Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 185844 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tri Puji Wahyuni
"Pendahuluan: Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis melalui transmisi udara (airborne disease), sedangkan Ca paru merupakan pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak dapat terkendali dalam jaringan paru yang menyebabkan adanya massa abnormal paru. Gejala yang timbul pada pasien TB dengan riwayat Ca paru dapat terjadi bervariasi, yaitu batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih, batuk darah, sesak napas, nyeri dada. Sesak napas yang dirasakan pasien dapat menganggu kenyamanan dan aktivitas pasien. Karya Ilmiah Akhir Ners ini bertujuan untuk menganalisis latihan pernapasan diafragma dan posisi semiflower 30o dalam mengatasi masalah pola napas tidak efektif pada pasien tuberculosis dengan riwayat Ca paru pada ruang isolasi lantai 14 RSUI.
Ilustrasi kasus: Pasien datang dengan keluhan sesak napas yang semakin memberat 2 miggu sebelum masuk rumah sakit. Sesak dirasakan semakin memberat. Pasien didiagnosis tuberculosis dan memiliki riwayat Ca Paru. Hasil pengkajian mendapatkan pasien tampak sesak, terapat penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan frekuensi napas. Tindakan mandiri keperawatan yang dilakukan adalah mengajarkan latihan pernapasan diafragma dan pemberian posisi semiflower 30o.
Hasil: latihan pernapasan diafragma dan posisi semiflower 30o selama 3-4 menit dengan 1 set/hari membantu pasien mengurangi sesak napas dan meningkatkan rasa nyaman yang dirasakan pasien.
Kesimpulan: Hasil evaluasi yang dilakukan pada pasien menunjukan bahwa penerapan latihan pernapasan diafragma dan posisi semiflower 30o dapat membentu pasien mengurangi sesak napas diniliai dari penurunan frekuensi napas, usaha napas dengan observasi pengunaan otot bantu napas, dan peningkatan saturasi pasien.

Introduction: Tuberculosis is an infectious disease caused by the bacterium Mycobacterium tuberculosis which is transmitted through airborne transmission (airborne disease), while lung Ca is the uncontrolled growth of cancer cells in lung tissue that causes abnormal lung masses. Symptoms in TB patients with a history of pulmonary Ca are coughing up phlegm for 2 weeks or more, coughing up blood, dyspenea, chest pain. Dyspnea felt by the patient can disturbing the patient's comfort and activities. This KIAN aims to analyze diaphragmatic breathing exercises and the 30o semiflower position in overcoming the problem of ineffective breathing patterns in tuberculosis patients with a history of pulmonary Ca in the isolation room on the 14th floor of RSUI.
Case illustration: The patient came with complaints of shortness of breath which was getting worse 2 weeks before admission to the hospital. The feeling of tightness is getting worse. The patient was diagnosed with tuberculosis and had a history of lung cancer. The results of the study found that the patient appeared dyspnea, the use of accessory muscles of breathing was tight, and the frequency of breathing increased. The independent nursing intervention taken was diaphragmatic breathing excercise and giving the 30o semiflower position.
Results: diaphragm breathing and 30o semiflower position for 3-4 minutes with 1 set/day help patients reduce dyspnea and increase patient comfort.
Conclusion: The results of the evaluation carried out on the patient showed that the application of diaphragm breathing and the 30o semiflower position could help the patient reduce dyspnea judged by a decrease in respiratory rate, use of accessory muscles for breathing, and an increase oxygen saturation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vanda Nur Azizah
"Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Salah satu penyebab perburukan dan kematian pada pasien dengan tuberkulosis paru adalah adanya sepsis. Sepsis merupakan disfungsi organ mengancam nyawa yang disebabkan oleh disregulasi respon host terhadap infeksi. Syok sepsis akibat tuberkulosis dapat menyebabkan beberapa gejala yang umum pada tuberkulosis, seperti demam dan sesak napas hingga disfungsi multiorgan. Angka kematian yang tinggi dan kesalahan diagnosis sepsis pada tuberkulosis masih umum terjadi. Oleh karena itu, perawat berperan penting dalam pengenalan dini dan perawatan pada pasien dengan sepsis. Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk memaparkan hasil praktik mengenai pemberian asuhan keperawatan pada pasien tuberkulosis paru dengan sepsis. Analisis asuhan keperawatan dilakukan pada pasien laki-laki berusia 49 tahun yang mengalami tuberkulosis paru disertai dengan sepsis di ruang rawat inap. Masalah keperawatan yang dapat diangkat pada kasus pasien dengan sepsis, antara lain bersihan jalan napas tidak efektif, ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, dan risiko syok. Penerapan intervensi pada karya ilmiah ini khususnya berfokus untuk menangani risiko syok dengan menggunakan bundel yang disertai dengan perawatan terperinci pada pasien. Intervensi diberikan selama empat hari kepada pasien. Intervensi yang diterapkan efektif dalam meningkatkan kondisi klinis pasien ketika dilakukan penerapan, namun tidak berdampak signifikan pada peningkatan kondisi klinis pasien secara kumulatif.

