Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159722 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Hafiz Afianto
"Penelitian eksplorasi ini bertujuan untuk melihat perbandingan pemahaman konsep makanan pada anak usia early childhood dan middle childhood menggunakan analisis teori Piaget. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk memperoleh gambaran yang lebih luas mengenai konsep makan anak di kedua kelompok usia. Partisipan penelitian adalah kelompok usia Early Childhood (4-6 tahun) dan anak usia Middle Childhood (8-9 tahun) yang berdomisili di daerah Jakarta. Hasil menunjukkan bahwa kedua kelompok usia menunjukkan karakteristik perkembangan kognitif sesuai dengan teori Piaget. Kedelapan partisipan dari kedua usia mempu menjawab pertanyaan yang mencakup tujuan makan, efek dari makanan tertentu, efek dari kuantitas makanan, efek dari diet tidak seimbang, dan ciri dari makanan sehat dan tidak sehat. Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa faktor sosial seperti pengaruh dari orang tua menjadi faktor yang terbesar dalam memengaruhi konsep anak mengenai makanan dimana hal tersebut menggambarkan adanya social experience yang memengaruhi konsep anak. Anak usia sekolah memiki pemahaman makanan yang lebih baik dibandingkan anak usia early childhood. Anak usia middle childhood sudah mampu menjawab alasan dari jawaban mereka, sedangkan anak usia early childhood belum mampu menjelaskan alasan yang diutarakannya. Partisipan usia middle childhood juga mampu dalam menjelaskan proses yang terjadi di dalam tubuh seseorang ketika mengkonsumsi makanan tertentu.

This exploratory study aims to compare the understanding of food concepts in early and middle childhood using Piaget's theory analysis. This study used a qualitative approach to obtain a broader picture of the concept of child eating in both age groups. The study participants were Early Childhood age group (4-6 years) and Middle Childhood age group (8-9 years) who lived in the Jakarta area. The results show that both age groups exhibit cognitive development characteristics according to Piaget's theory. The eight participants of both ages were able to answer questions covering the purpose of eating, the effects of certain foods, the effects of food quantity, the effects of an unbalanced diet, and the characteristics of healthy and unhealthy foods. Based on the results of the interview, it can be seen that social factors such as the influence of parents are the biggest factors in influencing the child's concept of food, which illustrates the existence of social experiences that affect the concept of children. Middle Childhood children have better understanding/knowledge of food as opposed to Early Childhood children. Middle Childhood children have been able to elaborate reasons for their answers, in contrast to Early Childhood. Middle Childhood participants are also able to explain the processes that occur in a person's body when consuming certain of foods."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Aisha Maghfira
"Masa kanak-kanak awal merupakan periode penting untuk membiasakan perilaku makan anak. Konsep makanan merupakan prediktor utama keberhasilan rancangan intervensi perilaku makan, sehingga perlu diketahui konsep makanan pada anak usia prasekolah karena merupakan skema yang mendasari perilaku makan anak. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk melihat gambaran konsep makanan pada anak usia prasekolah 4-6 tahun ditinjau dari teori perkembangan kognitif Piaget. Empat orang partisipan menunjukkan karakteristik preoperational thought dalam menjelaskan pemahaman tentang makanan, yang mencakup tujuan dari makan, efek dari makanan tertentu, efek dari kuantitas makanan, efek dari diet yang tidak seimbang, serta jenis dan ciri makanan sehat serta tidak sehat. Wawancara dengan orang tua dan pengasuh menggambarkan social experience yang berperan dalam pembentukan konsep makanan, terdiri dari orang tua ibu dan ayah, anggota keluarga lain nenek dan kakek, pengasuh/asisten rumah tangga, sekolah, dan media.

