Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153336 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ni Made Tia Marlyna Kusuma Wardani
"Penelitian ini ingin melihat bagaimana gambaran adult attachment style dan cara penyelesaian konflik serta perbedaan cara penyelesaian konflik terhadap orang yang memiliki attachment style tertentu pada hubungan romantis emerging adulthood di masa pandemi COVID-19. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yaitu korelasional. Penelitian terdiri dari 289 partisipan yang sedang menjalani hubungan romantis pada usia 18-25 tahun. Variabel adult attachment style diukur menggunakan The Experiences in Close Relationship – Revised (ECR-R) oleh Fraley, Waller dan Brennan (2000) dan variabel cara penyelesaian konflik diukur menggunakan Romantic Partner Conflict Scale (RPCS) oleh Zacchilli, Hendrick dan Hendrick (2009). Hasil yang didapatkan yaitu sebagian besar partisipan memiliki secure dan preoccupied attachment style dan cara penyelesaian konflik yang compromise dan avoidance. Melalui teknik korelasi chi square dan crosstabulation ditemukan bahwa tidak terdapat perbedaan cara penyelesaian konflik antara orang memiliki secure dan preoccupied attachment.

This aim of this study is to see how adult attachment style describes and how to resolve conflict and also resolve conflict resolution methods for people who have a certain attachment style in romantic relationship that emerged during the Pandemic COVID-19. This research is a non-experimental research that is correlational. The study consisted of 289 participants who were in romantic relationships at the age of 18-25 years. Adult attachment style variables were measured using The Experiences in Close Relationship – Revised (ECR-R) by Fraley, Waller and Brennan (2000) and variable conflict resolutions were measured using Romantic Partner Conflict Scale (RPCS) by Zacchilli, Hendrick and Hendrick (2009). The results obtained, most of the participants have a secure and preoccupied attachment style and for conflict resolution is compromise dan avoidance. Through the correlation technique of chi square and crosstabulation, it was found there is differences way to resolve conflicts between people who have a secure and preoccupied attachment."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Arsyitia
"Penelitian ini membahas mengenai hubungan antara keterlibatan ayah dan hubungannya dengan penyelesaian konflik secara konstruktif dalam konteks hubungan romantis pada individu berusia emerging adulthood 18-25 tahun . Adanya penyelesaian konflik yang konstruktif membantu seorang emerging adult dalam memenuhi tugas perkembangannya dalam eksplorasi dalam kehidupan cinta untuk membangun intimasi dengan orang lain. Penelitian kuantitatif ini mengukur keterlibatan ayah menggunakan Father Involvement Scale dan Nurturance Fathering Scale dari Finley dan Schwartz 2004 dan mengukur penyelesaian konflik secara konstruktif menggunakan subskala compromise pada Romantic Partner Conflict Scale Zacchilli, 2009 . Hasil penelitian dari 284 responden 81 pria dan 203 wanita emerging adult di Jabodetabek menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan.

Study investigated the relationship between father involvement with constructive conflict resolution in romantic relationships of emerging adult 18 25 years old . Constructive conflict resolution helps emerging adults to fulfill their developmental tasks, which is about exploration of love life to build intimacy with others. This quantitative study measured father involvement using Father Involvement Scale and Nurturance Fathering Scale from Finley and Schwartz 2004 and measured constructive conflict resolution using compromise subscale in Romantic Partner Conflict Scale Zacchilli, Hendrick Hendrick, 2009 . The results from 284 emerging adults 81 male and 203 female in Jabodetabek showed a positive and significant correlation.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67952
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evita Marsha Steffiani Rinaldy
"Perkembangan hubungan interpersonal merupakan tugas penting di masa dewasa muda. Individu dewasa muda akan berfokus untuk membangun hubungan yang kuat dan intimate saat mereka mengalami ketegangan antara intimacy dan isolation. Apabila individu gagal mencapai intimacy, individu dapat mengalami isolation, kesepian, ketakutan terhadap hubungan, dan penyesuaian yang buruk. Salah satu hubungan paling penting yang terbentuk dalam kehidupan individu dewasa muda adalah hubungan romantis. Perbedaan individu dalam menjalani hubungan romantis dapat dijelaskan melalui adult attachment, yang terbentuk dari internal working models berdasarkan pola asuh yang dipersepsikan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara perceived parenting style dan adult attachment pada dewasa muda di Indonesia. Partisipan dalam penelitian ini terdiri dari 147 individu dewasa muda yang berusia 18-25 tahun, pernah tinggal dengan salah satu atau kedua orang tua, dan pernah atau sedang menjalin hubungan romantis. Pengukuran kedua variabel dilakukan dengan menggunakan alat ukur Parental Authority Questionnaire dan Experiences in Close Relationship Scale-Short Form. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara persepsi pola asuh otoriter dan anxious attachment (r = 0,287, p < 0.001). Dengan kata lain, makin tinggi tingkat pola asuh otoriter yang dipersepsikan, makin tinggi pula tingkat anxious attachment yang dimiliki. Penelitian ini juga menemukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi pola asuh otoriter dan avoidant attachment. Selain itu, persepsi pola asuh otoritatif tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan anxious maupun avoidant attachment.

