Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 216324 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Surahman Hadi
"Membandingkan secara klinis, radiologis dan komplikasi antara penggunaan antara graft iliak dan implant metal pada prosedur fusi dengan Teknik anterior korpektomi (ACCF) dengan analisa kohort retrospektif. 41 pasien yang menjalani operasi ACCF, 20 pasien dengan graft iliac dan 21 pasien dengan implan metal. Dilakukan evaluasi mulai dari 1,3,6,12 hingga 24 bulan pasca operasi. Studi ini membandingkan tingkat perbaikan klinis dan kualitas hidup sebelum dan setelah operasi menggunakan skor fungsional (VAS, Nurick, JOA dan KPS), radiologis dengan sudut cobb C2-C7, dan karakteristik demografi pasien (Obesitas, ASA, tingkat cedera jaringan, lama rawat (LOS)). Tidak ada perbedaan signifikan antara kedua kelompok yang ditemukan berdasarkan demografi, perbaikan klinis, radiologi dan komplikasi pasca operasi. Tingkat perbaikan klinis pada skor fungsional penggunaan graft iliak menunjukkan persentase lebih cepat dibandingkan dengan penggunaan metal terutama pada bulan 1, 3 dan 6 bulan, stabil pada follow up 12 bulan ke atas. Sudut Cobb C2-C7 pada kelompok graft iliak memberikan perubahan sudut rata-rata 13,3 (94%), kelompok metal rata-rata 14,8 (83%). Komplikasi graft iliak berupa nyeri pada daerah donor (regio iliak) 10% yang tidak ditemukan pada graft metal. Komplikasi lain seperti disfonia, disfagia, malposisi atau migrasi dari graft itu sendiri. Tingkat perbaikan klinis pasien yang telah dilakukan prosedur ACCF menunjukkan perbaikan klinis terutama dimulai pada 1-6 bulan pascaoperasi. Penggunaan graft iliaka dan metal memiliki hasil klinis dan radiologis yang sama. Namun penggunaan graft iliak dapat dijadikan pilihan utama dalam prosedur ini terkait dengan tingkat efisiensi terutama di negara berkembang.

To compare cohort retrospectively to clinical, radiological and complications between the use of iliac graft and implant metal in anterior cervical corpectomy fusion (ACCF) procedures. 41 patients who had ACCF surgery, 20 patients with iliac graft and 21 patients with metal implants. Follow-up is done from 1,3,6,12 to 24 months post-surgery. The authors compared clinical improvement rates and quality of life using functional scores (VAS, Nurick, JOA and KPS), radiological with cobb angles C2-C7, complications, and characteristic demographics of patients (Obesity, ASA, tissue injury rates, length of stay (LOS)) at pre and postoperative. No significant differences between the two groups were found based on demographics, clinical improvement, radiology and postoperative complications. The percentage rate of clinical improvement of functional scores on the iliac graft showed a faster percentage of improvement compared to metal use especially in the months 1, 3 and 6 months, plateau at follow-up 12 months and above. Cobb C2-C7 angles in the iliac graft group provided an average angular change of 13.3 (94%), the metal group averaged 14.8 (83%). Complications of iliac graft in the form of pain in the donor site (reg. iliac) 10% that is not found in graft metal. Other complications such as dysphonia, dysphagia, malposition of the cervical plate or migration from the graft itself. The level of clinical improvement of patients who have performed the ACCF procedure shows clinical improvement primarily starting in the 1-6 months postoperatively. The use of iliac dan metal have similar clinical and radiological outcome. The use of iliac graft can be used as the main choice in this procedure related to the level of efficiency especially in developing countries.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zifrianita
