Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150254 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Khalisha Qatrunnada
"Terdapat fenomena konsumsi kolektivisme yang tidak biasa pada suatu merek produk tertentu yang disebabkan oleh motivasi dan ciri psikologis, seperti FOMO (Fear of Missing Out). Keinginan dan preferensi yang kuat pada suatu merek produk tertentu dapat mempercepat munculnya perilaku pola conformity consumption yang dilakukan oleh masyarakat sebagai bentuk perilaku yang ingin menyesuaikan diri terhadap kelompok arus sehingga membuat orang-orang mengikuti perilakunya dan melakukan hal yang sama. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh FOMO (Fear of Missing Out) terhadap conformity consumption pada culturally associated popular brand (studi pada konsumen McDonald’s BTS Meal Di Jabodetabek). Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif melalui teknik purposive sampling pada 200 responden yang didapatkan melalui penyebaran kuesioner online. Data yang didapatkan diolah menggunakan SPSS dan SmartPLS melalui analisis statistik deskriptif dan SEM. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa pengaruh yang tidak signifikan, yaitu pengaruh being ignored terhadap increasing concern dan increasing concern terhadap up-surging interest on culturally associated popular product pada konsumen BTS Meal di Jabodetabek.

There is an unusual collectivism consumption phenomenon in a certain product brand caused by motivation and psychological traits, such as FOMO (Fear of Missing Out). A strong desire and preference for a certain product brand can accelerate the emergence of conformity consumption pattern behavior carried out by the community as a form of behavior that wants to adapt to current groups so that people want to follow their behavior and do the same. The purpose of this study is to analyze the effect of FOMO (Fear of Missing Out) on conformity consumption on culturally associated popular brands (study on consumers of McDonald's BTS Meal in Jabodetabek). The study used a quantitative approach through purposive sampling technique on 200 respondents obtained through the distribution of online questionnaires. The data obtained were processed using SPSS and SmartPLS through descriptive statistical analysis and SEM. The results of this study indicate that there are several insignificant effects, namely the effect of being ignored on increasing concerns and increasing concerns on up-surging interest on culturally associated popular products on BTS Meal consumers in Jabodetabek."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brenda Rischa Ramadhani
"Penelitian ini menguji hubungan antara Fear of Missing Out (FoMO), depresi, dan body satisfaction dengan aktivitas partisipan dalam menggunakan Facebook (N = 852). Penelitian ini memiliki hipotesis bahwa akan ada korelasi positif antara FoMO dan depresi pada penggunaan Facebook, secara terpisah. Selain itu, juga dihipotesiskan bahwa body satisfaction akan berkorelasi negatif dengan penggunaan Facebook. Namun, hasil dari penelitian kami tidak menunjukkan bukti korelasi yang signifikan antara FoMO dan penggunaan Facebook. Hal ini mungkin saja dikarenakan bagaimana para peserta dalam penelitian ini tidak terlalu menggunakan Facebook secara berlebihan. Oleh karena itu, mereka tidak rentan untuk melaporkan perasaan FoMO. Selain itu, ditemukan juga bahwa ada korelasi negatif yang signifikan antara penggunaan Facebook dan depresi. Dengan demikian, ini mungkin berarti bahwa orang merasa rasa depresi mereka berkurang ketika mereka menghabiskan lebih banyak waktu di Facebook. Terakhir, tidak ada bukti korelasi signifikan yang ditemukan antara body satisfaction dan penggunaan Facebook. Ini mungkin bisa dijelaskan tentang cara-cara spesifik tentang bagaimana para partisipan menghabiskan waktu mereka saat menggunakan Facebook

