The results of the analysis show three different forms of hate speech, namely insulting, swearing, and defaming. The results of the analysis also show that there are eleven fields of meaning used, namely nature/condition, animal, kinship, object, activity, actor, limb, communication behavior, disease, ethereal creature, and physical appearance."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Michelle
"Penelitian ini membahas bagaimana hubungan motivasi wanita dewasa muda di Jabodetabek mengikuti fitness influencer di media sosial dengan niat berolahraga. Niat olahraga diprediksi memiliki hubungan dengan media sosial dan sosok fitness influencer. Motivasi digali menggunakan teori uses and gratifications, dengan enam variabel motivasi. Penelitian kuantitatif ini melibatkan 304 partisipan melalui kuesioner daring. Data penelitian dianalisis menggunakan Uji Korelasi Spearman. Ditemukan motivasi pencarian informasi memiliki hubungan terkuat dengan perilaku mengikuti fitness influencer. Ditemukan juga hubungan yang signifikan terkuat muncul dalam hubungan antara perilaku mengikuti fitness influencer dengan niat berolahraga, dan hubungan kedua terkuat yaitu antara pencarian informasi dengan niat berolahraga
This thesis investigates the correlation of motivations of young adult women in Jabodetabek area for following fitness influencer in social media with their exercise intentions. Exercise intention is predicted to have correlation with media social and fitness influencer. Motivations are investigated through the use of uses and gratifications theory, with six motivation variables. Online questionnaire is distributed to 304 respondents, and the data is analyzed with spearman correlation test. Information searching has significant correlation with following fitness influencer and exercise intention. Meanwhile, following fitness influencer has the strongest correlation with exercise intention compared with all tested relation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rumaysha Gikha Nisrina
"Konstruksi kecantikan yang dibangun oleh media memunculkan standar-standar kecantikan yang dianut oleh para perempuan. Persepsi bahwa menjadi cantik harus memiliki kulit yang putih dan mulus melekat dalam definisi kecantikan. Dalam dunia digital, konstruksi kecantikan ini semakin diperkuat oleh kehadiran beauty influencer dengan presentasi diri yang memenuhi standar-standar yang telah dikonstruksi. Ketika ada seorang beauty influencer yang menampilkan presentasi diri yang berbeda, dengan wajah berjerawat dan tidak memenuhi standar yang dikonstruksi media, tentunya merupakan fenomena yang unik dan berpengaruh terhadap makna kecantikan yang selama ini dikonstruksi. Tulisan ini membahas mengenai bagaimana presentasi diri seorang beauty influencer yang berbeda dari mayoritas beauty influencer lainnya karena tidak menampilkan hal-hal yang menjadi standar kecantikan yang dikonstruksi oleh media sebagai upaya dekonstruksi terhadap makna kecantikan yang selama ini ada di media sosial.

The construction of beauty built by the media raises the standards of beauty that are adhered to by women. The perception of being beautiful should have white and smooth skin is inherent in the definition of beauty. In this digital world, beauty construction is further strengthened by the presence of beauty influencers with self-presentation that meets the standards which have been constructed. When a beauty influencer who presents a different self presentation, with a pimply face and does not meet the standards constructed by the media, it is certainly a unique phenomenon and influences the meaning of beauty that has been constructed. This paper discusses how the self-presentation of a beauty influencer is different from the majority of other beauty influencers because it does not display things that become the standard of beauty constructed by the media, as an effort to deconstruct the meaning of beauty that has been exist previously on social media."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Yunda Presti Ardilla
"ABSTRAK
Dengan maraknya media sosial, kini manusia cenderung berinteraksi dan berkomunikasi menggunakan media sosial. tidak terkecuali bagi perempuan muslim yang berprofesi sebagai influencer dari generasi milenial. Namun, ditengah aktifitas daringnya, ternyata mereka tidak dapat sebebas mungkin berekspresi dikarenakan adanya rasa takut kepada akun-akun pengikut media sosialnya. Hal ini merupakan tanda dari Panoptisisme dalam media digital. Penelitian ini berusaha menjawab bagaimana bentuk panoptisisme digital melalui wacana hijab pada influencer hijaber milenial. Peneliti menggunakan konsep panoptisisme dari Foucault, Media Digital, Hijab dan generasi Milenial dari Howe dan Strauss. Dengan menggunakan paradigma critical constructionism, pendekatan kualitatif dan wawancara mendalam, ditemukan bahwa panoptisisme digital merupakan strategi penguasa untuk mengendalikan influencer guna menyebarluaskan kekuatannya secara masif di media digital dengan tanpa disadari oleh subjek penelitian dan masyarakat luas. Strategi ini menggunakan ruang transparan partisipatif digital yang memungkinkan untuk dilakukan pengawasan terus-menerus oleh akun-akun media sosial yang mengikuti akun subjek penelitian dan siap memberikan hukuman apabila subjek penelitian dirasa tidak sesuai dengan wacana hijab. Subjek penelitian yang sadar akan adanya pengawasan dan hukuman merasan ketakutan dan was-was sehingga berusaha mendisiplinkan dirinya sendiri di media sosial meski tetap terdapat pemberontakan. Namun di sisi lain, generasi milenial ini juga mewajari adanya pengawasan tersebut tanpa mengetahui penguasa dibaliknya.

