Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182690 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ivana Abigayl
"Latar Belakang: Penyakit gigi dan mulut diakui sebagai beban yang cukup berat, baik untuk individu maupun komunitas. Proporsi terbesar masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia adalah gigi berlubang, sebanyak 45, 3%. Salah satu cara menangani masalah gigi berlubang adalah dengan melakukan tindakan preventif. Puskesmas sebagai pelayanan primary health care memiliki fungsi preventif, mesikupun memiliki berbagai hambatan Tujuan: Mengetahui hambatan bagi dokter gigi untuk melakukan tindakan preventif karies pada tingkat UKP di Puskesmas Kota Bandung Bahan dan Metode: Penelitian cross-sectional ini dilakukan pada bulan Januari – Februari 2022. Penelitian ini menggunakan kuesioner online yang disebarkan ke seluruh dokter gigi Puskesmas di Kota Bandung. Total sampel pada penelitian ini yaitu sebanyak 91 responden. Hasil: Hasil analisis statistik menggunakan Kendall’s tau menunjukkan bahwa hanya 3 (tiga) item pertanyaan dari (3) variabel yang signifikan, yaitu pada item pendidikan dan pelatihan, insentif, dan hubungan antara dokter gigi dengan pasien. Kesimpulan: Tantangan dokter gigi dalam melakukan tindakan preventif karies, yaitu pada variabel pendidikan dan pelatihan, insentif, dan hubungan antara dokter gigi dengan pasien.

Background: Dental and oral disease is recognized as a fairly heavy burden, both for individuals and communities. The largest proportion of dental and oral health problems in Indonesia is cavities, as much as 45.3%. One way to deal with cavities is to take preventive measures. Puskesmas as a primary health care service has a preventive function, even though it has various obstacles Objective: To find out the obstacles for dentists to taking caries preventive measures at the UKP level at the Bandung City Health Center Materials and Methods: This cross-sectional study was conducted from January to February 2022. This study used an online questionnaire distributed to all Puskesmas dentists in Bandung City. The total sample in this study was 91 respondents. Results: The statistical analysis using Kendall's tau showed that only 3 (three) question items from (3) significant variables, namely education and training items, incentives, and the relationship between dentists and patients. Conclusion: Dentists' challenges in carrying out caries prevention measures, namely on the variables of education and training, incentives, and the relationship between dentists and patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monika Werdiningsih
"Latar Belakang: Perubahan demografi penduduk dengan meningkatnya penduduk lanjut usia dapat berdampak pada dokter gigi dalam memberikan perawatan gigi dan mulut. Dokter gigi akan lebih banyak merawat lansia yang memiliki kebutuhan dan permasalahan gigi dan mulut yang beragam dan kompleks yang memerlukan perawatan khusus karena perawatan yang diberikan tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan gigi dan mulut yang sehat dan fungsional tetapi juga bertujuan untuk kualitas hidup lansia. Oleh karena itu, dokter gigi dan timnya perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan khusus serta memiliki sikap positif terhadap lansia dalam mengembangkan perilaku dan praktik profesional dokter gigi. Hambatan dokter gigi juga perlu menjadi perhatian karena dapat membatasi dokter gigi untuk memberikan perawatan kepada lansia. Metode: Studi cross-sectional pada bulan Maret-Juni 2022. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang terdiri dari enam bagian, yaitu karakteristik dokter gigi, pengetahuan, sikap, praktik, kesediaan, dan hambatan. Statistik deskriptif dan analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS. Analisis tematik dilakukan dengan menggunakan aplikasi Atlast.ti terhadap jawaban responden yang diperoleh melalui pertanyaan terbuka. Responden dalam penelitian ini adalah 461 dokter gigi umum. Hasil: 98,4% menyatakan bersedia hingga sangat bersedia memberikan perawatan gigi dan mulut pada lansia. Terdapat korelasi signifikan antara pengetahuan, sikap dan praktik dokter gigi terkait perawtaan gigi dan mulut pada lansia. Kesediaan dokter gigi berkorelasi signifikan dengan sikap dan praktik. Tiga hambatan utama dalam memberikan perawatan gigi dan mulut pada lansia adalah komunikasi dengan pasien, kompleksitas penyakit dan mobilitas pasien. Kesimpulan: Dokter gigi memiliki pengetahuan, sikap, praktik, kesediaan yang baik terkait perawatan gigi dan mulut pada lansia. Terdapat hubungan antara pengetahuan, sikap dan praktik dokter gigi terkait perawatan gigi dan mulut pada lansia. Sebagian besar dokter gigi sangat bersedia memberikan perawatan gigi dan mulut pada lansia dan memiliki keinginan untuk mengikuti pelatihan kedokteran gigi geriatri.

