Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 128912 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marcellina Yovita
"Masalah externalizing problem behavior (EPB) umum dialami anak di tahap early childhood. Pada tahap ini anak mengandalkan orang tua untuk membantu mengarahkan perilaku mereka. Namun, tidak semua orang tua mampu menangani EPB yang ditampilkan anaknya. Penelitian menunjukkan bahwa aspek kognitif pengasuhan, berupa parenting self-efficacy (PSE) memiliki kontribusi yang cukup konsisten terhadap EPB anak. Faktor internal anak berupa executive function juga ditemukan secara konsisten dapat memprediksi EPB anak. Berbagai hasil penelitian juga mengindikasikan bahwa PSE berkaitan dengan EF. Walaupun demikian, dinamika antar ketiganya belum pernah diteliti. Dalam penelitian ini akan diperiksa bagaimana kaitan antara PSE dengan EF anak. Secara lebih mendalam, penelitian ini juga memeriksa peranan EF anak sebagai mediator antara hubungan PSE dengan EPB anak. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 243 orang tua yang memiliki anak berusia 3 tahun 0 bulan sampai 8 tahun 0 bulan tanpa masalah perkembangan, neurologis, maupun psikologis. Berdasarkan hasil analisis mediasi melalui PROCESS Hayes, ditemukan bahwa PSE mampu memprediksi EF anak dan kaitan antara PSE dengan EPB anak sepenuhnya dimediasi oleh EF anak. Temuan ini menunjukkan bahwa dalam menangani EPB anak, perlu mempertimbangkan PSE orang tua dan kemampuan EF anak

Externalizing problem behavior (EPB) is common in early childhood. During this phase, children will rely on parents to help them guiding their behavior, but not every parent are able to handle EPB of their children. Studies found that cognitive aspects of parenting, such as parenting self-efficacy (PSE), have a consistent contribution towards children’s EPB. Internal factor from children, which is executive function (EF) was also found consistently predicting children’s EPB. Results from several studies also indicated that PSE is related to EF. However, the dynamic between them have not been examined. In this study, the relationship between children’s PSE and EF will be examined. This study will also examine the role of children’s EF as a mediator between children’s PSE and EPB further. Participants were 243 parents who have 3 years old 0 months until 8 years old 0 months children without any developmental, neurological, or any psychological problem. Based on PROCESS Hayes mediation analysis, it was found that PSE is able to predict children’s EF, and relationship between PSE and children’s EPB is fully mediated by children’s EF. This result shows that in order to handle children’s EPB, parents’ PSE and children’s EF have to be considered"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisrina Putri Anandiva
"Regulasi diri merupakan keterampilan yang penting untuk dimiliki oleh anak usia prasekolah. Walaupun sejumlah penelitian membuktikan bahwa regulasi diri anak dapat diprediksi oleh parenting self-efficacy melalui peran mediasi oleh faktor-faktor yang melekat pada orang tua, namun apakah hubungan keduanya diperantarai oleh faktor-faktor yang dimiliki anak masih belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran salah satu faktor kognitif anak, yaitu executive function, sebagai mediator hubungan antara parenting self-efficacy dan regulasi diri anak. Sebanyak 441 orangtua yang memiliki anak usia 48 hingga 72 bulan tanpa riwayat masalah perkembangan maupun psikologis mengikuti penelitian ini. Adapun alat ukur yang digunakan, yaitu Me as a Parent (MaaP) untuk mengukur parenting self-efficacy, Childhood Executive Functioning Inventory (CHEXI) untuk mengukur masalah executive function anak yang dipersepsikan orangtua, dan Self-Regulation Questionnaire (SRQ) untuk mengukur regulasi diri anak yang juga dipersepsikan oleh orangtua. Analisis PROCESS Hayes menunjukkan hasil bahwa executive function anak secara partial memediasi hubungan antara parenting self-efficacy dan regulasi diri anak usia 48 hingga 72 bulan. Hasil penelitian ini mengimplikasikan bahwa upaya untuk meningkatkan parenting self-efficacy dan executive function anak penting untuk dilakukan agar regulasi diri anak dapat berkembang secara optimal.

