Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 191870 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dzulfikar Akbar Cordova
"Pandemi covid-19 tidak hanya berdampak pada kesehatan manusia tetapi juga ekonomi yang disebabkan oleh penerapan pembatasan sosial dan karantina wilayah oleh banyak negara di dunia. Penelitian ini berfokus kepada bagaimana pandemi berdampak kepada perempuan bekerja yang telah menikah dan memiliki anak terhadap persepsi mereka aspirasi karir, beban pekerjaaan, dan pembagian tugas dengan suami. Dalam penelitian ini, penulis menyimpulkan bahwa Terdapat tambahan beban pekerjaan yang harus ditanggung oleh ibu pekerja di masa pandemi, yang mana tambahan beban tersebut disebabkan oleh kewajiban untuk menemani dan membantu anak yang bersekolah dari rumah. Bantuan yang diberikan oleh suami untuk mengurus rumah tangga dan mengasuh anak tidak lebih baik jika dibandingkan bantuan yang diberikan oleh keluarga atau pengasuh anak/asisten rumah tangga. Mayoritas responden menyatakan tidak mempertimbangakan untuk menahan laju karir (downshifting) dengan cara mengurangi jam dan beban kerja dimana kelompok responden yang sudah bercerai, tidak mendapatkan bantuan dari keluarga, dan tidak dibantu oleh pengasuh anak/asisten rumah tangga memiliki kecenderungan dengan poin lebih tinggi. Besarnya pendapatan responden juga memengaruhi persepsi untuk menahan laju karir (downshifting). Dalam hal mempertimbangakan untuk berhenti bekerja, ketidaksetujuan yang lebih tinggi ditunjukkan oleh kelompok-kelompok ibu pekerja yang sudah bercerai. Besarnya pendapatan responden juga memengaruhi persepsi untuk berhenti bekerja.

Pandemic had impacted human health and the economy caused by many countries' implementation of social restrictions and regional quarantines. This study focuses on how the pandemic affects working women who are married and have children on their perceptions of career aspirations, workload, and the division of tasks with their husbands. In this study, the authors conclude that there is an additional workload that working mothers must bear during the pandemic, which is an additional burden caused by the obligation to accompany and help children for school from home. The assistance provided by the husband to take care of the household and the children are worse than the assistance provided by the family or the babysitter/household assistant. The majority of respondents stated that they did not consider downshifting by reducing their hours and workload, where the group of respondents who were divorced, did not get help from their families, and were not assisted by a babysitter/household assistant tended to have higher points. Respondent's income also affects the perception of downshifting. In terms of considering quitting work, higher disapproval shows by the groups of divorced working mothers. The size of the respondent's income also affects the perception of quitting work."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dzulfikar Akbar Cordova
"Pandemi covid-19 tidak hanya berdampak pada kesehatan manusia tetapi juga ekonomi yang disebabkan oleh penerapan pembatasan sosial dan karantina wilayah oleh banyak negara di dunia. Penelitian ini berfokus kepada bagaimana pandemi berdampak kepada perempuan bekerja yang telah menikah dan memiliki anak terhadap persepsi mereka aspirasi karir, beban pekerjaaan, dan pembagian tugas dengan suami. Dalam penelitian ini, penulis menyimpulkan bahwa Terdapat tambahan beban pekerjaan yang harus ditanggung oleh ibu pekerja di masa pandemi, yang mana tambahan beban tersebut disebabkan oleh kewajiban untuk menemani dan membantu anak yang bersekolah dari rumah. Bantuan yang diberikan oleh suami untuk mengurus rumah tangga dan mengasuh anak tidak lebih baik jika dibandingkan bantuan yang diberikan oleh keluarga atau pengasuh anak/asisten rumah tangga. Mayoritas responden menyatakan tidak mempertimbangakan untuk menahan laju karir (downshifting) dengan cara mengurangi jam dan beban kerja dimana kelompok responden yang sudah bercerai, tidak mendapatkan bantuan dari keluarga, dan tidak dibantu oleh pengasuh anak/asisten rumah tangga memiliki kecenderungan dengan poin lebih tinggi. Besarnya pendapatan responden juga memengaruhi persepsi untuk menahan laju karir (downshifting). Dalam hal mempertimbangakan untuk berhenti bekerja, ketidaksetujuan yang lebih tinggi ditunjukkan oleh kelompok-kelompok ibu pekerja yang sudah bercerai. Besarnya pendapatan responden juga memengaruhi persepsi untuk berhenti bekerja.

