Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 26941 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wawan Kosasih
"Ikan Lemuru (Sardinella sp) adalah salah satu kelompok ikan yang memiliki kandungan
protein tinggi dan kandungan minyak ikan yang banyak, tersebar luas di perairan Jawa
Timur, terutama di Banyuwangi. Penelitian ini bertujuan untuk pengayaan omega-3
minyak ikan Lemuru melalui reaksi enzimatik, sehingga akan meningkatkan nilai
ekonomi dari minyak ikan lemuru yang selama ini di Muncar (sentra produksi minyak
ikan) dimanfaatkan sebagai campuran pakan ternak dan ikan. Minyak ikan Lemuru
dilakukan pemurnian dengan menggunakan bentonit dan karbon aktif. Minyak ikan
sebelum pemurnian dan sesudah pemurnian ditentukan kualitasnya dengan cara analisa
angka asam lemak bebas, angka asam, angka peroksida dan angka iodnya
menggunakan metode titrimetri, sedangkan pemucatan warna (bleaching) ditentukan
menggunakan nilai absorbansinya menggunakan spektofotometer. Pengayaan omega 3
minyak ikan cara hidrolisis dengan bantuan enzim lipase komersial dilakukan sebanyak
1 gram minyak ikan menggunakan tabung reaksi dan 160 gram menggunakan reaktor 1
L. Reaksi enzimatis dilakukan dengan variasi suhu (45-55), waktu (6-24 jam),
konsentrasi enzim (500, 1000, 1500 dan 2000 unit) dan agitasi (50-150 rpm).
Kandungan asam lemak omega 3 dari minyak ikan yang telah dihidrolisis dengan enzim
lipase ditentukan menggunakan Gas Chromatography (GC). Hasil pemurnian
menggunakan karbon 3% dapat menurunkan angka peroksida sampai nol dan
menurunkan nilai absorbansi yang sebelumnya 0,883 menjadi 0,559 pada λ 440 nm.
Hasil GC menunjukkan bahwa kondisi optimum untuk reaksi enzimatis adalah waktu
reaksi 24 jam, konsentrasi enzim 1000 unit dan temperatur optimum 50oC. Reaksi
enzimatik menggunakan lipase komersial dapat meningkatkan kadar omega-3 minyak
ikan Lemuru yang sebelum reaksi enzimatis ALA 0,110, EPA 0.089 dan DHA 0.01 %
setelah reaksi enzimatis berturut turut menjadi menjadi 1,059 (12 kali), 1,61 (18 kali
lebih) dan 0.352 % (35 kali lebih). Reaksi enzimtais minyak ikan Lemuru dengan cara
rancangan RSM-Box Behnken mendekati sebenarnya sampai lebih dari 95%, dengan
kondisi optimum rancangan temperature, waktu dan agitasi berturut-turut 45oC, 24 jam
dan 150 rpm.

