Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 196480 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wahid Hasyim
"Transformasi organisasi dengan mengubah proses bisnis dari portofolio based (unit kerja berdasarkan portofolio produk) menjadi value chain (unit kerja berdasarkan fungsi unit dan pelanggan) menuntut adanya keterhubungan antar unit dan direktorat sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan struktur, unit dan jabatan, tugas dan tanggung jawab, serta proses kerja pada Direktorat OI PT X. Transformasi tersebut tidak didukung oleh kesiapan yang matang, salah satunya terkait kejelasan peran sehingga menghambat pekerjaan karyawan dan berakibat pada kurangnya komitmen karyawan terhadap perubahan sehingga transformasi tersebut tidak berjalan dengan optimal. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut hubungan antara ketidakjelasan peran dan komitmen terhadap perubahan pada karyawan Direktorat OI PT X (Studi 1). Pada studi 1, sampel penelitian berjumlah 164 orang yang diambil dengan menggunakan teknik accidental sampling. Hasil penelitian studi 1 menunjukkan adanya hubungan negatif dan signifikan antara ketidakjelasan peran dan komitmen terhadap perubahan (r = -.540, p<.001). Selanjutnya, hasil tersebut menjadi acuan peneliti untuk melakukan studi 2 dengan membuat dan mengevaluasi efektivitas pemberian intervensi analisis jabatan dan sosialisasi untuk menurunkan ketidakjelasan peran dan meningkatkan komitmen terhadap perubahan. Sampel penelitian pada studi 2 berjumlah 14 orang (kelompok intervensi dan pembanding) yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Hasil studi 2 menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan skor ketidakjelasan peran (z=-2.37, p<.005, r= .018) dan komitmen karyawan terhadap perubahan (z=-2.37, p<.005, r= .018) sebelum dan setelah intervensi. Selanjutnya, peneliti juga melakukan analisis perbandingan skor kelompok intervensi dan kelompok pembanding untuk membuktikan intervensi tersebut tepat dan efektif. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan skor ketidakjelasan peran (z=-3.0, p<.005, r= .003) dan komitmen terhadap perubahan (z=-2.95, p<.005, r= .003) pada kelompok intervensi dan kelompok pembanding. Dengan demikian, dapat disimpulkan intervensi analisis jabatan dan sosialisasi tergolong efektif.

Organization transformation in business processes from portfolio based (product portfolio) to value chain (unit and customer functions) requires linkages between units and directorate resulting in change structure, units and positions, responsibilities and duties, and work processes at Directorate OI PT X. The transformation is not supported by thorough readiness, one of which is related to clarity of roles which hinders employee performance and resulted in a lack of employee commitment to change so that the transformation did not run optimally. This research was conducted to find out more about the relationship between role ambiguity and commitment to change in Directorate OI PT X (Study 1). The research sample in study 1 consisted of 164 people who were taken using accidental sampling technique. The results of study 1 showed a negative and significant relationship between role ambiguity and commitment to change (r= -.540, p<.001). These results become a reference for researchers to conduct study 2 by creating and evaluating job analysis and socialization intervention to reduce role ambiguity and are expected to increase commitment to change. The research sample in study 2 consisted of 14 people (intervention and comparison group)who were selected using purposive sampling technique. The results of study 2 showed a significant difference in the role ambiguity (z = -2.37, p<.005, r=.018) and employee commitment to change scores (z = -2.37, p<.005, r= .018) before and after the intervention. Furthermore, the researcher also conducted a comparative analysis of the scores of the intervention group and the comparison group to prove the intervention was appropriate and effective. The results of the analysis indicated that there were significant differences in the role ambiguity (z = -3.0, p<.005, r= .003) and commitment to change scores (z = -2.95, p<.005, r= .003) between intervention group and comparison group. Thus, it can be concluded that job analysis and socialization interventions are classified as effective interventions."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia , 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arvidyani Anindita
