Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 92071 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aji Noor Muhammad
"Penelitian ini merupakan pendekatan baru pewujudan ruang, yaitu ruang untuk mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai (space as a means to an end). Penelitian dilatarbelakangi oleh penurunan kualitas dan keberadaan fisik ruang terbuka hijau di sempadan sungai menyebabkan peningkatan lahan kritis DAS Ciliwung dari sebesar 0,15% pada tahun 2013 menjadi 11,65% pada tahun 2018 (Kementerian ATR/BPN, 2018), peningkatan tingkat kerawanan sosial (Depok, 2015)(DKI Jakarta 2020), dan ketika terjadi bencana banjir menyebabkan kerugian mencapai lebih dari Rp10 Triliun (Yudhistira, 2020). Berdasarkan latar belakang masalah, penelitian menggunakan studi kasus pewujudan RTH Publik di Depok untuk memahami proses pewujudan ruang. Tahapan penelitian dilakukan dengan memahami kondisi keberadaan fisik RTH di sempadan sungai, kemudian dilanjutkan dengan penelusuran interaksi antar aktor yang terkait dalam upaya untuk peningkatan kuantitas maupun kualitas RTH di sempadan sungai melalui pewujudan ruang terbuka hijau publik berkelanjutan di sempadan sungai. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif yang dipandu dengan kerangka Teori Jejaring Aktor (Actor Network Theory) (Latour, 2005) serta metode yang digunakan adalah kuantitatif dan kualitatif (Mixed Methods). Keberhasilan pewujudan RTH publik berkelanjutan dipengaruhi oleh 3 aspek, yaitu: fungsi ekologis dapat berlanjut, interaksi sosial untuk mencapai tujuan bersama, interaksi ekonomi dalam bentuk tatanan nyata. Sedangkan pola interaksi dalam pewujudan ruang melalui 4 (empat) momen translasi, yaitu: problematisasi, penarikan, pelibatan, dan mobilisasi.

This research is a new approach in the production of space, namely space as a means to an end. This research is motivated by a decrease in the quality and physical presence of green open space on the river banks, causing an increase in critical land in the Ciliwung watershed from 0.15% in 2013 to 11.65% in 2018 (Ministry of ATR/BPN, 2018), increasing levels of social vulnerability (Depok, 2015) (DKI Jakarta 2020), and when a flood occurred, it caused a loss of more than Rp. 10 trillion (Yudistira, 2020). Based on the background of the problem, using a case study of the realization of public green open space in Depok to understand the process of realizing the space. The research stage is carried out by understanding the condition of the physical presence of green open space on the river banks, then proceeding with tracing the interactions between the actors involved in an effort to increase the quantity and quality of green open space on the river banks through the realization of sustainable public green open spaces on the river banks. This study uses a qualitative approach guided by the Actor-Network Theory framework (Latour, 2005) and the methods used are quantitative and qualitative (mixed methods). The success of the production of sustainable public green open space is influenced by 3 aspects, namely: ecological functions can continue, social interaction to achieve common goals, economic interaction in the form of a real and valid order. While the pattern of interaction in the production of space is through 4 (four) moments translation, namely: problematization, enrollment, interessement, and mobilization."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dianovita
"Peningkatan jumlah penduduk di Kota Depok meningkat dari Tahun 2013 hingga 2017 akibat dari urbanisasi. Urbanisasi dapat mengakibatkan penurunan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Penurunan RTH berdampak penurunan kualitas  lingkungan, dimana oksigen yang dihasilkan oleh RTH menjadi berkurang. Oksigen yang dibutuhkan oleh penduduk dan kendaraan bermotor akan terus meningkat, seiring meningkatnya penduduk dan jumlah kendaran bermotor yang beroperasi di Kota Depok.
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Menganalisis luas perubahan Ruang Terbuka Hijau tahun 2013 ke 2017, (2) Menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kota Depok, (3) Membuat model dinamika spasial penyediaan Ruang Terbuka Hijau berdasarkan kebutuhan Oksigen di Kota Depok.
Metode klasifikasi multispektral yang digunakan dalam menganalisis perubahan Ruang Terbuka Hijau dari tahun 2013 hingga 2017. Ada 6 faktor yang mempengaruhi perubahan yaitu jarak terhadap jalan, sungai, permukiman, danau, stasiun, dan terminal. Menganalisa faktor yang mempengaruhi perubahan Ruang Terbuka Hijau menggunakan analisis jarak (Euclidean Distance), sedangkan mengetahui besarnya pengaruh menggunakan pemodelan regresi logistic untuk memperoleh persamaan secara matematis. Model Marcov Chain digunakan untuk membuat model prediksi RTH pada tahun 2032.