Early childhood is a crucial period of life to promote childrens healthy eating habits. Since food concept is an important predictor of successful interventions of eating behavior, more knowledge is needed about food concept among preschool children children because it is a scheme that underlies eating behavior. This study used qualitative research to describe food concept on preschool children 4-6 years old based on Piagets theory of cognitive development. Four participants indicated characteristics of preoperational thought when explained food concept, covered five components of food purpose of eating, effects of specific food, effects of different quantities of food, effects of an unbalanced diet, types and feature of healthy and unhealthy food. The interview with parents and caregiver described social experience that play a role in the formation of childrens food concept, which is parents mother and father, another family members e.g grandmother and grandfather, housemaid, school, and media.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vitri Mardiati
"Kemampuan kognitif yang dimiliki kanak-kanak madya sudah jauh lebih kompleks dibandingkan anak usia prasekolah, namun belum mencapai kemampuan kognitif di usia remaja. Menurut teori perkembangan kognitif Piaget kanak-kanak madya telah masuk dalam tahap perkembangan concrete operational. Pada tahap ini anak sudah mampu membuat penalaran pada konsep konkret, salah satunya adalah makanan. Idealnya anak di tahap usia ini sudah membangun konsep makanan yang jauh lebih logis karena kemampuan kognitif di tahap ini adalah membuat penalaran yang sifatnya logis atau rasional. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk menggali konsep makanan yang dianalisis dengan teori perkembangan kognitif piaget.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggali informasi dari 4 orang kanak-kanak madya dan ibu dari masing-masing anak tersebut. Analisis dilakukan berdasarkan masing-maisng karakteristik kemampuan kognitif Piaget.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik kemampuan kognitif yang muncul saat anak menjelaskan konsep makanan adalah klasifikasi, kausalitas, transformasi, decenter, less egocentrism, dan reversibility, namun masih ditemukan tiga karakteristik yang ada di tahap perkembangan preoperasional yaitu centering, semilogical reasoning dan symbol dan sign. Hasil penelitian juga menemukan keterkaitan antara konsep makanan dengan kepercayaan yang termasuk dalam sociocentric. Ada dua faktor yang mempengaruhi konsep makanan yaitu sosial terutama ibu dan active experienc yang berasal dari eksplorasi anak terhadap makanan.

The cognitive abilities of middle childhood are much more complex than preschoolers, but have not achieved cognitive abilities in adolescence. According to the theory of cognitive development Piaget middle aged children have entered the stage of development of concrete operational. At this stage the child is able to make reasoning on concrete concepts, one of which is food. Ideally a child at this stage of age has already developed a more logical concept of food because the cognitive ability at this stage is to make logical or rational reasoning. Therefore, this study aims to explore the concept of food that is analyzed based on Piaget cognitive developmental theory.
This study is a qualitative study that digs information from 4 middle childhood and their mother. The analysis based on Piaget cognitive capability characteristics.
The results that the characteristics of cognitive abilities that emerged when the child explained the concept of food is classification, causality, transformation, decenter, less egocentrism, and reversibility, but still found three characteristics that exist in preoperational that is centering, semilogical reasoning and symbol and sign. The results also found an association between the concept of food and beliefs that are included in sociocentric. There are two factors that influence the concept of food that is social especially mother and active experience from children rsquo s exploration of food.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafahana Ansiklia Kirana
"Anak memulai preferensi makanannya saat memasuki usia sekolah. Untuk dapat memberikan informasi mengenai makanan sehat kepada anak, diperlukan pengetahuan mengenai sejauh mana pemahaman anak mengenai makanan. Penelitian ini akan melihat gambaran konsep makanan pada anak usia prasekolah usia 4-6 tahun yang dilihat berdasarkan na ve theory. Peneliti melakukan adaptasi terhadap penelitian Slaughter dan Ting 2010 dengan melakukan pilot study berupa focus group discussion untuk mengembangkan panduan wawancara agar sesuai dengan kondisi di Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep makanan anak usia prasekolah berada dalam kategori biological associationism, psychological, vitalistic,dan mechanical. Selain itu dalam penelitian ini ditemukan kategori baru yaitu magical thinking. Pembentukan konsep makanan anak dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu informasi dari orang tua, sekolah, teman, tayangan yang ditonton serta pengalaman anak dengan makanan itu sendiri.

Children started to learn about their food preferances in preschool age, In order to give children information about healthy foods, it required a knowledge on childrens understanding about food. This study aimed to find a description about concept of food in preschool age 4 6 years old that analized by na ve theory. The researchers made an adaptation from of Slaughter and Ting 2010, by doing a pilot study in a form of focus group discussion to develop interview guides to adjust the condition of Indonesian preschool children.
The result showed that Indonesian preschool children are reasoning in biological associationism, psychological, vitalistic, and mechanical to explain about foods. Moreover, this research found new categorization in food concept that is magical thinking. In forming concept about food, preschool are influenced by various factors, including information from parents, school, friends, or medias also children's experience with food itself.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathia Adani Harsya
"Usia kanak-kanak madya sedang berada pada masa yang aktif diantaranya dengan mengikuti kegiatan belajar di sekolah dan bersosialisasi dengan lingkungannya. Oleh karena itu, anak membutuhkan asupan makan yang baik untuk mendukung kegiatan mereka sehari-hari. Konsumsi makanan pada anak dipengaruhi oleh konsep makanan yang juga dipengaruhi oleh kemampuan kognitif. Kanak-kanak madya mengkonstruk konsep dengan menjadi individu yang aktif melalui pengalaman dan observasi. Mereka juga diberikan pengetahuan dari orang-orang di sekitarnya dan dari media massa. Penelitian ini ingin mengetahui konsep makanan anak dan dianalisis menggunakan na ve theory yang menjelaskan penalaran sebab-akibat anak sehari-hari.
Peneliti menggunakan desain kualitatif dengan metode wawancara dan observasi untuk mengetahui konsep makanan anak pada empat komponen, yaitu purpose of eating, quantity of food, effect of specific foods, dan effect of an unbalanced diet dan ditambah informasi dari orang tua anak. Analisis dilakukan dengan menyamakan penalaran anak ke dalam beberapa kategori. Hasil analisis yang didapatkan menunjukkan bahwa anak cenderung memiliki penalaran biological associationism, vitalistic, dan mechanical pada konsep makanan. Selain itu, diketahui bahwa anak mengkonstruk konsep makanan dari keaktifan mencari tahu dan dari banyak sumber terutama dari keluarga mereka.

