Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 59189 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tiara Anjani
"Munculnya fenomena maskulinitas baru di Cina tidak lepas dari pengaruh budaya pop Asia Timur lainnya, seperti Jepang dan Korea. Berkembangnya fenomena maskulinitas baru yang digambarkan oleh para idol pria di Cina dengan penampilan yang mengarah pada sisi feminin dianggap oleh kalangan konservatif di Cina sebagai bentuk maskulinitas yang “menyimpang”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis fenomena xiao xian rou sebagai bentuk maskulinitas baru di Cina. Penelitian ini juga mengkaji bentuk represi pemerintah dan negosiasi yang dilakukan oleh para idol serta respon masyarakat Cina dalam menanggapi fenomena tersebut. Penulis menggunakan metode penelitian studi pustaka dengan mengumpulkan berbagai literatur terkait dengan topik maskulinitas di Cina. Hasil temuan menunjukkan bahwa keberadaan maskulinitas baru tersebut menimbulkan represi dari berbagai pihak, terutama pemerintah Cina, melalui kebijakan yang membatasi penampilan feminin para idol di media. Represi ini direspon dengan tiga bentuk negosiasi dari para idol di Cina antara lain: 1) tunduk secara penuh pada aturan pemerintah; 2) bernegosiasi dengan penampilan sewajarnya; dan 3) melakukan upaya resistensi. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya dalam menempatkan posisi mereka atas berbagai represi yang didapatkan. Fenomena maskulinitas baru ini direspon secara beragam dan dinamis oleh masyarakat Cina, serta akan terus dikonstruksi di tengah dominasi maskulinitas hegemoni.

The emergence of new masculinity phenomenon in China cannot be separated from the influence of other East Asian pop cultures, such as Japan and Korea. The development of new masculinity phenomenon depicted by male idols in China with their looks that tend to be feminine is considered as a form of ‘deviant’ masculinity by the Chinese conservatives. This study aimed to analyze the xiao xian rou phenomenon as a new form of masculinity in China. It also examined the forms of government repression and negotiation done by the idols and Chinese community’s responses to the phenomenon. The researcher used literature review as a research method by collecting some literature related to masculinity topics in China. The results of study indicated that the existence of new masculinity had caused repression from some parties, especially the Chinese government, through a policy that limited the feminine looks among idols in the media. This repression was responded to by three kinds of negotiation from the Chinese idols, including: 1) fully complying with government regulations; 2) negotiating with proper looks; and 3) committing resistance efforts. These things were done as an effort to place their positions against the repressions they received. The new masculinity phenomenon has been responded to in various and dynamic ways by Chinese community, and will keep being reconstructed amid the hegemony of masculinity dominations."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tubagus Lukman Syarief
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai nilai-nilai maskulinitas yang terkandung dalam film Ich Fühl Mich Disco dan mencoba meninjau lebih jauh tentang bagaimana nilai-nilai maskulinitas direpresentasikan dari perspektif yang berbeda dari setiap karakter pria dalam film ini yang memiliki pandangan berbeda tentang maskulinitas yang seharusnya ada di setiap diri pria. Maskulinitas sejatinya merupakan sebuah konstruksi masyarakat yang tidak baku dan dapat berbeda-beda dari perspektif masing-masing individu. Tujuan penelitian ini adalah membuktikan bahwa nilai maskulinitas bagi tiap karakter pria ternyata berbeda dan berpotongan satu sama lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa maskulinitas adalah sebuah konstruksi masyarakat tentang nilai-nilai yang harus dimiliki oleh seorang pria dan hal ini merupakan hal yang tentatif serta tidak bisa diberikan standar karena masing-masing individu memiliki perspektifnya masing-masing tentang maskulinitas.