Self-regulation is an important skill for preschoolers to have. Although a number of studies have proven that children's self-regulation can be predicted by parenting self-efficacy through the mediation role of factors attached to parents, whether the relationship between the two is mediated by factors owned by children is still unknown. This study aims to look at the role of one of the children's cognitive factors, namely executive function, as a mediator of the relationship between parenting self-efficacy and children's self-regulation. A total of 441 parents of children aged 48 to 72 months without a history of developmental or psychological problems participated in this study. The measurement tools used are Me as a Parent (MaaP) to measure parenting self-efficacy, the Childhood Executive Functioning Inventory (CHEXI) to measure children's executive function problems perceived by parents, and the Self-Regulation Questionnaire (SRQ) to measure self-regulation. children who are also perceived by parents. Hayes' PROCESS analysis showed that children's executive function partially mediates the relationship between parenting self-efficacy and self-regulation in children aged 48 to 72 months. The results of this study imply that efforts to increase parenting self-efficacy and executive function of children are important so that children's self-regulation can develop optimally."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Claudya Carolina
"Masalah internalizing yang terjadi pada anak usia dini ditemukan berkaitan erat dengan parenting stress yang dialami ibu. Kapasitas kognitif berupa executive function (EF) diduga dapat menjembatani hubungan antara kedua variabel tersebut, di mana keberadaan kapasitas EF yang baik dianggap dapat menghindarkan anak dari risiko mengembangkan masalah internalizing di kemudian hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dari defisit pada EF anak dalam memediasi hubungan antara parenting stress ibu dan masalah internalizing anak. Sebanyak 207 ibu kandung dari anak berusia 3 hingga 8 tahun tanpa masalah psikologis dan neurologis berpartisipasi di dalam penelitian. Melalui uji statistik mediasi menggunakan PROCESS Hayes, ditemukan bahwa defisit EF pada anak mampu memediasi secara penuh kaitan antara parenting stress ibu dan masalah internalizing anak. Hasil tersebut menunjukkan pentingnya mempertimbangkan kapasitas EF anak dalam memahami terjadinya masalah internalizing anak. Intervensi untuk mengatasi masalah internalizing anak juga dapat diarahkan melalui pengembangan kapasitas EF anak.

Research has demonstrated that internalizing problems in young children was associated to maternal parenting stress. A cognitive ability called the executive function (EF) is considered to mediates the relationship between these variables, where a good EF is considered a protective factor that helps to keep the children from developing further internalizing problems. This research is intended to study the role of the deficit in children’s EF in mediating the relationship between maternal parenting stress and a child’s internalizing problem. A total of 207 biological mothers of children aged 3 to 8 years old with no medical record of psychological and neurological problems participated in this study. Through statistical mediation analysis using PROCESS Hayes, we found that the deficit in children’s EF fully mediated the relationship between the maternal parenting stress and children’s internalizing problem. This result indicated the importance of considering the children’s EF capacity in understanding the manifestation of children’s internalizing problem. Interventions designed to reduce internalizing problems could also be directed through improving children’s EF capacity."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Andini
"Masalah kesehatan mental pada anak dapat menyebabkan dampak negatif pada kehidupan mereka jika tidak ditangani sedini mungkin oleh tenaga profesional Psikolog. Orang tua memiliki peran penting dalam mencari bantuan Psikolog untuk membantu menangani masalah pada anak, akan tetapi tidak semua orang tua memiliki intensi untuk mencari bantuan ke Psikolog. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran sikap terhadap pencarian bantuan sebagai mediator hubungan antara efikasi orang tua dan intensi mencari bantuan Psikolog untuk masalah pada anak. Partisipan dalam penelitian ini adalah 217 orang tua yang memiliki anak berusia 4 – 11 tahun. Berdasarkan analisis mediasi, ditemukan sikap orang tua terhadap pencarian bantuan memediasi secara penuh hubungan efikasi orang tua dan intensi mencari bantuan. Orang tua yang memiliki efikasi yang tinggi cenderung menunjukan sikap yang positif terhadap pencarian bantuan, sehingga meningkatkan intensi untuk mencari bantuan. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk membuat intervensi peningkatan efikasi orang tua sehingga orang tua memiliki sikap yang positif terhadap pencarian bantuan yang meningkatkan keinginan untuk mendapatkan penanganan yang efektif oleh Psikolog untuk masalah kesehatan mental pada anak.