ABSTRACT
Nowadays, influencers moslem women of the millennial generation tend to communicate using social media. It turns out that they cannot be as free as possible due to the fear of their social media followers' accounts. This is a sign of Panoptism in digital media. This study tried to found the form of digital panoptismism through hijab discourse on millennial hijaber influencers. Researcher used the panopticism concept of Foucault, Digital Media, the Hijab concept and the Millennial generation of Howe and Strauss. By using the critical constructionism paradigm, qualitative approaches and in-depth interviews, it was found that digital Panoptisism is a strategy used by certain powers to control influencers to massively disseminate their power in digital media with such subtle and unnoticed by the subjects of research and society at large. This strategy uses a participatory transparent space that allows continuous monitoring by social media accounts that follow research subject accounts and is ready to give penalties if the subject of research is deemed not in accordance with the hijab discourse delivered in one direction. Research subjects who are aware of the existence of watchmens and punishment are feeling frightened and anxious so they try to discipline themselves on social media even though there is a rebellion. However, this millennial generation also taught about the watchmen without knowing the authority behind it.

"
2019
T53359
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salvaditya Tama
"Artikel tersebut menjelaskan fenomen Arsenal Fan TV terhadap basis penggemar Arsenal di dunia yang semakin jenuh dengan media digital dan bagaimana penggemar sepak bola membentuk identitas mereka melalui konten media sosial, Arsenal Fan TV adalah pionir konten partisipasi penggemar sepak bola di platform media sosial YouTube . Hal ini telah mengubah sifat fandom sepak bola, karena kombinasi ‘fandom-teknologi’ memungkinkan penggemar untuk mengekspresikan pandangan mereka terhadap klub setiap hari (Woods & Ludvigsen, 2021). Tulisan ini menggunakan perspektif Nash (2000) terhadap fandom, khususnya pada lingkup sepak bola yang berhubungani kuat dengan kasus Arsenal Fan TV sebagai salah satu fan televisi terpopuler di industri fandom sepak bola. Selain itu, artikel ini mengkaji bagaimana media digital mentransformasikan fandom sepak bola untuk memperkuat identitas sosial mereka sebagai sebuah kelompok di platform media sosial. Artikel tersebut berargumen bahwa konten saluran Arsenal Fan TV mengubah dinamika fandom dan persepsi anggotanya terhadap sepak bola. klub yang berhubungan dengan teori identitas sosial Michael Hogg (2016) yang berfokus pada sosial dan norma kelompok, kepemimpinan di dalam dan antar kelompok. Fandom sepak bola memang berbeda jauh jika dibandingkan dengan fandom lainnya, karena mereka sangat mengutamakan klub sepak bola kesayangannya dalam berbagai aspek kehidupannya. Oleh karena itu, klub sepak bola yang mereka dukung akan merubah norma-norma sehari-hari dan status sosial mereka. Mengetahui bahwa kekuatan identitas sosial yang dimiliki Arsenal Fan TV dalam merubahi lebih banyak Penggemar Arsenal di seluruh dunia agar norma-norma mereka ditetapkan oleh hasil Arsenal setiap minggu melalui besar-besaran mereka. keterlibatan digital akan sangat bermanfaat untuk mempelajari fenomena ini. Karena mengatasi kekuatan loyalitas dan identitas fandom sepak bola adalah hal yang penting, belajar dari pendapat Nash (2000) dan pengalaman mengenai suporter Liverpool yang berbasis di Skandinavia dipandang sebagai pemburu kejayaan karena kurangnya persatuan dengan suporter lokal.