Background: Demographic population changes towards the ageing population can impact dentists to provide oral health care. The dentist will treat more older people with diverse and complex oral health needs and problems requiring special treatment because the treatment aims to improve and maintain healthy and functional dental and oral health and aims at the quality of life of the elderly. Therefore, dentists and their teams need to be equipped with special knowledge and skills and also have a positive attitude towards the elderly in developing dentists’ professional behavior and practice. Dentists' barriers also need to be a concern because they can prevent dentists from providing care for the elderly. Methods: A cross-sectional study based on an online questionnaire was conducted in April-June 2022. The questionnaire consists of six parts which were the characteristics of dentists, knowledge (27 questions), attitudes (17 questions), practice (7 questions), willingness (1 question), and barriers (1 open question). Descriptive statistics were calculated, bivariate analysis was performed using SPSS, and thematic analysis was carried out using Atlas.ti software on respondents' answers obtained through open-ended questions. Respondents in this study were 461 general dentists. Results: 98,4% stated that they were willing and very willing to provide oral health care to the elderly. There is a significant correlation between dentists' knowledge, attitude, and practice in terms of oral health care in the elderly. A dentist's willingness was significantly correlated with the dentist’s attitude and practice. The three main barriers to providing dental and oral care to the elderly are communication with the patient, the complexity of the disease, and the patient's mobility. Conclusion: Dentists have good knowledge, attitudes, practices, and willingness to provide oral health care for the elderly. There is a relationship between dentists' knowledge, attitude, and practice in terms of oral health care for the elderly. Most dentists are willing to provide oral health care to the elderly and participate in geriatric dentistry training."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marshia Zefanya Rivena Rehatalanit
"Puskesmas merupakan fasilitas layanan kesehatan yang bertanggung jawab untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Untuk mencapai tujuan tersebut maka puskesmas menyelenggarakan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM). Pada era JKN, saat ini puskesmas juga berperan sebagai gatekeeper di masyarakat. Meningkatnya jumlah peserta JKN, diiringi dengan peningkatan akses ke layanan kesehatan salah satunya adalah puskesmas. Dengan sumber daya yang terbatas, puskesmas harus menjalankan kedua peran penting tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan UKP dan UKM pada puskesmas di Kota Semarang. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan sumber data primer dengan metode wawancara mendalam. Sebagai triangulasi untuk keabsahan data, maka dilakukan telaah dokumen berupa peraturan kementerian kesehatan, peraturan dinas kesehatan, serta dokumen penunjang dari puskesmas lokasi penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan teori sistem dengan variabel masukan (SDM, biaya, metode, dan sarana pra sarana), proses (perencanaan, penggerakan dan pelaksanaan, serta pengawasan, pengendalian, dan penilaian), dan keluaran (kinerja puskesmas). Kesimpulan yang didapatkan adalah puskesmas telah melakukan manajemen puskesmas berpedoman pada Permenkes  no. 44 tahun 2016 tentang Pedoman Manajemen Puskesmas. Puskesmas sudah baik dalam pelaksanaan UKP dan UKM dengan sumber daya manusia, biaya, dan sarana pra sarana yang tersedia. Namun, masih terdapat beberapa hambatan yang ditemui. SDM yang tidak  sesuai standar dapat menjadi penghambat pelaksanaan UKP dan UKM. Berdasarkan hasil penelitian yang ada, maka rekomendasi bagi pelaksanaan UKP dan UKM di Puskesmas adalah perlu adanya evaluasi secara terpadu untuk kegiatan yang dilaksanakan UKP dan UKM. Pemenuhan SDM untuk memenuhi standar dapat dilakukan dengan pengangkatan SDM non ASN menggunakan dana BOK atau BLUD. Kebijakan dari dinas kesehatan terkait penambahan jam pelayanan di puskesmas perlu dikaji lebih lanjut untuk dapat menyesuaikan keadaan puskesmas sehingga pelaksanaan UKP dan UKM di puskesmas dapat berjalan maksimal.