Mental health problems in children can have a negative impact on their lives if not treated as early as possible by psychologists. Parents have an important role in seeking help from psychologist to manage problems in children, but not all parents have an intention to seek help from psychologist. This study aims to determine the role of parents’ attitudes as a mediator between parenting self-efficacy and parents’ help seeking intention from psychologist's for children’s problems. Participants in this study were 217 parents who have children aged 4-11 years. Based on mediation analysis, it was found that parents' attitudes towards seeking help had a fully mediating role in the relationship between parenting self-efficacy and parents’ help seeking intention. Parents who have high efficacy tend to show a positive attitude towards seeking help, thus increasing the intensity of seeking help. The results of this study can be used to make interventions to increase parenting self-efficacy so that parents have a positive attitude towards seeking help which increases the intention to get effective treatment by psychologists for mental health problems in children."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monica, Jessica
"Beberapa hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara strategi pengasuhan dan parenting self-efficacy pada orangtua dengan anak usia kanak-kanak madya di benua Amerika. Adanya perbedaan budaya Amerika dan Asia membuat peneliti akan melakukan penelitian serupa di benua Asia, khususnya di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara strategi pengasuhan dan parenting self-efficacy pada orangtua dengan anak usia kanak-kanak madya. Partisipan penelitian adalah 302 orangtua pada rentang usia 25-45 tahun, yang memiliki anak usia kanak-kanak madya (5-12 tahun). Parenting self-efficacy adalah estimasi orangtua terhadap kompetensinya dalam menjalankan peran sebagai orangtua atau persepsi orangtua terhadap kemampuannya dalam memberikan pengaruh yang positif pada tingkah laku dan perkembangan anak (Coleman & Karraker, 2000), dan strategi pengasuhan adalah berbagai bentuk tingkah laku orangtua untuk mengarahkan dan memengaruhi perilaku anak (Laforce, 2004). Teknik statistik yang digunakan adalah teknik korelasi Pearson. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara strategi pengasuhan dan parenting self-efficacy, dengan nilai koefisien korelasi r = + 0.221, p < 0.01, one-tailed, yang diukur oleh 36 aitem Self-efficacy for Parenting Task Index (SEPTI) dan 59 aitem Parenting Strategies Questionnaire (PSQ) ? refined version. Hasil tersebut berarti semakin tinggi strategi pengasuhan yang dimiliki orangtua, maka semakin tinggi pula tingkat parenting self-efficacy pada orangtua. Implikasi dari penelitian ini akan didiskusikan selanjutnya.

Researches have shown the relationship between parenting strategies and parenting self-efficacy among parents with middle childhood children in America. Culture differences between America and Asia brings this study to find the relationship between parenting strategies and parenting self-efficacy in Asia, especially in Indonesia. The purpose of this study was to find the relationship between parenting strategies and parenting self-efficacy among parents with middle childhood children. Participants in this study were 302 parents in age range from 25 to 45, who have child at middle childhood age (5-12 years old). Parenting self-efficacy is parents? estimation of their competences in parenting or parents? perception of their ability to provide positive influence in child behavior and child development (Coleman & Karraker, 2000), and parenting strategies are various forms of parents? behavior to direct and affect child?s behavior (Laforce, 2004). Statistical techniques that used in this study was Pearson correlation. The result of this study indicate that there is a positive and significant relationship between parenting strategies and parenting self-efficacy in parents with child at middle childhood age, with coefficient correlation r = + 0.221, p < 0.01, one-tailed, as measured by 36 items of Self-efficacy for Parenting Task Index (SEPTI) and 59 aitems of Parenting Strategies Questionnaire (PSQ) - refined version. This result shows the higher parents parenting strategies, then the higher level of parenting self efficacy in parents. Implication of this study are discussed."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63680
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oktiara Giwizadany
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara coping stress dan parenting self-efficacy. Partisipan penelitian ini adalah orangtua yang memiliki anak dengan gangguan spektrum autistik, sebanyak 66 orang. Pengukuran coping stress menggunakan alat ukur Brief COPE yang dikembangkan oleh Carver (1997) dan telah diadaptasi oleh Amanda (2014). Parenting self-efficacy diukur menggunakan subskala efficacy pada PSOC Scale yang dikembangkan oleh Johnston dan Mash (1989) dan telah diadaptasi oleh Puspitarani (2010). Berdasarkan hasil perhitungan korelasi Pearson Correlation diperoleh hasil koefisien korelasi antara coping stress dan parenting self-efficacy sebesar -0.054 dengan nilai signifikansi sebesar 0.668 (p>0.01). Hal ini berarti bahwa, tidak terdapat hubungan positif dan signifikan antara coping stress dan parenting self-efficacy. Penelitian ini menemukan terdapat perbedaan skor kemampuan coping stress antara ayah dan ibu.