ABSTRACT
This thesis discusses the values of masculinity that is contained in the film Ich Fühl Mich Disco and try further review of how the values of masculinity represented from different perspectives of every male character in the movie that have different notions of masculinity that should exist in every themselves men. True masculinity is a construction people who are not standardized and can vary from the perspective of each individual. The purpose of this study is to prove that the value of each character's masculinity for men was different and intersect each other."
2017
S70136
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Pramesti Wulandari
"ABSTRAK<>br>
Karya akhir ini dibuat bertujuan untuk mengetahui bagaimana hegemoni maskulinitas dalam suatu Perda diskriminatif dapat mengopresi perempuan. Penulis melakukan analisis wacana kritis dengan menggunakan data sekunder dari Kajian Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan serta dianalisis berlandaskan pada teori kriminologi feminis dan feminist legal theory. Hasil karya akhir ini menunjukan bahwa hegemoni maskulinitas dan pemikiran patriarki dalam masyarakat Indonesia menjadikan faktor munculnya Perda diskriminatif. Selain itu, Perda merupakan sebuah instrumen pemerintah yang dijadikan untuk mengontrol tubuh perempuan. Melalui Perda, laki-laki dapat mengopresi perempuan melalui teks dan implementasi Perda diskriminatif tersebut. Kata Kunci : Perda diskriminatif, hegemoni maskulinitas, opresi, tubuh perempuan,teori kriminologi feminis, feminist legal theory.

ABSTRACT<>br>
This thesis aims to find out how hegemonic masculinity, through discriminative regional regulations, can oppressed women. Through critical analytical text method, this research was conducted by using a secondary data from National Commission on Violence Against Women 39 s research, analyzed based on feminist criminological theory and feminist legal theory. The result shows that hegemonic masculinity and patriarchal perspective that deeply ingrained in Indonesian society became the emergence of factors of any discriminative regional regulation. Moreover, the regional regulations act as governmental instruments to control women 39 s body. The oppression of women by men, thus, is done through the text and the implementation of these harmful regional regulations. Keywords discriminative regional regulation, hegemonic masculinity, oppression, women 39 s body, criminological feminist theory, feminist legal theory."
2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Ivan Marah Muda
"ABSTRAK
Karya ilmiah ini membahas tentang representasi perempuan maskulin dalam sembilan iklan digital bir Belanda merek Amstel, Dommelsch, dan Kordaat periode 2003-2019 yang diambil dari situs internet Youtube. Bir merupakan minuman beralkohol yang identik dengan sesuatu yang maskulin dan untuk meningkatkan penjualan, ketiga perusahaan mengubah strategi penjualan mereka dalam menarik perhatian kaum perempuan dengan menggunakan sosok perempuan yang memiliki ciri-ciri maskulin dalam iklan mereka. Dalam karya ilmiah ini, digunakan metode analisis-deskriptif dengan menganalisis kesembilan iklan secara keseluruhan dengan teori semiotika (indeks, ikon, dan simbol) dari Charles Peirce serta konsep maskulinitasnya Hofstede, Mackinnon, dan Cortese. Penelitian ini mencoba menjabarkan ciri-ciri representasi maskulinitas pada sosok perempuan dalam kesembilan iklan bir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa maskulinitas ditampilkan melalui aspek verbal dan nonverbal. Aspek verbal berupa dialog, monolog, narasi, dan jargon yang mengacu pada kekuatan, kesuksesan, dan kebebasan. Sementara itu, aspek nonverbal yang menunjukan maskulinitas adalah berupa latar tempat, atribut, properti, profesi, serta bahasa tubuh dari tokoh perempuan dalam iklan yang diteliti.