Puskesmas is a health service facility that has responsibility to improve the health status of the community in its working area. To achieve that goal so puskesmas organizes Individual Health Efforts (UKP) and Community Health Efforts (UKM). In this JKN era, puskesmas also acts as a gatekeeper in the community. The increasing number of JKN participants is accompanied by increased access to health services, one of which is puskesmas. With limited resources, puskesmas must carry out both important roles. This study aims to analyze the implementation of UKP and UKM at puskesmas in Semarang City. The method used is a qualitative approach with primary data sources with in-depth interviews. As a triangulation for the validity of the data, a document review was carried out in the form of regulations from the ministry of health, regulations from the health department, as well as supporting documents from the puskesmas where the research was located. This study uses sistems theory with input variabels (HR, costs, methods, and infrastructure), process (planning, mobilization and implementation, as well as supervision, control, and assessment), and output (health center performance). The conclusion is puskesmas has carried out management of the puskesmas based on Permenkes no. 44 of 2016 concerning Pedoman Manajemen Puskesmas. Puskesmas has been good in implementing UKP and UKM with human resources, costs, and available infrastructure. However, there are still some obstacles encountered. Human resources that are not up to standard can be an obstacle to the implementation of UKP and UKM. Based on the results of existing research, the recommendation for the implementation of UKP and UKM in Puskesmas is the need for an integrated evaluation for activities carried out by UKP and UKM. Fulfillment of HR to meet standards can be done by appointing non ASN HR using BOK or BLUD funds. The policy from the health department regarding the addition of service hours at the puskesmas needs to be studied further to be able to adjust the condition of the puskesmas so that the implementation of UKP and UKM in puskesmas can run optimally."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Khairinisa
"Latar Belakang:Perawatan preventif harus diperkenalkan ke anak sedini mungkin.Rekomendasi agar dokter gigi melakukan berbagai praktik preventif sudah tersedia, akan tetapi bukti menunjukkan bahwa ada kesenjangan antara hal tersebut dengan praktik klinis yang sebenarnya. Kesenjangan ini bisa terjadi akibat adanya determinan seperti sikap, kepercayaan, dan nilai mengenai kepentingan dan kemudahan dalam melakukan tindakan preventif. Theory of Planned Behavior(TPB) membahas bagaimana intensi dalam melakukan suatu tindakan adalah prediktor utama praktik yang akan dilakukan. Akan tetapi, konstruk pada teori ini tidak memperhitungkan ada tidaknya peluang dan sumber daya untuk melakukan perilaku yang diinginkan terlepas dari niatnya.Studi ini memperluas TPB untuk memeriksa determinan dan hambatan praktik preventif pada anak prasekolah.Metode:Studi cross-sectionalini mensurvei 362 dokter gigi dari 34 provinsi di Indonesia secara online. Data sosiodemografi dan praktik dokter gigi, konstruksi model TPB (sikap, norma subyektif, persepsi kontrol perilaku, dan intensi) serta hambatan dokter gigi terhadap praktik pencegahan pada anak-anak prasekolah (domain anak, orang tua, dokter gigi, dan sistem kesehatan) dicatat. Analisis deskriptif dan bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antar karakteristik dokter gigi dengan determinan dan hambatan yang dirasakan. PLS-SEM digunakan untuk besar pengaruh seluruh faktor dan menentukan faktor mana yang paling mempengaruhi praktik preventif. Hasil:Perpanjangan TPBmerupakan model yang fit dan relevan serta dapat menjelaskan 55,5% intensi dokter gigi dan 18% praktik preventif. Persepsi kontrol perilaku merupakan prediktor paling kuat terhadap intensi (44,2%) dan terhadap praktik (8,8%) sedangkan hambatan dari sisi orang tua dianggap hambatan yang paling berpengaruh (18,8%). Studi ini juga menemukan bahwa sektor praktik, wilayah praktik, usia, beban kerja, dan sistem pembayaran pasien paling memengaruhi intensi dan hambatan praktik preventif dokter gigi. Kesimpulan:Perpanjangan Model TPB dengan memperhatikan faktor hambatan yang dirasakan dokter gigi dapat meningkatkan nilai prediksi praktik preventif yang dilakukan.Pihak dan masalah yang diidentifikasi dalam penelitian ini perlu menjadi sasaran dalam perbaikan program kesehatan selain itu, dokter gigi, sebagai penyedia pelayanan perlu menerima pendidikan yang berfokus untuk menangani hambatan tersebut sehingga praktik preventif karies di Indonesia dapat dimaksimalkan.