The present study examined the relationship between Fear of Missing Out (FoMO), depression, and body satisfaction and participants’ activity on Facebook (N = 852). This study hypothesized that there will be a positive correlation between FoMO and depression on Facebook use, separately. Moreover, it is also hypothesized that body satisfaction will be negatively correlated with Facebook use. However, our results showed no evidence for a significant correlation between FoMO and Facebook use, because it might be possible that the participants in the current study are not highly addicted to Facebook, hence, they are not vulnerable to report feeling FoMO. Moreover, it was also found that there is a significant negative correlation between Facebook use and depression. Thus, this might mean that people feel less depressed when they spend more time on Facebook. Lastly, no evidence of significant correlation was found between body satisfaction and Facebook use. This might be explained on specific ways of how the participants spend their time on Facebook. Keywords: Body Satisfaction; Depression; Facebook Use; Fear of Missing Out (FoMO)"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ristia Angesti
"Penggunaan internet bermasalah dapat dipengaruhi oleh kepribadian individu. Fenomena fear of missing out yang baru muncul beberapa tahun terakhir diduga dapat menjadi mediator antara kepribadian dengan penggunaan internet bermasalah. Tujuan penelitian ini untuk melihat pengaruh fear of missing out (FOMO) yang berperan sebagai mediator antara kepribadian dan penggunaan internet bermasalah. Sebanyak 182 partisipan telah mengisi secara lengkap skala kepribadian, FOMO, dan penggunaan internet bermasalah. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini yaitu terdapat mediasi parsial antara trait neurotis dengan penggunaan internet bermasalah yang dimediasi oleh FOMO. Kemudian, terdapat mediasi yang sempurna antara trait conscientiousness dengan penggunaan internet bermasalah yang dimediasi oleh FOMO.

Problematic internet use can be influenced by individual personality. Recently, there has been a phenomena that we called fear of missing out (FOMO). The internet user who tend to be FOMO may lead to problematic internet use (Przybylski, Murayama, DeHaan, & Gladwell, 2013). The phenomena of fear of missing out (FOMO) was presumed to be a mediator between personality and problematic internet use. The purpose of this study was to examine the  influence of fear of missing out as a mediator between personality and problematic internet use. One hundred eighty two emerging adulthoods participated in the study by completing personality scale, FOMO scale, and problematic internet use scale. As a result, the effects of neuroticism on problematic internet use scale can be parsial mediated through FOMO. The second result, the effects of conscientiousness on problematic internet use scale can be mediated through FOMO."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T52145
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Early Melati Daliilah Putri
"Dengan total 1,5 milyar pengguna di tahun 2022, Instagram adalah salah satu media sosial yang paling banyak digunakan. Instagram memfasilitasi penggunanya untuk mengikuti kegiatan orang lain kapan saja dan dimana saja. Adapun, populasi yang paling banyak menggunakan Instagram adalah mahasiswa S1 yang berusia 18-25 tahun. Seiring dengan hal tersebut, muncul Fear of Missing Out (FoMO) yang membuat individu takut tidak mendapatkan pengalaman yang berharga ketimbang orang lain. Sehingga, individu semakin terdorong untuk menggunakan Instagram untuk melihat kegiatan orang lain. Temuan sebelumnya menunjukkan bahwa FoMO berdampak pada tiga aspek psikologis individu yaitu afektif, kognitif, dan perilaku. Salah satu dampak FoMO terhdadap aspek afektif dan kognitif individu adalah kepuasan hidup. Terdapat 373 responden mahasiswa S1 pengguna Instagram yang terlibat dalam penelitian. Adapun, alat ukur yang digunakan adalah FoMOs dari Przybylski et al. (2013) dan SWLS dari Diener (1985). Hasil analisis dengan Spearman Correlation menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara FoMO dan kepuasan hidup pada mahasiswa S1 pengguna Instagram. Untuk penelitian selanjutnya, hendaknya dapat mencoba melihat hubungan antara FoMO dan aspek kehidupan lainnya yang lebih spesifik terhadap mahasiswa, misalnya FoMO dan perilaku penggunaan media sosial yang mendistraksi pembelajaran.