Hasil dari penelitian menunjukan Perubahan ruang terbuka hijau dari bervegetasi menjadi tidak bervegetasi di Kota Depok dari tahun 2013 ke 2017 mengalami penurunan seluas sebesar 30%. Sedangkan prediksi 15 tahun yang akan datang yaitu dari tahun 2017 hingga 2032 ruang terbuka hijau bervegetasi menjadi tidak bervegetasi terjadi sebesar 50%. Enam faktor yang dianalisis dalam mempengaruhi perubahan Ruang Terbuka Hijau dari bervegetasi menjadi tidak bervegetasi yang paling besar yaitu jarak terhadap permukiman sebesar 0,439, sedangkan yang paling kecil pengaruhnya yaitu jarak terhadap danau yaitu hanya sebesar 0.00000093. Model prediksi 2032, Model simulasi ruang terbuka hijau pada tahun 2017 menghasilkan nilai akurasi sebesar 81,10 %, nilai ini sudah cukup baik karena lebih dari 80%.

The increase in population in Depok City increased from 2013 to 2017 due to urbanization. Urbanization can lead to decrease green open space. The reduction in green open space has effect of decreasing the quality of the environment, where the oxygen produced by green open space is reduced. The oxygen needed by residents and motorized vehicles will continue to increase, as the population increases and the number of motorized vehicles operating in the Depok city.
This study aims to: (1) Analyze the extent of changes in green open space in 2013 to 2017, (2) Analyze the factors that influence the provision of green open space in Depok City, (3) Model the spatial dynamics of providing green open space based on oxygen requirements in Depok City.
The multispectral classification method used in analyzing changes in the green open space from 2013 to 2017. There are six factors that influence the change, namely the distance to roads, rivers, settlements, lakes, stations, and terminals. Analyzing the factors that influence changes in green open space using distance analysis (euclidean distance), while knowing the magnitude of influence using logistic regression modeling to obtain mathematical equations. The Marcov Chain model is used to make prediction models for green open space by 2032.
The results of the study show that changes in green open space from vegetation to non-vegetation in Depok city from 2013 to 2017 decreased by 30%. Whereas the prediction of the next 15 years is from 2017 to 2032 vegetated green open spaces to become non-vegetated will occur at 50%. The six factors analyzed in influencing changes in green open space from being vegetated were not the most vegetated, namely the distance to settlements was 0.439, while the least influential was the distance to the lake which was only 0.00000093. Prediction model 2032, simulation model of green open space in 2017 produces an accuracy value of 81.10%, this value is quite good because it is more than 80%.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T53559
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Cori Mentari
"Depok merupakan salah satu kawasan strategis nasional yang harus dilindungi fungsinya dan merupakan kawasan yang diapit oleh kota Bogor dan kota Jakarta. Kondisi tersebut mengharuskan Depok sebagai kota penyangga hidup kota Jakarta. Namun, akibat arus mobilisasi dan migrasi yang tinggi menjadikan fungsi kota Depok beralih menjadi kota padat pemukiman serta ditandai adanya kompleksitas perkotaan sehingga menyebabkan kota Depok tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Peneliti menggunakan pendekatan positivis-kualitatif dengan mengacu 4 indikator dari teori Edward III yaitu: 1) Sumber Daya; 2) Disposisi; 3)Komunikasi; 4) Struktur. Berdasarkan analisis pada keempat indikator tersebut, diketahui bahwa implementasi penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kota Depok terkendala pada sumber daya, komunikasi dan struktur birokrasi.

Depok is one of the national strategic areas that should be protected for its functions. Depok is also an area that is flanked by Bogor and Jakarta. Therefore, Depok becomes a buffer city which supports its neighbourhood areas, such as Jakarta. Due to the current high mobilization and migration, Depok turns into densely populated city and urban area which characterized by its complexity. This makes Depok can not do its functions properly.