Lemuru fish (Sardinella sp.) is a group of fish that has a high protein and oil content. It
is widespread in East Java waters, especially in Banyuwangi. The present study was
aimed to enrich the omega-3 lemuru fish oil through enzymatic reactions so that it
would increase the economic value of lemuru fish oil, which has been used as the
mixture of animal and fish feed in Muncar (fish oil production center). Lemuru fish oil
was refined using bentonite and activated carbon. The quality of fish oil before and after
purification was determined by analyzing the free fatty acid number, acid value,
peroxide value and iodine value using the titrimetric method, while bleaching analysis
was determined by absorbance value using a spectrophotometer. The enrichment of
omega-3 from fish oil by enzymatic hydrolysis using commercial lipase enzymes was
carried out in the amount of 1 gram of fish oil using a test tube and 160 grams using a 1
L reactor. Enzymatic reactions were carried out with variations in temperature (45-
55°C), time (6-24 hours), concentration enzymes (500, 1000, 1500, and 2000 units),
and agitation (50-150 rpm). The omega-3 fatty acid content of fish oil that has been
hydrolyzed with lipase was determined using gas chromatography (GC). The result of
purification using 3% carbon could reduce the peroxide value to zero and the
absorbance value from 0.883 to 0.559 at λ 440 nm. The GC result showed that the
optimum conditions for the enzymatic reaction were 24 hours, 1000 units of enzyme
concentration, and 50°C. The enzymatic reaction using commercial lipases could
increase the omega-3 levels of lemuru fish oil. It was found that before enzymatic
hydrolysis, the concentration of ALA, EPA, and DHA were 0.110%, 0.089%, and
0.01%, respectively. After the enzymatic reaction, the level of ALA, EPA, and DHA
became 1.059% (12 fold), 1.61% (18 fold), and 0.352% (35 fold), respectively. The
enzymatic hydrolysis of lemuru fish oil by using Behnken RSM-Box design approach
was true to more than 95%, with the optimum design conditions of temperature, time,
and agitation were 45°C, 24 hours and 150 rpm, respectively.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Erin
"Senyawa ester sukrosa asam lemak telah berhasil disintesis melalui reaksi esterfikasi antara dua variasi asam lemak yaitu asam lemak hasil hidrolisis minyak kelapa sawit dan asam palmitat dengan sukrosa secara enzimatis menggunakan enzim lipase Candida rugosa. Optimasi reaksi dilakukan pada rasio molar antara sukrosa dan asam lemak, yaitu 1:0,2 ; 1:0,4 ; 1:0,6 dan 1:0,8. Pelarut yang digunakan adalah n-heksana dengan rasio 1:1 v/v substrat. Berat enzim yang digunakan adalah 5 dari total berat substrat. Kondisi optimum pembentukan ester sukrosa palmitat dan ester sukrosa asam lemak hasil hidrolisat minyak kelapa sawit diperoleh pada rasio 1:0,8 berturut ndash; turut, yaitu sebesar 38,23 dan 24,15. Identifikasi menggunakan instrument FTIR menunjukan pita serapan yang khas untuk gugus ester sukrosa palmitat dan ester sukrosa asam lemak hasil hidrolisat berturut ndash; turut, yaitu 1735 cm-1 dan 1734 cm-1. Ester sukrosa palmitat dan ester sukrosa hidrolisat memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus tetapi tidak untuk bakteri Eschericia coli. Aktivitas hambatan terbesar terhadap bakteri S.aureus ditemukan pada rasio molar 1:0,2. Diameter hambat terbesar untuk ester sukrosa palmitat sebesar 13 mm, sedangkan ester sukrosa hidrolisat sebesar 10 mm.

The fatty acid sucrose ester compound has been successfully synthesized through an esterification reaction between the two variations of fatty acids is fatty acid hydrolysis of palm oil and palmitic acid with sucrose enzymatically using Candida rugosa lipase enzyme. Reaction optimization was performed on variations in the molar ratio between sucrose and fatty acid 1 0.2 1 0.4 1 0.6 and 1 0.8. The solvent used was n hexane with a ratio of 1 1 v v substrates. The weight of the enzyme used is 5 of the total weight of the substrate. The optimum conditions of sucrose palmitate ester formation and fatty acid sucrose hydrolyzate acid esters were obtained at a ratio of 1 0.8, 38.23 and 24.15, respectively. The identification using FTIR indicates a typical absorption band for the C O ester group at the 1735 cm 1 wave number for the sucrose palmitate ester and 1734 cm 1 for the sucrose fatty acid sucrose ester. The palmitate sucrose ester and sucrose hydrolyzate ester have the ability to inhibit the growth of Staphylococcus aureus bacteria but not Eschericia coli bacteria. The largest inhibitory activity against Staphylococcus aureus bacteria was found in a 1 0.2 molar ratio with the largest inhibitory diameter for a palmitate sucrose ester of 13 mm, while a sucrose hydrolyzate ester of 10 mm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfi Meizar Pradana