Pandemic had impacted human health and the economy caused by many countries' implementation of social restrictions and regional quarantines. This study focuses on how the pandemic affects working women who are married and have children on their perceptions of career aspirations, workload, and the division of tasks with their husbands. In this study, the authors conclude that there is an additional workload that working mothers must bear during the pandemic, which is an additional burden caused by the obligation to accompany and help children for school from home. The assistance provided by the husband to take care of the household and the children are worse than the assistance provided by the family or the babysitter/household assistant. The majority of respondents stated that they did not consider downshifting by reducing their hours and workload, where the group of respondents who were divorced, did not get help from their families, and were not assisted by a babysitter/household assistant tended to have higher points. Respondent's income also affects the perception of downshifting. In terms of considering quitting work, higher disapproval shows by the groups of divorced working mothers. The size of the respondent's income also affects the perception of quitting work. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indinesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhira Nayunda
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor/kebijakan perusahaan yang memberikan dampak positif terhadap perbaikan modal kerja di masa krisis. Salah satu penyebab dilakukannya penelitian ini adalah sebagai salah satu perusahaan penghasil minyak, Perusahaan menghadapi keterbatasan modal kerja akibat penurunan harga minyak mentah dunia dalam beberapa tahun terakhir dengan pandemi Covid-19 secara bersamaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara baik terstruktur maupun tidak terstruktur serta telaah atas laporan tahunan dan triwulan Perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi modal kerja pada masa krisis seperti kegiatan utama Perusahaan. Perseroan sudah baik dalam mengoptimalkan modal kerja selama krisis ini, yakni dengan mengurangi biaya modal dengan cara mengurangi kegiatan pengeboran dan mengurangi pembuatan fasilitas baru. Selain itu, dalam mempertahankan modal kerjanya, Perusahaan juga meningkatkan kontrol atas komponen utama modal kerja. Rekomendasi yang diberikan kepada Perusahaan sebagai langkah selanjutnya adalah Perusahaan dapat mengurangi biaya yang berkaitan dengan operasional sehari-hari seperti biaya utilitas.

This study aims to analyze the factors / company policies that have a positive impact on improving working capital in times of crisis. One of the reasons for conducting this research is that as one of the oil-producing companies, the Company is facing limited working capital due to the decline in world crude oil prices in recent years with the Covid-19 pandemic simultaneously. The data used in this study were obtained from structured and unstructured interviews as well as reviews of the Company's annual and quarterly reports. The results of this study indicate that there are several factors that affect working capital during a crisis, such as Company’s main activities. The company has been good at optimizing working capital during this crisis, namely by reducing capital costs by reducing drilling activities and reducing the construction of new facilities. In addition, in maintaining its working capital, the Company has also increased control over the main components of working capital. The recommendation given to the Company as the next step is that the Company can reduce costs related to day-to-day operations such as utility costs."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumayyah
"ABSTRAK

Saat ini, fenomena ibu bekerja di luar rumah sudah menjadi hal yang lumrah di masyarakat saat ini. Seorang ibu yang bekerja kini memiliki peran ganda yaitu sebagai ibu rumah tangga sekaligus sebagai seorang pekerja di bidang kerjanya. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, ibu yang bekerja memiliki dampak pada beberapa aspek perkembangan remaja perempuan, diantaranya adalah autonomy dan kematangan karir. Autonomy terdiri dari tiga dimensi yaitu attitudinal autonomy, emotional autonomy, dan functional autonomy., sedangkan kematangan karir terdiri dari dimensi sikap dan dimensi kognitif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara autonomy dan kematangan karir pada perempuan remaja akhir dari ibu yang bekerja. Partisipan penelitian ini terdiri dari 63 mahasiswi Universitas Indonesia dengan rentang usia 18 – 21 tahun. Penelitian kuantitatif ini menggunakan Adolescent Autonomy Questionnaire (Noom, Dekovic, Meeus, 2001) untuk mengukur Autonomy pada remaja perempuan, dan Career Development Inventory – Short Form (Creed & Patton, 2004) untuk mengukur kematangan karir. Hubungan korelasi antara autonomy dengan kematangan karir menunjukkan hasil yang signifikan pada beberapa dimensi. Hasil akan didiskusikan lebih lanjut.