Tuberculosis is an infectious disease caused by the bacteria mycobacterium tuberculosis. One of the causes of deterioration and death in patients with pulmonary tuberculosis is sepsis. Sepsis is a life-threatening organ dysfunction caused by dysregulation of the host response to infection. Septic shock due to tuberculosis can cause several symptoms common to tuberculosis, such as fever and shortness of breath to multiorgan dysfunction. The high mortality rate and misdiagnosis of sepsis in tuberculosis are still common. Therefore, nurses play an important role in early recognition and treatment of patients with sepsis. The aim of writing this scientific work is to present practical results regarding the provision of nursing care to pulmonary tuberculosis patients with sepsis. Analysis of nursing care was carried out on a 49 year old male patient who experienced pulmonary tuberculosis accompanied by sepsis in the inpatient room. Nursing problems that can be raised in cases of patients with sepsis include ineffective airway clearance, imbalanced nutrition: less than body requirements, and risk of shock. The implementation of interventions in this scientific work specifically focuses on managing the risk of shock using a bundle accompanied by detailed patient care. The intervention was given for four days to the patient. The intervention implemented was effective in improving the patient's clinical condition when implemented, but did not have a significant impact on improving the patient's clinical condition cumulatively."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Maemunah
"

Kerusakan integritas kulit merupakan keadaan dimana kulit individu mengalami perubahan di epidermis dan atau dermis yang merugikan. Pada pasien hidronefrosis dan tuberculosis paru kerusakan integritas kulit terjadi  akibat peningkatan ureum daran, pemasangan pigtail nerostomi dan reaksi alergi obat atau yang biasa disebut dengan erupsi kulit. Salah satu intervensi untuk mengatasi masalah integritas kulit ialah dengan perawatan kulit yang merupakan keterampilan dasar seorang perawat. Perawatan kulit dilakukan guna meningkatkan kelembaban kulit dan dapat menggunakan berbagai macam produk dengan kandungan emolient. Vaselin album merupakan salah satu produk emolient yang bermanfaat dalam melindungi dan menjaga kelembaban kulit. Tujuannya yaitu menganalisis penerapan intervensi perawatan kulit dengan menggunakan vaselin album pada pasien yang mengalami gangguan integritas kulit. Metodenya dengan menerapkan perawatan kulit setiap pagi dan sore setelah pasien mandi dan dilakukan setiap hari selama 4 hari. Hasil evaluasi hari keempat kulit menjadi lembab, tidak kering dan tidak bersisik. Hasil dari keefektifan perawatankulit inidapat dijadikan sumberi nformasi perawat dalam melakukan tindakan keperawatan mandiri untuk mengatasi masalah gangguan integritas kulit