Background:Preventive care should be introduced to children as early as possible. Evidence suggests that dentists' preventive measures fall short of guidelines. Attitudes, beliefs, and values about interests and taking preventive action might cause this discrepancy. According to Theory of Planned Behavior, intention determines behavior. This approach does not consider if there are opportunities and resources to perform the behavior regardless the of intention. Thus, internal and external barriers should also highlighted. This study extends the Theory of Planned Behavior to examine dentists' caries prevention determinants and barriers. Methods:This cross-sectional study surveyed 362 dentists from 34 Indonesian provinces online. Dentists' sociodemographic data, practice patterns, and daily preventative activities such patient education, caries risk assessment, topical fluoride, and silver diamine fluoride were documented. TPB constructs (attitudes, subjective norms, perceived behavioral control, and intentions) and dentists' perceived barriers to provide preventive practices in preschool children (children, parents, dentists, and health care system-related) were also recorded. Descriptive and bivariate analyses dentist characteristics association with TPB constructs and perceived barriers. PLS-SEM determines simultant association amongst them and which factors most influence preventive practice the most. Results:The extended TPB model fits and explains 55.5% of dentist intentions and 18% of preventive practices. Perceived behavioral control predicted intention (44.2%) and practice (8.8%), while parental barrier prevented preventive practice the most (18.8%). This study also found that practice sector, practice location, age, workload, and patient payment system most influenced dentists' preventive practice intentions and barriers. Conclusion:Extended version of TPB by considering factors that become barrier for dentists increases the predictive value of dentists’ preventive practices. Parties and problems identified through this study need to be targeted for future oral health programs. Also, to maximize caries prevention practices, dentists need formal or continuous education to overcome these barriers."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Izham
"Masalah gigi berlubang atau karies masih banyak dikeluhkan oleh anak-anak dan dewasa dan tidak bisa dibiarkan hinggah parah yang akan menimbulkan masalah kesehatan misalnya infeksi, kronis, ketidaknyamanan, dan kecacatan pada gigi dan mulut. Rata-rata pasien ke dokter gigi mengalami kerusakan gigi karies yang sudah parah, tingginya keparahan karies gigi di Indonesia menyebabkan besarnya kebutuhan perawatan yang kompleks mulai dari tindakan pencegahan sampai dengan perawatan saluran akar (endodontik). Perawatan karies pulpa yaitu perawatan saluran akar (endodontik) mempunyai resiko tinggi dalam kecelakaan medis. Pada masa Covid-19 telah mengubah sistem perawatan kesehatan yang ada di seluruh dunia, terutama tindakan kedokteran gigi yaitu endodontik yang sangat rentan tertular Covid-19. Di Indosesia kasus Covid-19 masih sangat tinggi dan berefek langsung pada dokter gigi, disisi lain dokter gigi dituntut harus menjalani sikap profesional dalam melayani pasiennya. Pada penelitian ini untuk mengetahui profesional dokter gigi umum dalam penatalaksanaan karies pulpa saat pandemi Covid-19 di Kota Makassar dan Kabupaten Gowa, Indonesia. Metodenya subjeknya yaitu dokter gigi dari Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) Cabang Makassar dan PDGI Gowa yang berpraktek pada masa Covid-19. Kuisioner Online diberikan kepada dokter gigi, dan sebanyak 231 responden penelitian ini. Uji statistic untuk melihat gambaran Pengetahuan, sikap, dan perilaku profesional dokter gigi dalam penatalaksanaan karies pulpa saat pandemi Covid-19 di Kota Makasaar dan Kabupaten Gowa (N=231). Pada penelitian ini menunjukkan bahwa dari 231 responden, ditemukan sebanyak 126 (54.5%) responden menunjukkan Perilaku Baik sedangkan Perilaku Kurang hanya 105 (45.5%) responden, Sikap Baik sebanyak 165 (71.4%) sedangkan Sikap Kurang hanya 66 (28.6%) responden dan Pengetahuan Baik sebanyak 204 (88.3%) sedangkan Pengetahuan Kurang hanya 27 (11.7%) responden. Pengaruh perilaku profesional dokter gigi dalam penatalaksanaan karies pulpa saat pandemi Covid-19 di Kota Makasaar dan Kabupaten Gowa dan sekitar 45.5 % dokter gigi yang perilakunya kurang dalam melakukan perawatan saluran akar gigi dimasa Covid-19. Maka dari itu PDGI sebagai organisasi profesi dokter gigi mengevaluasi anggotanya dan melakukan sosialisasi tentang profesional dalam praktek kedokteran gigi dimasa Covid-19