Middle childhood ages are in the phase where they actively engage in activities such as activities at school and socializing in their circles. According to that, children need more food intake to support their daily activities. Food consumption in children is affected by the concept of the food that rsquo s also influenced by their cognitive abilities. How they construct their concept is influenced by observing the environment and learn from their experience. They also acquire their knowledge through mass media and help form people around them. This study aim to know the nutrition concept on middle childhood by using na ve theory, that explain children rsquo s every day causal reasoning.
The design of this study is qualitative approach by interviewing and observing the children individually. The area of study divided into four components construct of purpose of eating, quantity of food, effect of specific foods, and effect of an unbalanced diet. Additionally, clarification from parents were inserted to complement the information. The result of this study indicates that children in middle childhood have biological associationism, vitalistic, and mechanical reasoning in food concept. This study also found that children construct food concept from their active experience and from various source mainly from parents.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laila Fitri Ibbibah
"ABSTRAK
Latar belakang. Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah program yang bertujuan membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang optimal sesuai tingkat peerkembangannya, dengan sasaran anak usia 0-6 tahun. Data pemerintah tahun 2012 menunjukkan keikutsertaan pada PAUD baru mencapai 54%, dan setengahnya merupakan jalur non formal. Salah satu PAUD non formal yang populer adalah di Pos PAUD.
Tujuan. Mengetahui perbandingan perkembangan anak usia 2-6 tahun antara kelompok yang mengikuti PAUD pada Pos PAUD dan yang tidak mengikuti PAUD.
Metode. Studi potong lintang dilakukan selama 01 Oktober 2015 sampai 31 Januari 2016. Subyek dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok PAUD adalah anak usia 2-6 tahun yang mengikuti PAUD di Pos PAUD dan kelompok non-PAUD adalah anak usia 2-6 tahun yang tidak mengikuti PAUD jalur formal dan nonformal di wilayah kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Data diambil dari anamnesis terhadap orangtua, pemeriksaan fisis, penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, serta dilakukan uji tapis perkembangan Denver II.
Hasil penelitian. Didapatkan total subyek sebesar 134 subyek dengan 67 anak pada tiap kelompok. Pada kelompok PAUD didapatkan 66 anak normal dan 1 anak suspek mengalami keterlambatan, sedangkan pada kelompok anak non PAUD didapatkan 49 anak memiliki perkembangan normal dan 18 anak suspek. Perbedaan jumlah suspek pada kedua kelompok bermakna secara statistik dengan nilai p < 0,001 (dengan PR 0,056; IK 95% 0,014-0,622). Dalam hal ranah perkembangan yang gagal dicapai berdasarkan Denver II, didapatkan perbedaan bermakna secara statistik pada 2 ranah perkembangan yang gagal dicapai oleh subyek, yaitu bahasa (p=0,04) dan motor halus (p= 0,01). Faktor keikutsertaan pada PAUD dan pendidikan ibu memiliki hubungan yang bermakna secara statistik dengan perkembangan anak.
Simpulan. Terdapat perbedaan bermakna secara statistik pada kedua kelompok anak yang mengikuti PAUD dan yang tidak mengikuti PAUD. Keterlambatan perkembangan terutama pada ranah bahasa dan motorik halus.