With a total of 1.5 billion users in 2022, Instagram is one of the most used social media. Instagram facilitates users to see other people's activities anytime and anywhere. Meanwhile, the population that uses Instagram the most is undergraduate students aged 18-25 years. Along with this, there is a Fear of Missing Out (FoMO) where individuals are afraid of not getting valuable experience compared to others. Thus, individuals are increasingly encouraged to use Instagram to view other people's activities. Previous findings show that FoMO impacts three individual psychological aspects: affective, cognitive, and behavioral. One of the impacts of FoMO on individuals affective and cognitive aspects is life satisfaction. There were 373 respondents from undergraduate students using Instagram who were involved in the research. The measuring tools used are FoMOs from Przybylski et al. (2013) and SWLS from Diener (1985). The Spearman Correlation analysis shows no significant relationship between FoMO and life satisfaction in undergraduate students who use Instagram. For the upcoming research, researchers should outlook the relationship between FoMO and other aspects of life that are more specific to undergraduate students, such as between FoMO and the problematic usage of social media that distracts learning."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laura Brigitta Ludju
"Penelitian ini membahas mengenai pengalaman konsumen yang mengkonsumsi BTS Meal dan merupakan seorang ARMY BTS, atau komunitas fandom penggemar BTS. Pada hari peluncurannya di Indonesia tanggal 9 Juni 2022, McD berhasil menciptakan respon luarbiasa dari masyarakat, melalui menu kolaborasinya bersama BTS yang dinamakan BTS Meal. Meski menu yang ditawarkan adalah menu regular yang dijual McD yaitu 9 buah mcnuggets, french fries, saus chilli, saus cajun dan medium drink, keuntungan McD secara global dilaporkan berhasil mencapai US$ 2,22 miliar atau setara Rp 32,1 T, penjualan bersih McDonald’s’s naik 57% sebesar US$ 5,89 milliar atau setara dengan Rp 85,3 T, dan secara global meningkat 40,5% dari tahun sebelumnya. Di Indonesia, keberhasilan menu kolaborasi ini terlihat dari penutupan beberapa gerai McD yang tidak sanggup meneruskan penjualan akibat kerumunan yang tercipta, serta ditemukannya beberapa bungkus BTS Meal dijual kembali dengan harga yang fantastis pada platform e-commerce. Selain itu, #BTSMeal juga berhasil menjadi trending topic posisi ketiga di seluruh dunia dengan total 21.000 tweets (Nafasya, 2021). Hal ini membuat peneliti membagi ruang penelitian ke dalam tiga bagian besar yaitu 1) fandom, 2) tindakan komunikasi yang berisi ekspresi simbolik dalam digital fandom, fanatisme dan textual poachers, serta 3) konsumsi dalam perspektif consumer culture theory. Paradigma yang digunakan adalah konstruktivis dengan pendekatan kualitatif dan strategi penelitian studi kasus. Data diperoleh dari hasil wawancara terhadap tiga informan yang tergolong sebagai fans dengan tingkat ultimate loyalty, observasi dan studi literatur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) pendefinisian diri dalam fandom mendorong aktifitas konsumsi BTS Meal serta 2) dalam konteks budaya konsumsi, fandom hadir sebagai aspek dasar dengan bagian yang cukup besar, dalam mendorong suatu aktifitas konsumsi.

This study discusses the experiences of consumers who consume BTS Meal and are a BTS ARMY, or the fandom community of BTS fans. On the day of its launch in Indonesia on June 9, 2022, McD managed to create an extraordinary response from the community, through its collaboration menu with BTS called BTS Meal. Although the menu offered is the regular menu that McD sells, namely 9 mcnuggets, french fries, chilli sauce, cajun sauce and medium drink, McD's global profit is reported to have reached US$ 2.22 billion or equivalent to Rp. 32.1 T, net sales McDonald's's rose 57% to US$ 5.89 billion or equivalent to Rp 85.3 T, and globally increased 40.5% from the previous year. In Indonesia, the success of this collaboration menu can be seen from the closing of several McD outlets that were unable to continue sales due to the crowds created, as well as