ABSTRACT

The phenomenon of working mothers have become a commonplace in today's society. A working mother has a double role as a housewife as well as a worker in the field of work. Based on previous research, mothers who work have an impact on several aspects of child development, especially in adolescent girls, such as autonomy and career maturity. Autonomy is composed of three dimensions, namely attitudinal autonomy, emotional autonomy, and functional autonomy, while the dimensions of career maturity consist of attitudes and cognitive dimensions. This study aimed to determine the correlation between autonomy and career maturity among late adolescent girls with working mother. Participants of this study consisted of 63 female students of University of Indonesia with an age range 18 – 21 years. This quantitative study using the Adolescent Autonomy Questionnaire (Noom, Dekovic, Meeus, 2001) to measure Autonomy in adolescent girls, and Career Developmnet Inventory – Short Form (Creed & Patton, 2004) to measure career maturity. Correlation between autonomy with career maturity showed significant results in several dimensions. The results will be discussed further.

"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57168
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadi Sugiyanto
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perbedaan fertilitas (anak lahir hidup) menurut ibu bekerja dan tingkat pendidikan dengan memperhatikan umur perkawinan pertama, pemakaian alat kontrasepsi dan umur responden.
Untuk dapat mengungkapkan keterangan tentang perbedaan anak lahir hidup menurut ibu bekerja dan tingkat pendidikan ibu dengan memperhatikan umur perkawinan pertama, pemakaian alat kontrasepsi dan umur responden, telah dikemukakan beberapa hipotesis. Analisis data dilakukan dengan analisa deskriptif yaitu dengan menggunakan tabulasi silang dan beberapa teknik, demografi, dan analisa inferensial yaitu dengan menggunakan regresi ganda. Sumber data utama adalah dari hasil Survey Pendudukan Antar Sensus 1985 yang d.ipublikasi oleh Kantor Biro Pusat Statistik.
Penemuan-penemuan dalam studi ini secara ringkas dapat dikemukakan sebagai berikut. Melalui metode analisis regresi ganda digunakan untuk mempelajari perbedaan jumlah anak lahir hidup menurut tempat tinggal, ibu bekerja dan tingkat pendidikan ibu dengan memperhitungkan umur kawin pertama, pemakaian alat kontrasepsi dan umur ibu. Berdasarkan analisis statistik, diperoleh hasil bahwa ibu yang bekerja di sektor pertanian cenderung mempunyai jumlah anak lahir hidup lebih rendah dibandingkan dengan responden yang bekerja di sektor non-pertanian baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan. Ada dugaan sementara bahwa ibu yang bekerja di sektor pertanian tersebut telah memiliki jumlah anak banyak, sehingga kebutuhan keluarganya tidak cukup dipenuhi dari sektor pertanian. Keadaan ini cenderung mendorong mereka untuk pindah ke sektor non-pertanian/sektor informal.
Responden yang bertempat tinggal di perkotaan dan berpendidikan SD kebawah kecuali tidak sekolah mempunyai jumlah anak lahir hidup sedikit lebih banyak dibandingkan responden yang berpendidikan SLTP ke atas. Berarti hubungan pendidikan dengan jumlah anak, lahir hidup mempunyai hubungan negatif. Hal ini mungkin disebabkan faktor latar belakang responden, yaitu responden yang berpendidikan rendah (SD kebawah) pada umumnya kurang memiliki pengetahuan terutama tentang pengaturan jarak kelahiran. Sedangkan responden yang bertempat tinggal di pedesaan, mereka yang berpendidikan SD kebawah mempunyai jumlah anak lahir hidup lebih sedikit dari pada responden yang berpendidikan SLTP ke atas, berarti hubungan pendidikan dengan jumlah anak lahir mempunyai hubungan positif. Kemungkinan yang dapat dijelaskan, yaitu responden dengan latar belakang pendidikan rendah memiliki pengetahuan tentang gizi yang rendah pula. Sehingga wanita dengan pendidikan rendah secara biologis cenderung kurang subur dan pertama kali mendapatkan haid terlambat serta akhir haid lebih cepat. Menurut semua jenjang pendidikan, responden yang bertempat tinggal di perkotaan mempunyai jumlah anak lahir hidup lebih banyan dibandingkan di pedesaan. Kenyataan ini tidak seperti yang diharapkan yaitu di perkotaan mempunyai jumlah anak: lahir hidup lebih rendah dibandingkan di pedesaan.