The problem of cavities or caries is still a lot of complaints by children and adults and cannot be allowed to get worse which will cause health problems such as infection, chronic, discomfort, and defects in the teeth and mouth. The average patient to the dentist experiences severe carious tooth decay, the high severity of dental caries in Indonesia causes the need for complex treatment ranging from preventive measures to root canal (endodontic) treatment. Treatment of pulp caries, namely root canal (endodontic) treatment, has a high risk of medical accidents. In times of Covid-19has changed the existing health care system around the world, especially dentistry, namely endodontics which is very vulnerable to contracting Covid-19. In Indonesia, Covid-19 cases are still very high and have a direct effect on dentists, on the other hand dentists are required to undergo a professional attitude in serving their patients.
In this study, to find outprofessional general dentist in the management of pulp caries during the Covid-19 pandemic in Makassar City and Gowa Regency, Indonesia.The method is subject to dentists from the Indonesian Dental Association (PDGI) Makassar Branch and PDGI Gowa who practiced during the Covid-19 period. Online questionnaires were given to dentists, and as many as 231 respondents in this study.A statistical test to see a description of the knowledge, attitudes, and professional behavior of dentists in the management of pulp caries during the Covid-19 pandemic in Makassar City and Gowa Regency (N=231). In this study, it was found that out of 231 respondents, it was found that 126 (54.5%) respondents showed good behavior while poor behavior was only 105 (45.5%) respondents, good attitude was 165 (71.4%) while poor attitude was only 66 (28.6%) respondents and Good Knowledge is 204 (88.3%) while Poor Knowledge is only 27 (11.7%) respondents. The influence of professional behavior of dentists in the management of pulp caries during the Covid-19 pandemic in Makassar City and Gowa Regency and about 45.5% of dentists whose behavior was lacking in carrying out root canal treatment during the Covid-19 period. Therefore, PDGI as a dental professional organization evaluates its members and conducts socialization about professionals in dental practice during the Covid-19 period.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfi Sina Vinci
"Puskesmas sebagai pelaksana pelayanan JKN berfungsi sebagai gatekeeper menuju pelayanan kesehatan tingkat lanjutan. Konsep gatekeeper terdiri dari kontak pertama, berkelanjutan, koordinasi, dan komprehensif. Penelitian ini ingin melihat implementasi konsep gatekeeper pada pelayanan UKP di Puskesmas X. Penelitian menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Pengumpulan data kualitatif melalui wawancara mendalam, sedangkan pengumpulan data kuantitatif dilakukan melalui survey kepuasan pasien. Hasil penelitian kualitatif menunjukkan bahwa struktur pada UKP masih kurang pada jumlah tenaga kesehatan, jenis pelayanan, dan fasilitas yang tersedia. Pada proses, masalah yang ditemui adalah waktu tunggu yang terlalu lama sebelum diperiksa, sedangkan durasi pemeriksaan terlalu cepat. Hasil penelitian kuantitatif pada unsur hasil, menunjukkan bahwa kepuasan terhadap pelayanan mencapai 89,13%, kepuasan tertinggi berasal dari dimensi tampilan yaitu 91,67%. Karena jam buka pelayanan hanya sampai pukul 13:00 dan pelayanan hanya sampai hari Sabtu, kontak pertama masih kurang. Banyak kasus yang harus dirujuk karena keterbatasan fasilitas dan prasarana. Implementasi berkelanjutan di Puskesmas X terlihat dari rawat jalan prolanis. Pelayanan UKP di Puskesmas X belum tersedia layanan IGD dan home visit. Koordinasi terlihat dari hubungan Puskesmas X dengan fasilitas kesehatan lain. Implementasi konsep gatekeeper pada Puskesmas X masih kurang pada unsur komprehensif dan kontak pertama, sehingga dapat ditingkatkan dengan penyediaan pelayanan dan penambahan tenaga kesehatan.