The objective of this research was to find the correlation between coping stress and parenting self-efficacy. The participants of this research were 66 parents of children with autistic spectrum disorder. Coping stress was measured with Brief COPE, constructed by Carver (1997) and had been adapted by Amanda (2014). Parenting self-efficacy was measured by measurement tools efficacy subscale of PSOC Scale, constructed by Johnston and Mash (1989) and had been adapted by Puspitarani (2010). The coefficient of Pearson correlation between coping stress and parenting self-efficacy was -0.054 with significance value 0.668 (p>0.01). It indicated that there were negative and no significant correlation between coping stress and parenting self-efficacy."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60011
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yumna Shabrina
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara loneliness dan parenting self-efficacy pada ibu tunggal yang memiliki anak usia kanak madya. Pengukuran loneliness dilakukan dengan menggunakan Social and Emotional Loneliness Scale for Adults (SELSA) yang dikonstruksikan oleh DiTommaso dan Spinner (1993), sedangkan parenting self-efficacy diukur dengan menggunakan Self-Efficacy for Parenting Task Index (SEPTI) yang dikonstruksikan oleh Coleman dan Karraker (2000). Partisipan dari penelitian ini adalah 37 ibu tunggal akibat bercerai yang memiliki anak usia kanak madya.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara loneliness dengan parenting self-efficacy (r = - .343; n = 37; p < 0,05, one-tail). Artinya, semakin tinggi loneliness ibu tunggal, semakin rendah parenting self-efficacy-nya; begitu pula sebaliknya. Terdapat dua dari tiga dimensi loneliness yang ditemukan memiliki korelasi negatif yang signifikan dengan parenting self-efficacy. Kedua dimensi tersebut adalah keluarga dan sosial. Korelasi antara keluarga dan parenting self-efficacy ditemukan lebih kuat dibandingkan dengan korelasi antara sosial dan parenting self-efficacy.
Di samping itu, loneliness ditemukan tidak memiliki korelasi yang signifikan dengan setiap domain parenting self-efficacy, tetapi dimensi romantis memiliki korelasi negatif yang signifikan dengan domain kesehatan. Berdasarkan hasil tersebut, hubungan dengan anggota keluarga yang baik perlu dimiliki oleh ibu tunggal yang memiliki anak usia kanak madya agar respon ibu tunggal terhadap kondisinya menjadi lebih positif, dan sejalan dengan hal tersebut diharapkan parenting self-efficacy ibu tunggal meningkat.

This study examined the relationship between loneliness and parenting self-efficacy among single mothers of middle childhood children. Loneliness was measured by Social and Emotional Loneliness Scale or SELSA (DiTommaso & Spinner, 1993), whereas parenting self-efficacy was measured by Self-Efficacy for Parenting Task Index or SEPTI (Coleman & Karraker, 2000). The respondents of this study were 37 Indonesia single mothers of middle childhood.
This study obtain a significant, negative relationship between loneliness and parenting selfefficacy (r = -.343; n = 37; p < .05, one-tailed). It indicates that the higher single mothers’ loneliness, the lower their parenting self-efficacy, and vice versa. Next, there are two out three dimension of loneliness that have significant, negative relationship to parenting self-efficacy, they are family and social, where family has higher correlation than social.
On the other hand, there is no significant relationship between loneliness and parenting self-efficacy’s domains, yet there is a significant, negative relationship between romantic dimension and health domain. Based on these results, single mothers need to increase their family relationship's quality in order to help them accepting their status and condition as single mothers, while increasing their parenting self-efficacy as well.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S52534
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Kiranti
"Konflik orangtua yang terjadi dipersepsikan oleh anak sebagai sesuatu yang mengancam bagi dirinya dan juga orangtuanya. Pengalaman dengan konflik orangtua dapat membentuk skema relasional yang maladaptif yang menyebabkan individu secara tidak proporsional lebih peka pada diskusi dan argumen yang negatif dan agresif, lebih mungkin mengharapkan permusuhan dan eskalasi konflik selama bertengkar dengan pasangan romantis, melakukan atribusi negatif terhadap tingkah laku pasangan, dan adanya distorsi kognitif yang membenarkan penggunaan tingkah laku agresif (Nelson, 2004). Kemudian, persepsi anak terhadap konflik orangtua juga mempengaruhi keyakinan dan ekspektasinya terkait dengan hubungan di masa depan, sehingga menurunkan self-efficacy in romantic relationship individu. Self-efficacy in romantic relationship ditemukan berhubungan dengan aspek – aspek yang termasuk ke dalam romantic competence (Fincham & Bradbury, 1987; Riggio et al., 2011, 2013; Weiser & Weigel, 2016). Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk melihat peran mediasi self-efficacy in romantic relationship dalam hubungan antara persepsi anak terhadap konflik orangtua dengan romantic competence. Partisipan pada penelitian ini merupakan 162 laki-laki dan 262 perempuan dewasa awal yang sedang menjalani hubungan romantis dan tinggal bersama dengan kedua orangtua. Hasil analisis statistika regresi menunjukkan bahwa self-efficacy in romantic relationship memediasi secara parsial hubungan antara persepsi anak terhadap konflik orangtua dengan romantic competence dewasa awal (F(2,421) = 114,98, p = <0,01, LLCI= -0,228, ULCI= -0,117 R2 = 0,3533). Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh persepsi anak terhadap konflik orangtua pada romantic competence dapat melalui self-efficacy in romantic relationship terlebih dahulu, namun kedua variabel dapat juga berhubungan secara langsung.