ABSTRACT
This paper discusses the representation of masculine women in nine digital advertisements of Dutch beer brands Amstel, Dommelsch, and Kordaat in the 2003-2019 period taken from the internet site Youtube. Beer is an alcoholic beverage that is synonymous with something masculine and to increase sales, the three companies changed their marketing strategy in attracting the attention of women using female figures who have masculine characteristics in their advertisements. In this paper, the descriptive-analytical method is used by analyzing all nine advertisements as a whole with the theory of semiotics (indexes, icons, and symbols) from Charles Peirce and the concepts of masculinity of Hofstede, Mackinnon, and Cortese. This research tries to describe the characteristics of the representation of masculinity in female figures from the nine advertisements. The results of the study show that masculinity is seen from the verbal aspect using dialogue, monologue, narration, and jargon that refers to strength, success, and freedom. While the nonverbal aspects that show the most masculinity are in the form of place settings, attributes, properties, professions, and body language of the female characters in the advertisements researched."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Skolastika Indira Cipta Putri
"Tesis ini merupakan penelitian mengenai pergeseran maskulinitas yang direpresentasikan oleh drama Jepang Long Vacation (1996) dan Last Cinderella (2013). Selama dekade 1990-an sampai dekade 2000-an terjadi peristiwa bubble economy dan bursting bubble economy. Kedua peristiwa tersebut membuat pergeseran maskulinitas dalam masyarakat Jepang, khususnya anak muda. Drama Jepang Long Vacation dan Last Cinderella dipilih karena selain drama merupakan produk budaya populer, drama juga digemari masyarakat, khususnya perempuan. Drama Jepang Long Vacation dan Last Cinderella masing-masing berjumlah 11 episode. Episode-episode yang ada akan dianalisis menggunakan semiotika Barthes dan menggunakan model analisis milik Chafetz tentang area maskulinitas. Melalui analisis data baik verbal maupun nonverbal, dari maskulinitas era 1990-an diketahui terdapat standar maskulinitas 3C, fenomena neesan nyobou, dan fenomena lebih dari teman, kurang dari pacar. Sementara era 2010-an standar maskulinitas berubah menjadi empat rendah dan terdapat fenomena herbivore men.
Kata Kunci : maskulinitas, representasi, drama Jepang

This thesis examnies masculinity alterationn represented by the Japanese drama Long Vacation (1996) and Last Cinderella (2013). During the 1990s until 2000s there were bubble economy and bursting bubble economy hapenned in Japan. Both of these events made masculinity alteration in Japanese society, especially young people. The Japanese drama Long Vacation and Last Cinderella were chosen because besides drama is a product of popular culture, drama is also popular, especially among women. The Japanese drama Long Vacation and Last Cinderella each amounted to 11 episodes. The episodes analyzed by using Barthes semiotics and using Chafetzs analysis model of the area of masculinity. Through data analysis both verbal and nonverbal. The results are from the 1990s era, there were standard of 3C masculinity, neesan nyobou phenomenon, and the phenomenon of more than friends, less than boyfriends. While in the 2010s era the standard of masculinity changed to four low and there was also herbivore men phenomenon happened.
Keywords: masculinity, representation, Japanese TV series
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariana Ratnasari
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang fenomena soushoku danshi sebagai representasi perlawanan terhadap konsep maskulinitas hegemonik di Jepang. Dalam penelitian ini penulis mengkaji fenomena soushoku danshi dari sudut pandang posfeminisme, khususnya melalui teori gender performativity Judith Butler. Masalah yang dibahas yaitu bentuk perlawanan soushoku danshi terhadap konsep maskulinitas hegemonik di Jepang. Tujuan penelitian ini untuk mewujudkan wacana yang berimbang mengenai fenomena soushoku danshi dan mengidentifikasi perlawanan soushoku danshi terhadap konsep maskulinitas hegemonik di Jepang. Metode yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah metode deskriptif-analitis dengan teknik pengambilan data studi kepustakaan. Melalui teori gender performativity Judith Butler dapat disimpulkan bahwa fenomena soushoku danshi merupakan representasi perlawanan terhadap konsep maskulinitas di Jepang.