Impaired skin integrity is defined as a condition which individual skin is prone to harmful changes within epidermis or dermis. Altered skin integrity in hydronephrosis and pulmonary tuberculosis patients is resulted from high concentration of blood urea, nefrostomy pigtail and drugs allergic reaction or skin eruption. Skin care is one of nursing interventions that can be done to resolve impaired skin integrity. Daily skin care routine will increase skin moisture. Emollient content can be used for patient daily skin care. Vaseline album is one of the emollient products that is beneficial in protecting and maintaining skin moisture. This paper was made to analyze the application of skin care interventions by using vaseline albums in impaired skin integrity patients. Vaseline was applied every morning and evening for 4 days after patients had bath. After four days of implementation, patients skin had become moister, not dry and not scaly. The results of the effectiveness of skin care can be used as a source of information for nurses in carrying out independent nursing actions to overcome the problem of impaired skin integrity"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sihotang, Risma Isudawati
"Penyakit Tuberkulosis Paru atau sering disebut dengan penyakit TB Paru merupakan salah satu penyakit yang menjadi perhatian global. Indonesia menempati peringkat keempat di antara negara-negara TB tertinggi di dunia. Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun 2017 (data per 17 Mei 2018). Penyakit TB paru ditularkan melalui airborne yaitu percikan droplet yang mengandung kuman mycobacterium tuberculosis. Masalah keperawatan yang umumnya sering terjadi pada pasien TB paru adalah penumpukan sputum sehingga menimbulkan sesak dan apabila tidak segera diatasi maka akan menimbulkan masalah yang lebih besar lagi. Untuk mengurangi penumpukan sputum di jalan nafas dilakukan pemberian terapi Teknik Active Cycle Breathing (ACBT). Terapi ACBT adalah siklus gabungan dari 3 latihan teknik pernapasan, yaitu latihan kontrol pernafasan, pernapasan dalam dan huffing/ ekspirasi paksa yang dapat membantu memobilisasi sputum dengan mudah dan tidak membutuhkan biaya serta dapat dilakukan oleh pasien secara mandiri. Hasil dari Aplikasi ACBT ini diketahui dapat mengurangi sesak napas, menstabilkan irama pernapasan, memberikan relaksasi, mengeluarkan dahak dan pelepasan dahak, sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi yang tidak diinginkan di pasien TB paru. ACBT diharapkan dapat menjadi salah satu pemecahan masalah keperawatan khususnya untuk masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas.

Pulmonary Tuberculosis or often referred to as Pulmonary Tuberculosis, is a disease that is one of a global concern. Indonesia ranks fourth among the highest TB countries in the world. The number of new TB cases in Indonesia was 420,994 cases in 2017 (data as of May 17, 2018). Pulmonary TB disease is transmitted through airborne droplets sprinkling which is containing mycobacterium tuberculosis. Nursing problems that generally occur frequently in pulmonary TB patients are sputum retention, causing of shortness and if not resolved immediately, it will cause even greater problems. To reduce the sputum retention in the airway, Active Cycle Breathing (ACBT) therapy is a Recommended intervention. ACBT therapy is a combined cycle of 3 breathing technique exercises, namely breathing control exercises, deep breathing and forced huffing / expiration that can help mobilize sputum easily and does not require money and can be done independently by the patient. The results of this ACBT application are known to reduce shortness of breath, stabilize breathing rhythm, provide relaxation, expel phlegm and release phlegm, so as to prevent unwanted complications in pulmonary TB patients. ACBT is expected to be one of the solutions to nursing problems, especially for nursing problems with the ineffectiveness of airway clerannce matter."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yustika Rini
"Tuberkulosis paru dapat menyebabkan perubahan permeabilitas lapisan pleura akibat aktivitas inflamasi mycobacterium tuberculosis sehingga terjadinya akumulasi cairan di rongga pleura dan mengganggu pengembangan paruparu. Karakteristik efusi pleura ditemukan sebanyak 87% dari 119 kasus efusi pleura disebabkan oleh penyakit pada rongga toraks (lokal) seperti TB. Sesak napas manifestasi klinis paling umum namun sering melemahkan dan secara signifikan mengganggu kualitas hidup. Latihan napas dapat menjadi salah satu intervensi keperawatan mandiri untuk mengurangi sesak napas. Karya ilmiah akhir ners ini akan menganalisis asuhan keperawatan pasien Ny AA (46 tahun) dengan masalah keperawatan pola napas tidak efektif dengan intervensi latihan napas Bubble Positive Expiratory Pressure. Cara kerja Bubble Positive Expiratory Pressure membuat gelembung dalam air diharapkan membuat tekanan positif yang menahan saluran udara dan membantu lebih banyak udara masuk dan keluar dari paru-paru. Trend perubahan fungsi pernapasan setelah melakukan Bubble Positive Expiratory Pressure dapat terlihat dengan sesak napas dari skala 7/10 menjadi 4/10, frekuensi napas dari 24x/menit menjadi 20x/menit, adanya penggunaan otot bantu napas menjadi minimal, dan tipe pernapasan dari nasal kanul 5 liter/menit dengan Spo2 96% menjadi room air dengan Spo2 98%. Latihan napas Bubble Positive Expiratory Pressure dapat menjadi intervensi keperawatan mandiri yang dapat dilakukan pada pasien dengan masalah paru-paru.