"Bekatul merupakan salah satu produk samping dari proses penggilingan padi yang memiliki manfaat. Salah satu manfaatnya, bekatul berpotensi menjadi sumber asam lemak esensial. Hal ini dikarenakan kandungan minyak pada bekatul mengandung asam lemak tak jenuh sebanyak 80%. Ekstrak minyak bekatul memiliki banyak manfaat bagi manusia terutama pada bidang kesehatan. Salah satu manfaat dari asam lemak tak jenuh yaitu dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular seperti menurunkan risiko jantung koroner. Pengayaan asam lemak tak jenuh pada bekatul dilakukan dengan menggunakan metode fermentasi padat dengan menggunakan bantuan mikroorganisme. Mikroorganisme yang digunakan pada penelitian ini yaitu kapang Aspergillus terreus. Kandungan asam lemak tak jenuh yang dihasilkan oleh Aspergillus terreus lebih tinggi dibandingkan Aspergillus lain. Penelitain ini mengkaji pengaruh volume inokulum terhadap pengayaan asam lemak tak jenuh pada minyak bekatul dari hasil fermentasi menggunakan kapang Aspergillus terreus. Metode fermentasi yang digunakan yaitu metode fermentasi padat dengan dengan ekstraksi Bligh-Dyer termodifikasi dan instrumen Gas Chromatography/Mass Spectrometry (GC/MS) untuk mengetahui kandungan dari asam lemak tak jenuh pada minyak bekatul. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa volume inokulum optimum untuk memperkaya asam lemak tak jenuh pada minyak bekatul, yaitu volume inokulum sebanyak 7 mL dengan kandungan asam lemak tak jenuh meningkat dari 37,90% menjadi 41,39%.

Bran is a by-product of the rice milling process which has benefits. One of its benefits, bran has the potential to be a source of essential fatty acids. This is because the oil content in bran contains 80% unsaturated fatty acids. Bran oil extract has many benefits for humans, especially in the health sector. The benefits of unsaturated fatty acids can reduce the risk of cardiovascular disease like reducing the risk of coronary heart disease. Enrichment of unsaturated fatty acids in bran is using the solid fermentation method using the help of microorganisms. The microorganisms used in this study were Aspergillus terreus molds. The content of unsaturated fatty acids produced by Aspergillus terreus is higher than another Aspergillus. This study examines the effect of inoculum volume on the enrichment of unsaturated fatty acids in bran oil from fermentation using Aspergillus terreus molds. The fermentation method used is solid fermentation method with modified Bligh-Dyer extraction and (GC/MS) instruments to determine the content of unsaturated fatty acids in bran oil. The results of this study indicate that the optimum inoculum volume to enrich unsaturated fatty acids in bran oil, is 7 mL with unsaturated fatty acid content increased from 37.90% to 41.39%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eugenia Mardanugraha
"Lemuru merupakan jenis ikan utama di Selat Bali. Sekitar 80% dari hasil tangkapan nelayan di Selat Bali adalah ikan Lemuru. Sedangkan jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan perikanan mencapai sekitar 61%. Dengan demikian, analisis mengenai perekonomian di Selat Bali sangat erat kaitannya dengan analisis mengenai perekonomian Lemuru.
Analisis ekonomi dinamis dapat dilakukan dengan menghitung tangkapan optimum yang memaksimumkan keuntungan bersih dari pengusahaan Lemuru. Kondisi biologis ikan Lemuru yaitu sifat reproduksi dan pertumbuhan ikan Lemuru serta keterkaitan antara produksi Lemuru muda dan Lemuru dewasa menjadi kendala dalam persoalan maksimisasi di atas. Persoalan optimasi ini diselesaikan dengan menggunakan pengganda LAGRANGE dan kondisi KUHN TUCKER. Metode KUHN TUCKER merupakan salah satu teknik dalam menyelesaikan persoalan nonlinear programming.