ABSTRACT
This thesis discusses soushoku danshi phenomenon in Japan as resistance against hegemonic masculinity concept in Japan. This thesis examines soushoku danshi phenomenon from post feminism point of view, specifically through Judith Butler 39 s regarding gender performativity. Issue that explained is the soushoku danshi 39 s resistance forms against hegemonic masculinity concept in Japan. The purpose of this research is to make a balanced discourse regarding soushoku danshi and identifies soushoku danshi 39 s resistance forms. The method used in this research is analytic descriptive along with literature review. Through gender performativity theory, it can be concluded that soushoku danshi phenomenon is representation of resistance against hegemonic masculinity concept in Japan. "
2017
S68728
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Fridianty
"Di tahun 2019, Netflix merilis serial drama-komedi Inggris yang digarap oleh Laurie Nunn
berjudul Sex Education . Serial ini mendapat banyak ulasan positif untuk topik yang dibawa, yang
berkisar seputar seks dan gender yang dibalut dalam alur cerita kehidupan sekolah menengah.
Salah satu karakter dalam seri yang menjadi perhatian adalah Adam Groff. Menarik untuk
mendalami karakter tersebut karena latar belakangnya memainkan peran penting dalam
pembentukan identitasnya sebagai seorang pria. Dilihat dari masyarakat Inggris saat ini, kaum
muda telah dihadapkan pada pengetahuan yang lebih memadai tentang seksualitas. Meski
demikian, transparansi terkait seksualitas masih eksklusif dan seringkali dirahasiakan. Dengan
menggunakan konsep maskulinitas dan representasi, penelitian ini menganalisis serial Sex
Education (2019-sekarang) melalui penuturan, penokohan, dan kode-kode visual yang
digambarkan tokoh untuk mengungkap bagaimana hegemoni maskulinitas mempengaruhi
identitas suatu tokoh yang kemudian mengungkap jenis baru maskulinitas yaitu 'new man' atau
‘pria baru’ dan identitas seksual tertutup yang diwakili oleh karakter tersebut.

In 2019, Netflix released a British drama-comedy series created by Laurie Nunn called Sex
Education. The series received many positive reviews for the topic it brought, which revolves
around sex and gender wrapped in the storyline of high-school life. One character in the series
that was brought to attention is Adam Groff. It is interesting to dive deep into the character as his
background played an essential part in the making of his identity as a man. Looking through the
British society today, the youth has been exposed to a more sufficient knowledge regarding
sexuality. Despite it, the transparency regarding sexuality is still exclusive and remains
undisclosed oftentimes. Using the concept of masculinity and representation as the base, this
research analyzed the series Sex Education (2019-present) through the narrative,
characterization, and the visual codes the character portrayed in order to reveal how hegemonic
masculinity affects the identity of a character, which later uncover the new kind of masculinity of
‘new man’ and the closeted sexual identity the character represented
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indoneisa, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arin Anggita Alma Dei
"Skripsi ini membahas mengenai bagaimana bentuk dominasi hegemoni maskulinitas di Indonesia serta bagaimana hegemoni maskulinitas tersebut memengaruhi sikap normalisasi kekerasan yang dilakukan oleh anak laki-laki, secara khusus Novel Dear Nathan. Dengan metode kualitatif, penelitian ini berusaha melihat bagaimana pesan dan penggambaran yang dilakukan oleh penulis novel mengenai maskulinitas yang digambarkan pada setiap tokohnya. Teori yang digunakan adalah kriminologi budaya dan feminis radikal. Teori kriminologi budaya digunakan dalam menjelaskan bagaimana pesan kekerasan disampaikan dalam novel fiksi dapat memengaruhi perilaku pembacanya. Sementara itu, teori feminis radikal digunakan dalam menganalisis pesan, berupa hegemoni maskulinitas yang merupakan akar dari adanya normalisasi kekerasan oleh laki-laki. Hasil dari penelitian ini menggambarkan bahwa setiap karakter pada tokoh Dear Nathan mendukung hegemoni maskulinitas sehingga melakukan normalisasi kekerasan yang dilakukan oleh anak laki-laki. Namun, di sisi lain tokoh-tokoh tersebut hadir dengan suatu pemahaman yang dimiliki oleh penulis novel, dimana pembaca tidak hanya sebagai agen yang menerima pesan saja namun juga mendukung pesan tersebut. Dengan demikian, novel Dear Nathan ini tidak hanya sebagai instrumen dalam melanggengkan hegemoni maskulinitas, namun juga sebagai bukti adanya dominasi hegemoni maskulinitas di Indonesia.