Pulmonary tuberculosis can cause changes in the permeability of the pleural layer due to the inflammatory activity of Mycobacterium tuberculosis, resulting in fluid accumulation in the pleural cavity and disrupting lung development. Characteristics of pleural effusion found as much as 87% of 119 cases of pleural effusion caused by diseases of the thoracic cavity (local) such as TB. Shortness of breath is the most common clinical manifestation but is often debilitating and significantly impairs quality of life. Breathing exercises can be one of the independent nursing interventions to reduce shortness of breath. This final scientific paper will analyze the nursing care of the patient Mrs. AA (46 years) with nursing problems with ineffective breathing patterns with Bubble Positive Expiratory Pressure breathing exercises. How Bubble Positive Expiratory Pressure works by creating bubbles in the water is expected to create positive pressure that holds the airways and helps more air in and out of the lungs. The trend of changes in respiratory function after doing Bubble Positive Expiratory Pressure can be seen with shortness of breath from a scale of 7/10 to 4/10, respiratory rate from 24x/minute to 20x/minute, minimal use of accessory muscles, and type of breathing from nasal cannul 5 liters/minute with oxygen saturation 96% to room air with oxygen saturation 98%. Bubble Positive Expiratory Pressure breathing exercises can be an independent nursing intervention that can be done in patients with lung problems."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Rosalia Indah
"Masyarakat perkotaan berisiko mengalami masalah kesehatan karena adanya gaya hidup dan lingkungan yang buruk. Salah satu penyakit yang dipengaruhi kedua faktor terebut yaitu tuberkulosis paru. Selain menimbulkan dampak fisik, tuberkulosis paru juga menimbulkan dampak psikososial. Masalah psikososial yang paling sering ditemui yaitu ansietas. Akibat ansietas jika tidak teratasi dapat menimbulkan depresi dan ketidakpatuhan pengobatan sehingga memperburuk prognosa. Karya Ilmiah Akhir Ners ini melaporkan hasil praktik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan terkait asuhan keperawatan pada klien ansietas dengan tuberkulosis paru.

Urban community has risk health problems because of their unhealthy lifestyle and environment. One the health diseases that influenced by those factors is lung tuberculosis. Tuberculosis do not only cause in physical but also psychosocial problems. Anxiety is one of the psychosocial problems that most often found. Hospitalization and the tuberculosis symptoms experienced by the client is the causes of anxiety. Anxiety that is not resolved can lead to depression and non compliance which may worsen the prognosis. This final scientific task is to report nursing care plan in urban community nursing to a client with anxiety associated with lung tuberculosis.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dizayrun
"Disfungsional motilitas gastrointestinal merupakan gangguan pada sistem gastrointestinal berupa peningkatan, penurunan, tidak efektif, atau kurangnya aktivitas peristaltic pada system gastrointestinal. Kondisi ini tidak terjadi secara langsung oleh COVID-19 melainkan dampak dari kurangnya mobilisasi akibat gejala klinis yang ditimbulkan oleh COVID-19 seperti sesak dan nyeri saat bergerak. Faktor risiko lain terjadinya kondisi ini yaitu cemas, perubahan pola makan, penurunan aktivitas, dan beban psikologis meningkat. Disfungsional motilitas gastrointestinal yang tidak ditangani segera dapat menyebabkan beberapa komplikasi dan mempengaruhi proses penyembuhan. Terdapat beberapa penatalaksanaan non farmakologi dalam mengatasi masalah ini yaitu abdominal masase, diet tinggi serat, aktivitas fisik rutin, pemenuhan cairan harian, dan manual disimpaction. Tujuan dari penulisan ini untuk menganalisis asuhan keperawatan dalam mengatasi masalah disfungsional motilitas gastrointestinal pada pasien COVID-19 derajat sedang. Intervensi dilakukan selama empat hari. Hasil intervensi yang dilakukan menunjukan eliminasi fekal dapat dilakukan pada hari kedua dan keempat. Berdasarkan hasil tersebut pemberian asuhan keperawatan abdominal massage, terapi aktivitas rutin, pemenuhan cairan harian, diet tinggi serat, dan self disimpaksi dapat menjadi pilihan dalam mengatasi Disfungsional motilitas gastrointestinal pada pasien dengan covid derajat sedang.