The article describes the phenomenon of Arsenal Fan TV on Arsenal’s fan base in an increasingly digital media- saturated world and how football fans shape their identity through social media content, Arsenal Fan TV is the pioneer in football fan participation content on the social media platform YouTube. It has changed the nature of football fandom, as its ‘fandom-technology’ combination allows fans to express their views towards the club daily (Woods & Ludvigsen, 2021). This paper use Nash’s (2000) perspective towards fandom, specifically on a football scope which connects strongly to the case of Arsenal Fan TV as one of the most popular fan television in the football fandom industry. Other than that, this article studies how digital media transforms football fandoms to strengthen their social identity as a group in social media platforms.. The article argues that the contents of the Arsenal Fan TV channel change the dynamics of the fandom and the member’s perceptions of the club which connects to Michael Hogg’s (2016) social identity theory that focuses on social influence and group norms, leadership within and between groups. Football fandom is different distinctly different when being compared to other fandoms, as they really prioritize their favourite football club in many aspects of their life. Hence, the football club they support will be affecting their daily norms and social status.Knowing that the strength in social identity that Arsenal Fan TV has in influencing more Arsenal Fans around the world to have their norms set by Arsenal results every week through their massive digital engagement will be very beneficial for studying this phenomenon. As addressing the strength in loyalty and identity for a football fandom is important, learning from Nash’s (2000) take and experience on Liverpool’s Scandinavian based supporters being seen as glory hunters due to the lack of unity with the local supporters.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Taskya Az Zahra Iskandar
"Perkembangan teknologi yang masif dan pesat, termasuk internet, telah memberikan dampak yang signifikan terhadap berbagai bidang kehidupan manusia. Internet dan media sosial pun mulai dianggap sebagai kebutuhan primer manusia dalam setiap aktivitas kesehariannya. Bukan hanya sebagai sarana pertukaran informasi, kini media sosial juga menjadi tempat di mana individu saling bersaing untuk mendapatkan perhatian khalayak. Maka dari itu, personal branding menjadi suatu hal yang penting. Bahkan, banyak pengguna yang dengan sengaja membagikan konten terkait topik tertentu hingga akhirnya memiliki pengaruh terhadap para pengikutnya dan disebut sebagai influencer. Informasi yang dibagikan pun beragam, salah satunya mengenai kegiatan berkeluarga atau aktivitas parenting, yang sekaligus memunculkan istilah “family-influencer”. Tulisan ini akan membahas bagaimana family-influencer Indonesia melakukan personal branding melalui strategi impression management di media sosialnya. Berdasarkan analisis yang dilakukan, terlihat bahwa family-influencer yang dianalisis telah mengimplementasikan tujuh dari delapan prinsip personal branding, di antaranya specialization, personality, distinctiveness, visibility, unity, persistence, dan goodwill. Selain itu, terdapat dua dari lima strategi asertif impression management yang dimanfaatkan, yaitu ingratiation dan competence.

Massive and rapid technological developments, including the internet, have had a significant impact on various fields of human life. The internet and social media are starting to be considered as primary human needs in their daily activities. Not only as a means of exchanging information, now social media is also a place where individuals compete with each other to get the attention of the audience. Therefore, personal branding becomes an important thing. In fact, many users intentionally share content related to certain topics until they finally have an influence on their followers and then called as influencers. The information that was shared is vary, one of them is about family or parenting activities, which at the same time gave rise to the term "family-influencer". This paper will discuss how Indonesian family-influencer carries out personal branding through an impression management strategy on their social media. Based on the analysis, it appears that the family-influencers analyzed have implemented seven of the eight principles of personal branding, including specialization, personality, distinctiveness, visibility, unity, persistence, and goodwill. In addition, there are two of the five assertive impression management strategies used, namely ingratiation and competence."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia;, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>