ABSTRACT
Background. Early Cgildhood Education (ECE) program is held to optimize child potential and development, for 0-6 years old children. In Indonesia, participation in ECE only reach 54%, which consist mostly of nonformally form. One that is most popular is called Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) community center.
Objective. To compare child development between October 2015 to January 2016. Subjects divided into 2 groups, those who attend PAUD an not, from Tanah Abang District in Central Jakarta. Data were taken based on parents interview, basic physical examination and developmental screening based on Denver II.
Results. A total of 134 subjects participated, 67 children in each group. In PAUD group there is one child with suspected developmental delay, and there are 9 child with suspected developmental delay in non-PAUD group. This is statistically significant with p < 0,001 (PR 0,056; CI 95% 0,014-0,622). Delay is mostly in language development (p=0,04) and fine motor skills (p=0,01).
Conclusion. There is statistically significant difference of suspected developmental delay in children who attend early childhood education and those who not attend any early childhood education. The delay mostly on language development and fine motor skills domain.
"
2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Simatupang, Dela Pranaya Wisesa
"Perawat adalah bagian penting dari tenaga kesehatan di Indonesia, terutama di masa pandemi COVID-19. Perawat diketahui sebagai populasi yang rentan terhadap masalah psikologis. Terutama perawat yang juga menjalani peran sebagai ibu yang memiliki anak kecil.. Sejauh observasi peneliti, masih sedikit studi di Indonesia yang menganalisis mengenai kondisi mental perawat perempuan yang memiliki anak berusia kanak-kanak awal. Penelitian ini menganalisis perbedaan mental well-being antara perawat yang memiliki anak pada tahap perkembangan kanak-kanak awal dan perawat yang memiliki anak pada tahap perkembangan kanak tengah dan remaja, serta menganalisis variabel demografis yang ada. Menggunakan studi populasi, 102 perawat dari salah satu rumah sakit di Tangerang Selatan, berusia 25-56 tahun berpartisipasi dalam penelitian ini. Partisipan memiliki 1-4 anak, berusia 0-18 tahun. Mental well-being perawat diukur menggunakan Warwick Edinburgh Mental Well-Being Scale (WEMWBS). Terdapat perbedaan tingkat mental well-being yang signifikan antara perawat yang memiliki anak berusia lebih kecil atau sama dengan 6 tahun dan diatas 6 tahun. Studi ini juga menemukan adanya perbedaan yang signifikan berdasarkan pengaturan tempat tinggal. Perawat yang memiliki anak berusia dini dan tinggal bersama anak mereka memiliki tingkat mental well-being paling rendah, dan perawat yang memiliki anak berusia kanak tengah dan tinggal bersama mereka memiliki mental well-being tertinggi.

Nurses are critical part of the health workers force in Indonesia, especially during COVID-19 pandemic. This issues coming on stronger for nurses who are also mothers with little children. According to child-rearing practices in Indonesia, mothers are responsible to take care of the children. There haven’t been much studies that analyse nurses with little children’s mental condition. This study highlights the difference of mental well-being between nurses who are mothers with early childhood aged children (0-6 years old) and non-early childhood children (older than 6 years old), also analysing demographic variables. Using population study, 102 nurses from a Hospital in South Tangerang, ranged 25-56 years old, participated in this study. The participants have a range of 1 to 4 children, aged from 0 to 18 years old. Nurses’ well-being was assessed using Warwick Edinburgh Mental Well-Being Scale. A significant difference of mental well-being was found between nurses with infant until early childhood aged, and non-early childhood aged children. Difference in mental well-being level between nurses who have early childhood aged children and nurses who have middle childhood aged children was found. In addition, this study reports a significant differences based on where the children live."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Belinda Agustya Pawidya Putri
"Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa perceraian orangtua mempengaruhi rendahnya self-esteem anak meskipun ditemukan adanya kontroversi hasil temuan bahwa anak yang orangtuanya bercerai memiliki selfesteem yang tinggi dan tidak berbeda dengan anak yang orangtuanya tidak bercerai. Penelitian dengan desain ex post facto field study ini, bertujuan untuk mengukur perbedaan self-esteem anak usia middle childhood yang orangtuanya bercerai dan yang tidak bercerai. 80 anak sekolah dasar berpartisipasi dalam penelitian ini, 40 anak yang orangtuanya bercerai dan 40 anak yang orangtuanya tidak bercerai, Self-esteem anak diukur dengan Self-Esteem Inventory (SEI) dari Coopersmith (1967) yang telah divalidasi ulang oleh peneliti. Perbedaan selfkedua kelompok diukur dengan teknik statistik independent sample t-test. Self-esteem dapat diukur sebagai satu keseluruhan atau dianalisis berdasarkan aspeknya yaitu personal, akademis (sekolah), sosial (teman sebaya), dan keluarga (orangtua). Hasil analisis menunjukkan rendahnya self-esteem pada anak yang orangtuanya bercerai, baik secara menyeluruh atau pada tiap aspeknya Pada dua kelompok ditemukan bahwa anak perempuan memiliki self-esteem yang tinggi dibandingkan anak laki-laki. Self-esteem akademis pada kelompok orangtua bercerai tidak berbeda antara anak laki-laki dan perempuan.