The development of interpersonal relationships is an important task in emerging adulthood. Emerging adults will focus on building strong, intimate relationships as they experience the tension between intimacy and isolation. If they fail to achieve intimacy, they may experience isolation, loneliness, fear of relationships, and poor adjustment. One of the most important relationships that form in an emerging adult's life is a romantic relationship. Differences in how individuals navigate romantic relationships can be explained through adult attachment, which is formed from internal working models shaped by perceived parenting styles. Therefore, this study aims to examine the relationship between perceived parenting style and adult attachment among emerging adults in Indonesia. Participants in this study consisted of 147 emerging adults aged 18-25 years who have lived with either one or both parents and have been or are currently in a romantic relationship. The measurement of the two variables was conducted using the Parental Authority Questionnaire and the Experiences in Close Relationship Scale-Short Form. The results of the correlation analysis showed a positive relationship between perceived authoritarian parenting and anxious attachment (r = 0.287, p < 0.001). In other words, the higher the perceived level of authoritarian parenting, the higher the level of anxious attachment. This study also found no significant relationship between perceived authoritarian parenting and avoidant attachment. In addition, perceptions of authoritative parenting did not have a significant relationship with anxious or avoidant attachment."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mardiana Trisnia Aditya
"Konflik antar orang tua yang terjadi terus menerus akan dapat diinterpretasikan
oleh anak dan memiliki dampak pada anak. Pengalaman paparan konflik ini akan
memengaruhi anak dalam ekspektasi mengenai hubungan romantis yang bersifat
negatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara konflik
antar orang tua dan optimisme dalam hubungan romantis pada emerging
adulthood di Jakarta. Partisipan penelitian ini berusia 18-25 tahun, berjumlah 172
orang, saat ini masih tinggal dengan kedua orang tua, dan berdomisili di Jakarta.
Child Perception of Interparental Conflict (CPIC) yang dikembangkan oleh
Grych, Seid, dan Fincham tahun 1992 digunakan untuk mengukur persepsi anak
mengenai konflik orang tua yang dilihatnya dan Optimism about Future
Relationship Scale yang dikembangkan oleh Carnelley dan Janoff-Bulman tahun
1992 digunakan untuk mengukur optimisme dalam hubungan romantis pada
emerging adulthood. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan negatif yang signifikan antara konflik antar orang tua dan optimisme
dalam hubungan romantis pada emerging adulthood di Jakarta. Maka, untuk
meningkatkan optimisme dalam hubungan romantis dalam diri perlu
memperhatikan dinamika konflik orang tua yang terjadi dan meminimalkan
dampaknya.