"Pendahuluan: Spondilitis TB adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberkulosis yang mengenai tulang belakang dan disebut juga dengan Pott’s disease. Pasien dengan spondylitis TB selain pengobatan dengan obat anti tuberculosis, di lakukan tindakan operasi yaitu Decompresi Stabilisasi Asuhan keperawatan dilaksanakan berdasarkan ilmu keperawatan yang diberikan dalam pelayanan melalui penerapan teori karena pada kasus spondilytis tb pada manajement penatalaksanaanya bergantung pada self care pasien. Temuan kasus: Nn A.V usia 20 tahun pasca operasi Decompresi Stabilisasi Posterior hari pertama dengan keluhan belumbisa bergerak karena nyeri di daerah luka operasi pasien belummelakukan mobilisasi . Diagnosis keperawatan utama yang didapat dari hasil pengkajian pada pasien ini adalah hambatan mobilisasi fisik dan nyeri akut. Intervesi: intervensi yang telah dilakukan pada pasien ini adalah lebih diutamakan pada saat mobilisasi terutama mobilisasi dini,sesera mungkin dengan latihan ROM aktif dan pasif Hasil: ROM zktif dilakukan oleh pasien setelah hari pertama di operasi dan mampu berjalan dengan menggunakan brace. Kesimpulan: Mobilisasi dini pada pasien dengan post stabiliasi pada pasien dengan spondylitis TBdapat mencegah terjadinya komplikasi post operasi dan pengurangan skala nyeri

Introduction: TB spondylitis is an infectious disease caused by mycobacterium tuberculosis which affects the spine and is also called Pott's disease. Patients with TB spondylitis besides treatment with anti-tuberculosis drugs, surgery is carried out, namely Decompression Stabilization. Nursing care is carried out based on nursing knowledge provided in services through the application of Orem's self-care theory because in the case of spondylitis TB, the management depends on the patient's self-care. Case findings: Ms A.V, 20 years old postoperative Posterior Stabilization Decompression on the first day with complaints of not being able to move because of pain in the area of the surgical wound, the patient has not mobilized. The main nursing diagnoses obtained from the results of the assessment on this patient are physical mobilization barriers and acute pain. Intervention: interventions that have been carried out in these patients are prioritized during mobilization, especially early mobilization, as soon as possible with active and passive ROM exercises. Results: Active ROM was carried out by the patient after the first day of surgery and was able to walk using a brace. Conclusion: Early mobilization of patients with postoperative stabilization in patients with TB spondylitis can prevent postoperative complications and reduce pain scalem
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fikri Indra
"Pendahuluan: Overweight dan obesitas adalah masalah kesehatan umum yang mempengaruhi mobilitas pasien pasca operasi. Memahami faktor-faktor yang memengaruhi mobilisasi pasca operasi pada populasi ini penting untuk meningkatkan hasil pemulihan.
Metode: Penelitian kuantitatif non-eksperimental ini menggunakan survei potong lintang untuk menilai variabel yang berkaitan dengan mobilisasi pasca operasi pada pasien overweight/obesitas. Pengumpulan data melibatkan instrumen observasional dan analisis statistik.
Hasil: Mayoritas responden adalah laki-laki (53.3%), berpendidikan SMA (41.3%), bekerja (56.0%), dan menikah (75.3%). Mayoritas memiliki overweight (76%), menjalani operasi pencernaan (27.3%), menerima anestesi umum (71.3%), memiliki riwayat operasi sebelumnya (61.3%), tanpa komorbiditas (66%), dan tanpa komplikasi pasca operasi (82.0%). Ditemukan hubungan signifikan antara jenis operasi, komplikasi, dan hari pasca operasi (POD) dengan tingkat mobilisasi.
Diskusi dan Kesimpulan: POD yang lebih lama berdampak negatif pada mobilisasi, sementara jenis operasi berdampak positif.
Rekomendasi: meliputi perawatan keperawatan yang disesuaikan, program manajemen berat badan, manajemen anestesi yang hati-hati, dan protokol mobilisasi dini yang terstruktur.

Introduction: Overweight and obesity are prevalent health issues affecting post-surgical patient mobility. Understanding factors influencing post-surgical mobilization in this population is crucial for improving recovery outcomes.
Method: This quantitative non-experimental study utilized a cross-sectional survey to assess variables related to post-surgical mobilization in overweight/obese patients. Data collection involved observational instruments and statistical analyses.