Dalam menggambarkan kondisi biologisnya, Lemuru dibagi menjadi Lemuru muda dan Lemuru dewasa. Dalam satu tahun, Lemuru muda bertumbuh menjadi Lemuru dewasa dan Lemuru dewasa melakukan reproduksi menghasilkan Lemuru muda. Di pasar, Lemuru muda mempunyai harga jual lebih rendah- dibandingkan ikan Lemuru dewasa.
Populasi Lemuru diperkirakan mencapai keseimbangan pada tahun 2010 pada tingkat 245,634.395 ton untuk ikan Lemuru dewasa dan 110,070.564 ton untuk ikan Lemuru muda. Untuk mencapai kondisi keseimbangan, maka tingkat tangkapan yang harus dilakukan adalah 95,309.640 ton untuk ikan Lemuru dewasa dan 29,768.135 ton untuk ikan Lemuru muda."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T20524
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sihite, Gita W.Y
"Ester glukosa dapat disintesis dari asam lemak minyak kelapa sawit secara enzimatik. Pada penelitian ini digunakan lipase Candida rugosa EC 3.1.1.3 yang terimobilisasi pada partikel nano Fe3O4 termodifikasi surfaktan Tween 80. Partikel nano Fe3O4 disintesis dengan metode kopresipitasi dan dimodifikas idengan Tween 80, kemudian dianalisis menggunakan Fourier Transform Infra Red (FT-IR) dan Field Emission Scanning Electron Microscopy (FESEM). Dilakukan optimasi jumlah enzim, pH, dan waktu inkubasi pada proses imobilisasi enzim lipase pada partikel nano Fe3O4-Tween 80. Didapatkan kondisi optimum imobilisasi, yaitu pada pH 7, waktu inkubasi 5 jam, dan jumlah enzim 2000 ppm dengan aktivitas spesifik 1,60 U/mg, 1,59 U/mg, dan 1,90 U/mg. Uji kualitatif sederhana emulsifier dilakukan terhadap hasil esterifikasi yang menyatakan ester yang dihasilkan merupakan emulsifier dengan persentase konversi sebesar 3,11%.
Hasil pemindaian dengan FESEM menunjukkan ukuran partikel nano Fe3O4-Tween 80 adalah ±163,6 nm. Partikel nano Fe3O4, Fe3O4-Tween 80, dan Fe3O4-Tween 80 terimobilisasi lipase Candida rugosa dikarakterisasi oleh X-ray powder difraction (XRD) dan EDS untuk mengetahui komposisi partikel nano tersebut. Analisis ester menggunakan Fourier Transform Infra Red (FTIR) menunjukkan adanya C-O ester pada bilangan gelombang 1290,42Cm-1dan puncak serapan C=O ester pada bilangan gelombang 1712,85 Cm-1 yang mengindikasikan bahwa hasil reaksi esterifikasi telah terbentuk.

Fatty acid-glucose ester can be synthesized from palm oil fatty acid enzymatically. In this study, immobilized Candida rugosa lipase EC 3.1.1.3 was modified by surfactant Tween 80 and used as catalyst. Fe3O4 nanoparticles were synthesized by coprecipitation method and modified with Tween 80 and then analyzed using Fourier Transform Infra Red ( FT - IR ) and Field Emission Scanning Electron Microscopy (FESEM). Optimization of lipase immobilization was done using various enzyme concentration, pH and incubation time. The optimum condition of immobilization obtained at pH 7, incubation time of 5 hours, and enzyme concentration of 2000 ppm with specific activities 1.60 U/mg, 1.59 U/mg, and 1.90 U/mg respectively. The synthesized product was then examined by simple emulsion test and was proved to be an emulsifier with the percentage conversion value 3,11.
