Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 103645 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dita Azzura Fredella
"Popularitas industri hiburan Korea Selatan mengalami perkembangan pesat dalam satu dekade terakhir dan K-pop menjadi salah satu faktor pendorong di balik popularitas tersebut. Hal ini tidak lepas dari beragam strategi pemasaran yang dilakukan oleh agensi pengelola dalam memasarkan musik para artisnya. Agensi pengelola sangat pandai penggunakan media sosial untuk meningkatkan kesadaran akan artis dan musik baru, berinteraksi dengan penggemar, dan mendistribusikan musik dengan biaya yang relatif rendah. Salah satu strategi yang kini mulai dilirik oleh banyak agensi pengelola adalah transmedia storytelling, sebuah strategi perluasan narasi yang didistribusikan melalui berbagai saluran media untuk menambah wawasan baru terhadap keseluruhan narasi. Strategi ini telah digunakan oleh beberapa grup, tetapi perluasan narasi yang kompleks terlihat dari SM Culture Universe (SMCU) milik SM Entertainment dan Bangtan Universe milik BTS. SMCU menggunakan jenis transmedia bergaya West Coast yang bersifat ringan, sedangkan Bangtan Universe menggunakan perpaduan gaya West Coast dan East Coast yang bersifat lebih interaktif. Kedua semesta ini menggunakan pendekatan media yang berbeda yang menyesuaikan dengan narasi yang mereka angkat. Melalui transmedia storytelling, baik SMCU maupun Bangtan Universe membuka ruang partisipasi bagi penggemar untuk terlibat dalam narasi utama melalui petunjuk-petunjuk kecil yang diberikan dalam setiap media. Hal ini tentunya akan semakin membangun loyalitas antara artis dan penggemarnya.

The popularity of South Korean entertainment industry has grown rapidly in the last decade and K-pop is one of the supporting factors of this popularity. This is inseparable from the various marketing strategies conducted by the management agency to promote the music of its artists. Management agencies are very good at using social media to raise awareness of new artists and music, interact with fans, and distribute music at a relatively low cost. One strategy that is looked by many management agencies nowadays is transmedia storytelling, a narrative expansion strategy that is distributed through various media channels to add new insights to the overall narrative. This strategy has been used by several groups, but the complex narratives is seen in SM Entertainment's SM Culture Universe (SMCU) and BTS's Bangtan Universe. SMCU uses West Coast Transmedia style, meanwhile Bangtan Universe uses a blend of West Coast and East Coast styles that are more interactive. These two universes use different media approaches that conform to the narratives they adopt. Through transmedia storytelling, both SMCU and Bangtan Universe open up space for fans to be involved in the main narrative through small clues given in each medium. This of course will further build loyalty between the artist and the fans."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Azzura Fredella
"Popularitas industri hiburan Korea Selatan mengalami perkembangan pesat dalam satu dekade terakhir dan K-pop menjadi salah satu faktor pendorong di balik popularitas tersebut. Hal ini tidak lepas dari beragam strategi pemasaran yang dilakukan oleh agensi pengelola dalam memasarkan musik para artisnya. Agensi pengelola sangat pandai penggunakan media sosial untuk meningkatkan kesadaran akan artis dan musik baru, berinteraksi dengan penggemar, dan mendistribusikan musik dengan biaya yang relatif rendah. Salah satu strategi yang kini mulai dilirik oleh banyak agensi pengelola adalah transmedia storytelling, sebuah strategi perluasan narasi yang didistribusikan melalui berbagai saluran media untuk menambah wawasan baru terhadap keseluruhan narasi. Strategi ini telah digunakan oleh beberapa grup, tetapi perluasan narasi yang kompleks terlihat dari SM Culture Universe (SMCU) milik SM Entertainment dan Bangtan Universe milik BTS. SMCU menggunakan jenis transmedia bergaya West Coast yang bersifat ringan, sedangkan Bangtan Universe menggunakan perpaduan gaya West Coast dan East Coast yang bersifat lebih interaktif. Kedua semesta ini menggunakan pendekatan media yang berbeda yang menyesuaikan dengan narasi yang mereka angkat. Melalui transmedia storytelling, baik SMCU maupun Bangtan Universe membuka ruang partisipasi bagi penggemar untuk terlibat dalam narasi utama melalui petunjuk-petunjuk kecil yang diberikan dalam setiap media. Hal ini tentunya akan semakin membangun loyalitas antara artis dan penggemarnya.