"Persaingan di industri menara telekomunikasi Indonesia tergolong cukup ketat, sehingga perusahaan perlu memiliki performa yang baik agar dapat bersaing dan kontribusi dari setiap karyawan di dalamnya memiliki peranan penting. Perilaku kewargaan organisasi (PKO) adalah perilaku ekstra di luar tanggung jawab utama karyawan yang dapat meningkatkan efektivitas organisasi. Meskipun demikian, kemunculan PKO dapat terhambat apabila karyawan mengalami ketidakjelasan peran. Studi 1 penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara ketidakjelasan peran dan PKO pada karyawan Direktorat B PT X. Data studi 1 dikumpulkan dari 58 karyawan menggunakan alat ukur RHS Scale (Rizzo, House, & Lirtzman, 1970) dan skala PKO (Nugraha, 2013). Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif dan signifikan antara ketidakjelasan peran dan PKO (r = -0,511, p < 0,01). Hasil ini ditindaklanjuti melalui studi 2 untuk mengetahui pengaruh intervensi penyusunan dan sosialisasi uraian jabatan dalam menurunkan ketidakjelasan peran serta meningkatkan PKO. Hasil evaluasi pada tujuh karyawan menunjukkan bahwa setelah mendapat intervensi, terdapat penurunan ketidakjelasan peran yang signifikan (z = -1,983, p < 0,05, r = -0,75) namun tidak terdapat perubahan yang signifikan pada PKO (z = -0,631, p > 0,05). Selanjutnya penelitian ini membandingkan perubahan tingkat ketidakjelasan peran dan PKO antara kelompok intervensi dan kelompok pembanding. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada ketidakjelasan peran (U = 6, z = - 2,432, p < 0,05, r = -0,65) namun tidak terdapat perbedaan PKO yang signifikan (U = 23, z = -0,192, p > 0,05) antara kelompok intervensi dan kelompok pembanding. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa intervensi penyusunan dan sosialisasi uraian jabatan efektif dalam menurunkan ketidakjelasan peran namun tidak efektif dalam meningkatkan PKO.

Competition in the Indonesian telecommunications tower industry is quite tight, thus companies need to have good performance in order to be competitive and the contribution of each employee has an important role. Organizational citizenship behavior (OCB) is extra-role behavior outside employee's main responsibility that can increase organizational effectiveness. However, the emergence of PKO can be hampered if employees experience role ambiguity. Study 1 aimed to see the relationship between role ambiguity and OCB among employees of Directorate B PT X. Data for study 1 was collected from 58 employees using RHS Scale (Rizzo, House, & Lirtzman, 1970) and OCB scale (Nugraha, 2013). The results showed that there was a negative and significant relationship between role ambiguity and OCB (r = -0.511, p < 0.01). These results were followed up through study 2 to see the effect of job description redesign and socialization to reduce role ambiguity and increase OCB. The results of the evaluation on seven employees showed that after receiving intervention, there was a significant decrease in role ambiguity (z = - 1,983, p < 0.05, r = -0.75) but there was no significant change in OCB (z = -0.631, p > 0.05). Furthermore, this study compared changes in the level of role ambiguity and OCB between the intervention group and the comparison group. The results showed that there was a significant difference in role ambiguity (U = 6, z = -2.432, p < 0.05, r = -0.65) but there was no significant difference in OCB (U = 23, z = - 0.192, p > 0.05) between the intervention group and the comparison group. Thus, it can be concluded that the job descriptions redesign and socialization were effective in reducing role ambiguity but were not effective in increasing OCB."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nandita Galuh Guamaradewi
"Perubahan sangat penting bagi organisasi dalam rangka mempertahankan keunggulan kompetitifnya di masa kini maupun masa depan, dan keberhasilan perubahan memerlukan komitmen untuk berubah, terutama komitmen afektif untuk berubah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kontribusi kesiapan individu untuk berubah dan kesiapan organisasi untuk berubah bagi komitmen afektif untuk berubah. Penelitian ini dilakukan pada sebuah organisasi manajemen fasilitas, yakni Perusahaan Kontraktor Kerja Sama KKKS Minyak dan Gas Bumi, yang sedang menghadapi terminasi kontrak bagi hasil produksi dengan Pemerintah Indonesia dengan kontrak bagi hasil produksi gross split, sebuah kebijakan yang baru disahkan oleh pemerintah. Penelitian menggunakan 3 tiga skala: Komitmen Afektif untuk Berubah KAuB , Kesiapan Individu untuk Berubah KIuB dan Kesiapan Organisasi untuk Berubah KOuB.