By using qualitative-positivist approache, researcher analyzes the case byusing Edward III's four indicators, which are: 1) Resources; 2) Disposition; 3) Communication, 4) Structure. Based on the analysis of four indicators, it is known that the implementation of the Green Open Space Regulation in Depok is hampered on its resources, communication process and birocratic structure.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S53523
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ryan Bari Lazuardi
"Sungai Ciliwung merupakan sungai yang membentang dari Kabupaten Bogor sebagai daerah hulu dan Kota Jakarta sebagai hilir sungai dengan panjang kurang lebih 117 km dengan luas daerah aliran sungai (DAS) sebesar 347 km2 . Air Sungai Ciliwung dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai pemasok air utama sebagai sumber air baku dan irigasi. Akan tetapi, DAS Ciliwung termasuk daerah aliran sungai yang kritis karena perubahan tata guna lahan yang semula daerah resapan air menjadi daerah permukiman. Alih fungsi lahan di DAS Ciliwung akan menurunkan fungsi hidrologis dan membuat timbulan sampah meningkat. Timbulan sampah tersebut jika tidak terkelola akan berpotensi masuk Sungai Ciliwung akibat adanya limpasan hujan yang tinggi. Air limpasan hujan yang tinggi akan membawa sampah yang tidak terkelola menuju sungai melalui saluran – saluran yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi timbulan sampah yang tidak terkelola di DAS Ciliwung bagian tengah dan mencari korelasi atau hubungan hujan yang diwakilkan debit terhadap potensi timbulan sampah di Sungai Ciliwung menggunakan metode regresi linear sederhana. Pada penelitian ini, dalam mencari hubungan tersebut ,dilakukan pengambilan sampel berat sampah dan tinggi muka air di Sungai Ciliwung. Dalam memperkuat hasil lapangan, melalui data sekunder, hubungan hujan-limpasan dimodelkan dengan permodelan hidrologi menggunakan WinTR-20 untuk mengulang kejadian hujan di hari penelitian di Sungai Ciliwung dan mengestimasi timbulan sampah tidak terkelola di DAS Ciliwung bagian tengah. Dari hasil pengolahan data lapangan dan data sekunder, akan dibuat persamaan regresi dan dianalisis hubungan antara debit dengan berat sampah. Berdasarkan analisis regresi dari hasil pengolahan data lapangan dan data sekunder, didapatkan nilai R2 berturut - turut adalah 0,0025 dan 0,049. Nilai tersebut menandakan bahwa pengaruh antara hujan yang diwakilkan debit dengan potensi timbulan sampah tidak terkelola di Sungai Ciliwung sangat kecil

The Ciliwung River is a river that stretches from Bogor Regency as the upstream area and Jakarta City as the downstream river with a length of approximately 117 km and a watershed area (DAS) of 347 km2 . The water of Ciliwung River is used by the surrounding community as the main water supplier as a source of raw water and irrigation. However, the Ciliwung watershed is a critical watershed due to changes in land use from a water catchment area to a residential area. Land conversion in the Ciliwung watershed will reduce the hydrological function and increase waste generation. If this waste is not well managed, it will potentially enter the Ciliwung River due to high runoff. High runoff will carry unmanaged waste to the river through existing channels. This study aims to analyze the potential for unmanaged waste generation in the middle part of the Ciliwung watershed and to find a correlation or relationship between rainfall represented by discharge and the waste generation potential in the Ciliwung River using a simple linear regression method. In this study, in order to find the relationship, samples were taken from the weight of the waste and the water level in the Ciliwung River. In strengthening the field results, through secondary data, the rainfall-runoff relationship was modeled using a hydrological model using WinTR-20 to repeat the rainfall events on the research day in the Ciliwung River and estimate the generation of unmanaged waste in the central Ciliwung watershed. From the results of processing field data and secondary data, a regression equation will be made between discharge and waste weight and it will be analyzed. Based on the regression analysis of the results of processing field data and secondary data, the R2 values obtained are 0.0025 and 0.049, respectively. This value indicates that the effect between rain represented by discharge and the waste generation potential in the Ciliwung River is very small."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elisa Yuniastuti
"Perkotaan seringkali mengesampingkan kebutuhan akan RTH disamping kondisi RTH belum ramah anak sehingga kurang optimal untuk anak bermain dan berinteraksi dengan lingkungannya. Tujuan penelitian untuk menganalisis kondisi RTH dalam fungsinya sebagai ruang ekologi dan aktivitas sosial terutama bagi anak di kawasan perkotaan, menganalisis penerapan faktor-faktor ramah anak di Ruang Terbuka Hijau untuk mendukung tumbuh kembang anak, serta membuat model Ruang Terbuka Hijau yang ramah anak. Fungsi ekologis dianalisis menggunakan Sistem Informasi Geografis, fungsi aktivitas sosial anak dianalisis melalui pengamatan, kuesioner dengan 'purposive sampling' terhadap 36 responden serta wawancara dengan 3 orang informan.