From FESEM analysis showed that Fe3O4- Tween 80 nanoparticles have the particle sized of 163.6 nm. Fe3O4 nanoparticles, Fe3O4-Tween 80, and immobilized Candida rugosa lipase on Fe3O4-Tween 80 were characterized by X-ray powder diffraction (XRD) and EDS to analyze the content of nanoparticles. While characterization using FTIR showed that esterification product exhibit the absorption of C-O ester at 1290,42 cm-1 and the ester carbonyl peak of C=O at 1712.85 cm-1. This peaksthat the product of esterification has been formed.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S53971
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Y. Waluyo Susanto
"Selat Bali merupakan seuatu perairan laut yang subur, sehingga banyak ikan berkumpul di perairan tersebut terutama ikan lemuru. Ikan tersebut memegang peranan penting dalam pembangunan kelautan dan perikanan di Jembrana. Sebelum tahun 1972 ikan lemuru ditangkap dengan alat tangkap sederhana seperti payang oras, payang besar, jala tebar, jala eder dan bagan. Sejak diperkenalkan alat tangkap purse seine pada tahun 1972 usaha penangkapan dengan alat tangkap tersebut mendominasi hasil tangkapan ikan lemuru.
Kenaikan upaya penangkapan yang dilakukan ternyata memberikan hasil yang lebih rendah. Demikian pula dengan terjadinya pengurangan upaya penangkapan, belum mengembalikan pada keadaan hasil tangkap yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan salah satu gejala tangkap lebih.
Salah satu instrumen untuk mencegah proses penurunan sumber daya adalah dengan membebankan biaya-biaya kerusakan lingkungan dan kerusakan sumber daya tersebut kepada pengusaha. Salah satu bentuk biaya tersebut adalah pajak sumber daya. Dalam pengertian ini yang disebut pajak adalah penarikan jumlah tertentu biaya sebagai kompensasi atas pemanfaatan sumber daya tersebut.
Tujuan penulisan tesis ini adalah untuk (i) mengetahui pemanfaatan yang optimal dan berkelanjutan sumber daya ikan lemuru, (ii) menghitung besarnya "resource rent" ikan lemuru, dan (iii) mengkaji besarnya "user fee" atau pungutan perikanan. Penelitian dilakukan menggunakan kesioner dan data sekunder.
Dari data yang terkumpul dan dianalisa dengan OLS untuk Y=a+bX antara "Catch per Unit Effort" (Y) dan "Effort" (X) diperoleh parameter a=6,5999 dan b=-0,5898. Dari parameter tersebut menggunakan Algoritma Fox diperoleh parameter daya tangkap q=0,0000467; daya dukung lingkungan K 1,41369,3; dan laju pertumbuhan populasi R=0,00052241. Sedangkan dari analisa usaha penangkapan purse seine diperoleh biaya per trip c=Rp I.149.710,00 dan harga lemuru per ton Rp400.200,00. Dari parameter-parameter tersebut di atas diperoleh dugaan hasil tangkap optimal (ff*) sebesar 14.965 ton, jumlah "rent" sebesar Rp2.356.380,00. Stok sumber daya lestari/maximum sustainable yield (x*)=I01.452,62 ton dan upaya tangkap optimum (E*) = 3 hari.
Dari hasil perhitungan tersebut telah terjadi upaya tangkap yang telah jauh melebihi upaya tangkap yang optimum atau melebihi tingkat Maximum Economic Yield (MEY). Kondisi ini di satu pihak akan merugikan nelayan karena dengan semakin tinggi upaya tangkap, biaya operasional meningkat pula, sedangkan produksi semakin kecil sehingga keuntungannya menurun dan pendapatan nelayan juga menurun. Di lain pihak tekanan terhadap sumber daya ikan semakin besar.
Dalam rangka pengendalian usaha penangkapan, pemerintah telah menerbitkan peraturan-peraturan antara lain yang mengatur ukuran kapal, dimensi ukuran purse seine, ukuran mats faring, serta jumlah kapal purse seine yang beroperasi. Selain itu telah terbentuk Badan Pengelola Perikanan. Lemuru yang beranggotakan pemerintah dan swasta yang berkepentingan dengan pemanfaatan ikan lemuru yang berasal dari Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Bali.