The popularity of South Korean entertainment industry has grown rapidly in the last decade and K-pop is one of the supporting factors of this popularity. This is inseparable from the various marketing strategies conducted by the management agency to promote the music of its artists. Management agencies are very good at using social media to raise awareness of new artists and music, interact with fans, and distribute music at a relatively low cost. One strategy that is looked by many management agencies nowadays is transmedia storytelling, a narrative expansion strategy that is distributed through various media channels to add new insights to the overall narrative. This strategy has been used by several groups, but the complex narratives is seen in SM Entertainment's SM Culture Universe (SMCU) and BTS's Bangtan Universe. SMCU uses West Coast Transmedia style, meanwhile Bangtan Universe uses a blend of West Coast and East Coast styles that are more interactive. These two universes use different media approaches that conform to the narratives they adopt. Through transmedia storytelling, both SMCU and Bangtan Universe open up space for fans to be involved in the main narrative through small clues given in each medium. This of course will further build loyalty between the artist and the fans.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nasywa Syakira Nurrurrahmah
"Penggunaan transmedia storytelling, melalui media sosial, dianggap sebagai salah satu strategi yang efektif untuk menyampaikan pesan kepada audiens. Penelitian ini akan menganalisa penerapan konsep tersebut dalam kampanye pemasaran musim pertama serial Bridgerton oleh Netflix dan Shondaland. Dengan menerapkan tujuh prinsip transmedia storytelling milik Jenkin, tulisan ini akan berfokus pada analisis konten dan bentuk promosi lainnya yang diunggah melalui Instagram (@bridgertonnetflix), Tiktok (@Netflix), dan Youtube (@stillwatchingnetlix dan @Netflix). Konten pemasaran Bridgerton dalam media tersebut dikaji dengan menggunakan pendekatan kualitatif serta metode content analysis. Penelitian ini menemukan bahwa, meskipun tingkat keterlibatan yang berbeda-beda di seluruh platform media sosial yang tersedia, strategi konten pemasaran musim pertama Bridgerton telah berhasil menerapkan ketujuh prinsip tersebut.

The use of transmedia storytelling, mainly through social media, is considered as one of the effective strategies to deliver messages to the audience. This study will analyze the application of the particular concept in the marketing campaign of the first season of the Bridgerton series by Netflix and Shondaland. Applying Jenkin’s seven principles of transmedia storytelling, the article focuses on analyzing the contents and other forms of promotion uploaded through Instagram (@bridgertonnetflix), TikTok (@Netflix), and Youtube (@stillwatchingnetlix and @Netflix). Bridgerton's marketing content in those media were examined using a qualitative approach with a content analysis method. The study found that, despite the various levels of engagement across the available social media platforms, Bridgerton's season one marketing content strategy has successfully implemented all seven principles."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Labitta Alishia Pramesti
"Di era konvergensi saat ini, konsumsi media mulai mengalami sebuah perubahan dimana pola konsumsi yang awalnya hanya satu arah, kini sudah mulai melibatkan penggunaan komunikasi dua arah. Kehadiran transmedia storytelling menjadi sebuah pendekatan baru, terutama dalam konteks penyebaran informasi kepada khalayak. Salah satu figur yang menerapkan pendekatan ini adalah Taylor Swift, ketika dirinya merilis sebuah album yang berjudul Red (Taylor’s Version) pada tahun 2021. Oleh karenanya, penulisan ini menelaah secara mendalam tentang upaya promosi yang dilakukan oleh Taylor dalam menerapkan prinsip transmedia storytelling, sebagai strategi perilisan album ini. Penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode content analysis dari berbagai publikasi, konten, maupun promosi lainnya yang digunakan Taylor Swift, terutama dalam akun media sosial @taylorswift dan @taylornation. Secara keseluruhan, hasil dari strategi promosi yang ditelaah melalui tujuh prinsip transmedia storytelling dapat dikategorikan berhasil. Hal ini dilihat dari segi jumlah streams lagu pada digital music platform, penjualan album, serta interaksi yang dihasilkan bersama para penggemar.