the discovery of several packs of BTS Meal being resold at fantastic prices on e-commerce platforms. In addition, #BTSMeal also managed to become the third position trending topic worldwide with a total of 21,000 tweets (Nafasya, 2021). This makes the researchers divide the research space into three major parts, namely 1) fandom, 2) communication actions that contain symbolic expressions in digital fandom, fanaticism and textual poachers, and 3) consumption in the perspective of consumer culture theory. The paradigm used is constructivist with a qualitative approach and a case study research strategy. Data were obtained from interviews with three informants classified as fans with the ultimate level of loyalty, observation and literature study. The results of this study indicate that 1) self-definition in fandom encourages BTS Meal consumption activities and 2) in the context of consumption culture, fandom is present as a basic aspect with a large enough share, in encouraging a consumption activity."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gilang Laksana Prawira
"Fear of Missing Out (FoMO) dapat dijelaskan sebagai ketakutan akan kehilangan momen
berharga individu maupun kelompok lain di mana individu tersebut tidak bisa hadir di
dalamnya. Selain itu seorang individu yang memiliki tingkat FoMO yang tinggi akan memiliki
keinginan untuk tetap terhubung ke sesuatu yang melibatkan teknologi digital sebagai
medianya. FoMO berkaitan juga dengan tingkat sosialitas dalam hal kecemburuan sosial dan
pengucilan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel-variabel yang
menjelaskan kecanduan media sosial dan keterkaitannya dengan Fear of Missing Out (FoMO)
pada Mahasiswa Universitas Indonesia. Variabel yang di duga signifikan menjelaskan
kecanduan media sosial adalah variabel neurotisme, pola asuh orang tua, kondisi pernikahan
orang tua, jenis kelamin, dan kepuasan terhadap hidup. Sedangkan variabel kecanduan media
sosial diduga dapat menjelaskan variabel Fear of Missing Out (FoMO). Penelitian ini
menggunakan metode Partial Least Square (PLS) dan Classification and Regression Tree
(CRT). Data yang digunakan adalah data primer yaitu sebanyak 1027 mahasiswa Universitas
Indonesia angkatan 2018, 2019, 2020 dan 2021 yang aktif pada tahun akademik 2021/2022
semester genap. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive
sampling. Hasil dari penelitian ini adalah variabel neurotisme, pola asuh orang tua, status
pernikahan orang tua, jenis kelamin, dan kepuasan terhadap hidup berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel kecanduan media sosial. Variabel kecanduan media sosial juga
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Fear of Missing Out (FoMO). Profil
mahasiswa yang mengalami Fear of Missing Out (FoMO) yang tergolong tinggi adalah
mahasiswa dengan tingkat kecanduan media sosial yang tinggi, mendapatkan pola asuh yang
cenderung tidak ideal, serta tingkat neurotismenya yang tinggi.

Fear of Missing Out (FoMO) can be explained as the fear of losing precious moments of
individuals or other groups in which the individual cannot be present. In addition, an individual
who has a high level of FoMO will have a desire to stay connected to something that involves
digital technology as a medium. FoMO is also related to the level of sociality in terms of social
jealousy and social exclusion. This study aims to determine the variables that explain social
media addiction and its relationship to Fear of Missing Out (FoMO) in Universitas Indonesia
students. The variables that were suspected to be significant in explaining social media
addiction were neuroticism, parenting styles, parental marital conditions, gender, and life
satisfaction. The variable of social media addiction is thought to be able to explain the Fear of
Missing Out (FoMO) variable. This research uses Partial Least Square (PLS) and Classification
and Regression Tree (CRT) methods. This study uses primary data, which is as many as 1027
students of Universitas Indonesia batch 2018, 2019, 2020, and 2021 who are active in the even
semester 2021/2022 academic year. Sample was taken using purposive sampling technique.