Gastrointestinal motility dysfunction is a disorder of the gastrointestinal system in the form of increased, decreased, ineffective, or lack of peristaltic activity in the gastrointestinal system. This condition does not occur directly by COVID-19 but the impact of the lack of mobilization due to clinical symptoms caused by COVID-19 such as shortness of breath and pain when moving. Other risk factors for this condition are anxiety, changes in diet, decreased activity, and increased psychological burden. Gastrointestinal motility dysfunction that is not treated promptly can lead to several complications and affect the healing process. There are several non-pharmacological treatments to overcome this problem, namely abdominal massage, high-fiber diet, routine physical activity, daily fluid fulfillment, and manual disimpaction. The purpose of this paper is to analyze nursing care in overcoming the dysfunctional problem of gastrointestinal motility in moderate-grade COVID-19 patients. The intervention was carried out for four days. The results of the intervention showed that faecal elimination could be carried out on the second and fourth days. Based on these results, the provision of nursing care for abdominal massage, routine activity therapy, daily fluid intake, a high-fiber diet, and self-disimpaction can be options in overcoming gastrointestinal motility dysfunction in patients with moderate-grade COVID-19."
Depok: fakultas ilmu kep, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Yusup Hidayat
"Urbanisasi membawa dampak terhadap berbagai sektor di lingkungan perkotaan, yang berdampak pada perubahan gaya hidup. Gaya hidup seperti kurang aktivitas dan makan makanan tidak sehat berdampak pada munculnya berbagai macam penyakit seperti diabetes. Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang dapat menimbulkan berbagai komplikasi, baik fisik maupun psikososial. Secara fisik dengan menurunnya system imun tersebut penderita DM akan sangat rentan terkena penyakit infeksi, diantaranya lebih rentan mengalami infeksi Tuberculosis (TBC). Ansietas merupakan salah satu komplikasi psikososial yang dapat timbul akibat adanya masalah kesehatan. Intervensi keperawatan membantu klien mengenal ansietasnya, mengidentifikasi cara yang digunakan untuk mengatasi ansietasnya, melatih klien mengontrol ansietasnya menggunakan teknik distraksi, tehnik relaksasi tarik nafas dalam dan hypnosis 5 jari, kegiatan spiritual serta melibatkan keluarga dalam mengatasi ansietas klien.

Urbanization has brought a lot of impacts on various sectors of its environment; one of them is the changes of its community lifestyle. Lack of activity and the consuming of unhealthy food have an impact in the emergence of various diseases such as diabetes mellitus. Diabetes mellitus is a chronic illness that can lead to many complications, both physical and psychosocial. Physically, the decline of the immune system on people with diabetes mellitus will be highly susceptible to pulmonary tuberculosis as one of infectious diseases. Anxiety often shown on people who have health problems. Nursing intervention helped client to recognize their own feelings of anxiety, identify how to overcome it, and practice how to control it with several techniques; distraction, relaxation breaths, five fingers hypnosis, spiritual activity, and also involve client's family.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jihan Rigel Fitrian
"Urbanisasi telah menyebabkan perpindahan penduduk dari desa ke kota. Karakteristik lingkungan perkotaan yang padat penduduk dan disertai dengan lingkungan yang kotor dan kumuh mengakibatkan peningkatan penyebaran penyakit infeksius seperti Tuberkulosis Paru. Masalah psikososial yang sering muncul pada pasien dengan penyakit kronis seperti Tuberkulosis Paru dan Diabetes Mellitus adalah ketidakberdayaan. Ketidakberdayaan adalah perasaan hilangnya kontrol terhadap kondisi dan situasi yang dimiliki oleh seorang individu akibat adanya hambatan untuk mengembangkan potensi dan kekuatan yang dimiliki. Faktor penyakit kronis, beban penyakit, lama pengobatan, dan tidak adanya dukungan keluarga telah menimbulkan masalah ketidakberdayaan pada Ny. Y dengan Tuberkulosis Paru dan Diabetes Mellitus di Ruang Gayatri RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Intervensi keperawatan berupa afirmasi positif telah terbukti menurunkan tanda gejala ketidakberdayaan pada klien dengan kedua diagnosa medis tersebut.