Results: Majority of respondents were male (53.3%), educated to high school level (41.3%), employed (56.0%), and married (75.3%). Most had overweight (76%), underwent digestive surgery (27.3%), received general anesthesia (71.3%), had previous surgeries (61.3%), no comorbidities (66%), and no post-operative complications (82.0%). Significant associations were found between surgery type, complications, and days post-operative (POD) with mobilization levels.
Discussion and Conclusion: Higher POD negatively impacts mobilization, while surgery type positively influences it.
Recommendations: include tailored nursing care, weight management programs, careful anesthesia management, and structured early mobilization protocols
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Ganefianty
"Meningioma merupakan tumor intrakranial primer yang paling umum terjadi, terhitung sepertiga dari semua tumor yang menyerang sistem saraf pusat. Meningioma dapat mempengaruhi beberapa dimensi kehidupan seperti fisiologis, psikologis, dan sosial. Pembedahan adalah penatalaksanaan utama pada pasien meningioma. Kualitas hidup pasien meningioma pasca pembedahan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien meningioma dalam waktu 3 bulan hingga 1 tahun pasca pembedahan. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional. Sebanyak 118 pasien meningioma pasca pembedahan yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pasien meningioma pasca pembedahan memiliki kualitass hidup kurang baik (79,7%). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien meningioma pasca pembedahan adalah usia (p=0,014), grade tumor (p=0,0001), status fungsional (p=0,0001), fatigue (p=0,001), illness perception (p=0,0001), dan dukungan sosial (p=0,001). Hasil analisis multivariat menunjukkan faktor yang paling dominan berhubungan dengan kualitas hidup pasien meningioma pasca pembedahan adalah status fungsional dengan nilai OR 6,728 (CI 95%= 1,655; 27,348). Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan acuan bagi perawat dalam mengembangkan pengkajian keperawatan pada pasien meningioma pasca pembedahan terkait kualitas hidup.

Meningioma is the most common primary intracranial tumor, accounting for one third of all tumors that attack the central nervous system Meningioma can affect several domains of life such as physiological, psychological, and social life. Surgery is the main management in meningioma patients. The aim of this study was to investigate the factors influencing quality of life in meningioma patients after surgery. This study was a cross sectional analytic design involved. A total of 118 postoperative meningioma patients were selected by purposive sampling technique. The results of this study indicate that the majority of patients have low quality of life (79.7%). Factors related to quality of life were age (p = 0.014), tumor grade (p = 0,0001), functional status (p = 0,0001), fatigue (p = 0,001), illness perception ( p = 0,0001), and social support (p = 0,001). Multivariate analysis showed that the most dominant factor associated with the quality of life was functional status (OR 6.728). This study is to provide input to nurses as reference in developing nursing assesment in  meningioma patients after surgery related quality of life.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T53218
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harris Putra Reza
"Latar Belakang: Mobilisasi dini merupakan faktor penting dalam meningkatkan luaran pascaoperasi kolorektal. Terdapat empat komponen dalam protokol ERAS untuk operasi kolorektal di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) yang dipegang penuh Anestesi yang diharapkan menunjang keberhasilan mobilisasi dini, yaitu pemberian profilaks Post Operative Nausea and Vomiting (PONV), multimodal analgesia intraoperasi, manajemen cairan intraoperasi dan manajemen nyeri pascaoperasi tanpa opioid. Meskipun keberhasilan mobilisasi dini dipengaruhi oleh nyeri, mual muntah, dan manajemen cairan intraoperasi, namun hingga saat ini belum jelas seberapa besar bobot setiap komponen anestesi ini terhadap keberhasilan mobilisasi dini.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kohort retrospekstif dengan pengambilan data sekunder pasien yang menjalani operasi kolorektal elektif di RSCM dari Januari 2020 hingga Desember 2022. Luaran yang dinilai adalah angka mobilisasi dini pascaoperasi dan faktor-faktor yang memengaruhinya (profilaksis PONV, multimodal analgesia, manajemen cairan, dan manajemen nyeri pascaoperasi tanpa opioid).