In the current era of convergence, media consumption is starting to experience a shift where the consumption pattern which was originally only one-way, has now begun to involve the use of two-way communication. The presence of transmedia storytelling has become a new approach, especially in the context of disseminating information to the public. One particular musician who utilizes this approach is Taylor Swift, when she released an album called Red (Taylor's Version) back in 2021. Therefore, this paper examines the promotional contents made by Taylor Swift in applying the principles of transmedia storytelling for the release of Red (Taylor's Version)’s strategy. The author uses a qualitative approach with content analysis methods from various publications, contents, and other promotions used by Taylor Swift, especially in the @taylorswift and @taylornation social media accounts. Overall, the results of the promotion strategy that were examined through the seven principles of transmedia storytelling can be categorized as successful. This is seen in terms of the number of song streams on the digital music platform, album sales, and the interaction generated with fans."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sitinjak, Devina Rosefin Aletta
"Transmedia storytelling sering digunakan sebagai strategi pemasaran musik yang efektif. Dalam konteks tersebut, salah satu grup musik asal Korea Selatan, EXO, menggunakan strategi tersebut untuk memasarkan karya-karyanya. Melalui penelitian ini, penulis bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis konten yang dihasilkan EXO, serta melihat sejauh mana EXO dapat mengimplementasikan prinsip-prinsip transmedia storytelling, Metode penelitian yang digunakan adalah desk research. Hasil penelitian menunjukkan bahwa EXO telah menerapkan konsep transmedia storytelling dalam pemasarannya secara tepat karena memenuhi keseluruhan prinsip dari transmedia storytelling.

Transmedia storytelling is often utilized as an effective marketing strategy for music. In this context, one of the South Korean music groups, EXO, employs this strategy to promote their works. The aim of this study is to describe and analyze the content produced by EXO, as well as to assess the extent to which EXO implements the principles of transmedia storytelling. The research methodology employed is desk research. The findings indicate that EXO has successfully implemented the concept of transmedia storytelling in their marketing efforts by adhering to the overall principles of transmedia storytelling."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Timothy Aaron
"Popularitas musik independen Indonesia dalam beberapa tahun terakhir melesat akibat semakin terdigitalisasinya musik Indonesia. Pemasaran musik di Indonesia juga menjadi semakin kreatif dengan memanfaatkan platform digital. Salah satu cara pemasaran melalui media sosial adalah transmedia storytelling yang memanfaatkan berbagai media untuk menceritakan satu narasi yang utuh. Salah satu grup musik Indonesia yang memanfaatkan transmedia storytelling dalam pemasarannya adalah Feast. Dengan narasi Multisemesta, Feast menggabungkan album-albumnya ke dalam satu semesta, kemudian dipecah ke dalam beberapa dunia yang disebut sebagai Earth. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah qualitative content analysis. Album Feast yang paling berhasil menerapkan transmedia storytelling dalam pemasaran media sosialnya adalah album Beberapa Orang Memaafkan dengan jumlah diputar sebanyak 78.227.353 per Oktober 2022 karena mengedepankan user-generated content atau prinsip performance yang mendorong partisipasi audiens. Peneliti menemukan bahwa dengan menggunakan transmedia storytelling yang mengedepankan prinsip performance, maka audience dapat membentuk makna baru dari produk utama, dalam kasus ini lagu, yang kemudian diproduksi ulang ke dalam bentuk konten lain sehingga dapat membantu penyebarluasan musik, mendorong keberhasilan promosi terutama melalui media sosial yang memiliki prinsip content-sharing dan interaction yang sangat kuat.