The results of this study are the variables of neuroticism, parenting styles, parental marital
status, gender, and life satisfaction statistically significant effect the social media addiction
variable. The social media addiction variable also statistically significant effect the Fear of
Missing Out (FoMO) variable. The profile of students who experience high Fear of Missing
Out (FoMO) are students with a high level of social media addiction, tend to have non-ideal
parenting styles, and have high levels of neuroticism.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haniya Mufida Zahra
"Dalam dinamika media sosial, tekanan mempertahankan citra positif dapat memicu perasaan rendah diri, sementara ketakutan tertinggal mendorong keterlibatan berlebihan, berpotensi memengaruhi kesejahteraan mental pengguna. Pemahaman mendalam terhadap interaksi kompleks ini esensial untuk mengembangkan pendekatan yang seimbang dan positif terhadap penggunaan media sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan antara Fear of Missing Out (FoMO) dengan harga diri pada dewasa awal (usia 18-25 tahun) pengguna media sosial di DKI Jakarta. Desain penelitian menggunakan metode cross-sectional dengan sampel sebanyak 108 responden dewasa awal pengguna media sosial di DKI Jakarta, yang dipilih secara purposive sampling melalui media social. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) dan Fear of Missing Out Scale (FoMOs). Analisis statistik chi-square pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat harga diri dengan perasaan FoMO dalam konteks penggunaan media sosial kelompok dewasa awal di wilayah DKI Jakarta (p = 0,120; α = 0,05). Penelitian selanjutnya disarankan untuk lebih mengidentifikasi faktor yang berkaitan dengan FoMO seperti alasan penggunaan media sosial, jenjang pendidikan terakhir, status ekonomi dan sosial, ketergantungan pada penilaian orang lain, dan keterbatasan dalam penggunaan media sosial.

In social media, efforts to maintain a positive image can lead to low self-esteem, while the fear of missing out (FoMO) may drive excessive usage, potentially affecting mental well-being. This study aims to explore the relationship between FoMO and self-esteem in early adults using social media in DKI Jakarta (ages 18-25). A cross-sectional method was employed with a sample of 108 respondents, selected through purposive sampling on social media. The research instruments included the Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) and Fear of Missing Out Scale (FoMOs). Chi-square analysis indicates no significant influence between self-esteem and FoMO levels among early adult social media users in DKI Jakarta (p = 0.120; α = 0.05). The subsequent research is suggested to delve into the respondents' identities, such as occupation, education level, and reasons for using social media, as well as exploring the extent to which variables may be interconnected."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Ramadhina
"Pandemi Covid-19 mengakibatkan peningkatan penggunaan internet, sehingga ditengarai semakin memicu timbulnya Fear of Missing Out (FoMO) pada mahasiswa tahun pertama yang sedang berada pada masa penyesuaian diri di perguruan tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara FoMO dan penyesuaian diri mahasiswa tahun pertama. Terdapat 141 partisipan dalam penelitian ini yang merupakan mahasiswa tahun pertama di Indonesia dan aktif menggunakan media sosial. Penelitian ini menggunakan metode analisis korelasi. Hasil penelitian membuktikan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara FoMO dan penyesuaian diri mahasiswa (r = -0.087, p > 0.05). Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa tingkat FoMO dan penyesuaian diri mahasiswa berada pada kategori sedang. Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyarankan untuk penelitian selanjutnya untuk mempertimbangkan heterogenitas partisipan dan melibatkan variabel atau aspek lain seperti penggunaan media sosial, riwayat pembelajaran daring menjadi luring, dan socioeconomic status.

The Covid-19 pandemic has caused an increase in internet usage, so it is suspected that it has further triggered the emergence of Fear of Missing Out (FoMO) in first-year college students who are in the adjustment period at college. This study aims to determine the correlation between FoMO and first-year college students' adjustment. One hundred forty-one participants in this study were first-year college students in Indonesia actively using social media. This study used correlation and regression analysis methods. The results proved no significant correlation between FoMO and college students' adjustment (r = -0.087, p > 0.05). In addition, this study also found that the level of FoMO and college student adjustment was moderate. Based on the results of this study, researchers suggest for future studies to consider the heterogeneity of participants and involve other variables or aspects such as social media use, learning history from online to offline, and socioeconomic status."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arlin Putri Prahasti
"Fear of Missing Out (FoMO) merupakan sebuah fenomena psikologi yang didefinisikan sebagai rasa takut kehilangan momen berharga orang lain di media sosial. Berdasarkan budaya Jawa rasa takut (FoMO) dipahami sebagai rasa was-was, dan khawatir yang dapat menjauhkan diri manusia Jawa dengan Gusti. Film pendek Njagakke Ndog’e Si Blorok (2021) memiliki tokoh utama bernama Mbak Sum yang merupakan representasi manusia Jawa yang mengalami FoMO. Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan FoMO dalam diri tokoh utama film pendek Njagakke Ndog’e Si Blorok. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dengan teori psikoanalisis Sigmund Freud, FoMO oleh Przybylski dkk. dan didukung oleh konsep kejiwaan Jawa menurut Paguyuban Ngesti Tunggal (Pangestu). Hasil pembahasan menjelaskan bahwa Mbak Sum memiliki karakter penderita FoMO. Adapun temuan lain penelitian ini adalah bahwa manusia Jawa yang mengalami FoMO ternyata memiliki sikap buruk yang bertentangan dengan sikap dalam ajaran budaya Jawa. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa seseorang yang FoMO akan dikuasai oleh id dalam dirinya, sehingga ia akan mengedepankan kepuasan pribadi di atas segalanya. FoMO dapat diatasi dengan menanamkan 5 sifat Pancasila menurut ajaran Pangestu. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai karakter manusia Jawa yang mengalami FoMO disertai dengan solusi untuk meminimalisasinya.