Hasil penelitian menunjukkan fungsi ekologis dan aktivitas sosial bagi anak belum maksimal maka penerapan faktor ramah anak masih memerlukan peningkatan antara lain faktor keamanan, keselamatan, kenyamanan, aksesibilitas, estetika, fasilitas penunjang dan kelembagaan. Model pengembangan dilakukan dengan membuat sistem zonasi dan didukung kelengkapan fasilitas yang sesuai untuk anak. Dengan terpenuhinya kebutuhan anak dalam berinteraksi dengan lingkungan alam dan sosial di RTH diharapkan meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik untuk menunjang tumbuh kembang yang optimal bagi anak di perkotaan.

Urban often overrides the need for green open space (GOS) besides the fact that GOS are not child friendly so it is less optimal for children to play and interact with their environment. The research objective is to analyze the condition of green space in its function as an ecological space and social activities especially for children in urban areas, analyze the application of child-friendly factors in GOS to support child growth and development, and create a child-friendly GOS model. Ecological functions were analyzed using Geographic Information Systems, the function of children's social activities were analyzed through observations, questionnaires with purposive sampling of 36 respondents and interviews with 3 informants.
The results showed that ecological functions and social activities for children were not maximized, so the application of child-friendly factors still required improvements including security, safety, comfort, accessibility, aesthetics, supporting and institutional facilities. The development model is carried out by creating a zoning system and supported by complete facilities suitable for children. With the fulfillment of children's needs in interacting with the natural and social environment in green space is expected to improve cognitive, affective and psychomotor abilities to support optimal growth and development for children in urban areas.
"
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Univeritas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septi Dewi Kurnia
"Kota Depok sebagai Kota Hinterland merupakan wilayah yang sedang tumbuh dan berkembang sejak pemekaran dari Kabupaten Bogor pata tahu 1999. Akibat dari perkembangan dan pertumbuhan yang semakin pesat maka Kota Depok juga mengalami peningkatan guna memenuhi berbagai kebutuhan kota dan penduduknya. Jumlah penduduk Kota Depok yang saat ini dengan jumlah penduduk 1.738.570 juta jiwa per tahun 2010 dan lahan yang seluas 118,50 km², tergolong padat yang cukup padat. Dengan jumlah penduduk dan luas wilayah tersebut maka kondisi RTH sudah mulai jauh dari kata cukup untuk perbandingan kebutuhan RTH dengan jumlah wilayah dan jumlah penduduk. Dalam meningkatkan kualitas hidup Kota Depok perlu peningkatan luas RTH. Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi kurang tersedianya RTH Publik di Kota Depok.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan wawancara terstruktur yang dilakukan pada dinas-dinas yang terkait, faktor-faktor yang diidentifikasi sebagai penyebab kurang tersedianya RTH Publik adalah faktor keterbatasan lahan, faktor lemahnya pengawasan, faktor keterbatasan dana, faktor fokus perencanaan, faktor implementasi perencanaan, faktor peraturan yang menjadi acuan, faktor kinerja kelembagaan.

City of Depok city as a Hinterland region growing and evolving since the expansion of the Bogor Regency pata know 1999. As a result of the development and rapid growth of the city of Depok also increased in order to meet the various needs of the city and its inhabitants. The population of the city of Depok is currently with a population of 1,738,570 million people per year in 2010 and a land area of 118.50 km ², which is relatively dense solid enough. With the population and the area of the green space conditions have started far from enough for comparison with the amount of green space needs of area and population. Improve the quality of life in the city of Depok need vast improvement RTH. Therefore this study aimed to determine the factors that influence the lack of public green space in the city of Depok.