Hasil penelitian N = 107 menunjukkan bahwa kesiapan individu untuk berubah dan kesiapan organisasi untuk berubah berpengaruh positif dan signifikan bagi komitmen afektif untuk berubah. Lebih lanjut, hasil penelitian menunjukkan kesiapan individu untuk berubah memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan kesiapan organisasi untuk berubah. Selain itu, penelitian juga menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara usia dan pengalaman kerja individu bagi kesiapan individu untuk berubah. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan kepada manajemen terkait program intervensi yang dapat membantu terciptanya komitmen afektif individu untuk menghadapi situasi perubahan.

Change is critical to the all organization in order to maintain its present and future competitive advantage, and the success of change requires commitment to change, especially affective commitment to change. The purpose of this study is to know the contribution of individual readiness to change and organizational readiness to change for affective commitment to change. The study was conducted at a facility management organization, the PSC Oil and Gas Company, which face the termination of production sharing contracts with the Government of Indonesia under a contract for the production of gross split, a newly enacted policy by the government. The study used 3 three scales Affective Commitment to Change AC2C , Individual Readiness for Change IRFC and Organizational Readiness for Change ORFC.
The results N 107 show that individual readiness for change and organizational readiness for change have a positive and significant effect on affective commitment to change. Furthermore, the results of the study indicate that individual readiness for change has greater influence than organizational readiness for change. In addition, the study also showed a positive and significant relationship between age and individual work experience for individual readiness for change. The results of the study are expected to provide input to management related intervention programs that can help create individual affective commitment to change facing the organization changes.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T50893
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Busonowiwoho Sumotirto
Djokjakarta: Madjelis Ilmu Pengetahuan Indonesia, 1959
152.8 BUS p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Fauziah
"Setiap organisasi perlu melakukan berubahan agar dapat bertahan hidup, eksis dan berkembang. Akan tetapi, perubahan organisasi seringkali mengalami kegagalan, salah satu penyebabnya adalah kurangnya komitmen karyawan untuk berubah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari kesiapan individu untuk berubah dan kepercayaan organisasi terhadap komitmen afektif untuk berubah. Partisipan dari penelitian ini terdiri dari 328 karyawan yang bekerja diberbagai perusahaan perbankan di wilayah JABODETABEK. Komitmen afektif untuk berubah diukur menggunakan Commitment to Change Inventory, kepercayaan organisasi diukur menggunakan Organizational Trust Inventory dan kesiapan individu untuk berubah diukur menggunakan Readiness for Change Scale.
Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kesiapan individu untuk berubah r = 0,64, p < 0,01 dan komitmen afektif untuk berubah serta hubungan positif dan signifikan antara kepercayaan organisasi r = 0,30, p < 0,01 dan komitmen afektif untuk berubah. Hal tersebut menunjukkan bahwa individu dengan kesiapan untuk berubah dan kepercayaan organisasi yang tinggi memiliki komitmen afektif untuk berubah yang juga tinggi. Penelitian juga menunjukkan bahwa kesiapan individu untuk berubah ? = 0,63, p < 0,01 memiliki pengaruh yang lebih kuat terhadap komitmen afektif untuk berubah dibandingkan dengan kepercaayaan organisasi ? = 0,09, p < 0,05.

Every organizations need to change in order to survive, exist and develop. However, not every organizational change program was successful. This research aimed to examine the impact between individual readiness for change and organizational trust toward affective commitment to change. Participants of this research are 328 employees who work in various organization in the JABODETABEK area who facing changes. Affective commitment to change was measured using Commitment to Change Inventory, organizational trust was measured by Organizational Trust Inventory, and individual readiness for change measured using Readiness for Change Scale.