Pengaruh negatif antara umur kawin pertama terhadap jumlah anak lahir hidup baik diperkotaan maupun di pedesaan. Keadaan ini tetap konsisten dengan hasil-hasil temuan sebelumnya. Menurut tempat tinggal, pengaruh negatif aniara umur kawin pertama terhadap jumlah anak lahir hidup lebih besar di perkotaan dari pada di pedesaan. Berdasarkan hasil perhitungan dari SUPAS 1985 rata--rata umur kawin pertama di perkotaan sebesar 22,5 tahun dan di pedesaan sebesar 19,5 tahun. Secara rasional, di pedesaan dengan rata-rata umur kawin pertama yang lebih rendah ada kecenderungan untuk mempunyai anak: lahir hidup lebih banyak.
Berdasarkan pemakaian alat kontrasepsi, baik untuk daerah perkotaan maupun pedesaan, responden yang memakai alat kontrasepsi cenderung mempunyai anak lahir hidup lebih banyak, dibandingkan dengan responden yang tidak memakai alat kontrasepsi. Hal ini diduga, responden yang memakai alat kontrasepsi adalah mereka yang mempunyai jumlah anak lahir hidup sesuai jumlah anak yang diinginkan, dan tidak menambah anak lagi.
"
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyaningrum
"Penelitian ini bertitik tolak dari adanya gejala peningkatan jumlah ibu yang bekerja di luar rumah. Akibatnya adalah timbul kecemasan dari sebagian masyarakat, bahwa ibu yang bekerja akan berpengaruh buruk terhadap pendidikan anak. Hal tersebut disebabkan oleh persepsi masyarakat tentang peranan ibu dalam keluarga sebagai pendidik anak, sehingga bila ibu bekerja di luar rumah dikhawatirkan akan mengganggu tugasnya sebagai pendidik anak.
Status yang ibu bekerja dan ibu yang tidak bekerja dapat menimbulkan dampak positif atau negatif terhadap pendidikan anak. Hal tersebut tidak terlepas dari persepsi anak itu sendiri tentang ibu bekerja dan ibu tidak bekerja. Persepsi setiap anak tentang ibu bekerja dan ibu tidak bekerja mungkin saja berbeda. Hal ini penting untuk diteliti, mengingat bahwa anak dianggap sebagai pihak yang terkena dampak dari status ibu yang bekerja, maka penelitian ini perlu mengamatinya dari sudut pandang anak itu sendiri, khususnya pada usia remaja. Mengingat bahwa intelektualitas remaja tengah berkembang, maka mereka sudah mampu mempersepsikan ibu bekerja dan tidak bekerja.
Pembahasan teoretis meliputi: 1) peranan ibu dalam mendidik anak, 2) ibu yang berperanan tunggal, 3) ibu yang berperanan ganda, 4) sosialisasi peranan gender di lingkungan keluarga ibu bekerja dan tidak bekerja, 5) tuntutan sosialisasi masa remaja, 6) persepsi, dan 7) persepsi remaja tentang ibu yang bekerja dan tidak bekerja.
Kesimpulan penting dari penelitian ini terdiri atas empat hal sebagai berikut: Pertama, persepsi anak tentang ibu bekerja dan ibu tidak bekerja berhubungan dengan status ibunya, bekerja atau tidak bekerja. Anak yang ibunya bekerja mempunyai persepsi positif terhadap ibu bekerja lebih besar daripada anak yang ibunya tidak bekerja. Anak yang ibunya tidak bekerja mempunyai persepsi positif terhadap ibu tidak bekerja lebih besar daripada anak yang ibunya bekerja.
Jenis kelamin ternyata tidak berhubungan dengan persepsi anak tentang ibu bekerja dan ibu tidak bekerja. Secara keseluruhan, jumlah anak yang mempunyai persepsi positif tentang ibu bekerja lebih banyak (53%) daripada persepsi positif tentang ibu tidak bekerja (47%). Dengan demikian lebih banyak anak yang memilih status ibu bekerja daripada ibu tidak bekerja.
Kedua, tidak ada perbedaan yang signifikan dalam prestasi belajar, antara anak yang ibunya bekerja dan yang ibunya tidak bekerja. Selain itu ditemukan pula bahwa prestasi belajar anak tidak berhubungan dengan status ibunya, bekerja atau tidak bekerja.