Based on the results of research conducted structured interviews were conducted with the relevant agencies, the factors that were identified as the cause of the lack of public green space is a factor of limited land, weak supervision factors, factors limited funds, focus factor of planning, implementation planning factors, factors regulations to be a reference, institutional performance factor.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S52436
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vinita Pratijivananti
"Penelitian ini menjelaskan bagaimana peran masyarakat sipil dalam implementasi kebijakan. Peran-peran masyarakat sipil dalam mempengaruhi implementasi kebijakan adalah sebagai promotor dialog, melakukan advokasi atau lobi, sebagai penyebar informasi, dan sebagai manager project. Penelitian menggunakan studi kasus Komunitas Ciliwung Depok sebagai masyarakat sipil dalam mendorong implementasi kebijakan pembuangan air limbah berdasarkan Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 4 Tahun 2011 tentang Izin Pembuangan dan Pemanfaatan Air Limbah. Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan bahwa masyarakat sipil merupakan faktor yang dapat mendorong keberhasilan implementasi kebijakan dengan menjalankan perannya yaitu sebagai promotor dialog, melakukan advokasi atau lobi, sebagai penyebar informasi, dan sebagai manager project. Hasil penelitian ini menyarankan bahwa dalam implementasi kebijakan harus terdapat kerjasamaa dan koordinasi antara masyarakat sipil dengan pemerintah mengingat kewenangan masyarakat sipil yang terbatas dan respon yang harus diberikan oleh pemerintah sesuai dengan kebijakan tersebut.

This research will explain how the role of civil society in policy implementation. The roles of civil society in influencing policy implementation are as a promoter of dialogue, advocating or lobbying, as a disseminator of information, and as a project manager. The study used case study of Komunitas Ciliwung Depok as civil society in influence the implementation of wastewater disposal based on Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 4 Tahun 2011 about Disposal Permit and Wastewater Utilization. The purpose of this study is to explain that civil society is a factor that can encourage the successful policy implementation by carry out its role as a promoter of dialogue, advocacy or lobbying, as a disseminator of information, and as project manager. The results of this study suggest that in the policy implementation there should be cooperation and coordination between civil society and the government because of there are limited authority of civil society and the response that should be provided by the government in accordance with the policy.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Abdurrohim
"Ruang Terbuka Hijau RTH adalah bagian dari ruang terbuka dalam suatu kota yang didominasi oleh tetumbuhan yang memiliki manfaat ekologis. Kota Depok sebagai kawasan perkotaan dan juga kota penyangga Ibukota DKI Jakarta mengalami alih fungsi lahan karena pembangunan yang menyebabkan berkurangnya tutupan vegetasi menjadi wilayah terbangun, RTH Eksisting tercatat dalam Perda No.1/2015 seluas 3.271,26 ha 16,33 dari luas wilayah Kota Depok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketersediaan RTH pada pola ruang Kota Depok dan Wilayah Potensial RTH untuk pemenuhan target 30 pada tahun 2032 melalui Analisis Overlay Variabel Penggunaan Tanah, Nilai Tanah, dan Ketersediaan RTH Menurut Jumlah Penduduk per kelurahan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 39 kelurahan yang masih belum tersedia luasan RTH menurut jumlah penduduk. Wilayah sangat potensial dan cukup potensial pengembangan RTH di Kota Depok seluas 397,40 ha dan 1.312,87 ha 8,54 luas kota Depok dominan di Kawasan permukiman kepadatan sedang 662,11 ha , Kawasan konservasi 448.63 ha dan Kawasan permukiman kepadatan rendah 423,85 ha yang cenderung berada di Kecamatan Tapos, Kecamatan Cimanggis, Kecamatan Bojongsari, Kecamatan Sukmajaya dan Kecamatan Limo, Kecamatan Pancoran Mas, dan Kecamatan Beji.

Green Open Space GOS is part of open space that dominated by vegetation with ecological function. Depok City as urban area and city buffer of DKI Jakarta and having development that causing the reduction of vegetation to developed region that in the year of 2015 has GOS covering an area of 3.271,26 ha 16,33 . This study aims to determine the availability of green space in Depok city and Potential of GOS for the fulfillment of target 30 in 2032 with Overlay analysis of Land Use Variable, Land Value Variable, and Availability of GOS.