Hasil: Total pasien yang terjadwal menjalani operasi kolorektal elektif di RSCM antara tahun 2020 hingga 2022 adalah 595 pasien dengan pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 343 pasien. Keberhasilan mobilisasi dini sebesar 39.7%. Manajemen cairan intraoperasi [RR 12.353, (95% CI 3.131-46.745), p < 0,001] dan manajemen nyeri pascaoperasi tanpa opioid [RR 3.647, (95% CI 1.444-108.764), p 0.029] merupakan faktor independen dalam keberhasilan mobilisasi dini.
Simpulan: Faktor-faktor yang memengaruhi mobilisasi dini pascaoperasi kolorektal adalah manajemen cairan intraoperasi dan manajemen nyeri pascaoperasi tanpa opioid. Pemberian profilaksis PONV dan multimodal analgesia intraoperasi tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap mobilisasi dini.

Background: Early mobilization is an important factor in increasing colorectal postoperative outcome. There are four components held by anesthesiologist in ERAS protokol for colorectal surgery in Cipto Mangunkusumo Hospital (RSCM) those are PONV prophylaxis, intraoperative fluid management, intraoperative analgesia multimodal, and opioid free postoperative pain management. Although early mobilization affected by postoperative pain, vomiting and nausea, and fluid balance therapy, nonetheless there is no clear evidence of how much each of these components will affect early mobilization.
Methods: This study is a retrospective cohort study by collecting secondary data from patients underwent elective colorectal surgery at RSCM from January 2020 to December 2022. The outcomes assessed were early mobilization rate and factors affecting it (PONV prophylaxis, intraoperative fluid management, intraoperative analgesia multimodal, and opioid free postoperative pain management).
Results: The total number of patients underwent elective colorectal surgery at RSCM during 2020 to 2022 was 595 patients and 343 patients fulfilled inclusion and exclusion criteria of this study. Early mobilization rate is 39.7%. Intraoperative fluid management [RR 12.353, (95% CI 3.131-46.745), p < 0,001] and opioid free postoperative pain management [RR 3.647, (95% CI 1.444-108.764), p 0.029] are independent factors affecting early mobilization.
Conclusion: Factors affecting colorectal postoperative early mobilization are intraoperative fluid management and opioid free postoperative pain management. PONV prophylaxis and intraoperative analgesia multimodal do not have significant effect on early mobilization
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ainna Fisabila
"Dua dari tiga wanita mengalami diastasis recti abdominis selama kehamilan mereka. Beberapa hal dilakukan untuk membantu pengecilan rahim dan mengurangi diastasis recti abdominis setelah melahirkan, baik secara ilmiah maupun tradisional. Salah satunya adalah dengan menggunakan penyangga perut pasca melahirkan dan pengikat perut (bengkung) yang telah digunakan selama berabad-abad sebagai metode untuk menopang perut wanita. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis dari berbagai sumber literatur mengenai manfaat penggunaan penyangga perut dan juga membuat rekomendasi penelitian terkait standar operasional prosedur penggunaan penyangga perut untuk mengurangi diastasi recti abdominis pada ibu post partum. Metode yang digunakan adalah studi literatur dengan mengumpulkan artikel penelitian eksperimental terkait penggunaan penyangga perut pada ibu post partum 2 hari sampai 1 tahun. Desain penelitian ini yaitu studi literatur dengan melakukan pencarian artikel menggunakan database Internasional seperti Google Scholar, EBSCOhost, Proquest, dan Pubmed. Pada penelitian ini didapatkan 129 artikel penelitian dengan kata kunci “post partum”, “post natal”, “abdominal binding”, “belly binder”, “abdominal supporting belt” ,“belly binding”, dan “diastasis recti abdominis”, “exercise”. Dalam penelitian ini didapatkan 6 artikel yang dianalisis sesuai dengan kriteria inklusi yaitu a) merupakan penelitian eksperimental mengenai penggunaan penyangga perut bagi ibu postpartum; b) penelitian dilakukan langsung kepada ibu post partum usia 2 hari –1 tahun; c) Ibu post partum memiliki diastasis recti lebih dari 2.5 cm ; d) literatur menggunakan bahasa inggris ataupun bahasa indonesia; dan e) literatur dipublikasikan dalam periode 10 tahun terakhir. Kriteria eksklusi yaitu jika literatur yang diterbitkan dalam database tidak lengkap hanya berupa abstrak dan penelitian dalam publikasi belum selesai dilakukan. Berdasarkan studi literatur yang dilakukan, didapatkan bahwa penggunaan penyangga perut efektif sebagai pengurangan diastasis recti abdominis pada ibu post partum, namun harus disertai dengan latihan otot perut secara rutin. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk perawat dalam penanganan diastasis recti abdominis secara non-farmakologi pada ibu post partum.