Puskesmas as the implementer of JKN services serves as a gatekeeper to advanced health services. The gatekeeper concept consists of the first contact, sustainable, coordinated, and comprehensive. This research would like to see the implementation of gatekeeper concept in the service of UKP in Puskesmas X. The research used quantitative and qualitative methods. Qualitative data collection through in-depth interviews, while quantitative data collection is conducted through patient satisfaction surveys. The results of qualitative research indicate that the structure in the UKP is still lacking in the number of health workers, types of services, and facilities available. In the process, the problem encountered is the waiting time is too long before being checked, while the duration of the inspection is too fast. The result of quantitative research on the element of results, shows that the satisfaction of the service reaches 89.13%, the highest satisfaction comes from the tangible dimension that is 91.67%. Since the service hours are only until 13:00 and service is only until Saturday, the first contact is still lacking. Many cases have to be referred to due to limited facilities and infrastructure. The ongoing implementation at Puskesmas X is seen from outpatient prolanis. UKP service in Puskesmas X is not available IGD service and home visit. Coordination can be seen from the relationship between Puskesmas X and other health facilities. Implementation of the concept of gatekeeper at Puskesmas X is still lacking in the comprehensive element and the first contact, so that it can be increased with the provision of services and the addition of health personnel."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilmianti
"[ABSTRAK
Latar Belakang: Jaminan kesehatan Nasional mempermudah masyarakat untuk
mengakses dan mendapatkan pelayanan kesehatan bermutu termasuk kesehatan
gigi. Dokter gigisebagai pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama diharapkan
berpartisipasi dalam mendukung Program Jaminan Kesehatan Nasional. Tujuan:
Diperolehnyapemahaman determinan kesediaan dokter gigi sebagai pemberi
pelayanan kesehatan dalam Jaminan Kesehatan Nasional. Metode: Penelitian
Cross Sectional terhadap dokter gigi praktek swasta menggunakan kuesioner.Data
dianalisis menggunakanujichi square dan regresi logistik.Simpulan: Pengetahuan
tentang paket manfaat dan sikap terhadap kapitasi ditemukan memberikan
kontribusi terhadap kesediaan dokter gigi.