This thesis discusses how the hegemonic form of masculinity dominates in Indonesia and how this hegemonic masculinity influences the normalization of violence perpetrated by boys, specifically in the Novel Dear Nathan. Using a qualitative method, this research tries to see how the messages and depictions carried out by the novelist regarding masculinity are depicted in each character. The theories used are cultural criminology and radical feminists. The theory of cultural criminology is used to explain how messages of violence conveyed in fiction novels can affect the behavior of their readers. Meanwhile, radical feminist theory is used in analyzing messages in the form of hegemonic masculinity which is the root of the normalization of violence perpetrated by boys. The results of this study illustrate that each character in the character Dear Nathan supports hegemonic masculinity so that it normalizes violence perpetrated by boys. However, these characters come with an understanding that is owned by the author of the novel, which it turns out that the readers are not only an agent who receives the message but also supports the message, so that it can be said that the novel Dear Nathan is not only an instrument in perpetuating hegemonic masculinity but also as evidence of the dominance of hegemonic masculinity in Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhlurrahman
"Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana hegemoni maskulinitas muncul dan mengopresi perempuan dalam seluruh lapisan kehidupan perempuan untuk meneguhkan dominasi laki-laki dengan cara membentuk seksualitas perempuan dan mitos kecantikan. Penulisan ini menggunakan metode penulisan unobtrusive melalui pendekatan analisis wacana. Berdasarkan hasil tinjauan penulis, hegemoni maskulinitas terjadi dalam seluruh lapisan wilayah hubungan sosial perempuan. Baik dari bagian
terkecil yaitu keluarga, hingga bagian paling luas yaitu industri hiburan global.

The purpose of this writing is to explain how hegemonic masculinity occurred and oppressing female in every layers of female’s life to strengthen male’s domination by creating female’s sexuality and beauty myth. This writing used unobtrusive research through discourse analysis approach. Based on results of author’s review, hegemonic masculinity occurred in every female’s life layers. From the smallest area which is family, to the widest area which is global entertainment industry."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sabila Bunga Dariana
"Tokyo Sonata merupakan film karya Kiyoshi Kurosawa yang menceritakan tentang keruntuhan keluarga pekerja di Jepang pasca pecahnya gelembung ekonomi. Depresi ekonomi yang terjadi pada saat itu membuat pergeseran peran oleh laki-laki di Jepang untuk membangun identitas maskulin yang dahulunya sebagai militer, berubah menjadi seorang pencari nafkah. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan maskulinitas hegemonik direpresentasikan dalam film Tokyo Sonata karya Kiyoshi Kurosawa serta pesan yang disampaikan mengenai maskulinitas hegemonik dalam film Tokyo Sonata. Data primer diperoleh dari film Tokyo Sonata dengan mengamati dan menghasilkan kesimpulan yang didasari oleh penemuan dari adegan yang dianggap mengandung representasi maskulinitas. Sumber data sekunder diperoleh melalui metode studi pustaka menggunakan artikel jurnal, buku, dan karya ilmiah lainnya. Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan teori semiotika Barthes. Penelitian ini menemukan bahwa pada film Tokyo Sonata, maskulinitas hegemonik direpresentasikan dengan tepat oleh Ryuhei sebagai tokoh utama dan para tokoh sampingan lainnya seperti Megumi dan Takashi. Hal ini terlihat dari penampilan dan perilaku para tokoh yang sesuai dengan konsep maskulinitas hegemonik. Maskulinitas hegemonik tersebut dijabarkan lebih lanjut dengan menampilkan konsep maskulinitas subordinat yang ditampilkan oleh Ryuhei ketika ia kehilangan pekerjaannya.

Tokyo Sonata is a film by Kiyoshi Kurosawa that follows the collapse of working families in post-Bubble Economy of Japan. The economic depression that occurred at that time made a role shift by men in Japan to build a masculine identity that used to be military, turning into a breadwinner. Based on this, this research aims to explain the hegemonic masculinity represented in Kiyoshi Kurosawa's Tokyo Sonata and the message conveyed about hegemonic masculinity in Tokyo Sonata. Primary data was obtained from the movie Tokyo Sonata by observing and producing conclusions based on the findings of the scenes considered to contain representations of masculinity. Secondary data sources were obtained through the literature study method using journal articles, books, and other scientific works. The data collected was then analyzed using Barthes' semiotic theory. This study found that in the movie Tokyo Sonata, hegemonic masculinity is appropriately represented by Ryuhei as the main character and other side characters such as Megumi and Takashi. This can be seen from the appearance and behavior of the characters that are in accordance with the concept of hegemonic masculinity. The hegemonic masculinity is further elaborated by displaying the concept of subordinate masculinity displayed by Ryuhei when he loses his job."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>