Continuous conflicts between parents will be able to be interpreted by the children and have an impact on them. The experiences of conflict exposure will affect children in forming an expectation toward romantic relationship that tend to negative. The purpose of this study is to examine the relationship between interparental conflict and optimism toward romantic relationship on emerging adulthood in Jakarta. Participants in this study were 172 participants, aged 18-25 years old, currently living with parents, and have domicile in Jakarta. Child Perception of Interparental Conflict (CPIC) developed by Grych, Seid, and Fincham in 1992 was used to measure children’s perceptions of interparental conflict that they saw. Optimism about Future Relationship Scale developed by Carnelley and Janoff-Bulman in 1992 was used to measure optimism toward romantic relationship on emerging adulthood. The results of this study indicate that there is a significant negative correlation between interparental conflict and optimism toward romantic relationship on emerging adulthood in Jakarta. Therefore, to increase optimism toward romantic relationship within oneself it is necessary to pay attention to the dynamics of interparental conflict that occurs and minimize its impact."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marsa Dhiya M
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara interaksi ayah-orang dewasa keterikatan dengan orang dewasa baru yang berada dalam hubungan romantis. Keterlibatan Ayah memiliki dua aspek yaitu aspek afektif dan aspek perilaku. Aspek afektif dari interaksi ayah menggunakan Nurturant Fathering Scale (NFS), sedangkan aspek perilaku Interaksi ayah diukur menggunakan Skala Keterlibatan Ayah (FIS). Keduanya adalah alat ukur dikembangkan oleh Finley dan Schwartz (2004). Kemelekatan orang dewasa memiliki dua dimensi, yaitu dimensi kecemasan dan penghindaran. Untuk mengukur kedua dimensi orang dewasa attachment, digunakan untuk mengukur Experience dalam bentuk Close-Short Relations (ECR-S) Milik Wei, Russell, Mallinckrodt, dan Vogel (2007). Sebanyak 551 responden dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan aspek afektif Interaksi ayah memiliki hubungan dengan kecemasan lampiran (r = -0,129, p <0,01, dua sisi) tetapi tidak memiliki hubungan dengan menghindari keterikatan. Kemudian Ditemukan bahwa perilaku interaksi ayah tidak berhubungan kecemasan atau menghindari keterikatan.

This study aims to examine the relationship between father-adult interactions with new adults who are in romantic relationships. Father's involvement has two aspects, namely affective aspects and behavioral aspects. The affective aspect of the father's interaction uses the Nurturant Fathering Scale (NFS), while the behavioral aspects of the father's interaction are measured using the Father's Involvement Scale (FIS). Both are measuring tools developed by Finley and Schwartz (2004). Adult attachment has two dimensions, namely the dimensions of anxiety and avoidance. To measure both dimensions of adult attachment, it is used to measure Experience in the form of Close-Short Relations (ECR-S) by Wei, Russell, Mallinckrodt, and Vogel (2007). A total of 551 respondents in this study. The results of this study indicated that the affective aspect of the father's interaction had a relationship with attachment anxiety (r = -0.129, p <0.01, both sides) but had no relationship with attachment avoidance. Later it was found that the father's interaction behavior was not related to anxiety or attachment avoidance."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Mahardhika Pangestuti
"Menjalin hubungan romantis dengan orang lain merupakan salah satu pemenuhan tugas perkembangan psikososial pada tahap emerging adulthood. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara attachment styles dan self disclosure pada emerging adulthood yang menjalankan hubungan romantis jarak jauh. Partisipan penelitian (N=292) merupakan emerging adulthood yang sedang atau pernah menjalin hubungan romantis jarak jauh. Pada penelitian ini, attachment styles diukur menggunakan Experiences in Close Relationships-Revised (ECR-R) sedangkan self disclosure diukur menggunakan Self Disclosure Scale. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan negatif signifikan antara attachment styles dan self disclosure.