ABSTRACT
Background:A national health insurance makes people easier to access and
obtain quality health care including dental health. Dentists as the first level health
service providers are expected to participatein supporting the National Health
Insurance Program. Objective: To elucidatedeterminants dentistwillingnessto
becomehealth care provider for the national health insuranceMethods: Crosssectional
study on private practice dentists using questionnaires. Data were
analyzed usingchi square test and logistic regression.Conclusions: Knowledge on
benefit package and attitude toward capitation found to have significant
contribution to dentist willingness, Background:A national health insurance makes people easier to access and
obtain quality health care including dental health. Dentists as the first level health
service providers are expected to participatein supporting the National Health
Insurance Program. Objective: To elucidatedeterminants dentistwillingnessto
becomehealth care provider for the national health insuranceMethods: Crosssectional
study on private practice dentists using questionnaires. Data were
analyzed usingchi square test and logistic regression.Conclusions: Knowledge on
benefit package and attitude toward capitation found to have significant
contribution to dentist willingness]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ishlah Fakhirah Rahmah
"Latar Belakang: Pencegahan melalui promosi kesehatan menggunakan alat bantu media terkini perlu dilakukan untuk mengurangi risiko karies gigi. Tujuan: Mengetahui efektivitas penggunaan media aplikasi web dalam meningkatkan pengetahuan risiko karies gigi dan menurunkan skor risiko karies gigi mahasiswa program studi pendidikan dokter gigi. Metode: Studi quasi experiment dengan metode pengambilan sampel purposive sampling. Responden berjumlah 361 mahasiswa yang diinstruksikan untuk menggunakan aplikasi web minimal 1 minggu sekali selama 21 hari. Pada responden dilakukan pengisian kuesioner pre-test dan post-test, pemeriksaan skor risiko karies gigi awal dan akhir, pengisian kuesioner evaluasi media aplikasi web. Hasil: Terdapat 361 responden yang terbagi menjadi kelompok intervensi (n = 282) dan kelompok kontrol (n = 79). Terdapat perbedaan bermakna tingkat pengetahuan antar mahasiswa dengan semester pendidikan yang berbeda, namun tidak ada perbedaan pada skor risiko karies gigi. Terdapat peningkatan tingkat pengetahuan yang bermakna pada kelompok intervensi, sedangkan tidak terdapat pada kelompok kontrol. Kedua kelompok menunjukkan penurunan skor risiko karies gigi, namun tidak ada perbedaan bermakna antara penurunan skor risiko karies gigi setelah penggunaan aplikasi web pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Kesimpulan: Promosi dan edukasi kesehatan mengenai risiko karies gigi melalui media aplikasi web dapat meningkatkan pengetahuan dan menurunkan risiko karies gigi pada mahasiswa program studi pendidikan dokter gigi.

Background: Prevention through health promotion using the latest media aids is necessary to reduce caries risk. Objective: This study aimed to know the effectiveness of web application media on increasing caries risk knowledge and decreasing caries risk scores among dentistry students. Methods: The study design used is quasi-experiment with purposive sampling technique. Participants were in total of 361 respondents who were instructed to use the web application at least once a week for 21 days and to filled in pretest and posttest questionnaires, web application evaluation questionnaires, and examined their initial and final caries risk. Results: There were 361 respondents discussed with the intervention group (n = 282) and the control group (n = 79). There was a significant difference in level of knowledge between students of different semester while none in caries risk score. There was a significant increase in level of knowledge in the intervention group while in the control group there was no difference. Each group showed a decreased in caries risk score, but there was no difference between the decrease in caries risk score after the use of web application in intervention and control group. Conclusion: Health promotion and education about caries risk through web application media can improve knowledge and reduce caries risk of dentistry students."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Ratna Laksmiastuti
"Karies gigi bersama penyakit periodontal merupakan penyakit gigi dan mulut yang paling banyak dijumpai pada anak. Prevalensi karies pada anak di Indonesia tetap tinggi, meskipun banyak upaya telah dilakukan. Karies gigi merupakan penyakit multifaktorial, dalam arti melibatkan banyak faktor yaitu faktor etiologi dan faktor risiko.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor risiko karies dari ibu dan anak sebagai alat penilaian risiko karies dan pedoman penyusunan manajemen karies gigi pada anak melalui penggunaan suatu perangkat lunak. Identifikasi 8 delapan faktor risiko karies dari ibu dan 10 faktor risiko karies dari anak ditentukan berdasarkan kajian literatur, pengalaman klinis dan keadaan masyarakat setempat.
Penelitian diagnostik dilakukan pada 248 pasangan ibu dan anak. Melalui analisis regresi logistik dihasilkan model penilaian risiko terjadinya karies pada anak dengan sensitivitas 84,06. Penentuan titik potong dilakukan untuk mengelompokkan anak dengan risiko karies rendah dan risiko karies tinggi, supaya dapat dilakukan manajemen yang tepat dan spesifik. Penilaian risiko karies selanjutnya diaplikasikan sebagai suatu animasi penilaian tingkat risiko karies dan upaya manajemennya pada program perangkat lunak komputer.