The popularity of Indonesian independent music in recent years has accelerated due to the increasing digitalization of Indonesian music. Music marketing in Indonesia is also becoming more creative by utilizing digital platforms. One way of marketing through social media is transmedia storytelling, which uses various media to tell a complete narrative. One of the Indonesian music groups that uses transmedia storytelling in its marketing is Feast. With the Multiverse narrative, Feast combines its albums into one universe, then it is divided into several worlds called Earth. Methodology used in this research is qualitative content analysis. The Feast album that has most successfully implemented transmedia storytelling in its social media marketing is the album Some People Forgive, with a total of 78,227,353 views as of October 2022, because it prioritizes user-generated content or performance principles that encourage audience participation. The researcher found that by using transmedia storytelling that puts forward the principle of performance, the audience can form new meanings from the main product, in this case, the song, which is then reproduced into other forms of content so that it can help spread music and encourage successful promotions, especially through social media that uses social media. It has very strong content-sharing and interaction principles."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia;, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Jessycarania Jaxentia
"Korean Wave atau Hallyu telah memasuki era 2.0 di mana fans global dari seluruh penjuru dunia dapat menikmati budaya populer Korea melalui pengalaman transmedia di media sosial. Fenomena ini kemudian mendorong meningkatnya penggunaan konsep transmedia dalam strategi branding grup K-pop sebagai aktor budaya dalam Hallyu 2.0, salah satunya adalah penerapan transmedia branding. Menggunakan metode analisis konten, penelitian ini menganalisis bagaimana AESPA membangun brand persona melalui implementasi transmedia branding pada strategi branding mereka sebagai girl group K-pop representatif di era Hallyu 2.0. Penelitian ini menemukan bahwa AESPA menerapkan konsep transmedia branding dengan menggunakan tiga elemen desain, yaitu: narasi, partisipasi, dan brand. Penerapan elemen desain ini diperkuat dengan penciptaan worldview yang secara eksklusif mewadahi narasi AESPA serta inkorporasi teknologi mutakhir yang mendorong perluasan penyampaian pesan brand secara berkelanjutan ke cakupan audiens baik di ruang virtual dan juga dunia nyata. Melalui citra, identitas, nilai, dan keunggulan dari brand AESPA yang terdefinisi melalui penerapan ketiga elemen transmedia branding tersebut, AESPA dapat memperkuat brand persona-nya sebagai “Metaverse girl group” yang membuat nilai kompetitif AESPA di lanskap industri K-pop menjadi lebih tinggi.

Korean Wave or Hallyu has entered its 2.0 era where global fans from around the world can enjoy Korean pop culture through transmedia experience in social media. This phemomenon then has led onto the increasing of transmedia concept usage on K-pop groups’ branding strategies as one of the cultural actors in Hallyu 2.0, which one of them is transmedia branding implementation. Using content analysis method, this study analyses how AESPA build their brand persona through transmedia branding implementation in their branding strategy as one of the representative K-pop girl groups in Hallyu 2.0 era. Findings found that AESPA has implemented transmedia branding concept using its three design elements, which are: narratives, participation, and brands. This three element designs impelementation is amplified by worldview building that exclusively accomodated AESPA’s narration and also advent technology incorporation that has driven expansive message dissemination continuously to audiences in virtual and also real world. Thus, through image, identity, value, and competitive values of AESPA as a brand that have been defined through transmedia branding’s elemen designs, AESPA are able to strengthen their brand persona as a “Metaverse girl group” that has significantly elevated AESPA’s competitive value in K-pop industry landscape."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Nabilah Humaira
"Strategi Marketing Public Relations atau MPR merupakan salah satu cara meningkatkan pelayanan atau produk. Tulisan ini dikhususkan untuk perusahaan musik asal Korea Selatan, SM Entertainment, yang menggunakan strategi MPR dalam pemasaran artisnya, EXO. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui strategi MPR apa yang mereka gunakan serta mana yang paling mempengaruhi pemasarannya. Analisis yang dilakukan melalui berbagai artikel berita dan hasil interpretasi penulis yang didukung oleh data, baik dari media sosial hingga prestasi yang dihasilkan oleh EXO. Tulisan ini didukung oleh teori dari public relations dan konsep marketing public relations. Hasil analisis memperlihatkan bahwa strategi marketing public relations dengan komponen lain didalamnya mampu membuat serta meningkatkan produk dan pendapatan perusahaan.