Having a romantic relationships with others is one of the psychosocial developmental tasks in emerging adulthood. This study aims to invistigate a relationships between attachment styles and self disclosure in emerging adulthood whom in a long distance relationships. The participants of this research (N=292) were emerging adulthood who are currently or had previously involved in a long distance relationships. In this study, attachment styles were measured by Experiences in Close Relationships-Revised (ECR-R) meanwhile self disclosure was measured by Self Disclosure Scale. Result of this study showed a negative relationship that significant between attachment styles and self disclosure."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Azzahra Rivardi
"Emerging adulthood adalah fase kehidupan individu yang dipenuhi oleh banyak perubahan dalam berbagai aspek, salah satunya adalah dalam aspek psikosial. Pada periode ini, muncul kebutuhan untuk menjalin relasi dan hubungan intim dengan individu lainnya. Untuk dapat menjalin hubungan dengan baik dan sehat, emerging adulthood perlu untuk memiliki subjective well-being yang baik. Subjective well-being yang dimiliki oleh individu ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya adalah tipe attachment yang dimiliki oleh individu dengan orang tua. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan subjective well-being berdasarkan tipe adult attachment yang dimiliki oleh individu. Adult attachment style akan ditentukan menggunakan alat ukur Experience in Close Relationship - Short Form (ECR-SF) dan subjective well-being akan diukur menggunakan Satisfaction with Life Scale (SWLS) dan Positive and Negative Affect Schedule(PANAS). Partisipan sebanyak 311 individu baik perempuan maupun laki-laki berusia 18-25 tahun menjadi sampel dalam penelitian ini. Menggunakan metode analisis uji beda ANOVA nonparametrik Kruskal-Wallis, terbukti bahwa terdapat perbedaan subjective well-being berdasarkan tipe adult attachment style yang signifikan, dengan tipe attachment securememiliki subjective well-being paling baik dilihat dari ketiga komponen subjective well-being, yaitu kepuasan hidup (kognitif), afek positif (afektif), dan afek negative (afektif). Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan pengetahuan dan informasi terkait tipe adult attachment style dan subjective well-being pada emerging adulthood.

Emerging adulthood is a phase of an individual's life that is filled with many changes in various aspects, one of which is the psychosocial aspect. In this period, the need arises to establish relationships and intimate relationships with other individuals. To be able to have good and healthy relationships, emerging adulthood needs to have good subjective well-being. An individual's subjective well-being is determined by many factors, one of which is the type of attachment the individual has with their parents. This research aims to look at differences in subjective well-being based on the type of adult attachment an individual has. Adult attachment style will be determined using the Experience in Close Relationship - Short Form (ECR-SF) measuring instrument and subjective well-being will be measured using the Satisfaction with Life Scale (SWLS) and Positive and Negative Affect Schedule (PANAS). Participants totaling 311 individuals, both women and men aged 18-25 years, were the samples in this study. Using the Kruskal-Wallis non-parametric ANOVA different test analysis method, it was proven that there were significant differences in subjective well-being based on the type of adult attachment style, with the secure attachment type having the best subjective well-being seen from the three components of subjective well-being, namely life satisfaction. (cognitive), positive affect (affective), and negative affect (affective). The results of this research can be used to develop knowledge and information regarding types of adult attachment style and subjective well-being in emerging adulthood."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syannia Tasha Indra Putri
"Hubungan romantis seperti berpacaran merupakan salah satu bentuk hubungan yang dikembangkan oleh umat manusia. Setiap pasangan yang sedang menjalani hubungan berpacaran pasti ingin memiliki hubungan yang memuaskan di mana hubungan tersebut membutuhkan upaya yang berkelanjutan.Terkadang individu menerima secara cuma-cuma upaya yang dilakukan pasangan karena dianggap sebagai bare minimum dan individu tidak mengapresiasi upaya tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara apresiasi pasangan dan kepuasan hubungan berpacaran. Penelitian ini menggunakan Appreciation in Relationship (AIR) Scale untuk mengukur apresiasi dan Couple Satisfaction Index (CSI[16]) untuk mengukur kepuasan hubungan. Hasil teknik korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara apresiasi pasangan dan kepuasan hubungan (rs = .683, n = 230, ps < 0.01, one tailed). Melalui penelitian ini dapat diketahui bahwa, pada usia emerging adult yang sedang menjalani hubungan berpacaran, perasaan diapresiasi pasangan dapat berguna untuk meningkatkan hubungan yang memuaskan.