Two out of three women experience diastasis rectus abdominis during their pregnancy. Several things are considered helpful to shrink the uterus and reduce diastasis rectus abdominis after labor, both scientifically and traditionally. One of the methods is to use abdominal binding (bengkung) that has been used for centuries to support women’s belly. The objectives of this research are to analyze the benefit of abdominal binding from several literatures and to propose nursing intervention recommendations regarding its standard operational procedure to reduce diastasis recti abdominis on postpartum mothers. The method used in this research is literature study by collecting experimental research articles regarding the use of abdominal binding on postpartum mothers from 2 days until 1 year after labor. The design of this research is literature study by doing literature search using International Database such as Google Scholar, EBSCOhost, Proquest, and Pubmed. There are 129 research articles in this study using keywords: “post-partum”, “post-natal”, “abdominal binding”, “belly binder”, abdominal supporting belt”, “belly binding”, “diastasis rectus abdominis”, and “exercise”. There are 6 articles taken into analysis met the inclusion criteria, including a) Experimental study regarding the use of abdominal binding for postpartum mother; b) The study involved postpartum mother 2 days – 1 year after labor; c) Postpartum mother experiencing diastasis rectus more than 2,5 cm; d) The literatures use English or Bahasa Indonesia; and e) The literature is published on the last 10 years. The exclusion criteria in this study is that if the literature published in the database is incomplete it only contains abstracts and the research has not been finished yet. Based on studies conducted, the use of abdominal binding is effective to reduce diastasis recti abdominis on postpartum mothers, However, the use of this abdominal corset must be accompanied by regular abdominal muscle exercises. The results are expected to be useful for nurses to support postpartum mothers who have diastasis recti abdominis by non-pharmacologic treatment."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ridho Ardhi Syaiful
"ABSTRAK
Objektif: Pembedahan merupakan tatalaksana paliatif utama dari kanker periampular stadium lanjut, namun hal tersebut memiliki angka komplikasi postoperatif, rekurensi penyakit, dan mortalitas yang tinggi. Objektif dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor prognostik dan sintasan penyakit selama 1 tahun dari kanker periampular stadium lanjut pada Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Metode: Penelitian ini merupakan uji analisis sintas dengan desain kohort retrospektif. Data dikumpulkan dari pendaftaran per bulan dari Divisi Bedah Digestif dan rekam medis dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dari Januari 2015 hingga Desember 2017. Sintasan penyakit satu tahun dianalisis dengan metode Kaplan-Meier. Dilakukan analisis bivariat dan multivariat dari masing-masing variabel pada sintasan satu tahun pasien. Hasil: Sintasan penyakit selama 1 tahun dari pasien post-double bypass yaitu 19% dengan median (minimal-maksimal) sintasan yaitu 159 (2-365) hari. Berdasarkan perbandingan antarkelompok sintasan pasien, hemoglobin (p=0,013) dan klasifikasi ASA (p=0,001) memiliki estimasi sintasan yang bermakna secara statistik. Pada analisis multivariat, jenis kelamin (p=0,250, HR=3,910) dan nilai laboratorium preoperatif (albumin (p=0,350, HR=0,400), aspartat aminotransferase (AST) (p=0,13, HR=5,110) dan alanin aminotransferase (ALT) (p=0,280, HR=0,05)) berhubungan dengan sintasan. Kesimpulan: Sintasan selama 1 tahun pada pasien post-double bypass pada Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo rendah. Laju mortalitas satu bulan yang rendah mengindikasikan bahwa double bypass merupakan prosedur yang aman. Faktor prognostik yang berhubungan dengan sintasan yang rendah yaitu jenis kelamin perempuan dan nilai laboratorium preoperatif (albumin, AST, ALT).