Ketiga, sosialisasi peranan gender yang dialami anak di lingkungan keluarga ibu bekerja tidak berbeda secara signifikan dengan keluarga ibu tidak bekerja. Selain itu ditemukan pula bahwa tidak ada hubungan antara sosialisasi peranan gender terhadap anak, dengan status ibu yang bekerja atau tidak bekerja.
Keempat, ada hubungan yang signifikan antara persepsi anak tentang peranan gender, dengan jenis kelamin. Remaja perempuan mempunyai persepsi tentang peranan gender yang lebih kenyal daripada persepsi anak laki-laki. Artinya, anak perempuan tidak terlalu memandang perbedaan peranan meaurut jenis kelamin sebagai sesuatu yang membatasi ruang geraknya untuk mengaktualisasikan dirinya.
Akhirnya tulisan ini ditutup dengan saran-saran praktis yang ditemukan kepada: 1) orang tua (khususnya ibu), 2) masyarakat umum, dan 3) peneliti."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1994
T4189
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Audrey Azzahra Febian
"This research aims to further discuss how the pandemic has changed intimate life (relationship). In this research, the researcher uses Social Penetration Theory, the concept of self-disclosure and digital media – dating apps. Using literature review, the researcher chose to have several journal articles that will be the foundation of this research. The result of this research shows that during the COVID-19 pandemic lockdowns, the ever growing technology and the Internet has become vital to all of us. The advancement of technology has blessed us with inventions such as dating apps, video conferencing apps, and streaming services that are used as tools to keep the intimacy alive during the pandemic. For future studies, it would be academically beneficial to consider reviewing the impact from media studies, interpersonal communication, and the role of social media.

Penelitian ini bertujuan untuk membahas bagaimana pandemi mengubah kehidupan intim (hubungan percintaan). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori serta konsep berupa Teori Penetrasi Sosial, konsep self-disclosure dan media digital – aplikasi kencan online. Dengan menggunakan literature review, peneliti memilih beberapa artikel jurnal yang akan menjadi landasan penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa selama masa lockdown pandemi COVID-19, teknologi dan internet yang terus berkembang menjadi vital bagi kita semua. Kemajuan teknologi telah memfasilitasi kehidupan kita dengan penemuan-penemuan seperti aplikasi kencan, aplikasi konferensi video, dan layanan streaming yang digunakan sebagai alat untuk menjaga keintiman tetap terjaga selama masa pandemi. Rekomendasi dalam penelitian ini adalah untuk studi masa depan, akan lebih bermanfaat secara akademis untuk mempertimbangkan dan meninjau dampak dari studi media, komunikasi interpersonal, serta peran sosial media."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rania Savira Attamimi
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran terkait peran self-compassion terhadap regulasi emosi pada dewasa muda dalam situasi pandemi Covid-19. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang melibatkan 138 partisipan dengan kriteria berusia 18-40 tahun dan berdomisili di Indonesia. Pengukuran regulasi emosi menggunakan alat ukur Emotion Regulation Questionnaire (ERQ) (Gross dan John, 2003) dan pengukuran self-compassion menggunakan alat ukur Self-Compassion Scale (Neff, 2003b). Hasil penelitian ini menunjukkan self-compassion secara umum ditemukan dapat memprediksi regulasi emosi secara signifikan (F(1,136) = 5.776, p < 0.05, R² = 0.041). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi self-compassion yang dimiliki individu, akan semakin tinggi pula kemungkinan individu tersebut memiliki kemampuan regulasi emosi yang baik.