Berkaitan dengan kondisi perikanan lemuru tersebut perlu dilakukan (i) penurunan biaya operasional penangkapan, (ii) penegakan peraturan yang telah ditetapkan (iii) melakukan pendugaan stok secara berkala, (iv) melakukan kebijakan penutupan area saat musim pemijahan, (v) meningkatkan legalitas dan memberikan kewenangan yang lebih luas kepada BPP Lemuru, (vi) mengalokasikan anggaran untuk operasional pengendalian, (vii) melakukan koordinasi dengan Departemen Industri dan Perdagangan, (viii) memungut retribusi atas sumber daya lemuru, dan (ix) pengembangan fasilitas PPI Pengambengan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T8602
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fazahra Salsabila
"Biji tanaman jarak kepyar memiliki minyak yang kandungan terbesarnya adalah asam risinoleat dengan kandungan yang mencapai hingga 90%. Asam risinoleat adalah asam lemak tak jenuh tunggal dengan 18 atom karbon dan gugus hidroksi pada atom C12. Terdapat tiga gugus fungsi penting pada asam risinoleat, yaitu asam karboksilat, alkena, dan hidroksi. Gugus-gugus tersebut dapat mengalami reaksi lebih lanjut sehingga dapat meningkatkan fungsionalitasnya. Pada penelitian ini, dilakukan esterifikasi asam lemak hidrolisat minyak jarak dengan asam askorbat yang bertujuan untuk menghasilkan senyawa ester asam lemak-askorbil yang memiliki aktivitas antioksidan dan antimikroba, yang kedepannya berpotensi untuk diaplikasikan pada produk lipofilik. Setelah dilakukan hidrolisis minyak jarak dengan katalis basa KOH, diperoleh asam lemak hidrolisat dengan rendemen sebesar 98,9%. Kemudian, dilakukan esterifikasi secara enzimatis dengan asam askorbat menggunakan katalis Lipase Eversa Transform 2.0 dan pelarut aseton. Produk yang terbentuk adalah ester asam lemak-askorbil dengan persen konversi sebesar 79%. Identifikasi produk dilakukan dengan KLT dan hasil karakterisasi dengan FTIR menunjukkan adanya serapan C=O ester pada 1733 cm-1. Pengujian aktivitas antioksidan ester asam lemak-askorbil menghasilkan nilai IC50 sebesar 106,29 ppm yang termasuk dalam kategori antioksidan sedang. Uji aktivitas antimikroba pada konsentrasi produk ester 5% sudah menunjukkan adanya zona inhibisi pada bakteri S. aureus dan E. coli yang termasuk dalam kategori tidak efektif.