The result of this study proves that there is a significant positive correlation between individual readiness for change r 0,64, p 0,01 and affective commitment to change, and also a significant positive correlation between organizational trust r 0,30, p 0,01 and affective commitment to change. It implies that people with high individual readiness for change and organizational trust also have high affective commitment to change. This research also found that individual readiness for change 0,63, p 0,01 had stronger impact to affective commitment to change than organizational trust 0,09, p 0,05.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Sholihah Zulkieflimansyah
"Prevalensi Sindroma Pre-Menstruasi (PMS) yang tinggi di kalangan perempuan Indonesia tidak sejalan dengan tingkat pengetahuan yang ada, di mana pengetahuan remaja di Indonesia tentang kesehatan reproduksi masih terbilang rendah. Topik kesehatan reproduksi seperti kejadian menstruasi masih kerap dianggap tabu di beberapa kalangan masyarakat. Sebagai calon dokter, mahasiswi kedokteran memiliki tanggung jawab untuk memberikan edukasi dan menormalisasi topik PMS pada masyarakat luas. Sehingga evaluasi mengenai tingkat pengetahuan, persepsi, dan perilaku dalam PMS pada mahasiswi kedokteran penting untuk diketahui. Penelitian ini menggunakan metode potong lintang dengan target populasi yaitu Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia angkatan 2020-2022. Hasil analisis univariat mengenai kejadian PMS serta Pengetahuan, Persepsi, dan Perilaku mengatasi PMS pada Mahasiswi Kedokteran Universitas Indonesia menunjukkan kejadian PMS dengan mayoritas intensitas sedang-berat (61%), tingkat pengetahuan yang baik (73,8%), persepsi yang baik (95,2%), dan perilaku positif dalam mengatasi gejala PMS (62,2%). Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak adanya hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku mengatasi PMS dengan p value sebesar 0,174. Didapatkan pula hasil hubungan tidak signifikan antara tingkat persepsi dengan perilaku mengatasi PMS karena didapatkan p value sebesar 0,554. Walau demikian, adanya penelitian ini penting untuk mengetahui gambaran kejadian PMS, serta sejauh mana tingkat pengetahuan, persepsi, dan perilaku terhadap PMS pada mahasiswi.

The high prevalence of PMS among Indonesian women is not in line with the existing level of knowledge, in which the level of knowledge in Indonesian teenagers about reproductive health is still relatively low. Reproductive health topics such as menstruation are still often considered taboo in some circles of society. As future doctors, medical students have a responsibility to provide education and normalize the topic of PMS to the wider community. Thus, it is important to evaluate the level of knowledge, perception and behavior in dealing with PMS in medical students. This was a cross-sectional research with the target population being female students from the Faculty of Medicine, Universitas Indonesia class 2020-2022. The results of univariate analysis regarding the incidence of PMS as well as Knowledge, Perception and Behavior to overcome PMS among Medical Students at the University of Indonesia showed that the majority of PMS incidence was moderate-severe intensity (61%), good level of knowledge (73.8%), good perception (95,2%), and positive behavior in overcoming PMS symptoms (62.2%). The results of bivariate analysis showed that there was no significant association between the level of knowledge and behavior to overcome PMS with a p value of 0.174. The association between the level of perception and behavior to overcome PMS was also insignificant in which the p value was 0.554. Nevertheless, this research is important to find out the depiction of the incidence of PMS, as well as the extent level of knowledge, perception and behavior towards PMS among female students."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Duhigg, Charles
"This fascinating book reveals how habits are made, broken and, more than anything, manipulated. It's full of unbelievable stories, such as: The supermarket analyst who came up with a way of determining which women were pregnant before they even knew - so he could influence what they bought in his store. One day a furious father came in complaining that his 15-year-old daughter was being targeted with pregnancy products; the store apologised and considered scrapping the programme. A week later, the father returned to apologise - his daughter was, they'd discovered that morning, pregnant! Eugene, the brain-damaged patient who can't form new memories or even register what's going on."
Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2016
152.33 DUH p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Diah Ayu Paramitha Iswari
"Komitmen perubahan diperlukan untuk mencapai efektivitas organisasi. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara jarak kekuasaan (power distance) dan komitmen perubahan. Selain itu, penelitian ini juga melihat hubungan jarak kekuasaan (power distance) terhadap ketiga dimensi komitmen perubahan, yaitu komitmen afektif, komitmen kontinuan, dan komitmen normatif. Pengukuran jarak kekuasaan menggunakan Global Culture and Leadership Scale dan komitmen perubahan menggunakan Commitment to Change Inventory. Hasil perhitungan dari 164 responden, menunjukkan bahwa jarak kekuasaan memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan komitmen perubahan, r=-651, p< .01, lebih spesifik lagi hasil perhitungan menunjukan bahwa jarak kekuasaan memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan komitmen afektif perubahan r=-476, p< .01, komitmen kontinuan perubahan r=-547, p< .01, dan komitmen normatif perubahan, r=-594, p< .01. Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin besar jarak kekuasaan dalam organisasi maka komitmen perubahan individu akan semakin rendah.

Commitment to change is required to achieve organizational effectiveness. This study was conducted to see the relationship between power distance and commitment to change. In addition, this study also tries to identify the effects of power distance to the three dimensions of commitment to organizational change. This research used Global Culture and Leadership Scale and Commitment to Change Inventory for Commitment to change. The results from 164 respondent showed that power distance has negative significant correlation with commitment to change, r=-.651, p<.01. Specifically, results showed that power distance has negative significant correlation with affective commitment to change r=-476, p< .01; continuance commitment to change r=-547, p< .01; normative commitment to change r=-594, p< .01. Based on these results, it can be concluded that the lower the power distance in organization, the higher individual commitment to change."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55608
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Amalia Putri
"Komitmen perubahan merupakan sikap dan faktor yang mempengaruhi seseorang dan diperlukan untuk mencapai efektivitas perubahan organisasi. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara nilai uncertainty avoidance terhadap komitmen perubahan. Selain itu, penelitian ini juga melihat hubungan uncertainty avoidance terhadap ketiga dimensi komitmen perubahan, yaitu komitmen afektif, komitmen kontinu dan komitmen normatif. Pengukuran komitmen pada perubahan akan menggunakan alat ukur Commitment to Change Inventory (Herscovitch & Mayer, 2002), dan uncertainty avoidance akan menggunakan alat ukur GLOBE Culture and leadership scale.
Hasil pengukuran dari 164 responden pada PT.ALO, memberikan gambaran bahwa uncertainty avoidance memiliki hubungan negatif yang signifikan terhadap komitmen perubahan (r= -0,729, p<0,01). Lebih lanjut, dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa uncertainty avoidance memiliki hubungan negatif yang signifikan terhadap komitmen afektif perubahan (r= -0,461, p<0,01), komitmen kontinuan perubahan (r= -0,698, p<0,01), komitmen normatif perubahan (r= -0, 639, p<0,01).

Commitment to change is people attitude and can be regarded as one of the factor achieving the effectiveness of organizational change. This study was conducted to observe the relationship between the value of uncertainty avoidance to changes. Furthermore, this study also try to identify the relationship of uncertainty avoidance with three dimensional of commitment changes, affective commitment, continuous commitment, and normative commitment. The measurement tool of commitment to change will use Commitment to Change Inventory (Herscovitch and Mayer, 2002), and uncertainty avoidance will use of instruments by GLOBE Culture and Leadership scale.
The results from 164 respondents of PT.ALO, show that uncertainty avoidance have a negative significant relation with commitment to change(r= -0,729, p<0.01). Furthermore, it also showed that uncertainty avoidance has a negative significant relation to changes in affective commitment (r= -0.461, p<0.01), commitment continuants change (r = -0.698, p <0.01) and normative commitment to change (r= -0, 639, p<0.01.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S53961
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>