This study was conducted to describe the role of self-compassion on emotion regulation in young adults in the Covid-19 pandemic situation. This study is a quantitative study involving 138 participants with criteria aged 18-40 years and domiciled in Indonesia. The measurement of emotion regulation uses the Emotion Regulation Questionnaire (ERQ) (Gross and John, 2003) and self-compassion measurement using the Self-Compassion Scale (Neff, 2003b). The results of this study indicate that self-compassion is generally found to be able to significantly predict emotion regulation (F(1.136) = 5.776, p < 0.05, R² = 0.041). From these results, it can be concluded that the higher the individual's self-compassion, the higher the possibility that the individual has good emotional regulation abilities."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Setyorini
"Pandemi COVID-19 telah mengganggu banyak aspek kehidupan global. Tidak hanya memengaruhi perekonomian, penganggulangan pandemic untuk memperlambat laju penyebaran virus juga memberikan dampak bagi kondisi mental masyarakat. Studi ini ditujukan untuk melihat hubungan tingkat kebijakan pembatasan sosial, kehilangan pekerjaan, dan kehilangan pendapatan selama pandemic terhadap kesehatan mental individu. Penelitian ini menggunakan data nasional yang dikumpulan oleh CISDI melalui telepon survei. Sejumlah 1031 observasi, terdiri dari individu umur 15-65 tahun yang berpartisipasi di Angkatan kerja dan bekerja sebelum pandemi, digunakan dalam penelitian ini. Berdasarkan 5 indikator negative mental health impact, dari keseluruhan sampel, 42,93% merasa lebih takut, 47.72% merasa lebih cemas, 18,33% merasa lebih tidak berdaya, 39.67% mengalami peningkatan stress kerja, dan 46,36% mengalami peningkatan stress keuangan. Hasil dari regresi logistik biner yang dilakukan meunjukkan bahwa kehilangan pekerjaan dan kehilanagn pendapatan berkaitan dengan dampak kesehatan mental yang buruk. Sedangkan pembatasan sosial tidak berasosiasi secara kuat dengan dampak kesehatan mental yang buruk. Hasil ini berimplikasi bahwa efek ekonomi terbukti dirasakan oleh responden penelitian ini, tetapi efek isolasi sulit dibuktikan di sini. Keberadaan efek isolasi dapat dijelaskan dengan variabel lain, yaitu status bekerja dari rumah dan penurunan frekuensi bertemu langsung dengan teman/kolega/saudara.

The pandemic of COVID-19 has interrupted many aspects of life globally. Not only affecting the economy, the containment measures to slow down the spread of the virus has also impacting people’s mental well-being. This study aimed to assess the relation of social restriction policy level, job loss, and income loss during the COVID-19 pandemic to individual mental health. A national representative data collected by CISDI through a phone survey was used in this study. A total of 1031 observations aged 15-65 who participated in the labour force and worked prior to the pandemic were included in the study. Based on five negative mental health impact indicators, of all the sample, 42.39% felt more horrified, 47.72% felt more apprehensive, 18.33% felt more helpless, 39.67% increased stress from work, and 46.36% increased financial stress. The results from our binary logistic regression showed that job loss and income loss were attributed to negative mental health impacts. Meanwhile, the social restriction was not significantly associated with it. The findings imply that economic effect was evident in our sample, yet the isolation effect due to social restriction was barely proven here. Besides, the existence of isolation effects could be explained by WFH status and decreased meeting frequency with friends/colleagues/family.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sindy Valenita
"Salah satu perwujudan pelayanan digital di Jawa Barat adalah hadirnya aplikasi Pusat Koordinasi dan Informasi Covid-19 Jawa Barat (Pikobar). Akan tetapi situasi pandemi yang berangsur membaik memberi isyarat bahwa aplikasi Pikobar disesuaikan agar dapat terus dimanfaatkan. Penelitian ini dilakukan di Jabar Digital Service (JDS) sebagai pengembang sekaligus penyelenggara Pikobar dengan tujuan untuk menganalisis layanan Pikobar sehingga dapat dimanfaatkan pascapandemi. Tujuan penelitian ini ialah menganalisis potensi yang dimiliki oleh JDS, untuk menciptakan layanan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, khususnya layanan kesehatan digital. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif, melalui wawancara dan observasi. Penelitian ini menggunakan model strategi pelayanan sukses menurut Devrye (1997), yang dilihat dari tujuh aspek, yaitu Self esteem, Exceed expectation, Recovery, Vision, Improving, Care, dan Empowerment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuh aspek tersebut telah dipenuhi oleh JDS. Namun, masih terdapat ruang untuk perbaikan dan pengembangan. Peningkatan layanan Pikobar dapat dimanfaatkan untuk menyesuaikan fitur-fitur yang akan dibuat di masa depan melalui dukungan berbagai strategi, seperti penyusunan kebijakan pelayanan publik berbasis digital, dukungan infrastruktur teknologi, dan transformasi Pikobar sebagai pusat layanan kesehatan. Dengan demikian, pelayanan Pikobar dapat berjalan secara optimal dan dapat terus dimanfaatkan oleh masyarakat Jawa Barat di masa mendatang."
Sumedang: Puslatbang Pkasn Lan, 2023
JWK 25:2 (2023)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>