The seeds of the kepyar castor plant have oil whose largest content is ricinoleic acid with a content reaching up to 90%. Ricinoleic acid is a monounsaturated fatty acid with 18 carbon atoms and a hydroxy group at the C12 atom. There are three important functional groups in ricinoleic acid, namely carboxylic acid, alkene, and hydroxy. These groups can undergo further reactions so as to increase their functionality. In this research, esterification of castor oil hydrolyzate fatty acids with ascorbic acid was carried out with the aim of producing fatty acid-ascorbyl ester compounds which have antioxidant and antimicrobial activity, which in the future has the potential to be applied to lipophilic products. After hydrolysis of castor oil with a KOH base catalyst, fatty acid hydrolyzate was obtained with a yield of 98.9%. Then, enzymatic esterification was carried out with ascorbic acid using the Lipase Eversa Transform 2.0 catalyst and acetone solvent. The product formed is a fatty acid-ascorbyl ester with a conversion percentage of 79%. Product identification was carried out using TLC and characterization results using FTIR showed the absorption of C=O ester at 1733 cm-1. Testing the antioxidant activity of fatty acid-ascorbyl esters resulted in an IC50 value of 106.29 ppm which is included in the moderate antioxidant category. The antimicrobial activity test at 5% ester product concentration has shown the existence of an inhibition zone for S. aureus and E. coli bacteria which are included in the ineffective category."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Azkia
"Pada penelitian ini, telah dilakukan sintesis enzimatis ester glikol asam lemak hasil hidrolisis minyak jarak dan ester glikol palmitat dengan bantuan lipase Candida rugosa. Esterifikasi dilakukan dengan perbandingan variasi asam lemak dengan alkohol yaitu 1:1, 1:2, 1:3, dan 1:4. Selanjutnya dilakukan identifikasi produk esterifikasi menggunakan FTIR. Spektrum ester glikol asam lemak hasil hidrolisis minyak jarak menunjukkan adanya serapan gugus fungsi C=O ester, C-O-C, dan OH masing-masing pada bilangan gelombang 1732,27 cm-1; 1242,73 cm-1, dan 3412,04 cm-1. Produk ester glikol palmitat juga menunjukkan adanya serapan gugus fungsi C=O dan C-O-C masing-masing pada bilangan gelombang 1741,88 cm-1 dan 1179,54 cm-1.
Uji persen konversi dilakukan untuk menentukan banyaknya asam lemak yang telah terkonversi menjadi ester. Nilai konversi tertinggi untuk sintesis ester glikol asam lemak hasil hidrolisis minyak jarak diperoleh pada perbandingan ratio 1:4, yaitu 84,7, sedangkan untuk ester glikol palmitat sebesar 81,9.
Hasil uji emulsifier menunjukkan bahwa ester glikol asam lemak hasil hidrolisis minyak jarak memiliki sifat sebagai emulsifier, begitu pula terhadap ester glikol palmitat. Uji antimikroba juga telah dilakukan terhadap ester glikol asam lemak hasil hidrolisis minyak jarak dan ester glikol palmitat. Hasil uji antimikroba menunjukkan bahwa ester glikol asam lemak hasil hidrolisis minyak jarak memiliki aktivitas sebagai antimikroba terhadap bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis dengan diameter zona hambat sebesar 12 dan 10 mm. Namun, ester glikol palmitat belum memiliki aktivitas sebagai antimikroba.

The purpose of this study was to synthesize glycol ndash castor oil fatty acid and glycol ndash palmitic acid esters using Candida rugosa lipase as biocatalyst. The ester products was expected to have emulsifier and antimicrobial properties. Esterification was conducted by reacting fatty acid and glycol at 37 C for 18 hours. The variation of mmol ratio fatty acid to glycol used were 1 1, 1 2, 1 3, and 1 4. The ester product was characterized using FTIR and the conversion percentage was determined by titrimetric method.
Emulsifier test also performed to determine the ability of ester product as emulsifier. Antimicrobial assay were also conducted using disc diffusion method against Propionibacterium acne and Staphylococcus epidermidis. FTIR spectra for glycol ndash castor oil fatty acid and glycol ndash palmitic esters showed the absorption of C O functional groups at wave numbers 1732.27 and 1741.88 cm 1, respectively. The highest conversion percentage value for glycol ndash castor oil fatty acid and glycol ndash palmitic ester were 84.7 and 81.9, respectively.
The emulsifier test showed that both glycol ndash fatty acid ester have properties as emulsifiers. Antimicrobial assay showed that glycol ndash castor oil fatty acid ester have activity as antimicrobial against Propionibacterium acne and Staphylococcus epidermidis. However, glycol palmitic ester has no activity as an antimicrobial agent. The glycol ndash castor oil fatty acid and glycol-palmitic esters were successfully synthesized enzymatically using Candida rugosa lipase. Both ester products have properties as emulsifiers, but only glycol castor oil fatty acid ester has potential to be an antimicrobial compound.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>