Research have found that parental affects low self-esteem of children. This research, an ex psot facto field study , examined the difference of self-esteem between middle chilhood children of divorced and not divorced parents. The sample comparised of 80 children from elementary schools, 40 children with divorced and non-divorced parents. Self-esteem is measured with self-esteem inventory of Coopersmith (1967) which has been revaliadated by the researcher. The diggerenceof self-esteem level from those two groups are measured by independent sample t-test. Selft esteem could be measured as an whole or analyzed based on the aspects which are personal, academisc, social (peers) and family (parents). The result found that children of divorced parents show lower self-esteem, as awhole as in each aspect. Regarding the differencebetween boys and girls, regardless of their parental marital status, ingeneral girls have higher srlf-esteem than boys. Nevertheless, there is no significance difference between academic self-esteem of girls and boy with divorce parents."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
S3645
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widi Rahayu
"Anak-anak harus tumbuh tidak hanya tubuhnya, melainkan jiwanya. Anak perlu didorong secara aktif untuk mengobservasi dan mengeksplorasi. Untuk itu, kualitas pendidikan anak usia dini harus mendapatkan perhatian serius, karena di usia ini seorang anak sangat peka terhadap berbagai stimulasi dan rangsangan dari lingkungannya, akan tetapi realitas dunia pendidikan anak usia dini saat ini masih mengikuti tradisi klasik dengan menjadikan pendidik sebagai subject centered (teacher centered). Teacher centered memfokuskan seluruh proses pembelajaran kepada guru sehingga model pendidikan seperti ini membuat anak didik sulit mengembangkan proses kreativitas dan kemandiriannya. Dengan menggunakan metode refleksi kritis, artikel ini berusaha merefleksikan fungsi pendidikan anak bagi perkembangan anak usia dini secara filosofis. Artikel ini juga memberikan pemahaman pada pentingnya model pendidikan progresif yang menekankan pada kebebasan peserta didik dan mengenalkan tahapan-tahapan pendidikan berdasarkan perkembangan usia anak dan kebebasan anak. Sehingga harapannya model pendidikan yang memberikan kebebasan kepada anak dapat membentuk pribadi anak yang siap mengarungi kehidupan pada masa dewasa nanti sebagaimana yang digagas oleh Maria Montessori.

Children must grow not only in body but in spirit. Children need to be actively encouraged to observe and explore. For this reason, the quality of early childhood education must receive serious attention, because at this age a child is very sensitive to various stimulations and stimuli from his environment, but the reality of the world of early childhood education today still follows the classical tradition by making educators as subject-centered ( teacher-centered). Teacher centered focuses the entire learning process on the teacher so an educational model like this makes it difficult for students to develop their creativity and independence processes. By using the critical reflection method, this article tries to reflect philosophically on the function of children's education for early childhood development. This article also provides an understanding of the importance of a progressive education model that emphasizes the freedom of students and introduces the stages of education based on the child's age development and child's freedom. So it is hoped that an educational model that gives freedom to children can form a child's personality that is ready to navigate life in adulthood, as initiated by Maria Montessori."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia;, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Ariella Fedora
"Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat pengaruh gaya pengasuhan terhadap karakter disipin, tanggung jawab, dan penghargaan pada anak usia middle childhood. Subjek penelitian ini adalah anak usia 8-9 tahun sebanyak 203 orang. Karakter dan gaya pengasuhan anak diukur dengan menggunakan akat ukur yang dikonstruk bersama dengan payung penelitian Pendidikan Karakter. Berdasarkan hasil penghitungan dengan one-way Anova didapatkan hasil yang signifikan. Hal ini berarti terdapat perbedaan karakter disiplin, tanggung jawab, dan penghargaan yang signifikan pada empat gaya pengasuhan berbeda, yaitu authoritative, authoritarian, permissive,dan neglectful pada anak usia middle childhood.

The aim of this research is to see the effect of parenting style on discipline, responsibility, and respect in middle childhood. The subjects are 203 children aged 8 and 9. Characters and parenting style of the subjects are measured by instruments that were constructed by a group of Character Education Research. Based on the measurement using one-way Anova, the result shows that there are significant differences between characters, which are discipline, responsibility, and respect, and parenting styles, which are authoritative, authoritarian, permissive, and neglectful in middle childhood."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>