Urbanization has caused a movement of population from country to town. The characteristic of urban environment with huge population and slum area could cause the escalation of pulmonary tuberculosis transmission as one of infectious diseases. Powerlessness is one of psychosocial problems often showed in chronic illness patient such as diabetes mellitus and pulmonary tuberculosis. Powerlessness is the lived experience of lack of control over a situation, including a perception that one?s actions do not significantly affect an outcome. Chronic illness, long period of medical treatment, and inadequate of family support have became the predisposition factors of powerlessness in Mrs. Y with pulmonary tuberculosis and diabetes mellitus at Gayatri Room in Marzoeki Mahdi Bogor Hospital. Positive affirmation as the main intervention in powerlessness has been proved to decrease symptoms of powerlessness on chronic illness patient.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Riski Ari Fitriyani
"Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang ditularkan melalui paparan udara dan mayoritas menyerang paru-paru. Keluhan utama yang kadang muncul pada pasien dengan TB paru di antaranya adalah dispnea. Dispnea merupakan keluhan subjektif berupa kesulitan dalam bernapas yang seringkali diabaikan petugas kesehatan namun dapat berdampak pada morbiditas dan mortalitas. Standar penanganan dispnea di rumah sakit hingga saat ini belum ditetapkan. Manajemen dispnea yang tersedia dapat diterapkan pada pasien namun hasilnya bervariasi dan belum dapat dibuktikan bahwa manajemen standar merupakan langkah yang memberikan manfaat terbaik. ACBT dapat ditambahkan sebagai penanganan dispnea secara nonfarmakologis. Latihan ACBT diterapkan pada pasien TB paru selama 15 sampai dengan 20 menit selama lima hari berturut-turut dengan tujuan untuk menurunkan keluhan dispnea dan mengeluarkan sputum dari jalan napas. Kriteria keberhasilan intervensi dilihat dari adanya penurunan frekuensi napas dan keluaran sputum setelah intervensi. Hasil penerapan latihan ACBT pada pasien menunjukan adanya dampak positif terhadap penurunan keluhan dispnea namun belum memberikan efektifitas berarti pada pengeluaran sputum. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan terhadap ACBT dengan postural drainage untuk meningkatkan pengeluaran sputum.

Pulmonary tuberculosis is an infectious disease that is transmitted through air exposure and the majority attacks the lungs. The main complaint that sometimes arises in patients with pulmonary TB including dyspnea. Dyspnea is a subjective complaint in the form of breathing difficulties that is often overlooked by health workers but can have an impact on morbidity and mortality. The standard for dyspnea intervention in hospitals has not yet been established. Available dyspnea management can be applied to patients but the results vary and it has not been proven that standard management is the step that provides the best benefits. ACBT can be added as a nonpharmacological treatment of dyspnea. ACBT exercise were applied to pulmonary TB patient for 15 to 20 minutes for five consecutive days with the aim of reducing dyspnea and removing sputum from the airway. The outcome criteria for the intervention are seen from a decrease in the frequency of breath and sputum output after intervention. The results showed a positive impact on decreasing dyspnea but did not provide significant effectiveness on sputum clearance. Further research can be done on ACBT with postural drainage to increase sputum clearance."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>