The interparental conflict was perceived by children as a threat for them and also parents. Experiences with interparental conflict have been found to shape a maladaptive relational scheme that leads people to be more disproportionately attended to negative and aggressive discussion or argument, more likely to expect hostility and escalation of conflict during a quarrel with a romantic partner, negative attribution toward partner’s behaviours, and cognitive distortion that justify the use of aggressive behaviour (Nelson, 2004). Also, children’s perception of interparental conflict impacts their belief and expectation about their own relationship in the future, so that reduce their self-efficacy in romantic relationship. Self-efficacy in romantic relationship has been proved related to the aspects included in romantic competence (e.g. Fincham & Bradbury, 1987; Riggio et al., 2011, 2013; Weiser & Weigel, 2016). Therefore, this research aims to see the mediating role of self-efficacy in romantic relationship within the association between children’s perception of interparental conflict and romantic competence. Participant of this study consist of 162 men and 262 women who are currently in a romantic relationship and living together with both parents. The result of this study indicates that self-efficacy in romantic relationship mediates partially the relationship between children’s perception of interparental conflict and romantic competence of emerging adulthood (F(2,421) = 114,98, p = <0,01, LLCI= -0,228, ULCI= -0,117. R2 = 0,3533). This result shows that children’s perception of interparental conflict can either affect romantic competence through self-efficacy in romantic relationship or directly."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Suci Wardani
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara parenting self-efficacy dan parental coping pada ibu yang memiliki anak penderita kanker usia kanak-kanak madya. Pengukuran parenting self-efficacy menggunakan adaptasi alat ukur Self-Efficacy for Parenting Tasks Index (Coleman & Karraker, 2000) dan pengukuran parental coping menggunakan alat ukur Coping Health Inventories for Parents (McCubbin, 1983). Partisipan pada penelitian ini adalah 31 orang ibu yang memiliki anak penderita kanker usia kanak-kanak madya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara parenting self-efficacy dan parental coping pada ibu yang memiliki anak penderita kanker usia kanak-kanak madya (r = 0.482, p = 0.000, signifikan pada L.o.S 0.01). Artinya, semakin tinggi parenting self-efficacy yang dimiliki oleh ibu maka usaha parental coping yang dilakukan juga akan semakin tinggi. Selain itu, hasil tambahan penelitian menemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada parenting self-efficacy dan parental coping ibu yang memiliki anak penderita kanker yang menjalani rawat inap dan rawat jalan.

This research was conducted to find the correlation between parenting self-efficacy and parental coping among mothers of middle childhood with cancer. Parenting self-efficacy was measured using an adaptation instrument named Self-Efficacy for Parenting Tasks Index (Coleman & Karraker, 2000) and parental coping was measured using an adaptation instrument named Coping Health Inventories for Parents (McCubbin, 1983). The participants of this research are 31 mothers who have middle childhood with cancer. The main results of this research show that parenting self-efficacy has a significant positively correlation with parental coping (r = 0.482, p = 0.000, significant at L.o.S 0.01). That is, the higher mothers parenting self-efficacy, the higher parental coping effort. Furthermore, the additional results of this research have also found that there is a significant difference in parenting self-efficacy and parental coping among mothers of children with cancer who is hospitalized and as an outpatient."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45531
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>