Romantic relationships such as dating is a form of relationship developed by mankind. Every couple who is in a dating relationship wants to have relationship satisfaction where it requires continuous effort. Sometimes individuals accept the efforts made by their partner for granted because they are considered a bare minimum and individuals do not appreciate these efforts. This study aims to examine the relationship between partner’s appreciation and relationship satisfaction. In this study, Appreciation in Relationship (AIR) Scale used to measure appreciation and Couple Satisfaction Index (CSI[16]) used to measure relationship satisfaction. Spearman correlation technique’s result showed a positive and significant relationship between partner’s appreciation and relationship satisfaction (rs = .683, n = 230, ps < 0.01, one tailed). Therefore, this study found that the feeling of being appreciated by a partner can bep useful to increase satisfaction in dating relationship among emerging adults."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Situmorang, Yunita Andriana
"Konflik adalah hal yang pasti terjadi dalam hubungan interpersonal, termasuk dalam pernikahan. Anak kemungkinan besar menjadi saksi konflik antara kedua orangtuanya. Beberapa studi menemukan bahwa konflik antara ayah dan ibu yang dilihat oleh anak dapat memengaruhi hubungan anak itu sendiri, termasuk hubungan romantisnya. Pengaruh tersebut dapat berakibat pada kesejahteraan individu di usia emerging adult.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara persepsi anak terhadap konflik antara ayah dan ibunya dengan kualitas hubungan romantis yang dijalaninya. Persepsi terhadap konflik antara ayah dan ibu diukur dengan Children rsquo;s Perception of Interparental Conflict Scale CPIC Scale, ? = 0.94, sedangkan kualitas hubungan romantis diukur dengan Partner Behavior in Social Context PBSC, ? = 0.92. 316 emerging adult yang sedang menjalin hubungan romantis mengikuti penelitian ini. Analisis Spearman rsquo;s rho menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan negatif antara persepsi terhadap konflik antara ayah dan ibu dengan kualitas hubungan romantis ? = -0,19, p < 0,01

Conflict is an inevitable event that would happen in any interpersonal relationship, including marriage. If the spouse had a child, there's high chance that the child will see their conflict. Numerous studies have found that child's observation of the conflict between his her parents could influence the child's own personal relationship, including his her romantic relationship. It could also influence the child's well being as an emerging adult.
The purpose of this study is to find correlation between the child's perception of interparental conflict and the quality of his her romantic relationship. Perception of interparental conflict is measured with Children's Perception of Interparental Conflict Scale CPIC Scale, 0.94 and romantic relationship quality is measured with Partner Behavior in Social Context PBSC, 0.92. 316 emerging adults who commit in romantic relationship participated in this study. Spearman's rho analysis showed that there is a negative significant correlation between perception of interparental conflict and romantic relationship quality 0.19, p 0.01 .
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S69782
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christiana Daraclaudia
"Sexting adalah perilaku bertukar pesan foto atau pesan teks yang bernuansa seksual melalui ponsel atau media seluler lainnya. Perilaku sexting merupakan salah satu cara menjaga hubungan asmara dengan pasangan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara keterikatan orang dewasa dengan perilaku sexting, yang berusaha untuk melihat aspek psikologis yang mendasari perilaku sexting dalam hubungan romantis. Penelitian ini dilakukan pada kelompok dewasa muda yang sedang menjalin hubungan asmara berpacaran dan melakukan sexting dengan pasangannya yaitu sebanyak 20 laki-laki dan 54 perempuan (N = 74). Kelekatan orang dewasa diukur menggunakan The Experiences in Close Relationship-Revised (ECR-R) yang terdiri dari 18 item pada dimensi kecemasan dan 18 item pada dimensi penghindaran. Perilaku sexting diukur menggunakan skala sexting dengan 8 item yang mengukur frekuensi perilaku dan konten seks yang dipertukarkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi keterikatan kecemasan memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku sexting (r (71) = 0,274, p <0,05).

Sexting is the behavior of exchanging sexual photos or text messages through cell phones or other cellular media. Sexting behavior is one way of maintaining a romantic relationship with a partner. This study aims to look at the relationship between adult attachment to sexting behavior, which seeks to see the psychological aspects that underlie sexting behavior in romantic relationships. This research was conducted on a group of young adults who were dating and having sexting with their partners, as many as 20 men and 54 women (N = 74). Adult attachment was measured using The Experiences in Close Relationship-Revised (ECR-R) which consisted of 18 items on the anxiety dimension and 18 items on the avoidance dimension. Sexting behavior was measured using a sexting scale with 8 items measuring the frequency of sexual behavior and content exchanged. The results showed that the dimension of attachment anxiety had a significant relationship with sexting behavior (r (71) = 0.274, p <0.05)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>