The results showed that there are 39 urban villages are still not available by the amount of GOS according to the population needs which has a tendency in the Central Business District, Industrial and medium or high density residential areas. Very Potential and potential region of GOS development covering 397,40 ha and 1,312.87 ha 8.54 of Depok area are dominant in medium density settlements 662.11 ha, conservation areas 448.63 ha and Low density settlement areas 423,85 ha tend to be in subdistrict of Tapos, subdistrict of Cimanggis, subdistrict of Bojongsari, subdistrict of Sukmajaya and subdistrict of Limo, subdistrict Pancoran Mas and subdistrict Beji.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S67138
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Refina Muthia Sundari
"Ikan merupakan salah satu bioindikator yang dapat menentukan kondisi perairan, termasuk sungai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas ikan di sungai Ciliwung yang dilakukan di wilayah perbatasan Depok hingga Jakarta Selatan. Pengambilan sampel dilakukan di 3 lokasi, yaitu Jembatan Panus, Pos Matpeci, dan TB. Simatupang. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini terdiri dari 11 spesies ikan yang meliputi 4 ordo dan 8 famili, yaitu Cypriniformes Cyprinidae dan Nemacheilidae, Siluriformes Bagridae dan Loriicaride, Cyprinodontiformes Hemiramphidae dan Poecilliidae, dan Perciformes Cichlidae dan Mastacembelidae. Nilai indeks keanekaragaman H berkisar antara 1,173-1,256, sementara indeks keseragaman E berada dalam rentang 0,54-0,846. Nilai indeks dominansi C pada ketiga lokasi penelitian memiliki kisaran sebesar 0,992-0,996. Jenis ikan yang dominan berdasarkan perolehan INP ialah Hyposarcus pardalis dan Poecilia reticulata dengan nilai masing-masing sebesar 112,232 dan 111,009. Selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk pengelolaan lingkungan, khususnya perairan tawar, di masa mendatang.

Fish is one of bioindicators to determine water quality, including river. This study aims to describe the fish community structure in Ciliwung river boder areas at Depok to South Jakarta. This research has been done in 3 research rsquo s stations, those are Jembatan Panus, Pos Matpeci, and TB. Simatupang. There are 11 fish species from 4 orders and 8 families, such as Cypriniformes Cyprinidae and Nemacheilidae , Siluriformes Bagridae and Loriicaride, Cyprinodontiformes Hemiramphidae and Poecilliidae, and Perciformes Cichlidae dan Mastacembelidae. The result of diversity index H has range from 1,173 to 1,256, and the score of evenness index E is 0,54-0,846. Meanwhile, the dominance index C has range of 0,992-0,996. Based on important value index IVI, Hyposarcus pardalis and Poecilia reticulata are dominant species, each 112,232 and 111,009. In addition, the result of this research can provide source for environmental management, particularly freshwater environment, in the future."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nababan, Maria Evangelis
"Keadaan alam yang semakin buruk di Sungai Ciliwung merupakan latar belakang dari penelitian ini. Sungai yang semakin tercemar karena pengalihan fungsi DAS sungai mengubah manfaat sungai menjadi musibah yang dapat dirasakan oleh masyarakat. Masyarakat yang sadar dan peduli terhadap lingkungan berkumpul dan menamai dirinya Komunitas Ciliwung Depok (KCD). Dalam pergerakannya muncul ide ekowisata sungai yang dicetuskan oleh seorang akademisi yang merupakan anggota KCD. Oleh karena itu, melalui penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara mendalam terhadap masyarakat sekitar sungai atau yang jauh dari sungai, anggota KCD, dan anak-anak yang bermain di sungai.
Tulisan ini menemukan bahwa Sungai Ciliwung cocok menjadi sebuah ekowisata. Ekowisata ini melibatkan lingkungan alam dan masyarakat, hal ini dikombinasikan oleh KCD sehingga menimbulkan efek ekonomi, sosial dan lingkungan. Efek ini bernilai positif seperti lingkungan alam yang lebih lestari baik oleh KCD, masyarakat atau wisatawan. Adanya peningkatan ekonomi bagi masyarakat dan lebih dikembangankan budaya masyarakat.

The worst natural conditions in Ciliwung River is the background of this research. Rivers are increasingly polluted due to the transfer function of the river watershed transform the river into disaster that can be perceived by the public. People who are aware and concerned about the environment join together and named theirselves as Ciliwung Community Depok (KCD). During the movement came up the idea of ecotourism river idea was created by an academic who is a member of KCD. Therefore, through the study used a qualitative approach with in-depth interviews to the community around the river or far away from the river, members of KCD, and children who are playing in the river.
This writing found out that the Ciliwung River fit into an eco-tourism area. This Ecotourism involves natural environment and community, it is combined by KCD so it will give the effect to economy, social and environment. This effect valued positive such as more sustainable natural environment either by KCD, the community or tourists.There was an increasing economy for the community and more developing the community culture.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S65855
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>