Fear of Missing Out (FoMO) is a psychological phenomenon that is defined as the fear of losing other people's precious moments on social media. Based on Javanese culture, fear (FoMO) is understood as a feeling of anxiety and worry that can distance Javanese humans from Gusti. The short film Njagakke Ndog'e Si Blorok (2021) has a main character named Mbak Sum who is a representation of a Javanese person who has experienced FoMO. This research aims to show FoMO in the main character of the short movie Njagakke Ndog'e Si Blorok. The method used is descriptive qualitative, with Sigmund Freud's psychoanalytic theory, FoMO by Przybylski et al. and supported by the Javanese psychological concept according to the Paguyuban Ngesti Tunggal (Pangestu). The results of the discussion explained that Mbak Sum has the character of a FoMO sufferer. Another finding of this research is that Javanese people who experience FoMO apparently have bad attitudes that are contrary to attitudes in Javanese cultural teachings. This research also shows that someone who is FoMO will be controlled by his inner id, so he/she will prioritize personal satisfaction above all else. FoMO can be overcome by instilling the 5 characteristics of Pancasila according to Pangestu's teachings. It is hoped that this research can provide an overview of the character of Javanese humans who experience FoMO along with solutions to minimize it."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Azalia Syafitri Farisah Nabila
"Jaringan sosial seperti Facebook membuat para penggunanya untuk dapat berkomunikasi secara inovatif dengan membagikan informasi profil, foto, hingga mengirimkan pesan online secara publik dan pribadi melalui internet. Studi survei ini bertujuan untuk meneliti faktor psikologis yang mendasari penggunaan Facebook (FB) dan korelasi di antaranya. Faktor psikologis yang diteliti antara lain adalah fear of missing out (FoMO), rasa kesepian, dan social belonging. Penyebaran survei online digunakan untuk memperoleh 852 partisipan melalui convenience sampling. Para partisipan diminta untuk melengkapi kuesioner yang menilai penggunaan Facebook, FoMO, Kesepian, dan Social Belonging. Analisis korelasi Pearson menemukan tidak adanya korelasi yang signifikan antara penggunaan FB dan FoMO, tetapi, korelasi negatif yang signifikan ditemukan antara kesepian dan penggunaan FB, dan social belonging ditemukan berkorelasi secara positif dengan penggunaan FB. Keterbatasan dari studi ini dibahas lebih lanjut untuk dipertimbangkan di penelitian masa depan.

Social networking websites such as Facebook allow users to communicate with others innovatively by sharing profile information, posting photographs, and sending public and private online messages through the internet. This survey study aims to investigate the underlying psychological factors that are correlated with Facebook (FB) use. The psychological factors examined in this study are the fear of missing out (FoMO), loneliness, and social belonging. An online survey dissemination was used to recruit 852 participants through convenience sampling. Participants were asked to complete a set of questionnaires that measure Facebook use, FoMO, Loneliness, and Social Belongingness. Pearson’s correlation analyses found no significant correlation between FB use and FoMO, but significant negative correlation was found between loneliness and FB use, and social belonging was revealed to be positively correlated with FB use. Limitations of the study that need to be taken into account in future research are further discussed."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>