Strategy of Marketing Public Relations or MPR is one way to improve service or product. This paper is devoted to a South Korean music company, SM Entertainment, which uses the MPR strategy in its artist marketing, EXO. The purpose of this paper is to find out what MPR strategies they are using and which are most influencing their marketing. The analysis is done through various news articles and interpretation results of the author supported by the data, both from social media to the achievements generated by EXO. This paper is supported by the theory of public relations and the concept of marketing public relations. The results of the analysis show that public relations marketing strategy with other components in it is able to make and improve product and income company.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Alanis Wardhana
"Penelitian ini membahas penggunaan gaya rambut natural orang kulit hitam yang sudah berkali-kali dilakukan oleh penyanyi-penyanyi K-pop. Globalisasi dan tren musik global menghasilkan hibdridisasi musik populer baru di Korea. Tidak hanya musik, budaya barat, seperti budaya hip hop yang merupakan budaya Afrika­ Amerika, juga memiliki pengaruh terhadap K-pop. Akan tetapi, penggunaan budaya hip hop dalam industri K-pop mengarah ke apropriasi budaya. Persepsi yang keliru membuat anak-anak muda Korea mengaitkan rambut natural orang kulit hitam dengan budaya hip hop. Apropriasi berdampak pada budaya yang digunakan tanpa menghormati signifikansi dari budaya tersebut. Saat ini masih ada orang yang kurang memahami dampak dari apropriasi budaya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kepekaan para penggemar K-pop terhadap tindakan apropriasi budaya dalam industri K-pop. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan studi Pustaka. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa industri musik Korea Selatan menganggap gaya rambut orang kulit hitam adalah salah satu bagian dari budaya hip hop sehingga hal tersebut dijadikan estetik untuk beberapa konsep visual musik K-pop.

This study discusses the use of natural Black hair styles that have been done by K­ pop singers many times. Globalization and global music trends have resulted in the hybridization of new popular music in Korea. Not only music, Western culture, such as hip-hop which is an African American culture, also has an influence on K-pop. However, the use of hip hop culture in the K-pop industry leads to cultural appropriation. Misperceptions lead young Koreans associating the natural hair of Black people with hip hop culture. Appropriation affects the culture used without respecting the significance of that culture. Today there are still people who do not understand the impact of cultural appropriation. The purpose of this study is to acknowledge K-pop fans' sensitivity regarding acts of cultural appropriation within the K-pop industry. The method used in this study is a qualitative method using literature study. The results of this study indicate that the South Korean music industry consider Black hairstyles to be a part of hip hop culture, hence it is used as an aesthetic for some visual concepts of K-pop music. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Zeta Lubna Aqila Zaafril
"Industri K-pop telah berkembang pesat dan meraih popularitas di Indonesia, salah satu grup K-pop yang berhasil meraih popularitas tersebut adalah NCT. Hal ini dapat didukung oleh strategi pemasaran SM Entertainment yang telah mengeksklusifkan penggemar Indonesia dalam sebagian besar kegiatan NCT. Penggemar NCT di Indonesia telah menyadari hal ini secara positif, bahkan menjadi topik yang ramai dibicarakan di media sosial. Namun, hal tersebut masih berupa reaksi yang belum mencerminkan pemahaman mendalam. Hingga saat ini, studi empiris yang meneliti pemaknaan penggemar terhadap perlakuan eksklusif NCT di Indonesia masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pemaknaan NCTZen Indonesia terhadap strategi pemasaran SM Entertainment untuk NCT, menggunakan konsep relationship marketing untuk memahami bagaimana penggemar menginterpretasikan upaya pemasaran yang ditujukan kepada mereka. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan paradigma interpretatif, tidak hanya melihat bagaimana strategi tersebut dimaknai oleh penggemar NCT di Indonesia tetapi juga dengan interpretasi oleh peneliti. Hasil penelitian menunjukan tiga hal, (1) perlakuan eksklusif NCT terhadap penggemar Indonesia menimbulkan loyalitas penggemar, (2) perlakuan eksklusif NCT dalam dimensi relationship marketing “bonding” sangat mempengaruhi para informan dalam merasa diperlakukan secara istimewa, sehingga hal tersebut berdampak signifikan pada timbulnya sikap dan perilaku loyalitas mereka, dan (3) hubungan istimewa antara NCT dan Indonesia dimaknai sebagai sebuah saluran untuk pertukaran budaya Korea dan Indonesia. Tiga hasil tersebut menunjukan pemaknaan penggemar yang lebih dalam dari sekedar reaksi positif. Meski demikian, ada beberapa saran penting agar hubungan NCT dan Indonesia dapat menjadi lebih baik kedepannya. Namun, melihat kesuksesan strategi pemasaran NCT dalam membangun loyalitas NCTZen di Indonesia, penerapan strategi oleh SM Entertainment, terutama terkait dengan konsep relationship marketing, dapat dijadikan contoh oleh perusahaan hiburan atau individu yang ingin membangun hubungan baik dan berkelanjutan dengan konsumen di Indonesia, tentunya dengan penyesuaian yang tepat.

The K-pop industry has rapidly expanded and gained popularity in Indonesia. NCT is one of the K-pop groups that has achieved this popularity. The success can be attributed to SM Entertainment's marketing efforts, which have provided exclusive treatment to Indonesian fans in many of NCT's activities. This special treatment has been positively recognized by NCT fans in Indonesia and has become a widely discussed topic on social media. However, these reactions on social media do not yet reflect a deep understanding of how Indonesian NCTZen perceive this exclusive treatment. Empirical studies examining fans' interpretations of NCT's exclusive treatment are still limited. Therefore, this research aims to explore how Indonesian NCTZen give meanings to SM Entertainment's marketing strategies for NCT, using the concept of relationship marketing to understand how fans respond to these marketing efforts. This study use a qualitative approach with interpretative paradigm, examining not only how Indonesian NCT fans interpret these strategies but also using the researcher's interpretation. The findings indicate three main things; (1) the exclusive treatment for Indonesian NCTZen, result in fan loyalty. However, each informant has their own way of expressing their loyalty, which can be linked to how they perceive NCT's relationship with Indonesia, (2) "bonding" is a dimension of relationship marketing that significantly influences informants to feel special, giving impact to their attitudes and behaviors of loyalty, and (3) the special relationship between NCT and Indonesia is seen by the informants as a channel for mutual cultural exchange between Korea and Indonesia. The three results show a deeper fan interpretation than just positively recognized. Nonetheless, there are still several important suggestions for SM Entertainment to further improve the relationship between NCT and Indonesia in the future. Given the success of NCT's marketing strategies in building loyalty among Indonesian NCTZen, SM Entertainment's approach, especially those related to relationship marketing, can serve as a model for entertainment companies or individuals aiming to build strong and sustainable relationships with consumers in Indonesia, with adjustments."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>