ABSTRACT
Objective: Surgery is the main palliative treatment of advanced periampullary cancer, however it has high number of post-operative complication, disease recurrence and mortality. The objective of the current study was to examine prognostic factors and one year survival rate of advanced stage periampullary cancer in Cipto Mangunkusumo Hospital. Methods: This is a survival analysis test study with retrospective cohort design. Data were collected from monthly registration of Digestive Surgery Division and medical records from Cipto Mangunkusumo Hospital from January 2015 until December 2017. One year survival rate were analyzed with Kaplan-Meier method. Bivariate and multivariate analysis of each variable on one year survival of the patient were done. Result: One year survival rate of the post-double bypass patients is 19% with median (min-max) survival 159 (2-365) days. From the comparison of survival rate based patients grouping, hemoglobin (p=0.013) and ASA classification (p=0.001) have significant survival estimation statistically. In multivariate analysis, gender (p=0.250, HR=3.910) and preoperative laboratory values (albumin (p=0.350, HR=0.400), aspartate aminotransferase (AST) (p=0.13, HR=5.110) and alanine aminotransferase (ALT) (p=0.280, HR=0.05)) are associated with survival rate. Conclusion: One year survival rate of post double bypass patients in Cipto Mangunkusumo hospital is low. Low one month mortality rate indicates double bypass is a safe procedure. Prognostic factors that associated with lower survival are woman gender and preoperative laboratory value (albumin, AST, ALT)."
2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Diantika Narinastiti
"ABSTRAK
Pendahuluan: Pasien pascaoperasi berisiko mengalami perubahan suhu tubuh. Upaya tubuh untuk mengembalikan suhu tubuh ke dalam rentang normal akan meningkatkan kebutuhan tubuh akan oksigen. Pada pasien kritis, kadar laktat >2 mmol/L merupakan prediktor morbiditas dan mortalitas. Kadar laktat dapat meningkat ketika terdapat gangguan perfusi jaringan. Hipoperfusi jaringan dapat terjadi karena hipotermia. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini dilakukan untuk membuktikan hipotesisnya yaitu adanya hubungan antara suhu tubuh dengan kadar laktat pada pasien dewasa pascaoperasi. Metode: Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan desain potong lintang. Data diperoleh dari 194 rekam medis pasien pascaoperasi di ICU Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Data yang dianalisa adalah suhu tubuh dan kadar laktat saat pasien masuk ICU. Uji yang dilakukan adalah uji korelasi Spearman menggunakan perangkat lunak SPSS versi 20. Hasil: Dari 194 pasien dewasa pascaoperasi di ICU Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, didapatkan rerata suhu tubuh 36.3°C dan rerata kadar laktat adalah 1,7 mmol/L. Korelasi antara suhu tubuh dan kadar laktat dianalisis dengan uji korelasi Spearman dan menghasilkan korelasi positif lemah yang bermakna secara statistik dengan nilai r=0,2 (p=0,005). Kesimpulan: Terdapat hubungan berupa korelasi positif antara suhu tubuh dengan kadar laktat pasien dewasa pascaoperasi di ICU.