Dental caries and periodontal diseases are the most common oral diseases impacting to the children. Caries prevalence of children in Indonesia is still high, despite a lot of efforts have been taken. Dental caries is a multifactorial disease which comprise etiologic factor and risk factor.
The research aim is to analyze maternal and children caries risk factor as a prediction instrument for children rsquo s caries risk and a guidance to determine caries management for the children by a software application. The identification 8 eight maternal caries risk factor and 10 children caries risk factor are designated based on literature study, clinical experience and local people condition.
The diagnostic study was conduct on 248 pairs of mothers and children. Using logistic regression analysis it is possible to formulate assessment model of caries risk in children, with 84.06 sensitivity. Cut off point was determined to classify the children into low risk and high risk, for proper and specific management. Hence, caries risk assessment is applied as a level animation and management by a software application program.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irwina Nuryanti Husna
"Latar Belakang: Angka prevalensi karies gigi remaja hingga dewasa muda (usia 17-24 tahun) yang cukup tinggi di Indonesia yaitu sebesar 75,3%. Mahasiswa merupakan salah satu kelompok rentan memiliki risiko karies gigi. Dalam penelitian responden merupakan mahasiswa fakultas kedokteran gigi. Oleh karena mahasiswa kedokteran gigi pada masa mendatang merupakan calon penyedia layanan kesehatan gigi dan mulut maka diharapkan untuk selalu menjaga motivasinya dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut dimulai dari individu masing-masing. Media audiovisual merupakan alat yang penting dalam edukasi, terlebih dalam bidang kesehatan dan memiliki pengaruh jangka panjang pada target populasi yang diberikan edukasi melalui video. Pembelajaran yang menggunakan alat bantu audiovisual telah dibuktikan efektif dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan mulut sekelompok individu.Tujuan: Menganalisis efek penggunaan media video edukasi mengenai risiko karies gigi terhadap perubahan pengetahuan dan skor risiko gigi karies pada mahasiswa fakultas kedokteran gigi di Indonesia. Metode: Penelitian menggunakan desain quasi experimental jenis pretest-posttest serta pengamatan pada responden yang terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen yang diberikan intervensi berupa edukasi risiko karies gigi dengan video edukasi yang diakses melalui YouTube dan kelompok kontrol tanpa pemberian video edukasi. Hasil kedua kelompok diukur dan dibandingkan perbedaan pengetahuan dan skor risiko karies gigi. Hasil: Berdasarkan uji Wilcoxon, terdapat perbedaan bermakna secara statistik pada rerata nilai pre-test dan post-test tingkat pengetahuan mengenai risiko karies gigi dan skor risiko karies gigi di antara kedua kelompok (p<0,05).Kesimpulan: Terdapat peningkatan pengetahuan mengenai risiko karies gigi dan penurunan skor risiko karies gigi pada mahasiswa.

Background: The prevalence rate of dental caries in adolescents to young adults (aged 17–22 years) is quite high in Indonesia, about 75.3%. Students are one of the vulnerable groups at risk of dental caries. In the study the respondents were students of the dental faculty. Because dentistry students in the are prospective dental and oral health service providers, it is hoped that they will always maintain their motivation in maintaining oral health, starting with each individual. Audiovisual media is an important tool in education, especially in the health sector and has a long-term influence on the target population that is educated through video. Learning using audiovisual aids has been shown to be effective in increasing oral health knowledge of a group of individuals Aim: Analyzing the effects of using educational video media on the caries risk factors on changes in knowledge and risk scores for dental caries among dentistry students in Indonesia. Method:The study used a quasi-experimental design with pre-test and post-test types and observations of respondents consisting of two groups, namely the experimental group which was given an intervention in the form of dental caries risk education with educational videos accessed via YouTube and the control group without providing educational videos. The results of the two groups were measured and compared differences in knowledge and risk scores for dental caries. Result: Based on the Wilcoxon test, there was a statistically significant difference in the mean pre-test and post-test scores of the knowledge level regarding the risk of dental caries and the dental caries risk score between the two groups (p <0.05). Conclusion: There is an increase in knowledge about the risk of dental caries and a decrease in the risk score for dental caries in students."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>