ABSTRACT
Introduction: Postoperative patients are at risk of experiencing changes in body temperature. The bodys effort to restore body temperature to its normal range will increase the bodys need for oxygen. In critical patients, lactate levels >2 mmol/L is a predictor of morbidity and mortality. Lactate levels might increase when there is tissue perfusion impairment. Tissue hypoperfusion can occur due to hypothermia. Based on that, this study was conducted to prove its hypothesis that there is a relationship between body temperature and lactate levels in postoperative adult patients. Method: This study is an observational analytic study with a cross-sectional design. Data was collected from 194 medical records of postoperative patients in the ICU of Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta. The analyzed data was body temperature and lactate level at the time patients moved into ICU. The applied test was Spearman correlation test using SPSS version 20 software. Results: Obtained from 194 postoperative adult patients in the ICU of Cipto Mangunkusumo Hospital, the average body temperature was 36.3°C and the average lactate level was 1,7 mmol/L. Correlations between body temperature and lactate levels were analyzed by the Spearman correlation test and resulted in a statistically significant positive weak correlation with a value of r=0,2 (p=0,005). Conclusion: There is a relationship in the form of a weak positive correlation between body temperature with lactate level of postoperative adult patients in ICU."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Irfan Dzakir
"ABSTRAK
Penelitian ini memaparkan mengenai sebuah analisa terhadap pelaksanaan  akuntabilitas di Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Pada Periode Tahun 2016-2019. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk bagaimana pelaksanaan  akuntabilitas di Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia ditinjau dari dimensi akuntabilitas program. Penelitian ini dilakukan melalui wawancara mendalam kepada informan kunci yang memahami pelaksanaan  mengunakan Opersionalisasi Konsep akuntabilitas di lembaga Setjen DPR RI dan pihak yang tekait mengenai pelaksanaan di lembaganya, lalu peneliti melakukan critical realism dimana berpacu pada gejala dan fenomena yang ada yang terkait dengan dimensi akuntabilitas program dengan mengunaka indikator yang sudah dibuat untuk nantinya di analisa dan dalam hal ini juga peneliti melakukan studi kepustakaan untuk mempertajam analisis yang dilakukan. Hasil dari penelitian mengambarkan bahwa  Hasil penelitian adalah Berdasrkan hasil analisa yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan akuntabilitas di Sekretariat Jendral Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indoneisa sudah dilaksanakan sesuai dengan 4 indikator mengikuti operasionalisasi konsep dimensi akuntabilitas program yaitu Adanya akses publik terhadap laporan yang telah di formulasikan dan dilaksanakan, Adanya penjelasan dan pembenaran terhadap tindakan Setjen yaitu dengan Laporan juga inventarisasi hukum dalam landasan pelaksanan tindakan, Setjen juga mengadakan rapat publikasi kinerja dan  seperti forum pengaduan whistle blowing system yang bisa di akses kepada seluruh stakeholder yang ada, dan juga aktor atau penyelengara lembaga Setjen terlibat dalam pelaksanaan program dengan pembentukan Charcater Building juga dibantu dengan sistem Reward and Punishment dalam instansinya.

ABSTRACT
This study describes an analysis of the implementation of accountability at the Secretariat General of the House of Representatives of the Republic of Indonesia in the 2016-2019 Period. While the purpose of this research is to find out the form of how the implementation of accountability in the Secretariat General of the House of Representatives of the Republic of Indonesia in terms of the dimensions of program accountability. This research was carried out through in-depth interviews with key informants who understood the implementation of using Operations The concept of accountability in the Secretariat General of the Republic of Indonesia and related parties in the implementation of institutions, then researchers conducted critical realism which ran on the symptoms and phenomena associated with the program accountability dimension mengunaka indicators that have been made to later be analyzed and in this case also the researchers conducted a library study to sharpen the analysis carried out. The results of the study illustrate that the results of the study are based on the results of the analysis, it can be concluded that the implementation of accountability in the Republic of Indonesia Republic of Indonesia General Secretariat has been carried out in accordance with the 4 indicators following the concept of program accountability dimensions, namely public access to reports formulation and implementation, There is an explanation and justification for the actions of the General Secretariat, namely a report on legal inventories on the basis of action, the Secretariat also holds a performance publication meeting and a complaint forum for whistle blowing systems that can be accessed by all existing stakeholders and actors or organizers the Secretariat institution is involved in the implementation of the program with the establishment of the Charcater Building and is also assisted with a Reward and Punishment system in its institutions.
"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>